MATA KULIAH:
EKOLOGI EKOSISTEM LAHAN BASAH
DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. YUSNI IKHWAN SIREGAR, M.Sc
Prof. Dr. SUKENDI, M.Si
Prof. RASOEL HAMIDI, M.Si
DR. IR. EFRIYELDI, MS.i
OLEH :
INDRA FUADI (2210347943)
RAGIL TRIBHAKTI HUTOMO (2210348017)
YETTI ELFINA (2210347942)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Praktikum
Kunjungan lapangan ke kawasan ekosistem lahan basah coastal Pesisir Pambang
Bengkalis ini bertujuan
1. Mengidentifikasi dan menemukenali flora dan fauna yang masih eksis di
ekosistem kawasan lahan basah Pesisir Pambang Bengkalis
2. Menganalisis faktor biotik dan abiotik kawasan
3. Menganalisis potensi yang ada di kawasan Pesisir Pambang Bengkalis
4. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan
Pesisir Pambang Bengkalis berdasarkan tipologi baik ekologi, ekonomi
dan social budaya ekosistem lahan basah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan (land) atau sumber daya lahan (land resources) adalah lingkungan
fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada
diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah. Dalam hal ini
tanah juga mengandung pengertian ruang atau tempat. Sumberdaya tanah
merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia karena sumberdaya alam diperlukan dalam setiap kehidupan. Lahan
basah dapat diartikan sebagai suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan
air, memiliki karakteristik terresterial dan aquatic (Harianto, 2017). Lahan basah
berdasarkan konvensi Ramsar adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut,
dan perairan tetap atau sementara dengan air tergenang atau mengalir baik tawar,
payau, atau asin termasuk wilayah perairan laut dengan kedalaman tidak lebih dari
6 m pada waktu surut. Lahan basah memiliki karakter khusus yang identik dengan
air. Oleh karena itu, sistem penataan lahan dan penentuan jenis komoditas di lahan
basah sangat bergantung pada tipe lahan dan kondisi airnya. Luas lahan basah di
Indonesia diperkirakan 20,6 juta ha atau sekitar 10,8 dari luas daratan Indonesia
(Rahmawaty et al. 2014).
Sebagian besar lahan basah dimanfaatkan masyarakat untuk budi daya
tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi
padi, jagung, selanjutnya tanaman hortikultura buah. Sekitar 9,53 juta lahan basah
di Indonesia berpotensi untuk lahan pertanian, dengan rincian 6 juta ha berpotensi
untuk tanaman pangan dan 4,186 juta ha telah direklamasi untuk berbagai
penggunaan terutama transmigrasi (Razak, A., 2007). Luasnya lahan basah yang
telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman menjadikan lahan ini
dapat mengalami kerusakan jika tidak dikelola dengan tepat dan terpadu.
Penggunaan lahan basah harus direncanakan dan dirancang secara cermat dengan
asas tata guna lahan berperspektif jangka Panjang. Lahan basah menjadi sangat
3
peka terhadap perubahan yang dilakukan manusia karena lahan basah memiliki
peran penting bagi kehidupan manusia dan margasatwa lainnya. Fungsi lahan
basah tidak hanya untuk sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk,
tapi memiliki fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut,
erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global (Hardjoamidjojo & Setiawan
2001).
B. Klasifikasi Lahan basah
4
c. Lahan basah musiman: Lahan basah ini hanya memiliki air selama
musim hujan atau ketika air sungai meluap.
3. Berdasarkan jenis vegetasi
a. Lahan basah air tawar
Lahan basah ini didominasi oleh tumbuhan yang teradaptasi dengan
air tawar, seperti rumput air, ganggang, dan tumbuhan air lainnya.
b. Lahan basah payau
Lahan basah ini terletak di wilayah peralihan antara air tawar dan air
asin, dan didominasi oleh tumbuhan yang toleran terhadap kadar
garam yang tinggi, seperti rumput payau dan mangrove.
c. Lahan basah air asin
Lahan basah ini terletak di dekat pantai dan terkena pengaruh air asin,
dengan tumbuhan yang mampu bertahan dalam kondisi salinitas yang
tinggi.
4. Berdasarkan ketersediaan air
a. Lahan basah lembap
Lahan basah ini memiliki kelebihan air secara
terus-menerus, tetapi tidak selalu tergenang.
b. Lahan basah jenuh air
Lahan basah ini memiliki tanah yang selalu jenuh dengan air, baik di
permukaan maupun di bawah permukaan.
5
nyamuk yang tinggal di rawa-rawa atau serangan hewan liar seperti ular, buaya,
serta jenis lain, kadang-kadang datang ke perkampungan penduduk yang tinggal di
sekitar daerah rawa.Sehingga keberadaan ekosistem lahan basah kurang
bermanfaat serta tidak menarik untuk didatangi ataupun dimanfaatkan oleh
masyarakat (Harianto, 2017).
Pada akhirnya pandangan mengenai ekosistem lahan basah yang
sebelumnya tidak memiliki manfaat dan keuntungannya, kini terlihat betapa
besarnya arti keberadaan ekosistem lahan basah bagi kehidupan mahluk hidup
yang tinggal di dalamnya. Sebagai contoh ekosistem lahan basah yang memiliki
manfaat secara ekologis, seperti daerah rawa-rawa ternyata merupakan tempat
penyerapan air sehingga bila hujan datang maka daerah ini sangat menguntungkan
bagi resapan air hujan. Jika rawa-rawa dihancurkanakan menyebabkan air hujan
tidak tertampung dan terserap yang dapat mengakibatkan timbulnya banjir. Selain
itu ternyata rawa-rawa atau beberapa jenis lahan basah lainnya berfungsi menjadi
habitat beberapa spesies flora dan fauna.Sehingga mampu untuk mendukung
peningkatan populasi bagi flora dan fauna yang cenderung punah. Menurut
konfrensi Ramsar tahun 2013, selain memiliki manfaat secara ekologis, ekosistem
lahan basah memiliki manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu :
6
h. Penting untuk konservasi khususnya siklus air.
2. Manfaat Lahan Basah dalam Segi Ekonomis
a. Sumber produk alami dalam dan di luar lahan.
b. Sebagai habitat yang banyak memberikan spesies flora dan fauna yang
dapat dimanfaatkanuntuk pengobatan tradisionil penduduk.
c. Sebagai sumber makanan.
d. Produksi energi.
3. Manfaat Lahan Basah dalam Segi Pariwisata
a. Kesempatan untuk memberikan rekreasi.
b. Obyek turisme.
c. Dapat dijadikan suaka alam dan kawasan perlindungan
4. Manfaat Lahan Basah dalam Segi Ilmiah
a. Penelitian ekosistem lahan basah.
b. Observasi spesies flora dan fauna.
7
maka lahan basah merupakan bagian penting dari habitat flora dan fauna serta
memiliki keterkaitannya dengan manusia yang tinggal di sekitar kawasan tersebut
dan karenanya perlindungan harus dilakukan secara global serta perlu adanya
kebijakan yang mengatur tata kelola ekosistem lahan basah sehingga
keberadaannya dapat dipertahankan dan dijaga dengan baik (Finlayson, C.M.,
1999).
8
4. Hilangnya layanan ekosistem
Lahan basah memberikan berbagai layanan ekosistem yang penting bagi
manusia, seperti penyediaan air bersih, penyangga banjir, penyaring
polutan, dan tempat rekreasi. Kerusakan lahan basah mengurangi
kemampuan ekosistem untuk memberikan layanan ekosistem ini, yang
dapat berdampak negatif pada kesejahteraan manusia.
5. Gangguan mata pencaharian
Masyarakat yang bergantung pada lahan basah untuk mata pencaharian
seperti perikanan, pertanian padi, dan pengumpulan bahan alam, terkena
dampak langsung dari kerusakan lahan basah. Kerusakan lahan basah
dapat mengurangi ketersediaan sumber daya alam dan mengancam
keberlanjutan mata pencaharian tradisional.
6. Hilangnya mitigasi bencana
Lahan basah berperan dalam mengurangi dampak bencana alam, seperti
banjir dan badai. Kerusakan lahan basah menghilangkan perlindungan
alami yang disediakan oleh ekosistem tersebut, meningkatkan risiko
bencana bagi masyarakat di sekitarnya.
9
BAB III
METODOLOGI
A. Lokasi Praktikum
Alat dan bahan yang digunaan dalam praktikum lapangan Ekologi Ekosistem
Lahan Basah yaitu :
10
1) Alat ukur diameter pohon (meteren kain)
2) Alat ukur Pengukuran kadar keasaman/ Cond/TDS/Salt /Temp air
mangrove dengan alat PH Meter
3) Alat ukur kerapatan mangrove dengan menggunakan Teknik plot.
4) Alat ukur intensitas cahaya di suatu tempat dengan Lux Meter
5) Alat ukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut dengan Refractometer
6) Alat ukur Free & Total Chlorine Meter AMT25 dengan Klorin Meter
7) Alat ukur pemetaan lokasi ( tali rafiah)
8) Kamera
9) GPS
10) Drone
11) Alat Tulis
1. Tugas Perorangan
Tugas perorang diberikan kepada tiap-tiap individu didalam kelompoknya
masing-masing yaitu :
a. Melakukan pengamatan dan identfikasi Jenis dan Tipe buah
Mangrove
b. Mengidenfikasi jenis-jenis Fauna pada Ekosistem Lahan Basah
c. Deskripsi Lokasi Praktikum, batasan wilayah-wilayah dengan desa
tetangga.
d. Mengidentifikasi Tipe Perakaran Mangrove di lapangan.
e. Menganalisis potensi pemanfaatan Lahan Basah yang ada dikawasan
pesisir Pambang Bengkalis
f. Mengamati dan Mengidentfikasi jenis-jenis kerusakan ekosistem
Lahan Basah dikawasan pesisir Pambang bengkalis
11
g. Menganalisis faktor Abiotik (pasang surut air laut, lumpur berpasir,
ombak laut, pantai yang landai) di Kawasan Pambang.
h. Mengidentifikasi vegetasi Ekosistem meliputi pepohonan, semak pada
lahan basah Pesisir Pambang Bengkalis.
i. Wawancara dengan Masyarakat, nelayan, pemerintah, dan pengelola
Lahan Basah di Kawasan Pambang
2. Tugas Kelompok
Tugas ini dilakukan oleh semua kelompok pratikum lapangan secara
Bersama-sama , yaitu :
a. Pengukuran kerapatan mangrove dengan menggunakan Teknik plot.
b. Pengukuran kadar keasaman/ Cond/TDS/Salt /Temp air mangrove
dengan alat PH Meter
c. Pengukuran mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat
dengan Lux Meter
d. Mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut dengan Refractometer
e. Pengukuran Free & Total Chlorine Meter AMT25 dengan Klorin
Meter
D. Analisis Data
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, N.C. (2014). How Much Wetland Has the World Lost? Long-term and
Recent Trends in Global Wetland Area. Marine and Freshwater Research,
65(10), 934-941.
Finlayson, C.M., Davidson, N.C., Spiers, A.G., & Stevenson, N.J. (Eds.). (1999).
Global Review of Wetland Resources and Priorities for Wetland
Inventory. Supervising Scientist Report 159. Supervising Scientist,
Canberra, Australia.
Hardjoamidjojo S, Setiawan BI. 2001. Pengembangan dan Pengelolaan Air di
Lahan Basah. Buletin Keteknikan Pertanian. 15(1): 4047.
Harianto SP, Bainah SD. Biodiversitas fauna di kawasan lahan basah. Lampung:
Buku Ajar Biologi Konservasi; 2017
Millennium Ecosystem Assessment. (2005). Ecosystems and Human Well-being:
Wetlands and Water Synthesis. World Resources Institute.
Mitsch, W.J., & Gosselink, J.G. (2015). Wetlands (5th ed.). John Wiley & Sons.
Rahmawaty, Rauf A, Siregar AZ. 2014. Kajian Sebaran Lahan Gambut sebagai
Lahan Padi di Pantai Timur Sumatera Utara. Warta Konservasi Lahan
Basah Wetlands International-Indonesia. 22(3): 1011.
Ramsar Convention Secretariat. (2013). The Ramsar Convention Manual: A
Guide to the Convention on Wetlands (Ramsar, Iran, 1971) (6th ed.).
Ramsar Convention Secretariat.
14
Razak, A., 2007. Peranan Lahan Basah (Wetlands) Dalam Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada
Tiner, R.W. (2013). Wetland Indicators: A Guide to Wetland Identification,
Delineation, Classification, and Mapping (2nd ed.). CRC Press.
Zedler, J.B., & Kercher, S. (Eds.). (2005). Wetland Ecology and Management:
Case Studies. Springer Science & Business Media.
15