Anda di halaman 1dari 49

TEKNIK BUDIDAYA

GANDUM

Oleh :
Aep Wawan Irwan

Laboratorium Produksi Tanaman (Pangan)


Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
1
Pendahuluan

¾ Di Indonesia tanaman gandum hanya terbatas


ditanam di dataran tinggi dan pegunungan, pada
areal yang tidak begitu luas. Bercocok tanam
tanaman gandum masih dilakukan dengan cara
yang sederhana seperti untuk padi gogo.
¾ Di daerah iklim sedang, gandum ditanam pada
musim dinging ((winter)) dan musim semi (spring).
( p g)
¾ Gandum yang ditanam di Indonesia adalah dari
jenis gandum musim semi yang diintroduksi dari
Jepang. Filipina dan Meksiko.
¾ Gandum musim dingin umumnya termasuk
golongan tanaman berhari panjang (long day
plant), yang tidak mungkin dapat berproduksi di
d
daerahh ttropis.
i
2
Teknik Budidaya Gandum
Teknik Budidaya Gandum

1. Benih
1 Benih

2. Pengolahan Tanah

3. Pemupukan
k

4. Penyiangan

5. Perlindungan HPT

6. Suplai Air

7. Panen

8. Perlakuan Pascapanen

3
1. Benih Gandum
1. Benih Gandum

Benih gandum yang baik :


(1) berasal dari malai yang matang pada
batang utama,
(2) mempunyai bentuk dan warna yang
seragam,
(3) bebas dari hama dan penyakit, dan
(4) mempunyai bobot yang tinggi dan
seragam.

4
1. Benih Gandum
1. Benih Gandum

• Benih gandum mempunyai masa


dormansi yang tidak terlalu lama antara
0 - 4 bulan.
• Sebelum ditebar seyogyanya benih
direndam beberapa menit dalam air.
• Kotoran atau biji yang telah rusak,
karena beratnya lebih ringan akan
terapung. Benih yang telah bersih itu
kemudian diuji daya tumbuhnya.
tumbuhnya

5
1. Benih Gandum
1. Benih Gandum

Syarat benih gandum bersertifikat :


(1) kemurnian benih mini-mal 98 %,
(2) campuran benih varietas lain maksimal
0,2 %,
(3) biji gulma maksimal 0,1 %,
(4) kotoran maksimal 2 %,
(5) daya tumbuh minimal 80 %
(6) kadar air mak-simal 13 %

6
1. Benih Gandum
1. Benih Gandum

¾ Sebelum benih ditanam,


ditanam sebaiknya
diberi perlakuan benih terlebih dahulu,
untuk mencegah kerusakan dan serangan
hama-penyakit, baik yang berasal dari
dalam tanah atau dari benih itu sendiri.

¾ Fungisida yang dapat digunakan antara


lain Ceresan.

7
1. Benih Gandum
1. Benih Gandum

¾ Banyaknya benih per lubang tergantung


dari daya tumbuh benih.
¾ Benih yang berdaya tumbuh 95 %
cukup dua butir per lubang.
¾ Untuk jarak tanam 20 x 10 cm
diperlukan 30 kg benih/ha.
¾ Benih yang berdaya tumbuh kurang dari
95 persen sebaiknya lebih dari dua butir
per lubang atau 35 kg benih/ha.
benih/ha
¾ Kelembaban tanah selama
perkecambahan dipertahankan pada RH
tanah mendekati kapasitas lapang.
8
2. Pengolahan Tanah
2. Pengolahan Tanah

• Pengolahan tanah untuk tanaman gandum hampir sama


dengan pengolahan tanah untuk padi gogo dan palawija
lainnya (jagung, sorgum, kedele), yaitu antara lain agar
tanah mempunyai aerasi yang baik.
• Jika tanah itu sebelumnya bera, pengolahan tanah
dilakukan dua kali.
• Pencangkulan/pembajakan pertama yaitu untuk
menggemburkan tanah dan membasmi gulma.
• Pengolahan kedua dilakukan seminggu kemudian,
kemudian untuk
lebih menggemburkan tanah, meratakan dan
memberantas gulma yang tumbuh kemudian.
9
2. Pengolahan Tanah
2. Pengolahan Tanah

• Di samping itu dapat sekaligus membenamkan pupuk


organik bagi tanah yang memerlukannya.
• Biarkan tanah garapan selama 7 - 10 hari, untuk
memberikan kesempatan agar bahan organik yang
dibenamkan mulai melapuk.
• Jika tidak turun hujan, perlu ada suplai air untuk
mempermudah benih berkecambah.
• Jika sebelumnya ada tanaman lain, maka dapat
dipertimbangkan pengolahan tanah secara minim
(minimum tillage).

10
2. Pengolahan Tanah
2. Pengolahan Tanah

• Jarak tanam bermacam-macam,


bermacam macam ukurannya tergantung
dari tingkat kesuburan tanah dan varietas (varietas yang
kanopinya lebar, memerlukan jarak tanam lebih besar
daripada yang kanopinya lebih kecil).
• Jarak tanam pada tanah yang subur bisa lebih
dipersempit, demikian pula jarak tanam pada musim
kemarau lebih sempit dari pada musim hujan.
• Ukurannya 20 x 10 cm, 25 x 10 cm, 25 x 5 cm atau 30 x
10 cm.
cm
• Jarak tanam sedang diteliti : jarak tanam larikan, dengan
jarak antar larikan 30 cm.
11
3. Pemupukan
3. Pemupukan

• Pemberian pupuk dasar dan pupuk pertama dapat


dilakukan sebelum tanam atau pada waktu tanam.
• Biasanya yang dipakai sebagai pupuk pertama adalah
pupuk anorganik : P2O5 dan K2O dan sebagian pupuk N.
• Pemupukan N sebaiknya dilakukan dalam 2 - 3 kali.
• Pemupukan yang efektif ditentukan oleh dosis, waktu,
cara dan jenis pupuk (N, P dan K dapat diberikan dalam
bentuk pupuk tunggal atau pupuk majemuk).

12
3. Pemupukan
3. Pemupukan

• Cara pemupukan dibenamkan ke dalam tanah atau


diaduk merata dengan tanah.
• Dosis pemupukan ditentukan oleh jumlah hara tersebut
yang tersedia dalam tanah. Biasanya digunakan 20 ton
pupuk organik/ha (apabila sebelumnya tidak dilakukan
pemupukan pupuk organik untuk penanaman sayuran
gunung), 120 kg N/ha, 45-90 kg/ha, P2O5 dan 30-60 kg
K2O /ha.
• Pemupukan P dan K diberikan pada larikan di antara
barisan benih atau dalam lubang di samping kiri dan
kanan benih.
13
3. Pemupukan
3. Pemupukan

• Sepertiga bagian N diberikan bersama dengan P dan K


(dalam bentuk pupuk majemuk NPK), pada waktu
tanam di mana kecambah muncul di atas tanah 4-5 hari
setelah tanam.
• N yang dipergunakan saat ini adalah untuk merangsang
perakaran dan pertumbuhan vegetatif. Sepertiga bagian
lagi N diberikan pada saat bertunas, sekitar 25-30 hari
setelah tanam, untuk merangsang pertunasan yang dapat
menjadi tunas produktif
produktif.
• Dengan pengaturan jarak tanam, jumlah tunas per
rumpun diusahakan jangan terlalu banyak, sekira 10-20
tunas produktif.
14
3. Pemupukan
3. Pemupukan

• Sepertiga bagian dosis N sisanya diberikan ketika


tanaman membentuk primordia bunga, untuk
mendorong pembentukan malai, butir gandum dan
peningkatan kadar protein gandum yang dapat
membentuk gluten (diperlukan untuk membuat roti yang
baik).
• Pemupukan N susulan diberikan dengan cara digarit
dalam larikan atau pada lubang di antara tanaman.

