PESISIR PANTAI
OLEH :
Putri Wahyuni
J1A1 22 283
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir atau wilayah pantai dan lautan adalah suatu kawasan yang sangat strategis baik
ditinjau dari segi ekologi, sosial budaya,dan ekonomi. Hal tersebut dapat dipahami karena sekitar 140
juta penduduk Indonesia mendiami wilayah pesisir dan sekitar 16 juta tenaga kerja terserap oleh
industri di pesisir dengan memberikan kontribusi sebesar 20,06% terhadap devisa Negara. Disamping itu
wilayah pesisir Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 km memiliki habitat/ekosistem yang
produktif serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem
mangrove, ekosistem estuaria dan ekosistem padang lamun.
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, maka wilayah pantai juga telah mengalami tekanan yang
cukup berat, dan secara signifikan telah terjadi eskalasi degradasi kawasan pesisir yang cukup
memprihatinkan. Kecendrungan meningkatnya degradasi lingkungan pesisir antara lain ditandai dengan
meningkatnya kerusakan habitat (mangrove, terumbu karang, dan padang lamun), perubahan garis pantai
yang diakibatkan oleh abrasi dan erosi serta pencemaran lingkungan. Meningkatnya secara nyata
degradasi wilayah pesisir tersebut, baik dari segi cakupan wilayah maupun intensitas serta sebaran
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung telah mengancam
keberlanjutan fungsi-fungsi wilayah pesisir dalam menopang Pembangunan yang berkelanjutan.
LANJUTAN………..
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran batasan laut?
2. Bagaimana gambaran batasan wilayah pesisir?
3. Bagaimana gambaran Batasan pulau-pulau kecil?
4. Bagaimana batas Laut dunia dan Indonesia?
5. Bagaimana perbatasan laut di Indonesai?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Batas Laut
Laut adalah keseluruhan rangkaian air asin yang menggenangi permukaan bumi. Definisi ini
hanya bersifat fisik saja, sedangkan laut menurut definisi hukum adalah keseluruhan air laut
yang berhubungan secara bebas di seluruh permukaan bumi (Mauna 2005). Dalam Naskah
Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir (DKP 2001), wilayah laut adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang terbatas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional.
Batas laut teritorial atau (Territorial Sea) adalah garis batas laut di perairan sepanjang 12
mil laut atau 22,224 kilometer yang ditarik dari garis dasar. Garis dasar merupakan sebuah
garis khayal yang ditarik pada pantai ketika air laut sedang mengalami surut, serta
menghubungkan berbagai titik yang ada pada ujung pulau. Di dalam batas laut teritorial,
Indonesia mempunyai kedaulatan mutlak atas wilayah laut, dasar laut, subsoil, dan udara yang
berada di dalam wilayahnya. Selain berhak atas apa yang ada di dalamnya, Indonesia juga
berkewajiban untuk menjamin hak lintas damai, baik melalui alur kepulauan maupun tradisional
untuk pelayaran internasional.
LANJUTAN……..
Batas laut kedua yang ada di negara Indonesia adalah batas landas kontinen. Penentuan
batas landas kontinen diatur di dalam Konvensi Hukum Laut pada tahun 1982 pasal 78 hingga
85. Landas Kontinen adalah wilayah yang dikuasai terdiri dari dasar laut serta tanah di
bawahnya yang berada di luar laut teritorialnya sepanjang adanya kelanjutan ilmiah pada
wilayah daratannya hingga pinggiran tepi kontinen, maupun dasar laut serta tanah yang berada
di bawahnya hingga jarak 200 mil laut yang dimulai dari garis pangkal dimana laut teritorial
tersebut diukur. Selanjutnya, konvensi tersebut menentukan pengukuran landas kontinen
dengan kriteria:
jarak sampai 200 mil laut jika tepian luar kontinen tidak mencapai jarak 200 mil laut;
kelanjutan alamiah wilayah daratan di bawah laut hingga tepian luar kontinen yang lebarnya
tidak boleh melebihi 350 mil laut yang diukur dari garis dasar Laut Teritorial jika di luar 200
mil laut masih terdapat daerah dasar laut yang merupakan kelanjutan alamiah dari wilayah
daratan dan jika memenuhi kriteria kedalaman sedimentasi yang ditetapkan dalam konvensi;
tidak boleh melebihi l00 mil laut dari garis kedalaman (isobath) 2500 meter
LANJUTAN…………..
Sementara itu (Dahuri, dkk 2001), penentuan batas-batas wilayah pesisir di dunia pada umumnya
berdasarkan pada tiga kriteria berikut:
1) Garis linier secara arbiter tegak lurus terhadap garis pantai (coastline atau shoreline). Republik
Rakyat Cina mendefinisikan wilayah pesisirnya sebagai suatu wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan lautan, ke arah darat mencakup lahan darat sejauh 15 km dari garis pantai, dan ke arah
laut meliputi perairan laut sejauh 15 km dari garis pantai.
2) Batas-batas adiministrasi dan hukum. Negara bagian Washington, Amerika Serikat; Australia
Selatan; dan Queensland, batas ke arah laut dari wilayah pesisirnya adalah sejauh 3 mil laut dari
garis dasar (coastal baseline).
3) Karakteristik dan dinamika ekologis (biofisik), yakni atas dasar sebaran spasial dari karakteristik
alamiah (natural features) atau kesatuan proses-proses ekologis (seperti aliran air sungai, migrasi
biota, dan pasang surut). Contoh batas satuan pengelolaan wilayah pesisir menurut kriteria ketiga
ini adalah: batasan menurut Daerah Aliran Sungai (DAS)(catchment area atau watershed).
LANJUTAN……..
C. Pulau-Pulau Kecil
Definisi pulau dalam Pasal 121 UNCLOS, adalah daratan yang dibentuk secara alamiah yang
dikelilingi oleh air dan yang ada di atas permukaan air pada air pasang, sedangkan definisi pulau
sebagaimana yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 17 Tahun 1985 (Bab VIII Pasal 121 ayat 1)
bahwa: Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, di kelilingi oleh air dan selalu
berada/muncul di atas permukaan air pasang tinggi. Sedangkan, pulau-pulau kecil secara harafiah
merupakan kumpulan pulau berukuran kecil yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologi,
ekonomi, sosial dan budaya. Interaksi ini menyebabkan pulau-pulau kecil tersebut terpisah dari pulau
induknya (mainland).
Karakteristik pulau-pulau kecil yang sangat menonjol menurut Griffith dan Inniss (1992) serta Beller,
1990) adalah:
1. terpisah dari habitat pulau induk sehingga bersifat insuler
2. memiliki persediaan air tawar yang sangat terbatas, termasuk air tanah atau air permukaan
3. rentan terhadap gangguan eksternal, baik alami maupun akibat kegiatan manusia
4. memiliki spesies endemik yang memiliki fungsi ekologi yang tinggi, dan tidak memiliki daerah
hinterland.
LANJUTAN….
Pulau-pulau kecil (PPK) juga mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia, seperti
mempengaruhi iklim global, siklus hidrologi, biogeokimia, dan penyerap limbah (Dahuri 1998). Pulau-pulau
kecil tersebut juga memberikan manfaat lain bagi kehidupan manusia seperti pemanfaatan jasa
lingkungan untuk kegiatan usaha pariwisata, budidaya perairan yang dapat menambah pendapatan dan
devisa, serta sebagai tempat yang menyimpan plasma nuftah yang sangat berharga bagi
keberlangsungan kehidupan manusia.
Pulau kecil menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil didefinisikan, sebagai pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua
ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Pulau-pulau kecil terluar merupakan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbatasan dengan negara tetangga, sehingga
keberadaannya mempunyai arti yang strategis dalam proses pembangunan. Menurut Dahuri (1998),
potensi pulau-pulau perbatasan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) potensi sumberdaya alam
dan jasa lingkungan, (2) potensi ekonomi, dan (3) potensi sebagai bisnis pertahanan negara.
