Anda di halaman 1dari 18

Potensi Pariwisata

PESONA ALAM KABUPATEN PELALAWAN

Kondisi alam Kabupaten Pelalawan dipenuhi dengan hutan rawa dan dataran rendah serta dilewati
oleh sungai-sungai yang salah satunya adalah Sungai Kampar. Sungai yang panjangnya 413,5 Km
dengan kedalaman rata-rata 7,7 meter ini berhulu di Propinsi Sumatera Barat dan Bermuara di
Selat Melaka. Sungai Kampar dengan anak-anak sungainya yang kaya akan sumber daya hayati.
Hal ini menghadirkan keindahan alam tersendiri berupa panorama, danau atau tasik, anak-anak
sungai, hutan yang memiliki ratusan jenis satwa, burung dan reptil serta ditumbuhi oleh berbagai
pohon dan tanaman hutan yang beragam. Keindahan alam dan keragaman budaya Kabupaten
Pelalawan akan memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung yang datang di setiap
kecamatan.

KECAMATAN PANGKALAN KERINCI.

Pangkalan Kerinci adalah salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Pelalawan sekaligus sebagai
Ibukota Kabupaten Pelalawan, merupakan Pusat Pemerintahan, Pusat Industri dan Perdagangan,
dan sebuah kota berkembang yang memiliki pesonanya tersendiri bagi para pendatang. Letaknya
yang strategis dan dilalui oleh jalan Lintas Timur Sumatera, membuat kota ini hampir tidak pernah
tidur, serta dengan terdapatnya Pabrik kertas terbesar di Asia Tenggara membuat kota ini juga
bagaikan magnet yang mampu menarik pendatang dari daerah lain. Kota Pangkalan Kerinci
merupakan tujuan terbesar bagi pendatang dan pengunjung yang datang ke Kabupaten Pelalawan.

Selain untuk melakukan bisnis dan urusan pemerintahan, pengunjung yang datang ke kota ini juga
biasanya mencari hiburan bagi mengisi hari libur dan senggangnya. Berbagai kuliner tersedia di
setiap penjuru kota dan beberapa pusat perbelanjaan dan hiburan sudah mulai berdiri dengan
berbagai tawaran yang dimiliki. Bagi yang ingin menjamu selera dengan masakan-masakan khas
daerah Pelalawan yang terkenal lezat dan alami seperti menu khas Asam pedas Patin Kualo, Udang
Galah dan gulai Ikan Salai, semuanya dapat ditemukan di kota ini terutama di rumah makan
melayu yang tersebar di setiap sudut kota Pangkalan Kerinci.

Sebagai Ibukota Kabupaten yang makin hari makin berkembang, di Kota Pangkalan Kerinci juga
terdapat fasilitas penunjang lainnya, seperti:

• Hutan Kota;

• Taman Pemandian (Water Park) atau Kolam Renang;

• Fitnes Center; • Pusat Perbelanjaan Modern;

• Gerai Makan atau Pujasera;


• Pusat Kecantikan;

• Karaoke dan lain-lain.

Beberapa fasilitas umum yang akan dibangun dan dikembangkan di Kota Pangkalan Kerinci
adalah Taman Publik Kreatif dan Pusat Bisnis. Mengingat letak kota ini yang sangat strategis, dan
perkembangannya yang cukup pesat, maka peluang investasi dan aktifitas bisnis di kota Pangkalan
Kerinci sangat menjanjikan dan semakin berkembang.

Selain pesona kota Pangkalan Kerinci, bagi pengunjung yang hendak mendatangi objek wisata
alam dan sejarah yang dekat dengan pusat kota, disini juga terdapat beberapa lokasi yang harus
dikunjungi yaitu : Danau Tanjung Putus Terletak sekitar 8 Km dari Pusat Kota Pangkalan Kerinci
. Dengan akses jalan yang baik, pengunjung dapat sampai ke lokasi danau yang masih alami dan
belum terganggu oleh pengaruh industri serta indah, menawan dan menarik untuk dikunjungi ini
hanya dalam waktu sekitar 10 menit dan akan disajikan dengan panorama alam yang mempesona
serta menakjubkan. Menuju lokasi danau Tanjung Putus dengan cara menyusuri sungai kapar juga
tak kalah menyenangkan sekaligus mempesonakan, dengan melewati hamparan kebun dan juga
perkampungan penduduk tempatan di sepanjang aliran sungai dengan beragam kegiatannya.

Wisatawan dapat menikmati keheningan Danau Tanjung Putus sekaligus mengamati kawanan
burung atau fauna yang biasanya berada diantara pepohonan di sekitar danau. Pengunjung juga
dapat memancing di sekitar danau ini. Setelah itu melihat kehidupan dan aktifitas masyarakat di
sekitar perkampungan di Kuala Terusan (pemukiman lama) serta beristirahat di pulau yang berada
di tengah Sungai Kampar yang dikenal dengan Pulau Senang. yang hanya berjarak sekitar 5 Km
dari Kota Pangkalan Kerinci.

Tip Perjalanan:Danau Tanjung Putus dapat ditempuh sekitar 15 menit dari Kota Pangkalan Kerinci
melalui jalan darat dan sekitar 30 menit melalui jalan sungai dari Desa Kuala Terusan. Selain
pemandangan indah yang dapat dinikmati di sekitar danau ini, aktifitas memancing adalah daya
tarik utama yangd apat dilakukan di kawasan ini.

Hutan Rawa Sungai Bobokoh

Suatu panorama hutan rawa dihamparan rawa disepanjang sungai Bobokoh dengan rumah-rumah
panggung sederhana yang memberikan kesan sejuk dan alami. Bagi wisatawan yang mempunyai
jiwa petualang dapat menyusuri rawa ini dengan bersampan, sambil memancing ikan dan udang
galah yang masih banyak terdapat di sini. Desa Rantau Baru Bawah Desa Rantau Baru bawah
masih berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci dan dapat ditempuh sekitar 15 menit dari Kota
Pangkalan Kerinci menggunakan jalan darat. Sedangkan menggunakan pompong (kapal motor),
lokasi ini dapat ditempuh dengan waktu sekitar 25 menit dengan harga sewa kapal motor pompong
antara Rp. 250.000,- s/d. Rp. 450.000,- perhari, anda dapat memancing seharian di kawasa ini
dengan cara membawa pompongnya sendiri ataupun dipandu oleh masyarakat setempat atau
pemilik pompongnya.

Desa Rantau Baru Bawah merupakan lokasi yang paling ideal bagi peminat aktifitas memancing.
Kita akan merasakan sensasi tarikan udang galah yang memerlukan teknik tersendiri untuk dapat
memancingnya, serta tarikan ikan Baung Geso yang membuat jantung berdenyut kencang.
Beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat dijumpai disini. Sambil memancing dan menyusuri
sungai Kampar yang melewati desa ini, kita dapat menyaksikan rombongan burung yang
berkelompok di pohon-pohon di tepi sungai atau sedang bermain di tepian sungai yang berpasir.
Pemandangan ini sangat mempesonakan dan mengasyikan bagi pecinta alam dan aktifitas
adventure serta fotografer.

Tip Perjalanan:Untuk menuju lokasi desa rantau baru, dari Pangkalan Kerinci dapat menggunakan
kendaraan darat, namun untuk mencapai lokasi memancing dan kawasan tempat berkumpulnya
burung-burung liar kita harus menggunakan kendaraan air (perahu pompong atau boat) karena kita
harus menyusuri sungai.

Hutan Kota

Hutan kota terletak di kota Pangkalan Kerinci yang juga merupakan paru-paru kota dan sangat
cocok bagi masyarakat untuk bersantai sejenak bersama keluarga. Di taman kota alaupun belum
memadai terdapat juga danau dan sarana bermain anak-anak (play ground). Lokasinya mudah
dijangkau dan mudah ditemukan karena berdekatan dengan Kantor Camat Pangkalan Kerinci dan
Kantor Bupati Pelalawan.

Sebagai perluasan dari hutan kota ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan akan segera
membangun Ruang Publik Kreatif tak jauh dari hutan kota, dimana masyarakat selain dapat
berisitirahat, juga dapat menyaksikan penampilan seni budaya, berolahraga di area jogging track,
bermain di arena permainan anak-anak, atau berselancar internet di area wifi.