15
4. Penyiangan
4. Penyiangan

• Gulma merupakan masalah yang penting bagi tanaman


gandum dan tanaman mesofit lainnya, bersaing dengan
tanaman gandum dalam hal penyerapan air, cahaya dan
unsur hara, dapat juga merupakan tumbuh-tumbuhan
inang bagi berkembangnya hama dan penyakit.
• Jenis gulma yang banyak terdapat di pertanaman
gandum di Lembang dan Pacet (Pangalengan) :
Oxalis coinculata, Centela asiatica, Imperata
cylindrica Mimosa invisa,
cylindrica, invisa Paspalum notatum
notatum, Sida
rhombifolia, Ricinus communis, Ageratum conyzoides,
Euphorbia esula, Agropyron repens, Amaranthus
retroflexus, dan Polygonum convolvulus.
16
4. Penyiangan
4. Penyiangan

• Gulma jenis berdaun lebar dapat diberantas dengan


herbisida 2,4 D dan MEPA, jenis berdaun sempit dengan
Dalapon, Diallate dan Barban.
• Pemberantasan secara kultur teknik dapat dilakukan
dengan sistem tanaman sela, menanam jenis leguminosa
di antara barisan tanaman gandum.
• Penyiangan dapat dilakukan 2-3 kali tergantung
banyaknya populasi gulma.

17
4. Penyiangan
4. Penyiangan

• Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman gandum


berumur satu bulan. Pada saat ini, perakaran gandum
sudak cukup kuat apabila terjadi kerusakan akar pada
saat penyiangan dan populasi gulma sudah cukup tinggi.
• Penyiangan kedua dilakukan sekira tiga minggu
kemudian, penyiangan selanjutnya tergantung
banyaknya dan tingginya populasi gulma.
• Sampai sekarang, petani penghasil tanaman pangan di
Indonesia masih belum menggunakan herbisida untuk
Indonesia,
memberantas gulma, umumnya penyiangan dilakukan
dengan tangan saja (handweeding).
18
5. Perlindungan Hama/penyakit
5. Perlindungan Hama/penyakit

• Pencegahan hama dan penyakit di lapangan paling baik


dengan menanam varietas gandum yang mempunyai
ketahanan (resistensi) horizontal, jika terjadi serangan
hama atau penyakit.
• Penyemprotan dengan insektisida/fungisida merupakan
cara yang paling praktis. Insektisida dapat bersifat racun
perut, kontak, sistemik dan fumigan (gas).
• Racun perut efektif untuk membe-rantas serangga atau
ulat pemakan organ tanaman di bagian atas,
atas misalnya
ulat batang, ulat daun dan walangsangit.
• Contoh insektisida tersebut ialah Phosvel dan
Agrothion.
19
5. Perlindungan Hama/penyakit
5. Perlindungan Hama/penyakit

• Pestisida kontak sangat baik untuk serangga yang


kurang lincah, misalnya tungau, kepik hijau, kumbang,
kutu daun dan batang. Contoh insektisidanya yaitu
Sevin, Meptox dan lainnya.
• Pestisida sistemik adalah racun yang dapat masuk ke
dalam jaringan tanaman. sangat baik untuk serangga
pengisap cairan tanaman, misalnya hama penggerek,
wereng, kepinding tanah.

20
5. Perlindungan Hama/penyakit
5. Perlindungan Hama/penyakit

• Contohnya antara lain Diazinon,


Diazinon Phosphamidon,
Phosphamidon
Fenitrothion, Gama BHC 6G, Agrocida, Sandoz 6626-
5G, Sevidal 8-8G.
• Konsentrasi yang berupa cairan dosis umum adalah 2
cc/L, dengan pemakaian cairan tidak lebih dari 1000
L/ha dalam sekali pemakaian, sedangkan yang berupa
granula tidak melebibi 50 kg/ha.

21
5. Perlindungan Hama/penyakit
5. Perlindungan Hama/penyakit

• Fumigan misalnya Nogos meracuni pernafasan


serangga.
• Pemberantasan hama dan penyakit dengan cara kultur
teknis sering dilakukan petani secara tidak sengaja, yaitu
dengan mengolah tanah, sistem rotasi tanaman dan
penyiangan gulma, serta menanam varietas yang tahan
terhadap hama dan penyakit utama.
• Pemakaian pestisida yang efektif harus memperhatikan
harga pestisida yang relatif mahal dan kondisi cuaca
pada waktu pemakaian.

22
5. Perlindungan Hama/penyakit
5. Perlindungan Hama/penyakit

• Fungisida yang banyak digunakan yaitu Dithane M45.


M45
Bakterisida belum banyak dikenal oleh petani di
Indonesia.
• Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan
penyemprotan insektisida dan fungisida seminggu sekali
dengan pemakaian yang bergiliran.

23
5. Perlindungan Hama/penyakit
5. Perlindungan Hama/penyakit

• Untuk mencegah serangan nematoda yang terdapat


dalam tanah (terutama pada waktu musim hujan),
terlebih dahulu tanah diberi perlakuan dengan Furadan
3G, dengan dosis 25-30 kg/ha.
• Pada tanah yang populasinya tinggi pemberian Furadan
dapat diberikan 22-33 kali selama masa pertumbuhan
gandum, yaitu pada waktu tanam, masa bertunas dan
masa reproduktif.
• Cara pemberiannya dengan disebar di atas permukaan
tanah atau dicampur bersama pupuk.

24
6. Suplai Air
6. Suplai Air

• Air diperlukan dari sejak fase perkecambahan sampai


fase matang susu, dengan jumlah dan distribusi yang
merata.
• Pada fase masak kuning sampai panen, tidak diperlukan
tambahan air, bahkan cuaca cerah dan panas dapat
mempercepat pematangan.
• Kebutuhan air nyata (actual water requirement) untuk
gandum berada di atas kebutuhan untuk jagung dan
sorgum tetapi di bawah kebutuhan untuk padi.
sorgum, padi

25
6. Suplai Air
6. Suplai Air

• Menurut hasil percobaan selama tiga tahun di Akron


Colorado (Bear, 1959), kebutuhan air nyata untuk
jagung, 0,2576 m3 untuk setiap produksi bahan kering.
• Apabila ini dijadikan standar, maka kebutuhan untuk
gandum 140 persen, padi 190 persen dan sorgum 90
persen.
• Kebutuhan air bagi tanaman adalah petunjuk untuk
menentukan jumlah air yang diperlukan selama
pertumbuhan yaitu untuk pembentukan jaringan
pertumbuhan,
tanaman selama fase vegetatif, transpirasi dan evaporasi.

26
6. Suplai Air
6. Suplai Air

• Jumlah air yang diperlukan oleh tanaman yang sebenar-


sebenar
nya (nyata) diketahui dari hasil percobaan.
• Jumlah air yang diperlukan tanaman dengan perkiraan/
perhitungan dari teori dan data yang ada bervariasi
tergantung jenis tanaman, tanah dan iklim.
• Menurut Schlehuber dan Tucker (1967), percobaan di
Kansas menyatakan bahwa kebutuhan air relatif untuk
gandum sekitar 330-392 mm, barley 333-366 mm,
jagung 602-691
602 691 mm,
mm alfalfa 732-927
732 927 mm dan padi 700-
700
900 mm.
• Ternyata gandum dan barley merupakan tanaman yang
paling sedikit memerlukan air secara relatif.
27
7. Panen
7. Panen

• Apabila 80 % dari rumpun telah bermalai,


bermalai jerami,
jerami
batang dan daun mengering dan menguning.
• Jika 20 % dari bagian malai telah matang penuh, di
mana butir gandum telah cukup keras apabila dipijit
tangan, maka gandum sudah waktunya untuk dipanen.
• Saat panen sangat ditentukan oleh tingkat pematangan
dan cuaca. Gandum yang terlalu matang cenderung
untuk rebah dan rontok.

28
7. Panen
7. Panen

• Curah hujan,
hujan kelembaban dan suhu udara terlalu dingin
atau panas sering menghambat dan menurunkan hasil
panen.
• Tingkat pematangan menentukan hasil gandum.
• Dalam periode 14 tahun, di Nebraska menurut
Schlehuber dan Tucker (1967) : gandum yang dipanen
pada kadar air 50,1 % (matang susu) hasilnya sekitar
976,5 kg/ha, pada kadar air 43,1 % (matang kuning)
1242 kg/ha dan pada kadar air 25,2
25 2 % (matang penuh)
sebanyak 1381,5 kg/ha, dengan kadar protein gandum
masing-masing 12,4 %, 12,8 % dan 13,1 %.
29
7. Panen
7. Panen

• Panen gandum yang ditangguhkan melebihi dari satu


minggu akan menurunkan bobot butir gandum. Untuk
menguji tingkat kekeringan malai, di lapangan
dilakukan dengan jari tangan. Apabila butir-butir
gandum lepas ketika digosok dengan tangan dan poros
malainya mudah patah, maka kadar air gandum cukup
untuk dipanen.
• Komponen produksi gandum sama dengan padi yaitu
jumlah malai per satuan luas tanah,
tanah jumlah butir isi per
malai dan bobot rata-rata butir gandum.

30
7. Panen
7. Panen

• Panen di Amerika dan negara lainnya dilakukan dengan


mempergunakan mesin ”combine", di Indonesia pada
umumnya dilakukan dengan ani-ani atau sabit.
• Batang gandum dipotong sekira 30 cm dari ujung malai,
agar malai gandum mudah diikat dan dirontokkan
dengan diirik, atau diinjak
diinjak-injak
injak dengan kaki, atau
dipukulkan pada kisi-kisi kawat.
• Malai gandum yang baru dipanen, perlu dikeringkan
dahulu dijemur di bawah panas matahari sampai malai
dahulu,
mudah dirontokkan (dijemur 1-2 hari berturut-turut).

31
7. Panen
7. Panen

• Butir gandum yang telah dirontokkan perlu dikeringkan


lagi, sampai kadar air paling besar 14 %, tergantung dari
keperluannya.
• Gandum yang disimpan di tempat lembab dan dalam
ruangan yang panas, kwalitasnya akan cepat menurun.

32
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

• Butir gandum yang digiling di pabrik harus memenuhi


pengujian mutu gandum yang meliputi beberapa
karateristik.
• Pengujian-pengujian :

33
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

• Pengujian-pengujian
Pengujian pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
(1) uji berat merupakan pengukuran berat per unit
volume butir gandum. Hasil uji berat yang rendah
menyebabkan kualitas butir dan tepung yang rendah,
syarat minimum adalah 73 kg per hektoliter.
(2) Uji kotoran, yaitu pemisahan butir
butir-butir
butir gandum dari
benda-benda asing, biji gandum yang berkerut dan
yang pecah (broken wheat). Benda tersebut terbawa
sewaktu proses panen,
panen perontokkan dan
penyimpanan. Syarat maksimum adalah 0,1-0,5 %

34
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

(3) Uji kadar air butir gandum syarat maksimum 12,512 5


%, baik untuk gandum keras maupun gandum lunak.
Gandum yang disimpan pada kadar air yang tinggi akan
cepat berkecambah dan mudah terserang jamur,
menyebabkan naiknya kadar maltose dalam biji
gandum, yang menjadikan rendahnya tepung.
Kadar maltose yang terlalu tinggi (lebih dari satu
persen) akan menyebabkan sifat gluten yang
lembek.
lembek
Sebaliknya kadar air yang terlalu rendah memberikan
kerusakan fisik butir gandum yang tinggi pada
waktu digiling sehingga mengurangi berat.
35
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

(4) Uji kemurnian butir dari campuran tanaman lain


minimal 99,6 %.
(5) Uji (bobot) dari 1000 butir. Dikehendaki bobot 1000
butir sekitar 28-40 gram.
(6) Uji keseragaman ukuran dan bentuk biji gandum.
(7) Uji kadar serat dan kadar abu. Persyaratannya adalah
serat 2-2,7 %, dan abu 1,4-2 %.
(8) Uji Rendemen tepung sekira 85 %.

36
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

(9) Uji kadar protein butir gandum syaratnya adalah 6-


6
20 %.
(10) Menghasilkan tepung dengan daya isap terhadap air
52-60 %, merupakan karateristik yang sangat
penting bagi para konsumen tepung terigu.

37
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

• Penyakit dan hama gudang yang menyerang pada


umumnya adalah cendawan dan insekta.
• Serangan cendawan selama pertumbuhan di lapangan
(Alternaria, Fusarium dan Helminthosporium) yang
berasal atau terbawa biji, tidak akan terbawa di
gudang penyimpanan yang suhu udaranya sangat
rendah.

38
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

• Faktor suhu udara,


udara kelembaban dan lamanya
penyimpanan sangat menentukan serangan cendawan
di gudang.
• Kadar air gandum 13 % (maksimal) menentukan
berapa lama gandum tahan disimpan dengan aman,
karena semakin lama gandum disimpan kadar airnya
akan bertambah.

39
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

• Pada suhu 5 – 10 °C pertumbuhan cendawan sangat


lambat, sedangkan pada suhu 26,7 - 32,2 °C
pertumbuhannya sangat cepat.
• Gandum yang disimpan hanya beberapa minggu
sebelum digiling dapat disimpan pada kadar air yang
agak tinggi (lebih dari 13 %), dengan suhu
penyimpanan yang agak tinggi pula daripada suhu
penyimpanan untuk berbulan-bulan lamanya.
• Serangan hama gudang pada umumnya menentukan
tingkat kualitas dan nilai gizi gandum yang disimpan.

40
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

Beberapa hama utama yang sangat merugikan yaitu:


• Sithopilus oryzae, S. granarium,
• Rhizopertha,
• Orizaphylus surinaemensis,
• Tenebroides mau-ritanicus,
• Tribolium confusum, T. castaneum,
• Cryptolestes pusillus C. perrugineus,
• Trogoderma granarium,
• Sitotroga cerealella.
cerealella

41
8. Perlakuan pascapanen
8. Perlakuan pascapanen

• Udara gudang yang sejuk,


sejuk biji gandum yang kering
dan bebas dari tepung gandum atau biji yang rusak
merupakan kondisi yang tidak cocok untuk
berkembangnya hama gudang.
• Kelembaban gudang di bawah 15 % dapat menekan
penyerangan hama (kutu-kutu
(kutu kutu biji gandum).
• Pencegahan butir gandum yang disebabkan oleh hama
atau kerusakan fisik di gudang, dapat diatasi apabila
diperhitungkan pengelolaan,
pengelolaan kebersihan dan
pencegahan secara kimiawi.

42
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Anonimous.
Anonimous 1976.
1976 Potensi Daerah Produksi Gandum di Jawa (Laporan
Survai). Direktorat Bina Produksi Dirjen. Pertanian dengan Fak. Pertanian
Unpad.
Balasubramaniyam, P and SP Palamiappan. 2002. Principles and Practices of
Agronomy. Agrobios. Jodhpur.
Bear, F.E. 1959. Soils and Fertilizers. John Willey & Sons Inc. New York.
Briggle, L.W. 1967. Morphology of The Wheat Plant. Wheat and Wheat
Improvement Edited by Quisenberry and L
Improvement. L.P
P Reitz
Reitz. American Society of
Agronomy, Inc Publisher, Ma-dison, Wisconsin USA.
Bulog dan Bogasari. 1976. Peranan Pengolahan dan Pemasaran Tepung
Terigu dalam Menunjang Pengembangan Gandum di Indonesia.
P
Proceeding
di SSeminar
i G
Gandum.
d D
Dept. PPertanian
i T Tan P
Pangan JJakarta.
k

43
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

De Geus.
Geus 1967.
1967 Fertilizer Guides for Tropical and Subtropical Farming.
Farming
Centre d'Etude de L'Azote Zurich.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Direktorat Serealia. 2004.
Petunjuk Praktis Bertanam Gandum.
Evans, E.F and R.L. Donahue. 1957. Exploring Agriculture. Pren-tice Hall.
Engliwood Cliffs, New Jersey.
Finney, K.F and W.T. Yamazaki. 1967. Quality of Hard, Soft and Durum
Wheats Wheat and Wheat Improvement.
Wheats. Improvement Edited bv Quisenberry & L.P.
LP
Reitz. American Society of Ag-ronomy, Inc. Publisher, Madison,
Wisconsin, USA.
Gilles, K.A and L.D. Sibbit. 1974. Quality. Wheat Production and Utilization.
Edi d by
Edited b G.E.
G E Inglett.
I l TheTh AVI P Publishing
bli hi Company,
C Inc.
I

44
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Haas,
Haas H.J,
H J J.F.
J F Power and G G.A. Reichman. 1976.
A Reichman 1976 Effect of Crop
Crop', and
Fertilizer on Soil Nitrogen, Carbon and Water Content and on
Succeeding Wheat Yields and Quality. Agricultural Research Service
USDA. March 1.
Heyne, K. 1950. De Nutige Planten van Indonesia. N.V. Uit-geverrij van
Hoeve s'Gravenhage Bandung.
Inglett, G.E. 1974. Wheat in Perspective. Wheat Production and Utilization.
Edited by G.E.
G E Inglett.
Inglett The AVI Publishing Co.
Co Inc.
Inc
Kik M.C cit D.H Grist, 1959. Rice Longmans, Green and Co Ltd London.
Lamb, C.A. 1967. Physiology. Wheat and Wheat Improvement. Edited by
Quisenberry & L.P. Reitz. American Society of Agronomy, Inc,
P bli h Madison,
Publisher, M di Wisconsin,
Wi i U.S.A.
USA

45
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Miller,
Miller D.L.
D L 1974.
1974 Industrial Uses of Wheat and Flour.
Flour Wheat Production and
Utilization Edited by G.E. Inglett. The AVI Publishing Company, Inc.
Nurmala, Tati. 1974. Pengamatan Beberapa Sifat Agronomi dan 29 Varietas
Gandum (Triticum spp) ditanam di Kebun Percobaan Mar-gahayu-
Lembang (Tesis). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Nurmala, Tati. 1978. Pengujian Sembilan Varietas Gandum (Triticum spp)
pada Musim Kemarau di Tanah Andosol Lembang. Kerjasama Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran dengan Lembaga Pusat Penelitian
Pertanian (LP3) Bogor.
Nurmala, Tati. 1980. Budidaya Tanaman Gandum. PT. Karya Nusantara.
Jakarta.
N
Nurmala,l TTati.
i 2006.
2006 Paket
P k Teknologi
T k l i Budidaya
B did Gandum
G d (Triticum
(T i i spp))
Berdasarkan Agroekologis dan Pengembangannya. Makalah pada
pertemuan Evaluasi Kegiatan 2005 dan Rencana Produksi Serealia 2006.
Direktorat Serealia.

46
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Pearson,
Pearson L.C.
L C 1966.
1966 Principle of Agronomy.
Agronomy Reinhold Publish-ing
Publish ing
Corporation, New York.
Reitz, L.P. 1967. World Distribution and Importance of Wheat. Wheat and
Wheat Improvement. Edited by Quisenberry & L.P. Reitz. Am. Soc. of
Agron, Inc. Publisher, Madison, Wisconsin U.S.A.
Rusli Hakim. 1974. Preliminary Observation on 23 Wheat Varie-ties from the
Philippines. Ministry of Agriculture, Central Res nst-for Agric. Bogor.
Satari G
Satari, G. Sjamsudin dan T.
T Nurmala.
Nurmala 1976.
1976 Prospek Tanaman Gandum di
Indonesia. Penelaahan dari Aspek Agronomi. Proceeding Seminar
Gandum Dept. Pertanian Tan. Pangan Jakarta.
Schmidt, J.W. 1974. Breeding and Genetics. Wheat Production and
U ili i Edited
Utilization. Edi d by
b G.E.
G E Inglett.
I l The Th AVI P Publishing
bli hi Company,
C Inc.
I

47
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Schlehuber and B.B.


B B Tucker.
Tucker 1967.
1967 Culture of Wheat.
Wheat Wheat and Wheat
Improvement. Edited by Quisenberry & L.P. Reitz. American Society of
Agronomy, Inc. Publisher, Ma-dison, Wisconsin, U.S.A.
Saunders, R.M, H.G. Walker Jr, G.O. Kohler. 1974. Feed Uses of Wheat and
Its Product. Wheat Production and Util-ization. Edited by G.E. Inglett.
The AVI Publishing Com-pany, Inc.

-----------------------

48
Selesai

49

Anda mungkin juga menyukai