LANJUTAN….
Permasalahan yang terjadi di pulau-pulau kecil terluar adalah kondisinya yang relatif
terisolasi dan jauh dari pulau induk, terbatasnya sarana dan prasarana perekonomian seperti:
jalan raya, pelabuhan, pasar, penerangan listrik, lembaga perbankan, sehingga berakibat pada
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat rendah serta kualitas sumberdaya manusia rendah
akibat kurangnya fasilitas pendidikan, tidak tersedianya informasi dan komunikasi serta
fasilitas kesehatan (Bengen 2004).
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007, meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
.
LANJUTAN….
D. Hukum Batas Laut Dunia dan Indonesia
Dalam kehidupan masyarakat internasional. Perjanjian internasional memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur
kehidupan dan pergaulan antar negara. Melalui perjanjian internasional tiap negara menggariskan dasar kerjasama mereka,
mengatur berbagai kegiatan, menyelesaikan berbagai masalah demi kelangsungan hidup masyarakat internasional. Dalam
dunia yang ditandai saling ketergantungan dewasa ini, tidak ada satu negara yang tidak mempunyai perjanjiandengan negara
lain dan tidak ada satu negara yang tidak diatur oleh perjanjian dalam kehidupan internasionalnya. Pembuatan perjanjian-
perjanjian mengikuti suatu prosedur yang kompleks dan kadang memakan waktu yang cukup lama. Dikatakan kompleks
karena terutama harus ditentukan siapa yang mempunyai wewenang disuatu negara dibidang pembuatan perjanjian (treaty-
making power), lalu ditunjuklah wakil-wakil negara untuk berunding atas nama pihak yang berwenang dengan delengkapi
suatu surat penunjukan resmi yang dinamakan surat kuasa (full powers). Perjanjian internasional pada hakekatnya
merupakan sumber hukum internasional yang utama adalah instrumen-instrumen yuridik yang menampung kehendak dan
persetujuan negara atau subjek hukum internasional lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Persetuan bersama yang
dirumuskan dalam perjanjian tersebut merupakan dasar hukum internasional untuk mengatur kegiatan negara-negara atau
subjek hukum internasional lainnya didunia ini, semua negara mempunyai hak yang sama untuk membuat perjanjian
internasional dan setiap setiap perjanjian yang dibuat mempunyai kekuatan hukum yang mengikat pihak-pihak yang terkait.
Biasanya perjanjian internasional dibuat melalui tiga tahap yaitu, tahap perundingan, penandatanganan, dan pengesahan
kembali (ratification).
LANJUTAN….
Penentuan batas laut territorial didunia adalah sebagai berikut :
1) Ordonansi Hindia-Belanda 1939. Dalam peraturan Teritoriale Zee en en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 (TZMKO 1939) disebutkan bahwa setiap pulau memiliki laut di sekelilingnya
sejauh 3 mil dari garis pantai. Kapal asing dengan leluasa dapat melayari laut yang
mengelilingi atau yang memisahkan pulau-pulau tersebut. Peraturan ini diusulkan oleh seorang
penulis Italia, Galliani. Ia mengusulkan 3 mil sebagai batas perairan netral.
2) Deklarasi Djuanda 1957. Deklarasi ini menyatakan bahwa semua perairan yang terletak di
antara pulau-pulau di Indonesia merupakan kesatuan yang tak terpisah dari bagian Republik
Indonesia, karena laut antar pulau adalah penghubung dan merupakan satu kesatuan.
3) Hukla (Unclos) 1982. Berdasarkan United Nation Convention of The Law of The Sea (Unclos)
III pada konferensi PBB tentang hukum laut. Dalam tata hukum nasional kemudian disebut
sebagai Hukum Laut (Hukla). Batas laut teritorial adalah batas sejauh maksimum 12 mil dari
garis pantai. Garis pantai didefinisikan sebagai muka laut terendah. Pemerintahan Indonesia
meratifikasi Hukla 1982 dengan menerbitkan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985.
