Anda di halaman 1dari 14

A.

PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM


1. Konsep Pemanasan Global
2. Faktor Penyebab Pemanasan Global
3. Dampak Pemanasan Global
4. Konsep Perubahan Iklim
5. Faktor Penyebab Perubahan Iklim
6. Dampak Perubahan Iklim
7. Upaya Mengatasi Pemanasan Global dan Perbahan Iklim
B. EKOSISTEM PESISIR
1. Karakteristik Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut,
pada bagian laut dipengaruhi oleh aktivitas sedimentasi dan aliran air tawar,
sedangkan bagian daratan dipengaruhi oleh aktifitas pasang surut air dan angin
laut. Berdasarkan UU No. 27 tahun 2007, wilayah pesisir merupakan wilayah
peralihan antara darat dan laut yang ditentukan oleh 12 mil dari batas perairan ke
arah batas kabupaten atau kota. Menurut kesepakatan umum di dunia, wilayah
pesisir adalah wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir
memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. KawasanKawasan strategis karena meiliki topografi yang mudah
dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (memanfaatkan laut
sebagai prasarana pergerakan)
b. Memiliki sumberdaya alam yang melimpah baik itu di daratan maupun di
lautan yang dibuutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk tujuan pengelolaan, menetapkan batas-
batas fisik suatu wilayah harus dilaksanakan agar tidak mempengaruhi
pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan serta
sumberdaya didalamnya. Jika tujuan dari pengelolaan adalah untuk
mengendalikan atau menurunkan tingkat pencemaran perairan pesisir yang
dipengaruhi oleh aliran sungai, maka batas wilayah pesisir ke arah darat
hendaknya mencakup suatu DAS (daerah aliran sungai) dimana buangan limbah
akan mempengaruhi kualitas perairan pesisir.
Sementara itu, jika tujuan pengelolaan suatu wilayah pesisir untuk
mengendalikan erosi pantai, maka batas ke arah darat cukup hanya sampai pada
lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi, dan batas ke arah laut adalah
daerah yang terkena pengaruh distribusi sedimen yang paling dekat dengan garis
pantai.meskipun untuk kepentingan sehari-hari, kegiatan pembangunan di lahan
atau diata laut lepas harus ditangani oleh instansi tersendiri, namun untuk
kepentingan perencanaan pembangunan wilayah pesisir, pengaruh atau
keterkaitan tersebut harus dimasukkan pada saat menyusun perencanaan
pembangunan wilayah pesisir.
Definisi wilayah pesisir terdapat dalam dua pendekatan, yaitu definisi
scientific dan definisi berorientasi pada kebijakan.
a. Menurut definisi scientific, wilayah pesisir ibaratkan pita yang terbentuk
dari daratan yang kering dan ruang yang berbatasan dengan laut (air dan
tanah di bawah permukaan laut) dimana proses dan pemanfaatan lahan yang
terjadi di daratan secara langsung mempengaruhi proses dan pemanfaatan di
laut dan sebaliknya. (Ketchum, 1972 dalam Kay dan Alder, 1999).
b. Definisi berorientasi kebijakan, dikemukakan menjadi dua definisi yaitu.
 Wilayah pesisir mencakup daerah yang sempit sebagai pertemuan
antara daray dan laut yang berkisar antara raturan atau beberapa
kilometer, luas daribatas perairan sampai menuju batas jurisdiksi
nasional perairan pantao. Definisi ini tergantung issue dan faktor-
faktor geografi yang relevan pada setiap bentangan pesisir yang
ada (Hildebrand dan Norena, 1992; Kay dan Alder, 1999).
 Manajemen wilayah pesisir melibatkan pengelolaan berkelanjutan
atas penggunaan dan sumber daya tanah dan air pesisir di dalam
wilayah yang ditentukan, dimana batas-batasnnya ditentukan
secara politik melalui undang-undang atau aturan yang ditetapkan
oleh eksekutif (Jones dan Westmacott, 1993).
Dari kedua definisi wilayah pesisir yang berorientasi politik tersebut, tingkat
kebijakan dan batas-batas wilayah pesisir didefinisikan dalam empat cara yaitu 1)
berdasrakan jarak yang tetap, 2) berdasarkan jarak yang beragam, (3) berdasarkan
pemanfaatan, dan (4) merupakan perpaduan dari ketiga hal tersebut.
Disamping disebabkan oleh dampak pembangunan di kawasan pesisir itu
sendiri, juga terdapat dampak pembangunan di daratan atau kegiatan eksternal
yang terkait langsung dengan kawasan pesisir. Untuk itu diperlukan upaya sejak
dini untuk melindungi kawasan pesisir dari ancaman perusakan atau penurunan
kualitas sumber daya alam yag diakibatkan oleh kegiatan pemanfataan yang
berlebihan dan tidak bertanggung jawab, sehingga disatu sisi pemanfaatannya
dapat di optimalkan dan disisi lain sumber daya alam dan ekologi pesisir terjaga
kelestariannya.
Karakteristik wilayah pesisir secara umum penting untuk diketahui dalam
upaya perlindungan wilayah pesisir, karena sumber daya hayati perairan pesisir
merupakan satuan kehidupan yang saling berhubungan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Beberapa ekosistem wilayah pesisir memliki karakteristik sebagai
berikut (Bengen, 2000).
a. Mengandung habitat dan ekosistem seperti estuaria, terumbu karang,
padang lamun dan mangrove
b. Dicirikan oleh persaingan dalam pemanfaatan sumber daya dan ruang oleh
berbagai stakeholder, yang sering menumbulkan konflik dan kerusakkan
terhadap integritas fungsional sumber daya.
c. Merupakan tulang punggung ekonomi dari negara pesisir, dimana sebagian
besar dari Gross National Product (GNP) tergantung pada aktivitas seperti
pengapalan, penambangan minyak dan gas, wisata pantai dan sejenisnya.
d. Memiliki penduduk yang padan dan biasanya menjadi tujuan urbanisasi.

