Anda di halaman 1dari 15

SUMBER DAYA PESISIR

A. JENIS SUBER DAYA PESISIR


Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan
(interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996). Kekayaan ini mempunyai
daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan
mendorong berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya binaan/buatan dan jasa-
jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah pesisir.
Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007, Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah sumber daya hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-
jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun,
mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral
dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan
kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan
dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan
serta energi gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir.
Dikutip dari buku Dahuri (1999), bahwa potensi sumberdaya pesisir secara umum
dibagi atas empat kelompok yakni :
a. sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources),
Sumberdaya yang dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang,
rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk kegiatan
budidaya pantai dan budidaya laut (marine culture). Ketersedian lahan
pesisir merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk
kegiatan perikanan. Demikian juga dengan wilayah perairan pantainya
dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan budidaya terutama budidaya
laut.
b. sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewableresources),
Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian,
minyak bumi dan gas.
c. energi kelautan
Sumberdaya energi terdiri dari OTEC (Ocean Thermal Energy
Convertion), pasang surut, gelombang dan sebagainya.
d. jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).
Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata
dan perhubungan laut.

Lebih detail lagi, bahwa jenis Sumber Daya Pesisir terdiri atas Sumberdaya yang
dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya. Berikut penjelasannya :
a. Berdasarkan sifat
Menurut sifatnya, sumberdaya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut:
1) Sumberdaya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: jenis ikan,
udang, rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk
kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut. Disebut ter-barukan karena
dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).
2) Sumberdaya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya:
mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas yang ada di dalam
laut ataupun di daratan pesisir
3) Sumberdaya alam yang tidak habis, misalnya: energi pasang surut, dan
energi laut.

b. Berdasarkan potensi
Menurut potensi penggunaannya, sumber daya pesisir dibagi beberapa macam,
antara lain sebagai berikut:
1) Sumberdaya alam materi; merupakan sumberdaya alam yang
dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya, mutiara, dan sebagainya.
2) Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam yang
dimanfaatkan energinya. Misalnya minyak bumi, gas bumi, energi pasang
surut laut, kincir angin, dan lain-lain.
3) Sumber daya alam ruang; merupakan sumberdaya alam yang berupa
ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan perairan.
c. Berdasarkan jenis
Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :
1) Sumberdaya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya
alam fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati.
Misalnya : bahan tambang, pasir, air, angin, terumbu karang dll.
2) Sumberdaya alam hayati (biotik); merupakan sumberdaya alam yang
berupa makhluk hidup. Misalnya: ikan, mamalia laut, rumput laut,
plangton dan seluruh biota laut yang hidup..

Kesimpulannya bahwa Sumber daya pesisir dibedakan atas :

SUMBER DAYA PESISIR

Alam Buatan

Statis Dinamis

Habis Terbarukan

B. POTENSI WILAYAH PESISIR


Ditinjau dari berbagai macam peruntukannya, wilayah pesisir merupakan wilayah
yang sangat produktif (Supriharyono 2000).
Menurut Rokhmin (2001), Sumberdaya pesisir berperan penting dalam
mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan
penerimaan devisa, lapangan kerja, dan pendapatan penduduk.
Sumberdaya pesisir tersebut mempunyai keunggulan komparatif karena tersedia
dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan dengan
biaya eksploitasi yang relatif murah sehingga mampu menciptakan kapasitas
penawaran yang kompetitif. Di sisi lain, kebutuhan pasar masih terbuka sangat
besar karena kecenderungan permintaan pasar global yang terus meningkat.

