Anda di halaman 1dari 10

4.

1 Konsep Pengembagan Zonasi Kawasan Lindung


Dalam menentukan zonasi kawasan lindung terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Kriteria Ekologi;
 Keanekaragaman hayati didasarkan pada keanekaragaman atau kekayaan
ekosistem, habitat, komunitas dan jenis biota. Lokasi dengan keaneka-ragaman hayati
yang sangat tinggi, harus memperoleh nilai paling tinggi.
 Kealamian didasarkan pada tingkat degradasi. Kawasan pesisir yang terdegradasi
mempunyai nilai yang rendah, misalnya bagi kegiatan perikanan atau wisata, dan
sedikit berkontribusi dalam proses-proses biologis.
 Ketergantungan didasarkan pada tingkat ketergantungan spesies pada lokasi, atau
tingkat dimana ekosistem tergantung pada proses-proses ekologis yang berlangsung di
lokasi.
 Keterwakilan didasarkan pada tingkat dimana satu lokasi mewakili suatu tipe habitat,
komunitas biologi, ciri biologi dengan proses ekologisnya atau karakteristik alam
lainnya.
 Keunikan didasarkan keberadaan suatu spesies endemik atau yang hampir punah.
 Integritas didasarkan pada tingkat dimana satu lokasi merupakan suatu unit
fungsional dari entitas ekologi.
 Produktivitas didasarkan pada tingkat dimana proses-proses produktif di lokasi
memberikan manfaat atau keuntungan bagi jenis-jenis biota tertentu dan manusia.
 Kerentanan didasarkan pada kepekaan lokasi terhadap degredasi lingkungan yang
berasal dari pengaruh alam atau akibat aktivitas manusia.
2. Kriteria Oseanografi
 Berjarak aman dari sumber kegiatan/aktivitas manusia yang dapat menimbulkan
dampak negatif. Jarak aman ini ditentukan oleh tipe pasang surut (pasut), kecepatan
arus pasut, gelcombang dan pola arus di kawasan tersebut;
 Berjarak aman dari muara sungai yang berpotensi menurunkan mutu kondisi
lingkungan dimana kawasan lindung itu berada. Jarak aman ini ditentukan oleh tipe
pasang surut (pasut) dan kecepatan arus pasut di kawasan tersebut;
 Sirkulasi massa air laut yang baik;
 Lokasi kawasan lindung harus sesuai dengan peruntukannya. Misalnya untuk kawasan
terumbu karang berlokasi di perairan terbuka, sedangkan untuk hutan mangrove
berada pada daerah yang terlindung (teluk);
 Batimetri dan keadaan geografis yang sesuai dengan peruntukan kawasan lindungnya.
Untuk kawasan terumbu karang batimetrinya cukup dalam dan curam, sedangkan
untuk hutan mangrove dangkal dan landai;
 Karakteristik fisik perairan yang sesuai untuk peruntukannya. Misalnya untuk
kawasan terumbu karang arus yang deras dan gelombang besar, sedangkan untuk
hutan mangrove berlaku sebaliknya.