LANJUTAN….
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang terbentang dari sabang sampai
merauke, sebelum adanya Deklarasi Djuanda yang menyatakan bahwa laut Indonesia termasuk laut sekitar di
antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI,Indonesia yang merupakan
negara bekas jajahan Belanda tersebut, wilayah Indonesia mengacu pada Ordonasi Hindia Belanda 1939
(Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie 1939) (TZMKO 1939) tercantum dalam Staatsblad 1939 No.
442 dan mulai berlaku pada tanggal 25 September 1939. Mengenai laut wilayah, pasal 1 Ordonasi tersebut
antara lain menyatakan bahwa: “Lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil laut, diukur dari garis air rendah
dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah Indonesia”.
Ketentuan yang dilahirkan di zaman penjajahan ini masih tetap kita pakai sampai tahun 1957, walaupun
lama sebelumnya sudah terasa bahwa ketentuan tersebut tidak sesuai lagi dengan kepentingankepentingan
pokok Indonesia, baik di bidang ekonomi, politik maupun di bidang pertahanan dan keamanan. Penentuan batas
laut yang demikian sudah terasa tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman, tidak sesuai dengan kepentingan
rakyat banyak, karena sifat khusus Indonesia yang merupakan negara kepulauan serta letaknya yang strategis.
Kalau kita teruskan menganut dan melaksanakan ketentuan-ketentuan lama ini maka akibatnya akan sangat
merugikan kepentingan-kepentingan nasional kita. Bila cara pengukuran yang lama tetap dipakai yaitu lebar laut
wilayah yang diukur dari garis pangkal air rendah maka sebagian besar dari pulau-pulau atau kelompok pulau-
pulau kita akan mempunyai laut wilayahnya sendiri-sendiri dan sebagai akibatnya di antara laut-laut wilayah
tersebut terdapat pula bagian-bagian laut lepas
LANJUTAN….
E. Perbatasan Wilayah Laut di Indonesia
Batas-batas wilayah laut Indonesia di bagian utara sebagian terbesar berbatasan dengan negara
tetangga, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Pilipina, Palau, dan Papua New Guinea,
sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Australia dan Timor Leste.
LANJUTAN….
Batas-batas wilayah laut tersebut terdiri dari batas-batas laut teritorial, ZEE, dan landas kontinen yang akan diselesaikan melalui perundingan. Batas-
batas wilayah laut yang telah diselesaikan meliputi:
Batas landas kontinen antara Indonesia dan Malaysia yang disahkan melalui Keppres Nomor 89 Tahun 1989 tentang Pengesahan Hasil Perundingan
Batas Landas Kontinen Bersama Indonesia dan Malaysia di Selat Malaka, dan di Laut Cina Selatan (Bagian Barat dan Timur).
Batas laut wilayah (laut teritorial) antara Indonesia dan Malaysia yang disahkan melalui UU Nomor 2 Tahun 1971 tentang Penetapan Hasil Perundingan
Garis Batas Laut Wilayah Bersama antara Indonesia dengan Malaysia di Selat Malaka.
Batas landas kontinen antara Indonesia dan Australia yang disahkan melalui Keppres Nomor 42 Tahun 1971 tentang Pengesahan Hasil Perundingan
Batas Dasar Laut Tertentu antara Indonesia dengan Australia di Laut Arafura dan di Sebelah Selatan Pulau Irian, dan Keppres Nomor 20 Tahun 1972
tentang tentang Pengesahan Hasil Perundingan Garis-Garis Batas Landas Kontinen Bersama antara Indonesia dengan Australia di Laut Timor dan Laut
Arafura.
Batas laut teritorial antara Indonesia dan Papua New Guinea di utara dan selatan Pulau Irian yang disahkan bersama dengan batas-batas darat melalui
UU Nomor 6 Tahun 1973 tentang Pengesahan Hasil Perundingan Garis-Garis Batas Tertentu antara Indonesia dan Papua New Guinea.
Batas laut teritorial antara Indonesia dan Singapura yang disahkan melalui UU Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengesahan Hasil Perundingan Garis-
Garis Batas Tertentu antara Indonesia dengan Singapura di Selat Singapura (Bagian Tengah). Garis batas di bagian barat Selat Singapura telah
diselesaikan melalui dua kali perundingan, yaitu pada tahun 2009 dan 2010, sedangkan garis batas di bagian timur Selat Singapura sampai saat ini
belum terselesaikan.
Batas laut teritorial antara Indonesia dan India (Kepulauan Andaman) yang disahkan melalui Keppres Nomor 51 Tahun 1974 tentang Pengesahan Hasil
Perundingan Garis-Garis Batas Tertentu antara Indonesia dengan India di Laut Andaman. g) Batas landas kontinen antara Indonesia dan India yang
disahkan melalui Keppres Nomor 26 Tahun 1977 tentang Pengesahan Hasil Perundingan Garis Batas Landas Kontinen Bersama antara Indonesia dengan
India di Laut Andaman dan Samudera Hindia.
LANJUTAN….
Uraian di atas memberi gambaran bahwa belum seluruh batas wilayah laut antara
Indonesia dan negara tetangga terselesaikan. Dengan demikian batas luar wilayah
laut Indonesia belum utuh sepenuhnya. Beberapa prinsip penyelesaian batas wilayah
laut yang senantiasa perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh Indonesia
adalahsebagai berikut:
Prinsip garis tengah (median line principle),
Prinsip sama jarak (equidistance principle
Prinsip keadilan (equitable principle)
Prinsip kelanjutan alamiah (natural prolongation principle),
Garis-garis batas wilayah lautantara Indonesia dan negara tetangga yang belum
ditetapkan perlu segera diselesaikan melalui perundingan- perundingan agar
kedaulatan dan hak-hak berdaulat Indonesia dapat benar-benar ditegakkan di
wilayah laut yang menjadi yurisdiksi Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batas laut teritorial atau (Territorial Sea) adalah garis batas laut di perairan sepanjang 12 mil laut atau
22,224 kilometer yang ditarik dari garis dasar. Garis dasar merupakan sebuah garis khayal yang ditarik pada
pantai ketika air laut sedang mengalami surut, serta menghubungkan berbagai titik yang ada pada ujung
pulau.
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian lautnya masih dipengaruhi
oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian daratannya masih dipengaruhi
oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Ketchum, 1972).
Pulau-pulau kecil (PPK) juga mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia, seperti mempengaruhi iklim
global, siklus hidrologi, biogeokimia, dan penyerap limbah (Dahuri 1998). Pulau-pulau kecil tersebut juga
memberikan manfaat lain bagi kehidupan manusia seperti pemanfaatan jasa lingkungan untuk kegiatan usaha
pariwisata, budidaya perairan yang dapat menambah pendapatan dan devisa, serta sebagai tempat yang
menyimpan plasma nuftah yang sangat berharga bagi keberlangsungan kehidupan manusia
B. Saran
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi wilayag perbatasan di pulau-pulau terluar sehingga tidak
ada lagi kasus negara asing yang masuk kewilayah territorial Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen. 2002. Pengelolaan Wilayah Pesisr terpadu. Jakarta : Lembaga Ilmu Pemgetahuan Indonesia.
DKP. 2008. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Atrikel on-line Dinas
Kelautan dan Perikanan.
Supriharyono. 2009. Kawasan Batas Laut dan Pesisir. Pustaka belajar. Yogyakarta.
Wirawan, B., dkk. 2002. Rencana Pengelolaan Kawasan Pesisir Perbatasan. IPB. Bogor