2. Komponen Ekosistem Pesisir


Ekosistem pesisir memiliki komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
penyusun ekosistem pesisir terbagi menjadi empat macam, yaitu produsen,
konsumen, primer, konsumen sekunder dan dekomposer, sedangkan komponen
abiotik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu unsur dan senyawa anorganik, bahan
organik dan faktor fisik.
Komponen Biotik Komponen Abiotik
a. Produsen, berperan sebagai a. Unsur dan senyawa anorganik,
produsen dalam ekosistem pesisir merupakan unsur hara atau
yaitu yang memiliki klorofil dan substratansi biogenik yang penting
berfotosintesis sehingga bagi kehidupan biota, contohnya
menghasilkan zat organik seperti nitrogen, fosfor, karbon,
kompleks dari zat anorganik magnesium, besi, seng dan air.
sederhana (vegetasi autotrof), b. Bahan organik, merupakan
contohnya seperti algae dan senyawa atau bahan organik yang
fitoplankton. mengikat komponek abiotik dan
b. Konsumen primer, berupa biota biotik terdapat dalam bentuk
laut yang memakan tumbuhan terlarut dan partikel. Jika bahan
(herbivora) konsumen primer atau organik terurai, maka bahan
konsumen pertama dari suatu tersebut akan menjadi humus atau
ekosistem pesisir. zat humik, contohnya seperti
c. Konsumen sekunder, semua senyawa tersebut adalah
organisme yang memakan hewan karbohidrat, lemak dan protein.
(karnivora) yang selanjutnya c. Faktor fisik, komponen ini
menjadi mangsa bagi konsumen membatasi organisme untuk
tersier yang umumnya tergolong menyesuaikan diri terhadap
dalam predator. perubahan yang berbaur dengan
d. Dekomposer, pengurai dalam ekoton seperti faktor fisik dari
ekosistem pesisir yaitu organisme iklim, suhu, kelembapan dan curah
avertebrata dan bakteri yang hujan.
memakan materi organik mati,
seperti dedaunan yang mati dan
bangkai biota laut.