3. Kriteria Sosial
 Tingkat dukungan masyarakat sekitar, yaitu sejauh mana masyarakat lokal
mendukung keberadaan kawasan lindung tersebut.
 Kesehatan masyarakat, yaitu sejauh mana keberadaan kawasan lindung dapat
mengurangi dampak polusi atau faktor penyakit yang dapat mengancam kesehatan
masyarakat.
 Rekreasi, yaitu sejauh mana kawasan lindung dapat digunakan sebagai tempat
rekreasi bagi masyarakat.
 Budaya, yaitu nilai-nilai religi, sejarah, seni dan budaya yang dimiliki oleh kawasan
tertentu.
 Estetika, yaitu nilai keindahan yang dimiliki oleh kondisi alam kawasan tersebut.
 Konflik kepentingan, yaitu sejauh mana kawasan lindung mempengaruhi kegiatan
masyarakat lokal.
 Keamanan, yaitu tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan dan dapat membahayakan
masyarakat (akibat arus kuat, ombak, longsoran tanah dan bahaya lainnya).
 Aksesibilitas, yaitu tingkat kemudahan akses baik melalui daratan dan lautan.
 Penelitian dan Pendidikan, yaitu sejauh mana suatu daerah dengan kekayaan
karakteristik ekologis dapat digunakan sebagai sumber penelitian dan ilmu
pengetahuan.
 Kesadaran publik, didasarkan pada tingkat kesadaran masyarakat, dimana
monitoring, penelitian, pendidikan atau pelatihan di dalam lokasi dapat berkontribusi
pada pengetahuan, apresiasi nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi.
Tabel IV.1
Parameter Utama Baku Mutu Pemilihan Lokasi Perairan Untuk Kawasan Lindung
4. Kriteria Ekonomi
 Spesies penting : didasarkan pada tingkat dimana spesies dengan nilai ekonomis
penting sangat bergantung pada satu lokasi.
 Kepentingan perikanan : didasarkan pada jumlah nelayan yang tergantung pada
lokasi penangkapan serta volume hasil tangkapan.
 Bentuk ancaman : didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan ruang yang
mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia.
 Manfaat ekonomi : didasarkan pada tingkat dimana perlindungan suatu lokasi akan
berpengaruh pada nilai ekonomi lokal dalam jangka panjang.
 Pariwisata : didasarkan pada nilai keberadaan atau potensi lokasi bagi
pengembangan pariwisata.
5. Kriteria Regional
 Tingkat Kepentingan Regional
Mewakili karakteristik regional setempat, baik itu alam, proses ekologis, maupun
budaya. Merupakan daerah migrasi beberapa spesies, serta dapat memberikan
kontribusi untuk pemeliharaan berbagai spesies.
 Tingkat Kepentingan Sub-Regional
Memiliki dampak posistif terhadap sub regional lainnya yang tidak dijadikan kawasan
lindung.
Berdasarkan kriteria diatas bahwa kawasan pesisir pantai Kabupaten Natuna tidak
memenuhi kriteri dalam pengembangan zonasi kawasan lindung. Karena kriteria yang ada di
Kabupaten Natuna tidak memenuhi standar yang ada.

4.2 Konsep Pengembagan Zonasi Kawasan Wisata Bahari


Unsur kepentingan manusia merupakan unsur yang mendukung wisatawan dalam
menikmati obyek wisata pada suatu daerah. Unsur ini juga merupakan hasil dari perbuatan
manusia, sehingga dalam pemenuhan unsur ini dituntut peran aktif dari penduduk, instansi
pemerintah, dan pihak pengelola wisata daerah setempat. Adapun penilaian unsur-unsur
lingkungan tersebut secara jelas dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel IV.2
Kriteria Penilaian Unsur Estetika Untuk Kawasan Wisata
No Kriteria teknis Buruk Sedang Baik
Unsur biotis dan
kualitas perairan
1 Warna air berwarna berwarna Jernih
Variasi
2 Material terapung (Minyak,Sampa Vegetasi Tidak ada
h,busa, dll)
3 Tanda polusi Jelas - Tidak ada
Flora penutup Terbuka atau
4 semak pohon
daratan rumput
Flora penutup Terumbu
5 Terbuka Lamun
lereng perairan karang
6 Kondisi karang Buruk Sedang Baik
Tidak ada -
7 Spesies ikan Sedang Bervariasi
variasi kecil
Kepentingan
manusia dan
faktor
Pencapaian dengan
1 Sulit Sedang Mudah
kendaraan pribadi
Pencapaian dengan
2 Sulit Sedang Mudah
kendaraan umum
Sarana dan
3 Tidak ada Sedikit Ada
prasarana wisata
4 Telekomunikasi Tidak ada Ada Ada
5 Listrik Tidak ada ada Ada
6 Perencanaan Tidak ada Belum Ada
Tidak
7 Pelabuhan Tidak ada Ada
ada /ada
Jalan
8 Sarana jalan Tidak ada Aspal
setapak
9 Jumlah bangunan Banyak sedang sedikit
Ada Ada
10 Air tawar Tidak ada -
(sedikit) (banyak)
Sumber : fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)

4.3 Konsep Pengembagan Zonasi Kawasan Budidaya


Potensi lahan untuk kegiatan budidaya dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
kawasan untuk menopang kegiatan budidaya secara optimal dan berkelanjutan yang dapat
dinyatakan dalam biomassa atau unit budidaya per satuan luas.
A. Tipe Kawasan Perikanan Budidaya Laut
Tipe kawasan laut untuk pengembangan perikanan budidaya laut adalah kawasan selat,
teluk, tanjung dan kawasan di sekitar perairan pulau-pulau kecil. Teknologi budidaya dan
jenis biota yang dibudidayakan disesuaikan pada habitat ekosistem dan faktor hidro-
oseanografi yang ada.
Kawasan budidaya laut dapat dikelompokkan berdasarkan dua kriteria yaitu
1. Daya dukung dan keterlindungan yang meliputi perairan selat, teluk, estuaria, dan laut
dangkal terlindung di sekitar pulau-pulau kecil (protected shallow sea).
Selat, budidaya laut yang dapat dikembangkan adalah ikan dalam keramba jaring apung
(KJA) atau keramba tancap, kerang, mutiara, rumput laut
Teluk, budidaya laut yang dapat dikembang ikan dalam keramba jaring apung (KJA)atau
keramba tancap, kerang hijau, kerang darah, mutiara, rumput laut, gonggong, teripang,
mabe
Tanjung, budidaya laut yang dapat dikembangkan adalah ikan dalam keramba jaring
apung,(KJA) atau keramba tancap, kerang hijau, kerang darah, mutiara, rumput laut,
gonggong, teripang, mabe
Pulau Kecil, budidaya laut yang dapat dikembangkan ikan dalam keramba jaring apung
(KJA) atau dalam keramba tancap, mutiara, rumput laut, gonggong, teripang
2. Ekosistem mencakup perairan terumbu karang, padang lamun dan sedimentasi
Pengembangan kegiatan budidaya laut ditentukan berdasarkan besarnya potensi lahan
yang dapat diusahakan. Adapun penggunaan lahan terhadap potensi ini direkomendasikan
untuk usaha budidaya laut berkisar 20 – 50 % dari luas potensi tergantung dari daya dukung
perairan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi lahan ini untuk kegiatan budidaya
dapat dilakukan melalui pengaturan jarak, jumlah atau unit areal usaha budidaya tergantung
dari daya dukung perairan, luas areal dan metoda dan atau tingkat teknologi yang digunakan.
B. Kesesuaian Lokasi Perikanan Budidaya Laut
Pengembangan lahan perikanan budidaya laut mengacu kepada prinsip daya dukung
perairan dan jumlah unit budidaya yang akan dikembangkan. Prinsip ini antara lain:

a. Kelestarian (Sustainability)
Pengembangan perikanan budidaya laut mengacu kepada kaidah pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Kaidah ini digunakan mengingat wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil mempunyai nilai keunikan yang sangat tinggi dibandingkan
wilayah lainnya dan menjadi tempat yang paling strategis untuk berbagai kegiatan
perekonomian.

b. Aman (Safety)
Faktor keamanan dalam kegiatan perikanan budidaya laut menjadi penting, mengingat
tingginya resiko bencana pada wilayah ini, baik bencana alam maupun bencana yang
diakibatkan akibat aktivitas perekonomian masyarakat. Secara fisik, harus
mempertimbangkan mitigasi bencana seperti bencana gempa bumi, tsunami, dan banjir.

c. Diharapkan dapat mengembangkan aktivitas perekonomian masyarakat (Proximity)


Prinsip ini mengacu pada faktor rasionalitas pemilihan lokasi permukiman yang
cenderung mendekat terhadap aglomerasi dan pusat aktivitas ekonomi. Pengaturan lokasi
permukiman menjadi sangat penting melalui pengalokasiannya dalam rencana tata ruang
wilayah setempat, agar tercipta keadilan bagi semua penduduk kawasan. Kedekatan
ditunjang dari aksesibilitas kawasan yakni keterkaitan sistem jaringan transportasi
wilayah terhadap kawasan permukiman tersebut.

d. Nyaman (Amenity)
Kenyamanan menjadi prinsip yang harus dipenuhi oleh pengembang kawasan untuk
meningkatkan nilai tambah kawasan.

e. Berwawasan Lingkungan
Prinsip pembangunan kawasan tetap mengacu pada karakteristik lokal dan tidak
mengubah bentang alam secara signifikan dan tidak mempengaruhi keseimbangan
ekosistem yang telah ada. Kondisi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil harus menjadi
daya tarik utama dalam mengembangkan kegiatan perikanan budidaya.

C. Daya Dukung Perairan


a. Daya dukung untuk kegiatan budidaya laut
 Daya dukung lingkungan terhadap jumlah individu atau biomassa biota perairan
persatuan unit budidaya
 Daya dukung lingkungan kawasan budidaya terhadap jumlah unit budidaya
b. Faktor-faktor penentu daya dukung perairan
1. Faktor lingkungan perairan :
- Parameter fisik : suhu, arus, kedalaman, kekeruhan, kecerahan, tinggi
gelombang, amplitudo, pasang surut dan lain-lain
- Parameter kimia : Oksigen terlarut, salinitas, pH, NO3, PO4 dan lain-lain
- Parameter Biologi : Keragaman, keanekaragaman, kelimpahan plakton, benthos
dan detritus,
- Keberadaan bahan-bahan toksik : CO2, NH3, NO2, H2S, logam berat, deterjen,
minyak dan lain-lain
2. Faktor biota budidaya :
- Tingkah laku sosial (social behavior) biota budidaya : kebiasaan bergerombol
(schooling), kebiasaan menyendiri (soliter), bersifat agresif (dominansi), bersifat
menguasai wilayah (territoriality), bersifat kanibalisme
- Kemampuan adaptor terhadap perubahan lingkungan, ketahanan terhadap
perubahan lingkungan yang cukup besar, perubahan iklim secara oseanografi yang
berpengaruh terhadap parameter fisika, kimia dan biologi perairan
c. Kriteria penentu daya dukung lingkungan
1. Perubahan lingkungan (fisika, kimia dan biologi) akibat kegiatan budidaya laut :
- Perubahan Fisika (peningkatan kekeruhan/kecerahan )
- Perubahan kimia (penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar CO2 terlarut,
ammonia, NO2, H2S dan CH4 serta PO4
- Perubahan biologi (peningkatan kelimpahan plankton, organisme patogen dan
lain- lain)
2. Perubahan kondisi biologis biota budidaya laut :
- Laju pertumbuhan
- Kondisi fisiologis
Tabel IV.3
Parameter Utama Baku Mutu Untuk Lokasi Budidaya Laut
Parameter Satuan Ideal Diinginkan

Fisik :
Temperatur o
C 26 – 30 28 – 30
Kekeruhan m < 30 <5
Kecerahan m >3 >5
Salinitas o/oo 18 – 32 Alami
Gelombang m < 0,5
Arus m/dt < 0,75
Parameter Satuan Ideal Diinginkan

Kimia : - 6–9 6,5 – 8,5


pH mg/l >4 >6
DO mg/l < 45 < 25
BOD mg/l < 0,1 Nihil
Nitrit mg/l < 0,03 < 0,01
H2S mg/l < 0,003 < 0,00001
Mercuri (Hg) mg/l < 0,01 < 0,00002
Kadmium (Cd) mg/l < 0,1 < 0,002
Seng (Zn) mg/l < 0,01 < 0,00002
Timbal (Pb) mg/l < 0,01 < 0,00004
Kromium (Cr) mg/l < 0,005 < 0,00045
Selenium (Se) mg/l < 0,06 < 0,001
Tembaga (Cu) mg/l < 0,05 < 0,003
Perak (Ag) mg/l < 0,01 < 0,0026
Arsen (As) mg/l < 0,1 < 0,002
Nikel (Ni) mg/l < 0,002 Nihil
Senyawa phenol mg/l < 0,002 < 0,001
DDT

