TENTANG
PEMERINTAHAN GAMPONG
6. Undang…
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1983 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Banda Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3247);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
(Berita Negara Tahun 2016 Nomor 5) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan
dan Pemberhentian Perangkat Desa (Berita Negara Tahun
2017 Nomor 1223).
10. Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kehidupan Adat dan Adat Istiadat (Lembaran Daerah
Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 09,
Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam
Nomor 19);
11. Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat
(Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008
Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh
Darussalam Nomor 20);
12. Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik Di Aceh (Lembaran
Daerah Aceh Tahun 2009 Nomor 04, Tambahan Lembaran
Daerah Aceh Nomor 26);
MEMUTUSKAN :
BAB ...
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN GAMPONG
Pasal 2
Pasal ...
Pasal 3
BAB III
PEMERINTAHAN GAMPONG
Pasal 4
BAB IV
PEMERINTAH GAMPONG
Bagian Kesatu
Pemerintah Gampong
Pasal 5
Bagian ...
Bagian Kedua
Keuchik
Paragraf 1
Tugas dan Wewenang
Pasal 6
Paragraf 2
Hak dan kewajiban
Pasal 7
Keuchik berhak :
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah
Gampong kepada Walikota;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Reusam
Gampong;
c. mendapatkan cuti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lain yang sah, serta mendapat jaminan
kesehatan;
e. mendapatkan ...
e. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang
dilaksanakan atas dasar kepentingan umum dan peraturan
perundangan;dan
f. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban
lainnya kepada perangkat gampong.
Pasal 8
Keuchik berkewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan pancasila,
melaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan negara kesatuan republik indonesia,
dan bhinneka tunggal ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat gampong;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat
gampong;
d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan;
f. melaksanakan prinsip tata pemerintahan gampong yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien,
bersih, serta bebas dari, korupsi, kolusi dan nepotisme;
g. menjalin kerjasama dan koordinasi dengan seluruh
pemangku kepentingan di gampong;
h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan gampong
yang baik;
i. mengelola keuangan dan aset gampong;
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan gampong;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di gampong;
l. mengembangkan perekonomian masyarakat gampong;
m. menjalankan dan menegakkan syariat islam di gampong;
n. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat
gampong;
o. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
di gampong;
p. mengembangkan potensi sumber daya alam dan
melestarikan fungsi lingkungan hidup; dan
q. memberikan informasi kepada masyarakat Gampong.
Pasal 9
Paragraf 3
Larangan
Pasal 10
Keuchik dilarang :
a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri,
anggota keluarga, pihak lain,dan/atau golongan tertentu;
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau
kewajibannya;
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga
dan/atau golongan masyarakat tertentu;
e. melakukan ...
e. melakukan tindakan meresahkan masyarakat gampong;
f. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang,
barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya;
g. menjadi pengurus partai politik;
h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Tuha
Peuet Gampong, anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh atau Dewan
Perwakilan Rakyat Kota, dan jabatan lain yang ditentukan
dalam peraturan perundangan-undangan;
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan
umum dan/atau pemilihan kepala daerah;
k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan
l. meninggalkan tugas selama 30 (tigapuluh) hari kerja
berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 11
Pasal 12
Paragraf ...
Paragraf 4
Penghasilan Keuchik
Pasal 13
Bagian Ketiga
Perangkat Gampong
Paragraf 1
Sekretaris Gampong
Pasal 14
Paragraf 2
Kepala Seksi
Pasal 15
Paragraf ...
Paragraf 3
Ulee Jurong
Pasal 16
Paragraf 4
Kepala Urusan
Pasal 17
Paragraf 5
Pengangkatan Perangkat Gampong
Pasal 18
c. terdaftar ...
c. terdaftar sebagai penduduk gampong dan bertempat
tinggal di gampong paling kurang 1 (satu) tahun pada
saat mendaftar sebagai calon perangkat gampong; dan
d. memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi.
(3) Persyaratan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut:
a. mampu membaca Al-Qur’an dengan baik;
b. berakhlaq baik;
c. belum pernah dihukum pidana penjara paling kurang
1(satu) tahun karena tindak kriminal;
d. belum pernah dihukum dengan hukuman uqubat
karena melakukan pelanggaran syariat Islam;
e. tidak pernah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba
dan zat adiktif lainnya.
(4) Perangkat Gampong diangkat oleh Keuchik setelah
dikonsultasikan dengan Walikota melalui Camat.
(5) Tata cara pengangkatan perangkat gampong sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
Paragraf 6
Larangan Perangkat Gampong
Pasal 19
Pasal 20
Paragraf 7
Pemberhentian Perangkat Gampong
Pasal 21
a. usia ...
a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
b. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
c. berhalangan tetap;
d. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Perangkat
Gampong; dan
e. melanggar larangan sebagai Perangkat Gampong.
(3) Pemberhentian Perangkat Gampong sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dan huruf b, ditetapkan dengan
Keputusan Keuchik dan disampaikan kepada Camat paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah ditetapkan.
(4) Pemberhentian Perangkat Gampong sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c wajib dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada Camat.
(5) Dalam hak konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), Camat mengeluarkan Rekomendasi tertulis
berdasarkan persyaratan pemberhentian Perangkat
Gampong.
Paragraf 8
Pemberhentian Sementara
Pasal 22
Paragraf 9
Unsur Staf Perangkat Gampong
Pasal 23
Paragraf 10
Penghasilan Perangkat Gampong
Pasal 24
Bagian ...
Bagian Keempat
Imuem Gampong
Paragraf 1
Kedudukan dan Tugas
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
a. tidak ...
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berturut-turut
selama 6 (enam) bulan;
b. melanggar syariat islam; dan
c. melanggar norma adat istiadat setempat.
Paragraf 2
Hak dan Kewajiban
Pasal 29
Pasal 30
Paragraf 2
Persyaratan
Pasal 31
Paragraf 3
Pemilihan Imuem Gampong
Pasal 32
Paragraf ...
Paragraf 4
Pengangkatan, Masa Jabatan dan Pemberhentian.
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Paragraf 5
Pembantu Imuem Gampong
Pasal 36
BAB V
TUHA PEUET GAMPONG
Bagian Kesatu
Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Wewenang
Pasal 37
Pasal ...
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
g. mengawal ...
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan
kestabilan penyelenggaraan pemerintahan gampong serta
mempelopori penyelenggaraan pemerintahan gampong
berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib Tuha Peuet Gampong;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat
insidentil kepada Walikota melalui Camat;
j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya
operasional Tuha Peuet Gampong secara tertulis kepada
Keuchik untuk dialokasikan dalam RAPBG;
k. mengelola biaya operasional Tuha Peuet Gampong;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar
Kelembagaan Gampong kepada Keuchik; dan
m. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka
monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan
Gampong.
Bagian Kedua
Hak, Kewajiban Dan
Larangan Tuha Peuet Gampong
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
b. melakukan ...
b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima
uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya;
c. menyalahgunakan wewenang;
d. melanggar sumpah/janji jabatan;
e. merangkap jabatan sebagai Keuchik dan perangkat
gampong;
f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau
Dewan Perwakilan Rakyat Kota, dan jabatan lain yang
ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;
g. sebagai pelaksana proyek gampong;
h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau
i. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.
Bagian Ketiga
Keanggotaan Tuha Peuet Gampong
Paragraf 1
Pengisian Keanggotaan
Tuha Peuet Gampong
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Paragraf ...
Paragraf 3
Persyaratan dan Jumlah
Anggota Tuha Peuet Gampong
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Paragraf 3
Pengisian Keanggotaan
Tuha Peuet Gampong Antar waktu
Pasal 52
Paragraf 4
Pemberhentian Anggota Tuha Peuet Gampong
Pasal 53
Pasal 54
Bagian Keempat
Peraturan Tata Tertib Tuha Peuet Gampong
Pasal 55
b. penyampaian ...
b. penyampaian jawaban atau pendapat Keuchik atas
pandangan Tuha Peuet Gampong;
c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau
pendapat Keuchik; dan
d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir Tuha
Peuet Gampong kepada Walikota.
(6) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara
musyawarah Tuha Peuet Gampong sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf e meliputi:
a. penyusunan notulen rapat;
b. penyusunan berita acara;
c. format berita acara;
d. penandatanganan berita acara; dan
e. penyampaian berita acara.
Pasal 56
Bagian Kelima
Hak Pimpinan dan
Anggota Tuha Peuet Gampong
Pasal 57
BAB …
BAB VI
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GAMPONG
Pasal 58
Pasal 59
BAB VII
KEUANGAN GAMPONG DAN KEKAYAAN GAMPONG
Bagian Kesatu
Keuangan Gampong
Paragraf 1
Umum
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
Pasal …
Pasal 63
Pasal 65
Paragraf 2
Pengalokasian ADG Dalam APBK
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
(3) Bantuan …
(3) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan penggunaannya
diserahkan sepenuhnya kepada gampong penerima
bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas
pemerintah daerah di gampong.
(4) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan pengelolaannya
ditetapkan oleh Pemerintah Kota dalam rangka percepatan
pembangunan gampong dan pemberdayaan masyarakat.
Paragraf 3
Penyaluran
Pasal 69
(1) Penyaluran ADG dan bagian dari hasil pajak daerah dan
retribusi daerah Kota ke gampong dilakukan secara
bertahap.
(2) Tata cara penyaluran ADG dan bagian dari hasil pajak
daerah dan retribusi daerah Kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Walikota.
Pasal 70
Bagian Kedua
APBG
Paragraf 1
Umum
Pasal 71
Pasal ….
Pasal 72
Paragraf 2
Pendapatan Gampong
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
Paragraf…
Paragraf 3
Belanja Gampong
Pasal 77
Pasal 78
Paragraf 4
Pembiayaan
Pasal 79
b. pencairan …
b. pencairan Dana Cadangan; dan
c. hasil penjualan kekayaan Gampong yang dipisahkan.
(4) SiLPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara
lain pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja,
penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
(5) SiLPA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:
a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan
lebih kecil dari pada realisasi belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir
tahun anggaran belum diselesaikan.
(6) Pencairan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b digunakan untuk menganggarkan
pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke
rekening kas gampong dalam tahun anggaran berkenaan.
(7) Hasil penjualan kekayaan gampong yang dipisahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c digunakan
untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan gampong
yang dipisahkan.
Pasal 80
Pasal …
Pasal 81
Bagian Ketiga
Kekayaan Milik Gampong
Paragraf 1
Umum
Pasal 82
Pasal 83
Paragraf 2
Aset Gampong
Pasal 84
BAB VIII
BUMG
Bagian Kesatu
Bentuk dan Kedudukan
Pasal 85
Pasal 86
Bagian Kedua
Modal dan Unit Usaha
Pasal 87
Pasal 88
BAB IX
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT
Bagian Kesatu
Lembaga Kemasyarakatan Gampong
Pasal 89
Bagian Kedua
Lembaga Adat
Pasal 90
Pasal 91
BAB X
KERJASAMA GAMPONG
Bagian Kesatu
Kerjasama Antar Gampong
Pasal 92
Pasal 93
BAB XI
REUSAM GAMPONG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 94
Bagian Kedua
Materi Muatan
Pasal 95
Pasal …
Pasal 96
BAB XII
PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN GAMPONG
Pasal 97
BAB XIII
PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN GAMPONG
Bagian Kesatu
Pembentukan
Pasal 98
Pasal ...
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102
BAB XIV
PENYELESAIAN SENGKETA SECARA ADAT
Pasal 103
BAB ...
BAB XV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 104
Pasal 105
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 106
Pada saat Qanun Kota Banda Aceh ini berlaku, Qanun Kota
Banda Aceh Nomor 6 Tahun 2005 tentang Tuha Peut Gampong
(Lembaran Daerah Kota Banda Aceh Tahun 2005 Nomor 6 Seri
E Nomor 3 ) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 107
Pasal …
Pasal 109
DTO
AMINULLAH USMAN
SEKRETARIS DAERAH
KOTA BANDA ACEH,
DTO
BAHAGIA
TENTANG
PEMERINTAHAN GAMPONG
I. Umum
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
memberikan kedudukan hukum yang kuat dan jelas bagi Pemerintah
Mukim dan Pemerintah Gampong dalam sistem Pemerintahan Aceh.
Dalam Pasal 115 sampai dengan 117 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, eksistensi Gampong diakui dengan
tegas sebagai sub sistem penyelenggaran Pemerintah Kota dalam struktur
Pemerintahan Aceh. Pasal 117 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh menghendaki agar ketentuan lebih lanjut
mengenai kedudukan, fungsi, pembiayaan organisasi dan perangkat
Pemerintahan Gampong diatur dengan Qanun Kota.
Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong dilaksanakan melalui sistem
perencanaan pembangunan Gampong dan didukung dengan penerapan
sistem tata kelola keuangan berbasis kinerja dalam rangka meningkatkan
fungsi pelayanan publik kepada masyarakat Gampong. Wewenang legislasi
Pemerintahan Gampong perlu didukung oleh penguatan kelembagaan Tuha
Peuet Gampong sebagai Badan Permusyawaratan Gampong untuk
meningkatkan kehidupan berdemokrasi di Gampong dan dalam rangka
melaksanakan prinsip saling mengawasi dalam sistem Pemerintahan
Gampong
Pemerintahan Gampong juga diberikan wewenang penyelesaian
sengketa adat sebagai penerapan sistem penyelesaian persengketaan adat
(community justice system) dalam kehidupan Gampong. Pemerintah Kota
melalui Kecamatan perlu melakukan supervisi dan memfasilitasi
penyelenggaraan pemerintahan Gampong.
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf c
Kewenangan di bidang pembinaan kemasyarakatan gampong juga
mencakup pelaksanaan adat istiadat dan syariat Islam berskala
gampong.
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Huruf d
Untuk mengatur lebih lanjut dalam pelaksanaan penerimaan
penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lain-lain
yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan diatur didalam
Peraturan Walikota tentang Besaran Belanja Aparatur dan Non
Aparatur dalam rangka pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
pasal 8 huruf d Qanun ini.
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Sanksi administrasi berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis
diberikan oleh Walikota.
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas
Pasal 91
Cukup Jelas
Pasal 92
Cukup Jelas
Pasal 93
Cukup Jelas
Pasal 94
Cukup Jelas
Pasal 95
Cukup Jelas
Pasal 96
Cukup Jelas
Pasal 97
Cukup Jelas
Pasal 98
Cukup Jelas
Pasal 99
Cukup Jelas
Pasal 100
Cukup Jelas
Pasal 101
Cukup Jelas
Pasal 102
Cukup Jelas
Pasal 103
Cukup Jelas
Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
Pasal 106
Cukup Jelas
Pasal 107
Cukup Jelas
Pasal 108
Cukup Jelas
Pasal 109
Cukup Jelas