Potensi pada Wilayah Pesisir dan laut salah satunya adalah Potensi ekologi,
ekonomi dan social.
Laut dikenal sebagai salah satu sumber daya alam yang paling penting
dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena laut mempunyai potensi
sumberdaya baik sumberdaya yang dapat pulih, sumberdaya yang tidak dapat
pulih, sumber energi, dan jasa-jasa Iingkungan yang berguna untuk menunjang
kehidupan. Kesulitan dalam pembatasan dan pengaturannya membuat laut sebagai
sumber daya yang terbuka untuk dieksploitasi oleh siapa saja, untuk itu perlu
dilakukan pembatasan dalam pengelolaan secara berkelanjutan.
Pada masa lalu, laut dipandang hanya sebagai sumber produksi dengankeragaman
biologi primer dan sekunder, kepentingan laut siklus materi dan energi global, dan
sekarang laut mulai diapresiasikan pada tujuan yang lebih baik. Model gabungan
dan sistem biosfer bumi-atmosfer-laut menghasilkan peranan kritis dan laut pada
perubahan gas dan iklim laut serta sebagai daur ulang air, nutrisi dan limbah.
Estimasi baru nilai ekonomi dan pelayanan ekosistem pasar dan non-pasar dan
laut mengindikasikan kontribusi yang sangat besar bagi kesejahteraan manusia
Dengan demikian, sektor kelautan perlu dikembangkan sehingga dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi (GNP) suatu wilayah. Berdasarkan data
yang diperoleh dan NSW (Australian State of New South Wales), sumberdaya laut
diperkirakan memberikan kontribusi total untuk kesejahteraan manusia 21 triliun
dolar AS/tahun (dibandingkan dengan GNP global. 25 triliun dolar AS/tahun),
yang terdiri dan 60% dan pantai dan selat serta 40% dan laut terbuka, dengan
kontribusi laut 60% dari total nilai ekonomi biosfer (Constanza et al., 1997).
Sehubungan dengan pentingnya peranan laut dalam kehidupan manusia dan untuk
menjaga keseimbangan dan keberlanjutan sumberdayanya, perlu pengelolaan
yang baik.
Pengelolaan laut perlu dikaji secara terpadu dan semua aspek yaitu aspek ekologi,
ekonomi dan sosial yang saling berkait secara berkelanjutan.
Masyarakat di kawasan pesisir merupakan masyarakat terdepan sebagai pelaku-
pelaku utama yang memanfaatkan dan mengelola sumberdaya kelautan, dengan
demikian pengelolaan sumberdaya kelautan tidak terpisahkan dengan pengeloaan
kawasan pesisir. Sebaliknya pengelolaan kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh
pengelolaann sumberdaya-sumber daya laut.

 Potensi Sumberdaya Kelautan


Aspek ekologi merupakan salah satu faktor penting yang dikaji dalam sektor
kelautan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar yaitu 71% permukaan bumi
adalah laut yang dibatasi oleh iklim dan ekologinya. Sehingga terdapat potensi-
potensi seperti :
 Tanpa adanya reservoar untuk air mengalir, bumi akan cepat mengalami
kekeringan (tandus).
 Laut juga menyediakan bak untuk mencuci nutrien yang tererosi dan
tanah.
 Laut mengatur iklim secara global sebagai penyerap panas dan penampung
CO2.
 Dan sudut pandang fisika, laut penting untuk mengatur iklim dibumi bagi
kehidupan manusia.
Pada pembentukan bumi pertama kali permukaannya mengandung sedikit air.
Pembentukan atmosfer dibumi didasarkan pada gas vulkanik yang perlahan
membentuk atmosfer primitif yang terutama mengandung metan, amonia, uap air
dan hidrogen (tetapi tidak ada oksigen). Setelah suhu bumi dingin, uap air
berkondensasi dan membentuk laut dengan cepat. Hipotesa model selanjutnya
adalah pertumbuhan materi berpengaruh selama sekitar 4.5 miliar tahun lalu,
setelah aliran atmosfer menurunkan hujan untuk membentuk laut/samudera
(Kasting, 1993).
Kehidupan bumi diduga diawali dari laut. Meskipun ada kontroversi dari
pernyataan ini, skenario sama seperti formasi kehidupan di bumi yang mempunyai
perkembangan dan molekul organik menjadi organisme sel tunggal primitif
sekitar 3,5 miliar tahun lalu (Kasting, 1993). Langkah kunci adalah adanya
fotosintesis, yang menggunakan cahaya matahari dan produksi oksigen. Apabila
produksi fotosintesis dilaut meningkatkan oksigen diatmosfire, kemungkinan
manusia dapat hidup pada lahan kering, kondisi ini menghasilkan jumlah ozon
yang tinggi, dan berfungsi menyaring sinar ultraviolet.
 Secara atmosfer dan fisika tanah, laut juga mengkontribusi stok genetika
yang dilihat pada keragaman hidup saat ini. Sampai sekarang, baik di laut
maupun darat, hampir seluruh kehidupan di bumi mengandung sejumlah
air tanah yang tidak berbeda dan komposisi kimia di laut. Laut
diperkirakan menghasilkan lebih dan 25% produksi primer planet (Lalli
dan Parsons, 1993). Tetapi juga menyediakan hampir 99% “yang hidup” di
planet. Hal ini dapat dilihat dan zona kehidupan tanaman dan hewan
berupa zona vertikal rendah beberapa meter dibawah permukaan sampai
100 m di atas permukaan, sedangkan kehidupan di laut menyebar dari
permukaan hingga kedalamam 13.000 m. Jadi, jika area permukaan laut
71% dan planet maka volumenya 99% ruang hidup yang tersedia.
Menurut Costanza et al. (1997), nilai ekonomi dan 17 ekosistem adalah untuk 16
biomassa, berdasarkan sintesis dan studi dan perhitungan. Untuk biosfer berkisar
antaram16-54 triliun US$/tahun. Lingkungan pantai mencakup muara daratan
basah pantai, lahan rumput dan alga laut, karang, terumbu karang, benua dangkal
dan lainnya, hanya menutup 6,3% permukaan bumi tetapi berperan dalam 43%
nilal ekosistem di bumi.
Jika ekosistem dibayar atas kontribusi nilainya pada ekonomi global, sistem harga
umum akan sangat berbeda dan saat ini. Harga komoditi jasa ekosistem akan jauh
lebih besar. GNP akan sangat berbeda pada jarak dan komposisi. Contoh, Daly
dan Cobb (1989), menghitung indeks kesejahteraan Ekonomi Berkelanjutan
(ISEW) untuk perekonomian AS dan 1950-1986 yang menggabungkan effek
distribusi, kerugian dan kerusakan alam. GNP/kapita meningkat di periode awal
kemudian berhenti dan mulai menurun. Max Neef (1995) mengemukakan hal ini
sebagai “hipotesa batas ambang”, dimana pertumbuhan ekonomi meningkatkan
kesejahteraan hingga batas ambang tercapai dengan biaya pertumbuhan melebihi
keuntungan.ISEW dan ukuran serupa bergantung pada tanggung jawab nasional ,
bukan gabungan sumberdaya internasional seperti laut.
Kepentingan sosial laut pada transportasi umum dan pemersatu elemen
kebudayaan dan negara-negara sekitar lautan. Keterbukaan laut harus diganti
dengan perangkat pembangunan yang tepat. Diawali dengan perluasan teritorial
pantai dan 200 mil, hukum laut, dan pembangunan agen-agen dan rencana-
rencana manajemen zona pantai di banyak negara.

 Potensi Sumberdaya Kawasan Pesisir


Wilayah pesisir adalah suatu daerah yang unik dari arah lautan ke daratan seperti
terjadinya pasang surut, vegetasi mangrove, terumbu karang (coral reef), tidal
flats, sea beaches, storm waves, estuarine dan barrier islands yang hanya dapat
ditemukan di wilayah pesisir.
Batasan wilayah pesisir bisa digambarkan secara luas dan sempit tergantung dari
tujuan program (misalnya di Indonesia ada batasan secara Administrasi, ekologi
dan Perencanaan).
Secara sempit (ekologis) wilayah pesisir adalah meliputi zona intertidal dan
supratidal dari tepi perairan ditandai adanya tumbuhan pesisir yang tergenang,
vegetasi mangrove, marshes, tide flats, beaches, dunes (gundukan pasir) dan
fringing reef (terumbu karang tepi).
Semakin terkonsentrasinya aktivitas manusia di wilayah pesisir telah membawa
perubahan-perubahan yang tidak bisa dipredisikan sebelumnya dan terdapat
kecenderungan semakin meningkatnya dampak-dampak yang diakibatkannya.
Gambaran yang jelas akan bahaya masa depan akibat kemerosotan dari ekosisitem
pesisir yang bersifat sangat mudah berubah dan sensitif terhadap perubahan,
terlihat jelas akibat eksploitasi secara berlebihan akan sumberdaya hayati dan
sumberdaya nir-hayati. Oleh karena itu untuk dapat melakukan pengelolaan yang
tepat dan untuk melakukan perlindungan kawasan ini, maka rumusan peraturan
kawasan pesisir menjadi sangat penting artinya.
Untuk dapat melakukan semua itu, terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi
kawasan-kawasan yang memerlukan perhatian cukup balk untuk pemeliharaan
maupunn pengembangan.

 Pemanfaatan dan Pengelolaan Potensi Pesisir Daerah di Indonesia


Dari pengalaman pengalaman yang sudah berjalan sampai sekarang, Daerah
pesisir di Indonesia yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan, merupakan
daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya, hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan :
 hasil dari laut berupa ikan,
 rumput laut,
 mutiara kerang
 terumbu karang,
 lamun, dan sebagainya
hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga secara garis besar,
potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya terbatas
untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.

Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara besar-besaran untuk


mendapatkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan
pertumbuhan perekonomian rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir
untuk usaha ekonomi dalam skala besar baru dilakukan pada sebagian Kabupaten
dan Kota yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha ekonomi
pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak disektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai
pengolahan seperti ini.

Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan


yang termasuk juga daerah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi
daerah maka pemanfaatan potensi daerah pesisir ini belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten atau kota yang berada di pesisir. Jadi belum
semua Kabupaten dan Kota yang memanfaatkan potensi daerah pesisir.
C. KENDALA DALAM WILAYAH PESISIR

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia selain menyimpan potensi


kekayaan alam juga memiliki potensi bencana yang besar, seperti Degradasi
biofisik sumberdaya pesisir dibeberapa tempat, telah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan, antara lain: deforestasi hutan mangrove, rusaknya terumbu
karang, merosotnya kualitas taman bawah laut, tangkap ikan lebih (overfishing),
terancamnya berbagai spesies biota laut seperti penyu dan dugong; meningkatnya
laju pencemaran, berkembangnya erosi pantai, meluasnya sedimentasi serta intrusi
air laut (Kepmen Kelautan dan Perikanan No.10 Tahun 2002 tentang Pedoman
Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu). Sebab itu, untuk mengeliminir
degradasi biofisik di kawasan pesisir yang terus berlangsung diperlukan suatu
pengelolaan yang terpadu.

 Isu Permasalahan Strategis


Salah satu tahapan penting yang diperlukan dalam penyusunan rencana
pengelolaan ekosistem dan sumberdaya pesisir adalah identifikasi isu-isu yang
mengemuka dalam berbagai kegiatan pembangunan. lsu-isu utama yang
dikemukakan disini adalah isu-isu kualitas lingkungan dan sumberdaya alam
pesisir. lsu-isu ini dapat berdiri sendiri atau saling berkaitan dalam setiap bidang
kegiatan pembangunan.
lsu-isu kualitas lingkungan dan sumberdaya alam pesisir dicirikan oleh adanya
perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu habitat/kawasan atau sumberdaya
alam sebagai dampak berbagai kegiatan pembangunan, seperti pencemaran,
sedimentasi, konversi atau degradasi sumberdaya. Berikut penjelasannya :

1) Sedimentasi dan Pencemaran


Kegiatan pembukaan lahan atas dan pesisir untuk pertanian, pertambangan
dan pengembangan kota merupakan sumber beban sedimen dan pencemaran
perairan pesisir dan laut. Adanya penebangan hutan dan penambangan di Daerah
Aliran Sungai (DAS) telah menimbulkan sedimentasi serius di beberapa daerah
muara dan perairan pesisir. Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari kegiatan
pertanian, telah meningkatkan sampah-sampah pertanian baik sampah padat
maupun cair yang masuk ke perairan pesisir melalui aliran sungai.
Selain itu, sampah-sampah padat rumah tangga dan kota merupakan sumber
pencemar perairan pesisir yang sulit dikontrol, sebagai akibat perkembangan
pemukiman yang pesat. Sumber pencemaran utama lainnya berasal dari
kegiatan pertambangan, misalnya pertambangan emas. Pertambangan emas
rakyat yang menggunakan air raksa untuk mengikat bijih emas menjadi amalgam,
dapat menimbulkan pencemaran air raksa melalui air pada saat
pencucian/pengikatan amalgam. Pencemaran air raksa melalui air sangat
berbahaya, karena limbah air raksa yang terbawa melalui aliran sungai ke perairan
pesisir sangat potensial menimbulkan pencemaran logam berat melalui rantai
makanan (bioakumulasi).

Proses timbulnya pencemaran yang sama juga terdapat pada pertambangan


emas yang dilakukan oleh perusahaan swasta, khususnya perusahaan swasta besar,
meskipun jenis bahan pencemarnya berbeda. Pertambangan emas yang dilakukan
oleh perusahaan swasta besar tidak menggunakan air raksa untuk mengikat emas,
tapi menggunakan sianida. Limbah dari hasil tambang tersebut, berupa lumpur,
tanah dan batuan, selain mengandung sianida juga mengandung timah, kadmium,
nikel dan khrom. Limbah ini dibuang dalam jumlah besar, sehingga sangat
potensial mencemari perairan pesisir, terlebih bahan sianida yang terkenal sebagai
racun yang sangat berbahaya.

2) Degradasi Garis Pantai


Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai wilayah
pesisir. Selain proses-proses alami, seperti angin, arus, hujan dan gelombang,
aktivitas manusia juga menjadi penyebab penting erosi pantai.

Kebanyakan erosi pantai akibat aktivitas manusia adalah pembukaan hutan pesisir
untuk kepentingan pemukiman, dan pembangunan infrastruktur, sehingga sangat
mengurangi fungsi perlindungan terhadap pantai. Di samping itu aktivitas
penambangan terumbu karang di beberapa lokasi untuk kepentingan konstruksi
jalan dan bangunan, tetah memberikan kontribusi penting terhadap erosi pantai,
karena berkurangnya atau hilangnya perlindungan pantai dari hantaman
getombang dan badai.

3) Degradasi Terumbu Karang


Isu utama lain tentang penurunan kualitas lingkungan hidup adalah degradasi
terumbu karang. Degradasi terumbu karang di perairan pesisir disebabkan oleh
berbagai aktivitas manusia, diantaranya pemanfaatan sebagai sumber pangan
(ikan-ikan karang), sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas
perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman
hayati).

Degradasi terumbu karang akibat pemanfaatannya sebagai sumber pangan


maupun ikan hias sebagian besar dikarenakan oleh penggunaan bahan peledak,
tablet potas dan sianida. Kenyataan ini dapat dijumpai di banyak lokasi terumbu
karang, berupa karang-karang yang rusak secara fisik dalam formasi berbentuk
cekungan.
Isu lain terjadinya degradasi terumbu karang adalah sebagai akibat kegiatan
penambangan/penggalian karang untuk kepentingan konstruksi jalan atau
bangunan. Selain itu, degradasi terumbu karang akibat eksploitasi intensif ikan-
ikan hias berdampak pada semakin menurunnya keanekaragaman ikan karang
bahkan punahnya jenis ikan tertentu. Hal ini tentu saja akan berakibat pada
kualitas estetika terumbu karang sebagai obyek wisata selam.
Degradasi terumbu karang akibat pemanfaatannya sebagai obyek wisata terlihat
dari kerusakan-kerusakan fisik karang yang disebabkan oleh pembuangan jangkar
kapal/perahu yang membawa wisatawan ke lokasi terumbu karang. Kerusakan
juga dapat diakibatkan oleh perilaku wisatawan, misalnya penginjakan terumbu
karang oleh penyelam yang kurang berpengalaman maupun oleh penyelam yang
memburu ikan. Selain itu limbah yang dibuang turis atau limbah yang berasal
dari aktivitas di daratan ikut menimbulkan kerusakan karang.

4) Degradasi dan Konversi Hutan Mangrove


Sejalan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, dan perkembangan
pemukiman dan perkotaan ke arah pesisir, maka terlihat jelas adanya degradasi
sumberdaya pesisir. Salah satu degradasi sumberdaya pesisir yang cukup
menonjol adalah degradasi hutan mangrove sebagai akibat pembukaan lahan atau
konversi hutan menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, industri, dan lain-lain.
Selain konversi, degradasi hutan mangrove juga terjadi sebagai akibat
pemanfaatannya yang intensif untuk arang, bahan konstruksi atau bahan baku
kertas serta pemanfaatan langsung lainnya.

5) Ancaman Keanekaragaman Hayati


Pada saat ini ancaman terhadap keanekaragaman hayati di perairan pesisir
diduga antara lain berasal dari pembangunan infrastruktur (hotel, restoran,
dan lain-lain) di pinggir pantai, dan juga reklamasi pantai. Kegiatan reklamasi
pantai sebagaimana terjadi di beberapa kawasan pesisir, diperkirakan dapat
merubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat menurunkan
keanekaragaman hayati perairan.
Dalam skala yang lebih kecil, pembangunan hotel-hotel atau restoran-restoran di
pinggir pantai dapat memberikan dampak yang sama, terutama bila berada di
sekitar kawasan konservasi atau taman laut. Karena itu seharusnya pembangunan
hotel-hotel yang saat ini berada di pinggir pantai tidak diperbolehkan, terlebih
apabila daerah tersebut termasuk dalam kawasan penyangga atau sempadan
pantai.

 Permasalahan dan Ancaman Potensi Wilayah Indonesia


Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir yang dilakukan oleh masyarakat
maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya
alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi
dan kelestarian pesisir dan lingkungannya. Penyebab degradasi kondisi daerah
pesisir secara tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam
di hulu yang berpengaruh terhadap muara di pesisir.

Kebijakan reklamasi yang tidak berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan


pada beberapa daerah juga berpengaruh terhadap ekosistem dipesisir. Perizinan
pengembangan usaha bagi kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar
menjadi kewenangan pusat. Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut
tanpa memperhatikan kepentingan daerah dan masyarakat setempat.

Jika kita perhatikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan dan
pengelolaan daerah pesisir dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

 Pemanfaatan dan pengelolaan daerah belum diatur dengan peraturan


perundang-ungan yang jelas, seingga daerah mengalami kesulitan dalam
menetapkan sesuatu kebijakan.
 Pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir cendrung bersifat sektoral,
sehingga kadangkala melahirkan kebijakan yang tumpang tindih satu sama
lain.
 Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum memperhatikan konsep
daerah pesisir sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi oleh
wilayah administratif pemerintahan, sehingga hal ini dapat menimbulkan
konflik kepentingan antar daerah.
 Kewenangan daerah dalam rangka otonomi daerah belum dipahami secara
komprehensif oleh para stakeholders, sehingga pada setiap daerah dan
setiap sector timbul berbagai pemahaman dan penafsiran yang berbeda
dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir.

Masalah-masalah Pengelolaan Sumberdaya Kelautan


Penetapan dan penyelenggaraan property rights pada sumberdaya dan ekosistem
di daratan, pada lahan pertanian, pepohonan atau danau, relatif telah jauh
berkembang dan melembaga. Adalah sangat sulit menentukan seperti migrasi
populasi ikan, keragaman biologi, siklus nutrien, siklus air dan masalah ekologi
lainnya.
Masalah klasik laut adalah open akses sumberdaya karena hubungannya dengan
zat cair, ukuran luasnya dan kesulitan melaksanakan property rights pada area
tertentu.
Tetapi walaupun laut luas, perluasan teritorial air hingga 200 mil, Hukum Laut,
komisipenikanan internasional dan berbagai institusi mulai mendirikan property
rights diberbagai bagian laut.
Property rights regimes merupakan institusi sosial yang kompleks (Hanna et al.,
1996), karena:
a) Karakteristik open akses dan common property laut.
b) Peran laut dalam sistem ekologi global, bebas dan kebijakan konservasi.
c) Pengaruh antargenerasi dan antar spasial dan penggunaan sumberdaya laut.
d) Pengaruh aktivitas manusia pada laut.
e) Semua yang disebutkan di atas mendorong “kegagalan pasar”.
f) Kemiskinan diperburuk melalul globalisasi yang mengabaikan eksternalitas
lingkungan.

Masalah-masalah Pengelolaan Sumberdaya Kawasan Pesisir


Permasalahan yang dihadapi Program ICZM antara lain Resources depletion
(menipisnya sumberdaya), pollution (pencemaran), Biodiversity
(Keaneragamanhayati), Natural Hazards (Bencana alam), Sea level rise
(Meningkatnya permukaan air laut), Eroding shoreline (erosi pantai), Lands use
(pemanfaatan lahan), Hinterlands(daerah bawahan), Landscape (bentang alam),
dan Resources conflicts (Konflik SDA).
Bila kita hubungkan dalam konteks pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia ada 3
isue utama yang sedang dihadapi antara lain :
1) isu degradasi biofisik lingkungan pesisir (karang, stok ikan, erosi pantai,
pencemaran, sedimentasi dan siltasi,
2) isu konflik pemanfaatan dan kewenangan di wilayah pesisir sehingga
mengurangi efektivitas pengelolaan pesisir secara lestari, dan
3) ketidakpastian hukum sering terjadi karena adanya ambiguitas pemilikan
dan penguasaan sumberdaya pesisir Secara kuantitatif terdapat 80% issue
pesisir akibat interaksi antara manusia yang memanfaatkan sumberdaya
pesisir dengan lingkungannya dan akibat tindakan pihak lain misalnya
kerusakan karang, deforestasi mangrove, pengerukan pasir laut yang
dilakukan oleh nelayan, penyelam, masyarakat, HPH dan pengusaha besar.
Persoalan mendasar adalah tidak efektifnya pengelolaan sumberdaya pesisir untuk
mengalokasikan dan memanfaatkan sumberdaya secara lestari.

 Macam-Macam Bencana Geologi


Berbagai macam bencana geologi dapat terjadi di daerah pesisir, mulai dari yang
sangat spektakuler seperti tsunami sampai yang sangat tenang dan berlangsung
sangat pelan seperti subsiden. Dari sudut pandang pencetusnya, bencana geologi
di daerah pesisir dapat terjadi secara alamiah murni, maupun terjadi dengan
campur tangan manusia. Berikut merangkum berbagai karakteristik dari berbagai
bencana geologi yang dapat terjadi di daerah pesisir dengan penekanan di
Indonesia.
 Tsunami
 Gelombang Badai / Gelombang Tinggi
 Banjir :
Banjir Luapan Sungai
Banjir Pasang-surut
 Erosi Pantai
 Sedimentasi
 Subsiden

Anda mungkin juga menyukai