Tip perjalanan:Taman Hutan Kota layak untuk dikunjungi ketika masuk ke Pangkalan Kerinci,
sebelum meneruskan perjalanan ke lokasi lain, karena jaraknya yang dekat dan mudah dijangkau.

Datuk Kampar Samar Diraja

Makam Datuk Kampar Samar Diraja terletak di desa Kuala Terusan, kecamatan Pangkalan
Kerinci. Dahulu, Datuk ini adalah salah seorang dari datuk yang berempat dan beliau mengepalai
urusan adat yang diadatkan dan berkedudukan di Pangkalan Bunut. Beliau juga dikenal dengan
panggilan Encik Ndut bin Encik Kasim ( 1873-1965). Bangunan makamnya dalam bentuk
sebagaimana makam seorang datuk dimana makamnya ditinggikan sebanyak tiga tingkat. Masing-
masing tingkat berukuran sama yakni seukuran dengan keramik 20 cm. Artinya tinggi makam tiga
kali 20 cm sama dengan 60 cm ditambah ketinggian badan makam 50 cm. Jadi tinggi bangunan
makam keseluruhan adalah 110 cm. Mengenai panjang bangunan makam adalah 2 meter.

KECAMATAN LANGGAM.

Kecamatan Langgam diantara kecamatan terdekat dengan Kecamatan Pangkalan Kerinci selain
Kecamatan Pelalawan. Dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit melalui jalan darat dan 45
menit menggunakan speedboat. Pintu masuk ke Kecamatan Langgam selain dapat ditempuh dari
Pangkalan Kerinci, juga dapat menggunakan jaan darat dari Kuantan Singingi dan Pekanbaru.
Sebagai kota tua peninggalan Kerajaan Tambak yang terkenal dengan kolam tujuhnya, wisatawan
juga dapat menikmati keindahan danaunya. Selain itu, beberapa peninggalan sejarah dan makam
terletak disini. Dengan diaplikasikannya Sistim Inovasi Daerah, Kecamatan Langgam terpilih
sebagai lokasi bagi dibangunnya Teknopolitan yaitu sebuah konsep kawasan yang terintegrasi.
Sekitar 38000 ha sudah dipersiapkan untuk lokasi pembangunan teknopolitan ini. Beberapa lokasi
menarik yang harus dikunjungi ketika berada di kecamatan ini diantaranya adalah :

Danau Tajwid

Terletak tidak jauh dari Desa Langgam dan jika melalui sungai dapat dicapai lebih kurang 10 menit
mengikuti aliran sungai Kampar. Dinamakan Danau Tajwid karena bentuknya menyerupai bentuk
tanda baca dalam ilmu tajwid. Suasananya yang tenang dapat memberikan rasa tersendiri bagi
pengunjung. Disini kita juga dapat melihat aktifikas masyarakat nelayan di rumah rakitnya yang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan ikan dan tempat pengelolaan ikan salai. Danau ini
merupakan aset desa yang setiap tahunnya dilelang pada kelompok nelayan, dimana dana
diperoleh dari hasil lelang tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan desa. Namun demikian
masyarakat masih memungkinkan untuk memancing di danau ini setelah mendapat izin dari
masyrakat pemegang hak guna danau ini.

Desa Muara Sako

Kecamatan Langgam merupakan tempat bertemunya sungai kampar kiri dan kampar kanan yang
kaya akan sumber hayati perairan, bagi yang memiliki hobi memancing, muara sako merupakan
lokasi yang ideal untuk menyalurkan hobinya. Dengan harga sewa kapal motor/pompong sekitar
Rp. 450.000,- per hari, kita dapat memancing sepuasnya. Berbagai ikan sungai menjadi tangkapan
yang lazim dan selalu didapat, diantaranya adalah ikan geso, baung, patin, toman, udang galah dan
lain-lain. Tip perjalanan:Danau Tajwid dan Desa Muara Sako merupakan lokasi yang ideal bagi
peminat aktifitas memancing.

Kolam Tujuh

Kolam Tujuh terdapat di Kecamatan Langgam, tepatnya di desa Tambak. Lokasi Kolam Tujuh
merupakan tempat yang menurut legenda masyarakat lokal sebagai lokasi dimana Ungge Bomban,
yaitu seorang pendekar pada zaman dahulu kala bertemu dengan tujuh putri kayangan yang sedang
mandi di kolam ini, dan mempersunting salah satu putri tersebut.

Lokasi Pecahan Porselin

Di desa tambak juga terdapat satu tempat yang sangat unik dan belum banyak diketahui oleh
masyrakat luar, dimana terdapat satu lokasi yang di dalamnya terkubur pecahan porselin. Asal
keberadaan pecahan porseline ini masih misterius, namun, setelah dilakukan tes spit, banyak
pecahan porselin tersebut berasal dari zaman Dinasti Ming di Cina.

Makam Datuk Engku Raja Lela Putra


Berdasarkan sumber tertulis yang disusun oleh Tim Universitas Riau pada tahun 2006 yang
berjudul Sejarah Riau Masa Kolonialisme Hingga Kemerdekaan RI dicatatkan bahwa Datuk
Tengku Raja Lelaputera adalah salah seorang Orang Besar Kerajaan Pelalawan pada masa
pemerintahan Sultan Syarif Ja’far, Sultan Syarif Abu Bakar, Sultan Tengku Sontol Said Ali. Gelar
Datuk Engku Raja Lela Putera diberikan kepada Maharaja Lela II (1810-1811) atas pemberian
Sultan Said Syarif Abdurrahman setelah ditabalkan menjadi Sultan Pelalawan. Maharaja Lela II
kalah dalam menghadapi serangan kerajaan Siak namun Sultan Abdurrahman mengangkat beliau
menjadi Orang Besar Kerajaan Pelalawan dengan gelar tersebut. Datuk ini merupakan pucuk
pebatinan yang kurang esa tiga puluh dan berkedudukan di Langgam dan makamnyapun juga
berada di Langgam.

Bangunan makam dalam bentuk sebagaimana makam seorang datuk dimana makamnya
ditinggikan sebanyak tiga tingkat. Masing-masing tingkat berukuran sama yakni seukuran dengan
keramik 20 cm. Artinya tinggi makam tiga kali 20 cm sama dengan 60 cm ditambah ketinggian
badan makam 50 cm. Jadi tinggi bangunan makam keseluruhan adalah 110 cm. Mengenai panjang
bangunan makam adalah 2 meter. Makam telah di beri keramik dengan warna hitam

Rumah Engku Raja Lela Putra

Bangunan ini merupakan tempat tinggal Datuk Engku Raja Lela Putra. Rumah Datuk Engku Raja
Lela Putra yang asli, masih ada bangunannya sebagaimana bentuk aslinya dan lokasinya juga tetap
di tempat asalnya. Pada saat ini di samping rumah asli tersebut telah dibangun sebuah rumah
duplikat seperti aslinya dengan ukuran yang lebih besar. Pengunjung dapat melihat bentuk asli dan
duplikatnya di lokasi yang sama.

Lokasi Teknopolitan

Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang mempunyai
sumberdaya alam yang melimpah, terutama perkebunan, khususnya komoditas andalan kelapa
sawit, karet, dan kelapa. Selain sumberdaya alam, di Kabupaten ini juga terdapat beberapa industri
besar dan sumberdaya manusia yang cukup berkualitas. Hal tersebut merupakan potensi yang
dimiliki untuk mengembangkan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan. Dilihat dari kebijakan
nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-
2025, khususnya pengembangan Koridor Ekonomi Pulau Sumatera, bahwa pengembangan
Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan yang berbasis pada industri hilir kelapa sawit merupakan
salah satu upaya yang strategis untuk mengembangkan wilayah berbasis potensi sumberdaya alam
dengan mengandalkan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan kolaborasi yang terpadu
antara pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan, industri, dan masyarakat.

Teknopolitan adalah konsepsi kawasan berdimensi pembangunan ekonomi, sosial dan budaya,
yang memiliki sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan masyarakat, yang mendukung
percepatan perkembangan inovasi, difusi dan pembelajaran. Kawasan teknopolitan adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan
masyarakat pada wilayah tertentu (satu atau lebih daerah otonom) sebagai sistem pembangunan
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan sistem inovasi.
KECAMATAN PELALAWAN.