Biologi :
Organisme - Sedikit Nihil
penempel - 500 - 1000 m
Limbah sampah - 1000 m Tidak ada
Pemangsa Tidak

m ada *
Keamanan : m *
Jarak dari pantai m < 1.000 *
Alur pelayaran < 500

Badai/gempa Tidak
ada
Sumber : Sudrajat et al (1986), Imanto (1990), Ahmad et al
(1991), Mayunar et al (1995)dan SK. KLH (1988)
Berdasarkan kriteria diatas bahwa kawasan pesisir pantai Kabupaten Natuna tidak memenuhi
kriteri dalam pengembangan zonasi perikanan budidaya laut. Karena kriteria yang ada di
Kabupaten Natuna tidak memenuhi standar yang ada.

4.4 Konsep Pengembagan Zonasi Kawasan Tangkap


Pengembangan sektor perikanan tangkap yang akan dikembangkan dalam kaitan
dengan potensi perikanan dan pemanfaatan yang berkelanjutan serta kaitan dengan
pemanfaatan yang lestari, perlu adanya suatu metode pemanfaatan ruang yang baik. Data
tangkapan ikan yang diambil meliputi posisi penangkapan ikan, waktu penangkapan, jumlah
tangkapan, jenis dan ukuran ikan, dan alat tangkap. Adapun pendekatan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan sektor perikanan tangkap yang sesuai dengan daya dukung
sumberdaya alam untuk kegiatan pemanfaatan ruang adalah :
1. Sumberdaya hayati akuatik
- Taksonomi (species : nama ilmiah dan lokal)
- Lokasi geografi
- Lokasi ekologi
- Kelimpahan dan penyebaran sumberdaya hayati
- Struktur populasi sumberdaya
2. Satuan penangkap dan armada perikanan
- Jenis satuan-satuan penangkapan
 Kapal dan alat tangkap : jenis, jumlah
 Tenaga kerja (musiman, sambilan, tetap)
- Kapasitas tangkap armada perikanan
- Hasil tangkap per satuan upaya (CPUE : Catch Per Unit Effort)
- MSY (Maximum Sustainable Yield) melalui aplikasi model-model produksi dan
turunannya
- Operasi penangkapan
 Deskripsi operasi penangkapan
 Lamanya trip penangkapan bagi tiap jenis satuan penangkapan dan jumlah trip
dalam satu musim penangkapan
3. Daerah dan wilayah penangkapan
- Wilayah penangkapan tiap jenis satuan penangkapan ikan
- Musim penangkapan
- Daerah pelindungan laut
- Pangkalan/pelabuhan perikanan
- Peraturan / Undang-Undang / Perda tentang perikanan

4. Hasil tangkap
- Produksi : volume dan nilai
- Komposisi hasil tangkapan menurut spesies, ukuran dan umur
- Hasil tangkap per satuan luas permukaan wilayah penangkapan
5. Pengolahan (Pasca Panen)
- Proses dan produk perikanan
- Teknik dan peralatan pasca panen
- Tenaga kerja dan ketrampilan
6. Pemasaran
- Analisis pasar intern dan ekstern (analisa perbekalan dan permintaan)
- KUD
7. Distribusi
- Fasilitas penyimpanan (cold storage)
- Fasilitas pengangkutan
- Saluran-saluran distribusi
8. Infrastruktur dan pemanfaatannya
- Transportasi/Jasa Pengangkutan : jalan, kereta api, pesawat udara dan kapal laut
- Telekomunikasi
- Tersedianya air tawar
- Tenaga listrik
9. Jasa dan perbekalan oleh industri penyangga dan pemanfaatannya oleh perikanan
- Pabrik es
- Galangan kopal (docking)
- Suku cadang mesin kapal dan alat tangkap
- Bank, perusahaan asuransi dll
Berdasarkan kriteria diatas bahwa kawasan pesisir Kabupaten Natuna memenuhi kriteri
dalam pengembangan zonasi kawasan perikanan tangkap. Karena kriteria yang ada di
Kabupaten Natuna memenuhi syarat dan standar yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai