Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik


antara makhluk hidup dan lingkungan. Lahan basah adalah wilayah daratan yang
digenangi air yang mengalir dan menggenang yang tidak lebih dari 6 meter.
Ekologi lahan basah adalah ilmu yang mempelajari engtang lingkungan perairan
yang tidak lebih dari 6 meter. Lahan Basah mencakup sungai, rawa, danau dan
lain-lain.
Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah kornponen fisik, hayati, dankimia
berupa tanah, air, spesies tumbuhan dan hewan serta hara. Proses-proses di antara
dan di dalarn komponen-kornponen tersebut memungkinkan lahan basah
menjalankan fungsi-fungsi serta mernbangkitkan hasil, disarnping adanya ciri-ciri
berharga pada skala ekosistern.
Mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan
khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-
pulau kecil, dan merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial.
Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat
rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan,
melestarian dan pengelolaannya. Hutan mangrove sangat menunjang
perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di
samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan
yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan keunikannya juga
memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga perlindungan
wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman sedimentasi, abrasi, pencegahan
intrusi air laut, serta sebagai sumber pakan habitat biota laut.
Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan
wilayah interaksi/peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang
memiliki sifat dan ciri yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar
serta jasa lingkungan lainnya.Kekayaan sumberdaya yang dimiliki wilayah
tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan secara

1
2

langsung atau untuk meregulasi pemanfaatannya karena secara sektoral


memberikan sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi misalnya
pertambangan, perikanan, kehutanan, industri, pariwisatadan lain-lain. Wilayah
pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan lautan, yang
mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem mangrove.

B. Tujuan
Adapun tujun dari praktik lapang kali ini adalah sebagia berikut :
1. Mengetahui ekosistem apa saja yang terdapat di Desa Muara Kintap.
2. Mengetahui organisme yang ada di ekosistem tersebut.
3. Mengetahui jenis rawa yang terdapat di Desa Muara Kintap.

C. Kegunaan
Keguanaan praktik kali ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
lahan basah mangrove.

2
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lahan Basah adalah kawasan yang terletak di zona peralihan antara


daratan yang kering secara permanen dan perairan yang berair secara permanen
(Khiatudin.2003).
Lahan basah adalah suatu area dimana air selalu menutupi tanah, baik
dimasa saat ini maupun di sebagian besar waktu dalam setahun, termasuk pada
musim pertumbuhan (EPA,2006). Jenis-jenis lahan basah (wetland) tergantung
dari perbedaan regional dan lokal pada tanah, topografi, iklim, hidrologi, kualitas
air, vegetasi dan berbagai faktor lain termasuk juga aktifitas manusia. Dua jenis
umum lahan basah yang dikenal yaitu tidal wetland dan non-tidal wetland.
1. Tidal wetland : adalah lahan basah yang berhubungan dengan estuari, dimana
air laut bercampur dengan air tawar dan membentuk lingkungan dengan
bermacam-macam kadar salinitas. Fluktuasi pemasukan air laut yang tergantung
pada pasang surut seringkali menciptakan lingkungan yang sulit bagi vegetasi,
salah satu yang dapat beradaptasi disini adalah tumbuhan mangrove dan beberapa
tanaman yang tahan terhadap salinitas.
2. Non-tidal wetland : adalah lahan basah yang biasanya berada di sepanjang
aliran sungai, di bagian yang dangakal dikelilingi oleh tanah kering.
Keberadaannya tergantung musim, dimana mereka akan mengering pada satu atau
beberapa musim di setiap tahunnya. Tipe ini bisa di ditemui di Amerika atau
Alaska.(EPA,2006)
Lahan rawa merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara
sistem darat dan sistem perairan (sungai, danau dan laut yaitu antara daratan dan
laut atau di daratan sendiri yaitu antara wilayah lahan kering (uplands) dan
sungai/danau. Karakterstik lahan ini adalah tergenang dangkal, selalu jenuh air
atau mempunyai air tanh yang dangkal sepanjang tahun atau dlam waktu yang
panjang dalam setahun (Subagyo, 2006).
Ekosistem lahan rawa memiliki sifat khusus yang berbeda dengan
ekosistem lainnya, terutama disebabkan oleh kondisi rejim airnya. Berdasarkan
rejim airnya, lahan rawa dikelompokkan menjadi lahan rawa pasang surut dan
lahan rawa non pasang surut (lebak). Lahan pasang surut adalah lahan yang rejim

3
4

airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut atau sungai, sedangkan lahan
lebak adalah lahan yang rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun di
wilayah setempat maupun di daerah sekitarnya dan hulu (Sudana, 2005).