Kecamatan Pelalawan merupakan tempat dimana Kabupaten Pelalawan bermula. Terdapat


kesamaan nama bagi kabupaten, kecamatan dan desanya. Hal ini disebabkan oleh karena
berdasarkan sejarahnya, terdapat sebuah kerajaan yang bernama Pelalawan yang berawal dari
Kerajaan Pekantua. Nama Pelalawan sendiri diambil dari kata “lalau” yang berarti “cadangan atau
tempat yang direncanakan untuk dibangun” Desa Pelalawan sendiri terletak di pinggiran Sungai
Kampar yang dapat ditempuh dari ibukota Kabupaten (Kota Pangkalan Kerinci) melalui
transportasi air ataupun sungai dengan menggunakan speedboat, perahu atau kapal motor.
Sedangkan melalui jalan darat menggunakan kendaraan darat dapat ditempuh dalam waktu sekitar
45 menit.

Desa Pelalawan ini dulunya merupakan pusat dari Kerajaan Pelalawan yang memerintah sejak
tahun 1811 s/d 1945. Kerajaan ini berakhir dengan diproklamasikannya Republik Indonesia pada
tahun 1945. Sebagai pusat kerajaan, di Kecamatan Pelalawan, Khususnya di desa Pelalawan ini
terdapat banyak objek wisata sejarah menarik untuk dikunjungi, diantaranya adalah :

Istana Sayap

Istana Sayapawalnya dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886
– 1892 M). Sebelum bangunan itu selesai, beliau mangkat dan digelar Marhum Mangkat di Balai.
Selanjutnya pembangunan Istana ini diteruskan oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim
II (1892 – 1930 M) hingga istana ini rampung.Pada awalnya pusat kerajaan Pelalawan berada di
Sungai Rasau (anak sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku
Sontol Said Ali menjadi Sultan Pelalawan, beliau berazam untuk memindahkan istananya dari
sungai Rasau ke pinggir sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut “Ujung
Pantai”. Karenanya, istana ini dinamakan pula “ISTANA UJUNG PANTAI”. Namun ketika
Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan istana yang masih terbengkalai karena
mangkatnya Sultan Tengku Sontol Said Ali, maka beliau membangun dua sayap disamping kanan
dan kiri istana, yang dijadikan Balai. Maka istana inipun dinamakan “ISTANA SAYAP”.

Bangunan di sebelah kanan istana (sebelah hulu) disebut “Balai Sayap Hulu” atau “ Balai Rung
Sari” yang berfungsi menjadi “Kantor Sultan”, sedangkan bangunan di sebelah kiri Istana (sebelah
hilir) dinamanakan “Balai Hilir” atau “Balai Punca Persado” yang berfungsi sebagai “Balai
Penghadapan” bagi seluruh rakyat Pelalawan. Di Istana Sayap, pengunjung juga dapat melihat
benda-benda sejarah dan budaya peninggalan Kerajaan Pelalawan, seperti : Singgasana Sultan,
Ranjang peraduan sultan dan keluarga, foto Sultan Pelalawan dan empat datuk, senjata-senjata,
perlengkapan pecah belah, peralatan Nobat, alat tenun, Peralatan pertanian dan perikanan
tradisional dan lain-lain. Namun karena musibah kebakaran yang terjadi pada awal tahun 2012
lalu, mengakibatkan bangunan utama dan balai Rung Sari terbakar dan semua benda-benda
bersejarah yang tersimpan di dalamnya musnah. Yang tersisa hanyalah bangunan balai punca
persado dan sebahagian bangunan pendopo yang terpisah dengan bangunan utama di belakangnya.

Puing sisa-sisa bangunan masih ada dan walaupun dalam kondisi seperti ini masih menarik
perhatian pengunjung yang ingin menyaksikan kondisi Istana Sayap. Dalam waktu dekat ini
Pemerintah Kabupaten Pelalawan akan segera membangun kembali duplikat Istana Sayap ini
supaya dapat kembali menjadi salah satu objek yang dapat dikunjungi di Kabupaten Pelalawan.

Makam Raja-Raja Pelalawan

Di kawasan Istana Sayap, terdapat juga beberapa lokasi menarik yang dapat kunjungi ketika datang
ke Istana sayap dan dapat dicapai dengan berjalan kaki, diantaranya adalah:

a. Makam Jauh : bertempat di bekas pusat pemerintahan yang dahulunya disebut kota jauh (ke
hulu sungai rasau). Disini dimakamkan raja pelalawan Syarif Abdul Rahman Fachruddin ( 1811-
1822 M), Syekh Mustafa Al-Qolidy ( Ulama Besar Kerajaan Pelalawan ) yang berasal dari sungai
tabir Jambi, dan keluarga kerajaan/kerabat Sultan.

b. Makan Dekat : bertempat di bekas pusat pemerintahan yang dahulunya disebut kota dekat (agak
ke hilir sungai rasau). Disini dimakamkan raja Pelalawan Syarif Abu Bakar dan keluarga
kerajaan/kerabat sultan

c. Makam mesjid Hibbah : bertempat dibelakang mesjid Hibbah, tidak jauh dari istana sayap, disini
dimakamkan raja Pelalawan Syarif Hasim II, Tengku Said Haroen ( raja Pelalawan Terakhir) dan
kelurga kerajaan/kerabat sultan.

Meriam Peninggalan Kerajaan Pelalawan

Keberadaan meriam dalam jumlah yang besar disekitar bekas pusat pemerintahan dan benteng
ketahanan merupakan bukti bahwa kerajaan Pelalawan dulunya merupakan sebuah kerajaan besar.
Masih banyak meriam yang terpendam di darah mempusun, desa Pelalawan, yang merupakan
lokasi pertempuran pada masa dahulu, Istana Peraduan Istana Peraduan merupakan bangunan atau
tempat dimana Sultan beristirahat dan lokasinya berdekatan dengan tempat penyimpanan meriam
peninggalan Kerajaan Pelalawan.

Museum Negeri Tengku Said Oesman

Museum ini juga terletak berdekatan dengan lokasi meriam peninggalan Kerajaan Pelalawan. Pada
saat ini bangunan ini belum memiliki atau belum ditempati oleh benda-benda bersejarah
sebagaimana layaknya sebuah museum, melainkan baru dalam bentuk bangunan lama saja. T

ugu Pernyataan Penyatuan Kerajaan Pelalawan

Tugu Pernyataan Penyatuan Kerajaan Pelalawan merupakan bangunan memorial sebagai tanda
penyerahan kekuasaan Kerajaan Pelalawan dan bergabungnya dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Lokasinya berdekatan dengan Tempat Penyimpanan Meriam bekas Kerajaan
Pelalawan.

Mesjid Hibbah
Mesjid Hibbah merupakan mesjid bersejarah yang dibangun oleh masyarakat Pelalawan pada saat
itu.

Selain desa Pelalawan, terdapat desa Pekantua yang merupakan lokasi yang sarat dengan sejarah
keberadaan Kerajaan Pelalawan. Dahulunya Pekantua merupakan sebuah kerajaan yang
ditaklukkan oleh kerajaan Melaka. Kerajaan Pekantua ini didirikan oleh Maharaja Indra (1380)
yang datang dari Tumasik (Singapura). Beliau kemudian diganti oleh putranya Maharaja Pura,
kemudian berturut-turut memerintah Maharaja Wangsa, Maharaja Lela, Maharaja Syisa dan
Maharaja Jaya.

Pesanggrahan Panglima Kudin

Panglima Kudin adalah salah seorang pejuang Pelalawan ketika terjadi perang di Mempusun.
Beliau berjuang sampai titik darah penghabisan menghadapi serangan kerajaan Siak namun
akhirnya ikut menjadi korban dan gugur dalam peperangan. Dalam buku yang ditulis oleh bapak
Tenas Effendy (1972) yang berjudul Banjir Darah di Mempusun Nukilan Sejarah Kerajaan
Pelalawan dengan jelas diceritakan perjuangan Panglima Kudin tersebut.

Makam Jauh

Makam Jauh bertempat di bekas pusat pemerintahan Kerajaan Pelalawan yang dahulunya disebut
Kota Jauh. Lokasinya memang jauh ke hulu Sungai Rasau. Komplek pemakaman raja Pelalawan
yang dikenal dengan sebutan Makam Jauh berada agak jauh dari Istana Sayap. Mungkin karena
jaraknya yang jauh maka komplek pemakaman tersebut disebut dengan Makam Jauh. Dalam
komplek ini terdapat lebih kurang 35 buah makam kerabat dan keluarga sultan namun nama-nam
kerabat sultan yang dimakamkan dalam komplek ini tidak dapat diketahui karena tidak tertulis
pada batu nisannya, yang dapat diketahui di komplek pemakaman ini adalah dimakamkannya Raja
Pelalawan pertama yang berketurunan Arab yaitu Syarif Abdul Rahman Fachruddin ( 1811-1822
M).

Makam Dekat Makam

Dekat berlokasi di bekas pusat pemerintahan yang dahulunya disebut “kota dekat” dan letaknya
agak ke hilir Sungai Rasau. Dalam komplek makam tersebut terdapat lebih kurang 40 buah
makam, namun nama-nama kerabat sultan yang dimakamkan dalam komplek ini tidak dapat
diketahui secara pasti karena tidak tertulis pada batu nisannya. Makam yang dapat diketahui adalah
makam Raja Pelalawan yang bernama Syarif Abu Bakar dan kerabat raja yakni: . • T.S. Sagaf bin
T. Jang (Kadhi Pelalawan w.1962) • T.Nihim bin T.Andin (w.1956) • T.Fatimah bin T.Buntal • T.
S. Abu Bakar bin T. S. Kelana (w.1950) • T. S. Alwi bin T. Buntal • T. S. Abdul Kadir Makam
Maharaja Sinda Maharaja Sinda adalah nama gelaran dari T. S. Abdurrahman. Beliau berasal dari
Kerajaan Johor. Beliau hijrah ke Siak Sri Inderapura bersama seorang saudara perempuan (adik
kandungnya). Sesampainya di Siak, adik kandungnya menikah dengan seorang Raja Siak.
Kemudian Maharaja Sinda ini diperintahkan untuk ke Pelalawan oleh Raja Siak saat itu ( adik
iparnya) untuk membina Kerajaan Pelalawan saat itu.

Makam Syeikh Al Idrus


Syeikh Al-Idrus adalah seorang tokoh agama Islam yang mengembangkan Islam di Pelalawan.
Menurut informasi yang diperoleh ketika survei bahwa Syeh datang ke Pelalawan untuk dakwah
Islamiyah atau menyiarkan agama Islam. Dikarenakan beliau orang alim dan memiliki ilmu agama
yang mendalam, maka masyarakat Pelalawan menyebutnya dengan panggilan syeh. Artinya beliau
adalah orang yang memiliki ilmu agama yang tinggi.

Makam Tuanku Saleh Al-Khalidi

Sebagaimana Syeikh Al-Idrus, Tuanku Saleh Al-Khalidi juga merupakan seorang pemuka agama
Islam dan sebagai guru yang memberikan pendidikan tentang keislaman. Beliau dianggap sebagai
ulama yang sangat dihormati oleh masyarakat yang banyak memberikan bimbingan dan petunjuk
dalam menjalankan kehidupan dalam beragama Islam.

Makam Cik Dayang

Menurut sejarah lisan masyarakat tempatan, Cik Dayang adalah seorang perempuan yang pada
masanya menjadi rebutan dua panglima. Cik Dayang memberikan syarat bahwa siapa yang
menang dalam pertarungan maka dialah yang menjadi suaminya. Dengan demikian maka
terjadilah pertarungan antara kedua panglima tersebut. Namun akhirnya kedua panglima itu sama-
sama mengalami kekalahan karena bertarung di dalam kain sarung. Menurut Tenas Effendy,
seorang tokoh budaya Pelalawan yang terkemuka, bahwa Cik Dayang adalah salah seorang isteri
sultan Pelalawan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kata Cik pada pangkal nama perempuan
sebagai tanda bahwa dianya isteri sultan. Kemudian Dayang adalah nama asalnya yaitu sebelum
menjadi isteri sultan terlebih dahulu menjadi dayang-dayang di istana. Ukuran makam sama
dengan ukuran makam yang lain dan diperkirakan Cik Dayang adalah seorang perempuan yang
hidup pada abad ke-20 M.

Tip Perjalanan: Untuk mencapai lokasi kawasan Istana Sayap, dari Pekanbaru menggunakan
kendaraan darat ke Pangkalan Kerinci, kemudian melalui simpang perak menuju desa Pelalawan
melalui jalan darat sekitar 45 menit.

KECAMATAN BANDAR PETALANGAN

Kecamatan Bandar Petalangan merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Bunut. Hanya
ada beberapa lokasi yang dapat dikunjungi di kecamatan ini. Namun, sebagaimana kecamatan
lainnya di Kabupaten Pelalawan, di sini juga kaya dengan aktifitas seni dan budaya. Prosesi
Badewo, permainan Lukah Gilo, Menumbai Madu, Prosesi Menjerat Rusa dan Memikat Denak
(ayam hutan) juga sama-sama bisa dijumpai dan sangat familiar dengan aktifitas masyarakatnya.

Ketika memasuki daerah Kecamatan Bandar Petalangan, tepatnya di desa Sialang Bungkuk,
pengunjung dapat mendatangi dan menyaksikan Pohon Sialang yaitu pohon tempat lebah membuat
sarang dan menghasilkan madu hutan alami. Tidak seperti pohon-pohon sialang lainnya, di
kecamatan ini, terdapat dua batang pohon sialang yang dipenuhi oleh sarang lebah dan terletak di
tepi jalan menuju desa Lubuk Raja. Sehingga pengunjung dapat dengan mudah mencapainya dan
menyaksikan bentuk pohon dan keadaan sekitarnya. Jika beruntung, pada saat panen madu sialang,
pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi Menumbai Madu Sialang di lokasi ini.
Dengan menyusuri jalan darat yang beraspal, dari lokasi pohon sialang ini, pengunjung dapat
menjumpai Makam Datuk Panjang Lutut, di Desa Lubuk Raja. Makam ini memiliki bangunan
sederhana, namun tetap membuat hal ini berbeda dari makam lainnya. Hal ini dikarenakan makam
ini dianggap sebuah makam yang mempunyai keramat menurut anggapan masyarakat setempat.
Datuk Panjang Lutut oleh masyarakat setempat dianggap istimewa karena memiliki kaki yang
panjang, sehingga jika beliau duduk dan mengangkat kaki, lututnya berada diatas kepala. Lokasi
makam ini berdekatan dengan jalan yang melintasi desa hingga ke Jalan Tintas Timur. Dan akses
jalan ke lokasi ini cukup baik yaitu melalui jalan beraspal.

KECAMATAN BUNUT

Kondisi Kecamatan Bunut hampir sama dengan Kecamatan Bandar Petalangan mengingat
dahulunya merupakan satu daerah kecamatan sebelum dimekarkan. Namun lokasinya dicapai
melaui jalan yang berbeda dari akses ke Kecamatan Bandar Petalangan. Dari Jalan Lintas Timur,
sebelum sampai ke Sorek satu, ibukotaKecamatan Pangkalan Kuras, untuk mencapai ke
Kecamatan Bunut, pengunjung harus berbelok ke kiri di Simpang Bunut, dan mengikuti jalan
beraspal ke Ibukota Kecamatan Bunut.

Di kecamatan ini terletak Bumi Perkemahan Bukit Segaria, yang merupakan lokasi berkemah
Gerakan Pramuka dan siswa sekolah serta organisasi pemuda lainnya. Di daerah ini juga terletak
bekas lokasi Candi Hyang. Namun sayangnya menuju lokasi candi ini cukup sulit karena harus
melintasi daerah hutan dan bersemak belukar. Sementara itu, untuk prosesi adat dan budaya serta
kesenian tradisional, di daerah ini sama dengan Kecamatan Bandar Petalangan. Aktifitas Badewo,
Belian, Menumbai, Lukah Gilo, Nyanyi Panjang dan Menjaring Rusa juga terdapat di daerah ini.

KECAMATAN PANGKALAN KURAS

Salah satu kecamatan yang cukup pesat perkembangannya di Kabupaten Pelalawan adalah
Kecamatan Pangkalan Kuras. Aktifitas ekonomi dan masyarakatnya cukup tinggi dan merata.
Terletak di lintasan Jalan Lintas Timur Sumatera, membuat kota Sorek Satu, yaitu Ibukota
Kecamatan Pangkalan Kuras hampir tidak pernah mati, seperti halnya kota Pangkalan Kerinci.
Objek wisata yang ada di Kecamatan Pangkalan Kuras meliputi wisata alam, dan wisata budaya
atau sejarah, diantaranya adalah: Desa Betung Dan Pusat Budaya Petalangan Desa ini berjarak
sekitar 30 Km dari Tugu Equator ke arah Kota Sorek Satu atau sekitar 58 Km dari Kota Pangkalan
Kerinci (Ibukota Kabupaten Pelalawan) termasuk dalam wilayah Kecamatan Pangkalan Kuras.

Desa Betung merupakan desa yang penduduk aslinya terdiri dari Masyarakat Adat Melayu
Petalangan. Di sini dapat ditemui aneka ragam seni budaya asli yang masih terpelihara dengan
baik oleh masyarakat setempat dan memiliki berbagai Upacara Adat Masyarakat Petalangan,
seperti Upacara Pengobatan Tradisional yang dikenal dengan Belian, Bedewo, Nyanyian Panjang,
Atraksi Silat Payung, Menumbai Madu (Prosesi menaiki pohon sialang untuk mengambil madu).
Di desa ini juga terdapat kerajinan anyam-anyaman dengan bahan baku dari rotan, pandan, bambu,
kopau yang memang banyak terdapat di sekitar desa tersebut. Selain itu di desa Betung juga
terdapat hutan adat yang disebut dengan Hutan Kepungan, yang juga merupakan tempat lebah liar
membuat sarang pada pohon-pohon sialang yang banyak terdapat di areal tersebut.
Kita juga dapat mengunjungi Pusat Budaya Petalangan di desa ini. Pusat budaya petalangan ini
merupakan miniatur dari masyarakat Petalangan yang memiliki danau kecil di dalamnya. Terdapat
beberapa bangunan di lokasi Pusat Budaya Petalangan ini, yang terdiri dari Musium Tuk Monti,
Bangunan Balai Gunjung Laut yang merupakan tempat bermusyawarahnya masyarakat adat
petalangan untuk memutuskan perkara yang terjadi dalam masyarakat., Bangunan Putri Lindung
Bulan, beberapa rumah singgah dan gazebo serta mushola dan toilet. Tip Perjalanan:Dari
Pangkalan Kerinci dapat menggunakan kendaraan darat ke lokasi Danau Betung (Pusat Budaya
Petalangan) ini,menuju Sorek Satu, Kecamatan Pangkalan Kuras, di pasar sorek satu belok kanan
dan terus menyusuri jalan darat ke arah desa Betung.

Makam Datuk Laksemana Mangku Diraja

Datuk Laksemana Mangku Diraja adalah salah seorang Orang Besar Kerajaan Pelalawan yang
mengepalai penduduk asli yang di luar pesukuan pebatinan yang kurang satu tiga puluh. Datuk ini
mengepalai dan berkedudukan di Pangkalan Kuras tepatnya di Pangkalan Pasir. Sedangkan
makam beliau terletak di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pangkalan Kuras. Bangunan makam
ini dalam bentuk sebagaimana makam seorang datuk dimana makamnya ditinggikan sebanyak tiga
tingkat. Masing-masing tingkat berukuran sama yakni seukuran dengan keramik 20 cm. Artinya
tinggi makam tiga kali 20 cm sama dengan 60 cm ditambah ketinggian badan makam 50 cm. Jadi
tinggi bangunan makam keseluruhan adalah 110 cm. Sedangkan panjang bangunan makam adalah
2 meter.

Kampung Rumah Rakit Kuala Napuh

Kuala Napuh merupakan cikal bakal Kecamatan Pangkalan Kuras pada masa awal kemerdekaan
dulu. Disanalah lokasi kewedanaan yang merupakan pusat pemerintahan bagi daerah sekitarnya
sebelum berpindah ke kota Sorek Satu. Di Kuala Napuh ini banyak terdapat rumah-rumah rakit
yang memang masih ditempati oleh masyarakat, selain itu terdapat juga rumah panggung yang
cukup tinggi. Hal ini untuk mengantisipasi naiknya permukaan air yang diakibatkan curah hujan
yang tinggi, banjir atau air pasang dari hulu. Perkampungan ini dilalui oleh sungai nilo, dan
dahulunya ramai ditempati oleh penduduk setempat. Pada saat ini, tidak banyak yang masih tinggal
disana. Namun rumah-rumah rakit basih berdiri dan tetap terjaga. Suasana di sekitar rumah rakit
ini sungguh mempesonakan. Aliran sungai yang tenang dikelilingi oleh hutan yang masih rimbun
dan dimeriahkan dengan kicauan burung-burung serta suara-suara fauna yang tinggal di hutannya.
Untuk memancing ikan, di sini merupakan tempat yang sangat baik. Sungainya memiliki ikan yang
masih banyak, pengunjung dapat melakukan aktifitas memancing di atas rakit atau rumah rakit
sambil bersantai di dalamnya sambil menikmati pemandangan alam yang eksotis dan menikmati
suara kicauan burung yang hampir tak pernah berhenti.

Bagi pengunjung yang sengaja datang untuk melakukan aktifitas bidr watching, di sini merupakan
lokasi yang tepat dan menyenangkan. Di rumah rakit ini kita bisa menginap dan memasak ikan
hasil tangkapan kita sepanjang hari. Atau kita bisa memasak ikan salai dan ikan asin yang dijual
oleh pedagang yang kerap kali melintasi rumah rakit ini. Dengan masakan kampung yang khas
dan sekalipun sederhana, dijamin pengunjung akan merasakan puas dengan setiap hidangan yang
disajikan. Pengunjung yang datang dan bermalam di Kampung Rumah Rakit Kuala Napuh ini
masih bisa menyaksikan pertunjukan seni budaya pada malam harinya yang biasanya digelar di
lokasi Pusat Budaya Petalangan, seperti Pengobatan Tradisional Belian, Silat Payung, Nyanyian
Panjang dan lain lain.

KECAMATAN PANGKALAN LESUNG

Kecamatan Pangkalan Lesung dapat dicapai sekitar 15 menit perjalanan dari kota Sorek Satu,
dengan jarak sekitar 20 Km. Di kecamatan ini terdapat Sumber Air Panas dan Tugu Equator.

Tugu Equator

Tugu Equator dapat ditemukan dengan mudah di tepi jalan Lintas Timur sekitar ± 56 Km dari
Pangkalan Kerinci, tepatnya di Dusun Tua. Titik lintasan Equator ini pertama kali ditemukan oleh
pada zaman Belanda, pada saat itu dibuat tanda berbentuk besi melingkar yang merupakan
gerbang, sekaligus menghubungkan dua desa yaitu Desa Dusun Tua di sisi Timur jalan dan Desa
Pangkalan Lesung di sisi Barat jalan. Pada saat ini besi tersebut telah diganti dengan bangunan
berbentuk Tugu. Di sekitar Tugu dibangun taman dan rumah serta masjid di dekatnya, yang
berfungsi untuk peristirahatan/melepas lelah bagi wisatawan sambil menikmati segarnya madu
lebah asli yang tersedia di sana.

Tip perjalanan:Tugu Equator dapat dijangkau dengan mudah dari Pekanbaru atau Pangkalan
Kerinci menggunakan kendaraan darat. Lokasinya tepat di tepi sebelah kiri jalan lintas timur (daria
rah Pekanbaru menuju Jambi) di desa Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung.Di lokasi Tugu
Equator terdapat masjid dan rest area untuk sekedar beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.

Sumber Air Panas

Tidak jauh dari lokasi Tugu Equator atau sekitar 7 Km ke arah Barat di Desa Pangkalan Lesung,
kita dapat temukan beberapa sumber air panas yang sebahagian besar belum tergarap dan terkelola
secara layak. Namun kunjungan ke objek wisata ini sudah cukup ramai dengan jumlah kunjungan
sekitar 200 orang per bulannya. Untuk saat ini objek tersebut telah dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat melalui jalan pengerasan (berbatu) dengan terlebih dahulu memasuki
gerbang perusahaan kelapa sawit. Sumber air panas ini juga berkhasiat sebagai obat penyembuh
bagi mereka yang menderita penyakit kulit. Tip perjalanan:Biasanya hari sabtu dan minggu serta
hari libur, lokasi air panas ini sangat ramai dikunjungi. Pilih lokasi terdekat dengan debit air yang
lebih banyak. Untuk mencapai lokasi air panas ini dapat menggunakan kendaraan darat (mobil
rental).

KECAMATAN UKUI

Taman Nasional Tesso Nilo

Kecamatan Ukui merupakan kecamatan di Kabupaten Pelalawan yang berbatasan dengan


Kabupaten Indragiri Hulu. Di kecamatan ini terdapat Taman Nasional Tesso Nilo. Kawasan hutan
Tesso Nilo, dulu dikenal sebagai kawasan hutan langgam, pada awalnya ditetapkan sebagai Hutan
Produksi Terbatas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan produk kayu lainnya.
Namun, seiiring dengan hilangnya hutan maka permasalahann baru juga timbul. Pada tahun 1980
permasalahan gajah sudah mulai timbul karena dibukannya kawasan hutan Tesso Nilo untuk
daerah permukiman transmigrasi. Sejak itu gajah selalu mendatangi kampung dan merusak lahan
tanaman masyarakat. Pada tahun 1983, satu ekor gajah betina ditemukan mati di daerah Segati
Langgam.

Pada tahun 1984, gangguan gajah di Provinsi Riau semakin meningkat, sehingga pemerintah
mencadangkan habitat gajah dikawasan hutan Tesso Nilo oleh Menteri Negara Lingkungan hidup
(Dr. Emil Salim) yang pada akhirnya tidak terealisasi. Pada tanggal 30 April tahun 2001, Gubernur
Riau mengusulkan kembali kawasan Tessi Nilo dengan Luas + 153.000 hektar sebagai kawasan
konservasi Gajah. Usulkan kawasan konservasi Tesso Nilo tersebut mendapatkan dukungan dari
Pemerintah kabupaten, Provinsi dan DPRD. Pada tanggal 25 Agustus 2003, Menteri Kehutanan
mengeluarkan Surat Keputusan No. 282/Kpts-II/2003 tentang pencabutan izin areal PT.
INHUTANI IV, dan meminta Gubernur Riau untuk melakukan langkah-langkah persiapan
penunjukan kawasan hutan Tesso Nilo sebagai Kawasan Konservasi Gajah. Pada tanggal 19 Juli
2004, Menteri Kehutanan menunjuk Tesso Nilo Sebagai Taman Nasional yang berada pada areal
PT. INHUTANI IV melalui Surat Keputusan No. 255/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi
Sebagai Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Huutan Tesso Nilo yang terletak di
Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu Provinsi Riau seluas + 38.576 hektar menjadi Taman
nasional Tesso Nilo. P

ada tanggal 15 Oktober 2009, Menteri Kehutanan Republik Indonesia menerbitkan Surat
keputusan Nomor: SK.663/Menhut-II/2009 tentang Perubahan fungsi Sebagaian Kawasan Hutan
Produksi Terbatas Kelompok Hutan Tesso Nilo seluas  44.492 ( Empat Puluh Empat Ribu Empat
Ratus Sembilan Puluh Dua) Hektar yang Terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau menjadi
Taman Nasional Sebagai Perluasan Taman Nasional Tesso Nil. Sehingga saat ini, luas kawasan
Taman Nasional Tesso Nilo Menjadi + 83.068 Hektar Kawasan Hutan Tesso Nilo dikenal
memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi baik flora maupun fauna. Berdasarkan
penelitian Andi gilison (tahun 2001) menemukan bahwa tesso nilo memiliki 218 jenis tumbuhan
Vascular ( berpembuluh) dalam petakan tiap 200 M². Dengan jumlah ini, tesso nilo merupakan
kawasan hutan yang memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan tertinggi di bandingkan dengan
hutan daratan rendah lainnya di dunia. Sementara itu penelitian LIPI ( tahun 2003) membuktikan
kawasan ini memiliki 114 jenis burung, 3 jenis primata, 15 jenis reptil, 50 jenis ikan dan 82
tumbuhan obat-obatan. Tesso nilo merupakan benteng terakhir bagi gajah Sumatera dimana sekitar
200 ekor gajah mendiami kawasan hutan ini. Kawasan ini juga merupakan habitat potensial bagi
harimau Sumatera yang terancam punah.

Di Taman Nasional Tesso Nilo kita bisa menaiki gajah Flying squad sambil berpatroli di sepanjang
kawasan taman nasional tesso nilo, memandikan dan memberi makan gajah flying squad dan anak-
anaknya akan menjadi pengalaman yang menyenangkan, apalagi jika anda berkesempatan melihat
keberadaan gajah liar. Berjalan menyelusuri jungle track di Taman Nasional Tesso Nilo, disela-
sela pepohonan dan belukar sambil melacak tanda-tanda keberadaan satwa liar adalah diantara
kegiatan lain yang dapat dinikmati. Mememukan jejak harimau Sumatera, Tapir, beruang madu,
rusa dan satwa dilindungi lainnya akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Perjalanan
menuju Tesso Nilo ditempuh dalam waktu ± 2 jam dari Pangkalan Kerinci, ibu kota Kabupaten
Pelalawan.
Tip perjalanan: Dari Pekanbaru dan sekitarnya, lebih baik menggunakan mobil rental langsung ke
lokasi menggunakan jalan darat. Untuk masuk ke kawasan, sebaiknya mengurus izin masuk
kawasan ke kantor Balai TNTN di Pangkalan Kerinci lebih dahulu dan dari jauh hari sebelum
berkunjung untuk kenyamanan dan keamanan di kawasan.

KECAMATAN TELUK MERANTI

Kecamatan Teluk Meranti merupakan kecamatan terjauh kedua dari ibukota kabupaten setelah
Kecamatan Kuala Kampar. Pada awal pemekaran Kabupaten Pelalawan, akses ke Kecamatan
Teluk Meranti ini hanya menggunakan speed boat atau jalur air. Belum ada ajalan darat yang
menghubungkan kecamatan ini dengan ibukota kabupaten dan kecamatan lainnya. Sejalan dengan
perkembangan Kabupaten Pelalawan dan peningkatan pembangunan di berbagai sektor, ditambah
dengan mulai adanya kunjungan mancanegara ke daerah ini, akses ke Kecamatan Teluk Meranti
sudah menggunakan jalan darat melalui Jalan Lintas Bono (Lisbon Road). Pembangunan jembatan
yang menghubungkan desa Teluk Binjai dengan kelurahan Teluk Meranti pun sudah rampung.
Peningkatan pembangunan jalan dan perbaikan ruas-ruas jalan yang buruk sudah dilakukan dan
akan terus berlangsung hingga kualitas terbaik dapat dicapai. Pada saat ini, transportasi umum
(travel/rental) sudah tersedia yang dapat membawa penumpang dari dan ke Teluk Meranti yang
akan berkunjung dan menyaksikan beberapa daya tarik wisata yang ada di sana, diantaranya
adalah:

Bono

Bono adalah alunan gelombang besar yang terjadi bersamaan dengan pasang naik dan pasang surut
dengan ketinggian puncak gelombangnya mencapai 4 meter. Rentangan gelombang tersebut
hampir selebar sungai Kampar. Gelombang ini terjadi akibat benturan tiga arus air, yang berasal
dari Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan Aliran Air Sungai Kampar yang berbenturan di muara
sungai Kampar dan mendesak masuk ke hulu sehingga menimbulkan gelombang besar yang
menggulung dan menghempas jauh kedalam sungai hingga menempuh jarak 50 Km. Fenomena
alam begitu inik dan merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Menurut legenda, konon bono
ini mulai terjadi tahun 1615 M saat itu sungai Kampar masih bernama laut embun, dimana tebing
sungai Kampar saat itu adalah pangkalan Melako, Pangkalan Panduk dan Pangkalan Bunut.
Ketinggian bono semasa itu bisa mencapai 6-7 meter, namun saat ini gelombang bono hanya
berkisar 3-4 meter saja. Menurut legenda lainnya konon Bono di sungai Kampar adalah Bono
Jantan sedangkan Bono betinanya berada di sungai Rokan. Bono di sungai Kampar dulunya
berjumlah 7 (tujuh) ekor dan yang satunya ditembak oleh orang Belanda sehingga yang tinggal
sekarang hanya 6 (enam) ekor. Di musim Pasang mati Bono ini pergi menuju betinanya di sungai
Rokan, kemudian bercengkrama di Selat Melaka. Apabila pasang mulai membesar kembalilah
mereka ke tempat masing-masing, semakin besar arus pasang semakin gembiralah mereka berpacu
memudiki sungai dan semakin besar pula gelombang yang terjadi.

Bagi masyarakat tempatan yang sudah terbiasa dengan kedatangan Bono dan bernyali besar,
kedatangan Bono disambut dengan memacukan kapal motornya meluncur ke lidah ombak di
punggung Bono bagaikan pemain selancar. Atraksi ini oleh penduduk tempatan disebut
“BEKUDO BONO”, Karena mirip dengan atraksi seorang joki yang sedang berusaha menjinakkan
kuda liar. Bono ini dapat dilihat pada setiap bulan pada saat terjadi pasang besar, namun pada akhir
tahun atau pada musim Barat, Bono akan terjadi lebih besar. Kedahsyatan gelombang bono ini
menjadi daya tarik para peselancar manca negara untuk menaklukannya di awali tahun 2010
diantaranya peselancar dari Perancis, Jerman, Amerika, Italia, Australia, Afrika Selatan, Cina,
Singapura dan Indonesia sendiri. Karakteristik serta Kelebihan dan keunikan gelombang bono
dengan gelombang lainnya:

1. Gelombang bono terjadi di perairan sungai dengan jarak tempuh gelombang ± 50 Km

2. Para peselancar dapat merasakan sensasi di atas papan selancar satu sampai satu setengah jam

3. gelombang bono tidak terjadi setiap saat tetapi pada waktu tertentu (Bulan baru dan purnama)

4. Gelombang bono memiliki tujuh gelombang yang bebeda kedahsyatannya, oleh para peselancar
manca negara disebut Seven ghosts.

Untuk mencapai Kecamatan Teluk Meranti tempat gelombang bono ini dapat ditempuh melalui

1. Bandar udara Sultan Sarif Kasim II, Pekanbaru - Pangkalan Kerinci-Teluk Meranti dengan
waktu tempuh ± 5 lima jam mengunakan angkutan darat. Pilihan moda angkutan dapat
menggunakan taksi, angkutan umum (menyambung), mobil rental (travel).

2. Bendara Hang Nadim, Batam – Tanjungbatu – Penyalai - Teluk Meranti dengan jarak Tempuh
± 5 jam, melalui jalur laut mengunakan transportasi air speed boat.

3. Pelabuhan Buton Siak - Pangkalan Kerinci - Teluk Meranti dengan jarak tempuh ± 5 jam
mengunakan transportasi darat Dari Pangkalan Kerinci bisa ditempuh dua jalur yaitu jalur darat
(3,5 jam) dan jalur sungai (2jam).

Pantai Ogis

Hamparan pasir putih kecoklatan yang indah dengan pola yang khas di sepanjang tepian sungai
Kampar membentang dari bibir sungai ke daratan, yang merupakan bentangan pantai berpasir
sebagai tempat terakhir hempasan gelombang bono, sebelum pecah menjadi arus yang deras
menghulu sungai kampar. Lokasi hamparan pasir ini oleh masyarakat tempatan diberi julukan
Pantai Ogis. Lokasi pantai ini merupakan tempat yang ideal bagi pengunjung yang datang
menyaksikan kedatangan bono sambil menyaksikan berbagai macam burung bermain di bibir
pantai. Di pantai Ogis kita juga dapat menyaksikan gelombang bono memecah seperti sunami kecil
atau banjir bandang dalam hitungan detik memenuhi pantai bahkan sampai ke jalan persekitaran
pantai, ini dapat disaksikan pada tanggal 1 Muharam, 14 Rabiul Awal, 27 Syawal dan 28
Zulqaidah.

Sebelum menyaksikan kedatangan Bono di Pantai Ogis, kita juga dapat menghabiskan waktu
dengan menyaksikan atraksi permainan masyarakat tempatan seperti permainan Gasing dan
permainan tradisional lainnya. Untuk menjangkau lokasi pantai ogis ini dapat dilakukan dengan
berjalan kaki dari desa Teluk Meranti, dapat juga menggunakan jasa ojek atau penyewaan sepeda
motor.
Tip perjalanan: Ke Pantai Ogis ini bisa ditempuh dengan sepeda motor ataupun jalan kaki, dari
desa Teluk Meranti atau penginapan jaraknya sekitar 1 Km. Menggunakan sepeda motor sewa
akan menghemat

Tasik Besar Serkap

Dengan menyusuri anak sungai serkap menggunakan perahu motor dari desa Teluk Meranti kita
akan sampai ke Tasik Besar Serkap. Terdapat berbagai macam ikan di dalam tasik ini dan
pemandangannya cukup mempesona. Tasik ini juga merupakan tempat migrasi burung-burung
endemic dari belahan benua Australia ketika musim dingin melanda benua tersebut. Hutan
disekitar tasik ini ditumbuhi berbagai jenis kayu-kayuan antara lain : Ramin (Gonystillus Bancanus
Kurz), Suntai (Palaqium Waisurifollum), Kempas (Kompassia Malaccaensis Maing), Meranti
(Shorea Sp), Bintangur (Calophyllum Sp), dan lain-lain. Disini juga terdapat satwa-satwa yang
dilindungi, seperti : Beruang Madu (Helarctos Malayanus), Trenggeling (Manis Javanica), Kera
Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), Burung Enggang (Buceros Rhiniceros), Belibis
(Dendrocybina Javanica), dan Ikan Arwana (Schleropagus Formasus). Kawasan ini bertopografi
datar dan merupakan ekosistem hutan dataran rendah dengan type ekosistem rawa gambut seluas
± 6.900 Ha, dengan waktu tempuh dari Teluk Meranti sekitar 8 Jam menggunakan perahu motor.

Pantai Tanjung Pebilah

Seperti halnya Pantai Ogis, Pantai Tanjung Pebilah juga merupakan dataran berpasir halus yang
sering disebut dengan pasir bono, dan kerap muncul ketika air pasang sedang surut. Hamparan
pasir lembut ini mempunyai pola yang khas, cukup keras dan kuat untuk menahan beban badan
kita namun jika terlalu lama berdiri dia atasnya tanpa berpindah tempat akan melembek dan sedikit
menghisap namun tidak terlalu berbahaya. Masyarakat setempat menjulukinya dengan “feeling
beach” atau pantai perasaan. Fasilitas Pendukung Penginapan yang tersedia adalah penginapan
sederhana dan homestay dengan harga cukup murah dan terjangkau.

Ada dua penginapan yaitu Mega Lestari dan Hidup Baru dan satu hotel melati yaitu Ogis Beach
Hotel di Teluk Meranti. Namun pengunjung juga dapat menggunakan rumah penduduk yang sudah
menyediakan satu atau dua kamarnya untuk dijadikan homestay dengan harga yang cukup murah.
Untuk rumah makan, RM. Mega Adelia dan RM. Vera merupakan pilihan yang terbaik untuk
dicoba, keduanya menyediakan masakan khas melayu Teluk Meranti dengan menu ikan sungai
yang menggugah selera. Selain itu terdapat kedai makan kecil di sekitar pasar tradisional.

Tip perjalanan: Untuk menghemat waktu sebaiknya menggunakan transportas air ke Teluk
Meranti. Dari Pekanbaru menggunkan kendaraan darat (mobil rental atau angkutan
umum/suburban) ke Pangkalan Kerinci (Pelabuhan speed boat jembatan Pangkalan Kerinci), dan
gunakan speed boat ke Teluk Meranti. Speed boat tersedia satu kali sehari, berangkat jam 10:00
WIB dengan route dari Pangkalan Kerinci – Teluk Meranti – Pulau Muda – Penyalai – Tanjung
Batu.

KECAMATAN KERUMUTAN
Menyusuri Sungai Kerumutan Sungai Kerumutan mengalir di sepanjang Kecamatan Kerumutan
dan bermuara di Sungai Kampar di Teluk Meranti. Terlihat perbedaan warna air dari sungai
Kerumutan ini dengan sungai Kampar. Airnya lebih gelap kehitaman seperti warna air teh. Namun
tidak berarti airnya kotor. Kandungan zat yang terlarut dari tanah gambut dan akar akaran
membuatnya jadi demikian. Selain suasana alam yang mempesona dengan tumbuhan yang hidup
di sepanjang sungai, fauna yang menyerukan suaranya menemani di sepanjang perjalanan dan
burung-burung yang beterbangan melintasi sungai dan sesekali menyambar mangsanya,
merupakan pemandangan yang dapat dinikmati selama beraktifitas menyusuri sungai ini. Hutan
Suaka Marga Satwa Kerumutan Suaka Marga Satwa Kerumutan terletak di Desa Kerumutan,
lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan air yaitu menggunakan speed boat atau perahu motor
dari desa Teluk Meranti dengan cara menyusuri sungai kerumutan. Sungai Kerumutan ini
membujur dari Barat ke Timur dan selalu banyak burung yang bermain dan mencari makan di
sana. Bagi peselancar yang telah selesai bermain di gelombang bono, dapat melanjutkan aktifitas
wisata dengan cara menyusuri sunga kerumutan dan melihat pemandangan alam di sepanjang
sungai yang sangat mempesona. Kita akan disuguhi dengan deretan flora tropikal yang beragam
dan fauna yang bermacam-macam. Berbagai macam burung dan primata dapat dijumpai di
sepanjang sungai. Di tengah perjalanan kita kerap menjumpai rumah rakit, tempat masyarakat
lokal atau nelayan memproses ikan salai hasil tangkapannya. Kita dapat singgah di rumah rakit ini
untuk sekedar melihat juga dapat membeli ikan salai dari nelayan lokal. Lokasi Suaka marga satwa
ini juga dapat ditempuh menggunakan jalan darat dari Pangkalan Kerinci dengan waktu selama
lebih kurang 2 jam perjalanan melalui jalan tanah berbatu/ pengerasan. Dari Pekanbaru dapat
ditempuh dari desa Pangkalan Kopan dengan waktu selama lebih kurang 4 jam. Luas Hutannya
seluas ± 93.222.20 Ha yang merupakan hutan rimbun yang ditumbuhi aneka macam pepohonan
dan hewan yang dilindungi diantaranya; Flora : Meranti (Shorea Sp), Punak (Tetrameriota Glabra
Mig), Perupuk (Solena Permum Javanicum), Nipah (Nypa Fructicons), Rengas (Gluta Rengas),
Pandan (Pandanus Sp), dll Fauna : Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis), Harimau
Dahan (Neovoles Nebulosa), Beruang Madu ( Helarctos Malayanus), Enggang (Buceros
Rhinoceros), Monyet (Mocacafa Scicularis), Kuntul Putih (Egretta Intermedia), Ikan Arwana
(Shleropoges Formasus), Owa (Hylobutes Moloch), Itik Liar ( Cairina scutulata) Tip perjalanan:
Dari Pekanbaru dan sekitarnya, lebih baik menggunakan mobil rental langsung ke lokasi
menggunakan jalan darat. Mobil travel tersedia di Pangkalan Kerinci ke Teluk Meranti setiap hari
sekali. Sementara dari Teluk Meranti dapat menggunakan speed boat sewa atau perahu motor sewa
menuju Tasik Besar Serkap dan Hutan Suaka Margasatwa Kerumutan. KECAMATAN KUALA
KAMPAR Desa Teluk Dalam Desa Teluk Dalam merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuala
Kampar yang cukup dekat dan mudah untuk dikunjungi di Kecamatan ini. Tidak banyak objek
wisata dan budaya yang terdapat di desa ini, satu lokasi potensi wisata yang merupakan bagian
dari legenda adalah Lokasi Kolam Tujuh tempat turunnya Putri Kayangan dan mandi disana.
Legenda ini ada kesamaan dengan legenda Putri Tujuh dan Unggeh Bomban di Kecamatan
Langgam. Walaupun tidak banyak lokasi potensi wisat di Kecamatan ini, namun, aktifitas budaya
yang kental dengan Budaya Melayu dan Budaya Suku Laut masih banyak dipergelarkan dan
merupakan aktifitas yang masih hidup di masyarakat. Salah satunya adalah Joget Tanjung Selukup
yang merupakan joget khas suku laut yang dibawakan pada acara-acara tertentu untuk
memeriahkan perhelatan dan kenduri misalnya. Selain itu, aktifitas budaya lain yang masih
berlangsung adalah lomba Jong Katel dan Perahu Layar yang pada saat ini merupakan event
tahunan di Kecamatan Kuala Kampar. Makam Panjang (Sutan Paminggie) Makam Panjang atau
yang dikenal juga sebagai Makam Sutan Paminggie terletak di tepi sungai Kampar Desa Serapung,
Kecamatan Kuala Kampar. Berdasarkan survei yang dilakukan, makam ini adalah makam Datuk
Paminggie. Makam ini merupakan makam yang dituakan dan kerap dikunjungi oleh penziarah
lokal maupun luar daerah. Fasilitas Pendukung Terdapat dua penginapan yang tersedia di desa
Teluk Dalam Ibukota Kecamatan Kuala Kampar, yaitu Penginapan Roma dan Penginapan Hj.
Bunda. Penginapan sederhana yang cukup murah dan terjangkau. Sedangkan homestay, belum
tersedia di Kecamatan ini Tip perjalanan: Dari Pangkalan Kerinci dapat ditempuh menggunakan
transportas air (speed boat) dan langusng ke Penyalai (Kula Kampar). Speed boat tersedia satu kali
sehari, berangkat jam 10:00 WIB dengan route dari Pangkalan Kerinci – Teluk Meranti – Pulau
Muda – Penyalai – Tanjung Batu. KECAMATAN BANDAR SEIKIJANG Kecamatan Bandar
Seikijang merupakan kecamatan yang relatif baru dimekarkan dan berdekatan dengan Kecamatan
Pangkalan Kerinci serta berbatasan dengan Kota Pekanbaru. Belum banyak objek wisata potensial
di daerah ini, namun prosesi seni budaya tradisional masih banyak yang dilakukan disini. Potensi
objek wisata yang baru dan mulai berkembang adalah Kolam Pemandian Putri Melayu yang
terletak tak jauh dari Jalan Lintas Timur sebelum simpang ke Kantor Camat bandar Seikijang.
Konon sejarahnya, Kolam Pemandian Putri Melayu ini dahulunya merupakan pemandian bagi
putri-putri keturunan Batin Kerinci. Dimana pada masa itu, pemandian untuk anak-anak dara dan
putri dikhususkan di suatu tempat yang tertentu dan tidakboleh bercampur dengan pemandian
masyarakat awam apalagi pemandian untuk kaum laki-laki. Pada saat ini, kawasan pemandian
tersebut sudah mulai ramai dikunjungi oleh pendatang dari Pekanbaru dan masyarakat yang
berdekatan dengan lokasi ini. Dan pada saat memasuki bulan ramadhan, lokasi ini dipusatkan
untuk pelaksanaan acara balimau dan ramai dikunjungi oleh masyarakat yang menghadiri dan
melaksanakan acara mandi balimau. Selain itu, kegiatan lain yang sudah ramai lakukan di lokasi
ini adalah kegiatan memancing. Dengan membayar sebesar Rp 35.000,- kepada pengelola objek
wisata ini yang merupakan masyarakat adat setempat, kita dapat memancing dengan sepuasnya di
lokasi ini dengan membawa hasil tangkapan yang kita dapat.

Anda mungkin juga menyukai