3. Potensi Pesisir
Wilayah pesisir memiliki sumber daya alam yang bagus untuk
pengembangan ekonomi, karena dapat digunakan sebagai pilar ekonomi nasional.
Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan oleh para ahli juga
mengidindikasikan hal serupa. Fakta-fakta tersebut yaitu.
a. Secara sosial , 132 juta orang atau 60% penduduk indonesia tinggal diwilayah
pesisir dalam radius 50km dari garis pantai
b. Dari total 514 kabupaten atau kota yang ada di Indonesia, sekitar 300
kabupaten atau kota berada di garis pantai.
c. Secara ekonomi, hasil sumber daya pesisir telah memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sekitar 30%. Selain itu, juga
terdapat berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan
memperhatikan berbagai potensinya yang belum berkembang secara optimal
pada saat ini, seperti sumber energi dan farmasi.
d. Memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter) sekaligus sebagai simpul
transportasi laut di Wilayah Asia Pasifik. Ini menggambarkan peluang untuk
meningkatkan pemasaran produk-produk sektor industri Indonesia yang
tumbuh cepat (4-9%)
e. Selanjutnya, wilayah pesisir juga kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan
lautan yang dapat dikembangkan lebih lanjut meliputi: (1) pertambangan
dengan diketahuinya 60% cekungan minyak, (2) perikanan dengan potensi
9,3 juta ton/tahun yang tersebar pada 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP), (3) pariwisata bahari yang diakui dunia dengan keberadaan 21 spot
potensial, dan (4) keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (marine
biodiversity) sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan “ecotourism”.
f. Secara biofisik, wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat biodiversitas laut
tropis dunia karena hampir 30% hutan bakau dan terumbu karang dunia
terdapat di Indonesia.

Sementara itu, pada undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang perubahan


atas undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau kecil, bahwa wilayah pesisir memliki empat ekosistem penting
didalamnya, yaitu:
 Ekosistem Estuaria
Estuaria atau estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang
mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukkan
air tawar dari daratan, biasanya didominasi substrat berlumpur. Karakteristik
geomorfologi estuari dapat dikelompokkan menjadi estuari daratan pesisir,
dimana pembentukkannya terjadi karena penaikan permukaan air laut yang
menggenangi sungai dibagian pantai yang landai; Laguna, terbentuk oleh
beting pasir yang sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi
langsung dan terbuka dengan perairan laut; dan Fjords merupakan estuari
yang terbentuk oleh aktifitas gletser yang mengakibatkan tergenangnya
lembah es oleh air laut.
 Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove atau hutan mangrove merupakan komunitas
vegetasi pantai yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang
tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Mangrove pada umumnya tumbuh di daerah itertidal yang memiliki jenis
tanah berlumpur, berlempung dan berpasir, selain itu mangrove juga
membutuhkan suplai air tawar dari daratan dan biasanya hidup baik pada
daerah yang cukup terlindungi dari gelombang besar pasang surut yang kuat.
Salinitas yang baik untuk mangrove tumbuh adalah salinitas 2-22 per-mil
atau sampai pada salinitas 38 per-mil.
 Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks
dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan
wilayah pesisir. Pertumbuhan dan kepadatan lamun sangat dipengaruhi oleh
pola pasang surut, turbiditas, salinitas dan temperatur perairan. Pola zonasi
padang lamun adalah gambaran yang berupa rangkaian atau model
lingkungan dengan dasar kondisi ekologis yang sama pada padang lamun.
Aktifitas manusia di sekitar pesisir berupa pertanian, peternakan dan
pelabuhan tradisional serta pemukiman penduduk. Akktivitas manusia yang
tidak memperhatikan lingkungan pesisir akan mengakibatkan perubahan
komunitas lamun sebagai penunjang ekosistem pesisir.
 Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem dasar laut yang penghuni
utamannya sejenis binatang berongga penghasil kapur (karang batu). Karang
batu berbentuk koloni beranekaragam dan bersubstrt keras yang berfungsi
sebagai tempat tinggal, berlindung, mencari makan dan tempat memijah bagi
berbagai jenis biota asosiasi terumbu karang seperti udang, kepiting, binatang
laut, cacing, sponge, ikan, dan plankton. Fungsi dan manfaat terumbu karang
antara lain sebagai sumber makanan dan tempat tinggal biota laut, bahan
obat-obatan, bahan budidaya, sarana rekresi laut, tempat memijah,
pengasuhan dan pembesaran jenis ikan, serta penghalang erosi dari
gelombang air laut.

4. Ancaman Ekosistem Pesisir


Dengan kekayaan ekosistem yang melimpah yang sayangnya belum
dimanfaatkan secara optimal. Sumber daya pesisir yang begitu melimpah
dipandang sebelah mata, kalaupun ada kegiatan pemanfaatan sumber daya
kelautan, maka kegiatannya kurang profesional dan ekstraktif, kurang
mengindahkan aspek kelestariannya. Bangsa indonesia kurang siap menghadapi
segala konsekuensi jati dirinya sebagai bangsa nusantara negara kepulauan
terbesar di dunia karena tidak disertai dengan kesadaran dan kapasitas yang
sepadan dalam mengelola kekayaannya.
Disatu sisi Indonesia memposisikan diri sebagai negara kepulauan dengan
kekayaan alam yang melimpah, namun disisi lain Indonesia memposisikan diri
secara kultural atau sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta penduduk bertani
yang masih berada dibawah garis kemiskinan, sedangkan dakam industri modern
negara kita bersaing dengan negara lain. Ini berdampak terhadap pemanfaatan
ekosistem pesisir. Diantaranya nelayan Indonesia masih miskin dan tertinggal
dalam perkembangan teknologi kelautan.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan pemanfaatan ekosistem
pesisir Indonesia tidak optimal, diantaranya lemahnya pengamanan, lemah
pengawasan, dan lemah koordinasi dari negara.Indonesia memiliki Maritime
Surveillance System (sistem pengamatan maritim) pada sebuah institusi militer
yang ditugaskan untuk menjaga laut Indonesia. Maritime Surveillance System ini
dititik beratkan sebagai alat bantu pertahanan bidang kelautan.
Pulau-pulau terluar merupakan daerah terpencil, miskin bahkan tidak
berpenduduk dan jauh perhatian dari pemerintah.Pulau ini secara geografis
sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara Indonesia
ditentukan. Pulau-pulau ini seharusnya mendapatkan perhatian dan pengawasan
serius agar tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu keutuhan
wilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan
negara negara yang tidak/belum memiliki perjanjian (agreement) dengan
Indonesia. Ada beberapa kondisi yang membahayakan keutuhan wilayah jika
terjadi pada pulau-pulau terluar, diantaranya :
 Hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi, tenggelam, atau karena
kesengajaan manusia.
 Hilangnya pulau secara kepemilikan, akibat perubahan status
kepemilikan akibat pemaksaan militer atau sebagai sebuah ketaatan
pada keputusan hukum seperti yang terjadi pada kasus berpindahnya
status kepemilikan Sipadan dan Ligitan dari Indonesia ke Malaysia.
 Hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek ekonomi dan sosial
dari masyarakat di pulau tersebut. Misalnya pulau yang secara turun
temurun didiami oleh masyarakat dari negara lain.
Hingga saat ini, batas wilayah Indonesia dengan negara tetangga belum
seluruhnya terselesaikan yaitu dengan negara Malaysia, Singapura, Thailand,
Filipina, Vietnam, India, Palau, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia.
Menurut Adiyanto (2007), permasalahan yang dihadapi oleh pulau-pulau kecil
terluar sebagai wilayah perbatasan yaitu.
a. Belum adanya kepastian batas garis laut dengan negara tetangga.
b. Bagi pulau-pulau yang berpenduduk, konsisi masyarakat masi terisolir,
sehingga tingkat kerawanan tinggi dibidan ekonomi, politik dan
keamanan.
c. Maraknya pelanggaran hukum seperti penyelundupan, pencurian ikan,
trafficking dan perompakan.
d. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan terhadap
pulau-pulau yang terpencil, sufit dijangkau dan tidak berpenghuni.
e. Ukuran pulau di perbatasan umumnya sangat kecil sehingga sangat rentan
terhadap kerusakan baik oleh alam maupun manusia.
f. Belum sinkronnya pengelolaan perbatasan, baik yang mencakup
kelembagaan, program, maupun kejelasan kewenangan.
g. Belum adanya peraturan perundangan yang jelas dan menyeluruh dalam
pengelolaan pulau-pulau terluar.
h. Adanya salah penafsiran tentang Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah yang menimbulkan berbagai konflik dalam
kewenangan pengelolaan wilayah perairan.
i. Kurangnya sosialisasi tentang keberadaan dan pentingnya pulau-pulau
terluar.
Untuk menyikapi permasalah tersebut, pemerintah harus bekerja keras lagi
dalam mencari penyelesaian masalah ini agar eksplorasi serta pemanfaatan
kekayaan laut Indonesia dapt dilaksanakan secara terarah dan optimal. Mengingat
potensi sumber daya laut yang kita miliki sangat besar, maka kekayaan laut ini
harus menjadi keunggualan kompetitif Indonesia, yang dapat menghantarkan
bangsa kita menuju bangsa yang adil, makmur, dan mandiri. Upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil adalah
sebagai berikut.
a. Pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk kemandirian masyarakat
pesisir dan pulau-pulau kecil dengan program kegiatan meliputi:
i. Pengelolaan pelestarian kawasan pesisir dan laut, revisualisasi
pesisir, pemanfaatan keanekaragamn hayati pesisir dan pantai, serta
usaha budidaya dan penerapan teknologi yang tepat guna memberi
nilai tambah untuk hasil sumberdaya pesisir dan pantai.
ii. Pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir dan laut untuk sumber
energi terbarukan untuk pengembangan model kemandirian energi
di Pulaupulau Kecil. 
iii. Pengembangan potensi ekowisata wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. 
iv. Pengembangan usaha kecil penyediaan bahan baku obat berbasis
keanekaragaman hayati pesisir dan pantai. 
v. Sanitasi dan pemeliharaan kawasan sumber air bersih.
b. Rehabilitas dan konservasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil,
dengan program kegiatan meliputi:
i. Rehabilitasi dan revitalisasi produktivitas ekosistem mangrove
pesisir untuk meningkatkan produktivitas ekosistem mangrove
sebagai penyedia sumber pangan mansyarakat pesisir
ii. Pemanfaatan keanekaragaman hayati ekosistem pesisir untuk
energi alternatif. 
iii. Rehabilitasi terumbu karang di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. 
iv. Peningkatan kualitas lingkungan dan kesadaran hidup sehat,
rumah sehat, pencegahan penyakit di desa pesisir.
5. Pengelolaan Pesisir
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan
dengan laut, ekosistem wilayah pesisir memiliki peranan yang sangat penting dan
nilai yang sangat tinggi di antara ekosistem yang ada di bumi dalam memberikan
pelayanan terhadap keseimbangan lingkungan. Indonesia merupakan salah satu
negara terkaya dalam kenekaragaman hayatinya, akan tetapi sumberdaya pesisir
di indonesia terus mengalami penurunanan akibat penurunan kualitias
sumberdaya pesisir tersebut, perlu dipahami bahwa pesisir didefinisikan sebagai
wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut; ekosistem wilayah pesisir
memiliki peranan yang sangat penting dan nilai yang paling tinggi di antara
ekosistem di bumi ini dalam memberikan pelayanan terhadap keseimbangan
lingkungan.
Mitchell et al., (2000), menyebutkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam
merupakan upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi tingkat
genetik, spesies dan ekosistem serta menjamin kekayaan alam, binatang dan
tumbuhan yang ada di Indonesia. Sumberdaya alam yang lestari dapat menjamin
keberlanjutan produksi dan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Fauzi (2004) menambahkan,
sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia dan juga
sebaliknya, jika pengelolaan sumber daya alamnya tidak baik, maka akan
berdampak buruk bagi manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang arif dan
berkelanjutan diperlukan untuk mengantisipasi peningkatan degradasi
lingkungan.
Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam
dan jasa lingkungan yang tiggi dan dapat digunakan sebagai modal dasar dalam
melaksanakan pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini
menyediakan sumberdaya seperti terumbu karang, padang lamu, hutan mangrove,
perikanan dan kawasan konservasi dan jasa lingkungan yang indah untuk
mwnggerakkan industri wisata bahari, namun terancam keberkelanjutannya. Perlu
penanganan khusus agar sumberdaya wilayah pesisir dapat dikelola secara
berkelanjutan.
Dalam Undang-undang RI No. 1 Tahun 2014, pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau Pulau Kecil adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem
darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Mengingat potensi sumberdaya pesisir yang begitu besar dan kultur budaya
yang beragam baik bahasa, kuliner, pakaian dan sebagaimnya sebaiknya dibentuk
suatu “Kawasan Wisata dan Riset Indonesia”. Pulau-pulau terluar Indonesia dapat
dijadikan kawasan Wisata dan Riset Indonesia dimulai dengan menggali potensi
wilayah, sumberdaya manusia, budaya dan sebagainya.Seperti di Korea, adanya
kawasan yang memberikan sentuhan “The Real Korea”, suatu kawasan d Korea
yang menampilkan pariwisata budaya korea yang memamerkan budaya korea
pada zaman dahulu. Kawasan tersebut disulap sedemikian rupa hingga
memperlihatkan kondisi negara Korea pada saat itu sehingga menarik wisatawan
untuk berkunjung.
Begitu pula dengan lembaga riset kelautan, seharusnya dapat menjadi garda
depan dalam pembangunan kesejahteraan wilayah pesisir Indonesia. Pulau-pulau
kecil ataupun terluar Indonesia dapat dijadikan sebagai balaibalai riset lapangan,
dimana letaknya sangat strategis, dekat dengan wilayah pesisir, kegiatan
implementasi yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir, dalam hal
ini berkaitan erat dengan penempatan kesesuaian spesialisasi.
Selain itu budidaya laut (mariculture) juga perlu dilakukan untuk
pemeliharaan binatang dan tumbuhan laut seperti berbagai jenis ikan laut, udang-
udangan, kerang-kerangan dan berbagai jenis rumput laut di suatu tempat dan
dengan menggunakan metoda tertentu, dengan berdasarkan daya dukung
lingkungan tersebut. Daya dukung merupakan batas ambang banyaknya
kehidupan, atau kegiatan ekonomis, yang dapat didukung oleh suatu lingkungan,
sering berarti jumlah tertentu individu dari suatu species yang dapat didukung
oleh suatu habitat atau dalam pengelolaan sumberdaya, berarti batasbatas yang
wajar dari pemukiman manusia dan atau penggunaan sumberdaya.
Games
Mendatar
1. Sebutan untuk indonesia sebagai negara yang memiliki ribuan pulau.
2. Salah satu biota laut.
3. Contoh ancaman yang terjadi di wilayah pesisir.
4. tumbuhan yang tumbuh di perairan dangkal.
5. Hamparan luas yang berisi air asin dan dikelilingi daratan.

Menurun

6. Wilayah peralihan perbatasan antara daratan dan laut.


7. Tumbuhan yang hidup dan berkembang di wilayah besisir dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut.
8. Ekosistem laut yang berongga dan keras berfungsi sebagai tempat berlindung,
mencari makan dan pemijahan.
9. Wisata laut disebut juga wisata.
10. Nama lain mangrove.

2/8

10

4/6 7

3
C. BIODIVERSITY MANGROVE
1. Jenis-Jenis Mangrove
2. Karakteristik Habitat Mangrove
3. Fungsi dan Manfaat Mangrove
D. DEFORESTASI MANGROVE
1. Konsep Deforestasi Mangrove
2. Faktor Penyebab Deforestasi Mangrove
3. Deforestasi Mangrove Indonesia
E. RESTORASI DAN PENGELOLAAN MANGROVE
1. Konsep Restorasi dan Pengelolaan Mangrove
2. Upaya Restorasi Mangrove Indonesia
3. Pengelolaan Mangrove Berbasis Masyarakat
4. Peran Sekolah Dalam Restorasi Mangrove

Anda mungkin juga menyukai