4
5

BAB III. TEMPAT DAN WAKTU PENGAMATAN

Kegiatan praktik lapang kali ini dilaksanakan di Desa Muara Kintap,


Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut dan waktu pelaksaan praktik lapang ini
pada tanggal 9-10 November 2017.

5
6

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil dalam praktik lapang kali ini adalah sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Praktik Lapang di Desa Muara Kintap
No Persoalan Keterangan
1 Ekosistem apa di lokasi pratik lapang Mangrove
yang diamati
2 Organisme yang terdapat di ekosistem Tumbuhan mangrove, ikan
timpakul, kepiting kecil dan
kerang kecil
3 Apakah ada ekosistem sawah ? kalau Tidak ada
ada apakah ada usaha budidaya di
ekosistem tersebut
4 Apakah ada ekosistem rawa Ada
5 Kalau ada ekosistem rawa apakah Rawa pasang surut
termasuk rawa pasang surut atau rawa
lebak pedalaman
6 Jenis rawa apa tempat praktik Rawa Marsh

Adapun juga sketsa atau foto lokasi ekosisitem yang diamati adalah
sebagai berikut.

Gambar 1. Lokasi Ekosistem Yang Diamati

6
7

B. Pembahasan

Berdasarkan pada hasil praktik lapang di Desa Muara Kintap ekosistem


yang diamati terdapat lahan basah mangrove yang berjenis lahan basah alami.
Tumbuhan mangrove tumbuh di kawasan rawa (palustrin) yang berair payau
terletak tidak jauh dari pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Lahan basah mangrove di Desa Muara Kintap tidak bisa dimanfaatankan
oleh masyarakat setempat, kerena masayarakat setempat malah membuang limbah
sampah ke air yang mengakibatkan air tercemar, menurunnya kuantitas dan
salinitas air. Warna air berwarna kuning bening dikarenakan pencemaran dari
sampah. Tumpukan sampah mengakibatkan terhalang aliran sehingga
mengecilnya aliran air mengalir. Ancaman dapat mempengarungi kehidupan
biota. Jika itu terus-menerus terjadi maka bisa berkurang populasi biota air,
munculnya bakteri bisa mengakibatkan timbulnya penyakit di lahan basah
mangrove.
Organisme yang hidup di lahan basah tersebut yaitu ikan timpakul,
kepiting kecil dan kerang kecil. Kehidupan jenis hewan sangat sedikit diakibatkan
kondisi perairan yang sudah tidak layak untuk ditinggali.
Rawa di Desa Muara Kintap termasuk rawa pasang surut dikarenakan
aliran berhubungan air laut sehingga jika air pantai sedang surut, rawa surut
sedangkan air pantai pasang, rawa juga pasang.
Rawa di Desa Muara Kintap berjeniskan rawa marsh. Rawa marsh adalah
rawa yang digenang airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan
banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat
sebagai muatan sidimen sungai seringkali diendapkan.

7
8

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Praktik lapang di Desa Muara Kintap kali ini
adalah sebagai berikut.
1. Ekosistem yang di amati adalah ekosistem mangrove.
2. Organisme yang hidup di ekosistem mangrove yaitu tumbuhan mangrove,
ikan timpakul, kepiting kecil dan kerang kecil.
3. Rawa di Desa Muara Kintap termasuk rawa pasang surut dan berjeniskan
rawa marsh
B. Saran
Masyarakat setempat dan pemerintah memerikan usaha cara
menanggulangi ancaman di lahan basah mangrove agar lahan basah tersebut bisa
digunakan sebagai mata pencahariaan tambahan bagi masyarakat setempat.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Khiatuddin, Maulida. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi


Rawa Buatan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Subagyo H. 2006b. Lahan Rawa Pasang Surut. Di dalam : Suriandika , Dkk.


Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Ed ke-1. Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian: Bogor.

Sudana W. 2005. Potensi Dan Prospek Lahan Rawa Sebagai Sumber Produksi
Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Bogor: Bogor

Widayati K. 2009. Evaluasi Lahan Basah Bervegetasi Mangrove Dalam


Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Universitas Diponegoro:
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai