Pantai Batakan terletak di Desa Batakan, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut
(Tala), sekitar 125 kilometer arah timur dari Kota Banjarmasin (Ibukota Provinsi Kalimantan
Selatan). Untuk mencapai lokasi Pantai Batakan, dari Kota Banjarmasin relatif mudah karena
kondisi jalannya cukup baik. Walaupun jalannya berkelak-kelok dan turun-naik, tetapi
menyajikan pemandangan alam yang indah berupa barisan perbukitan yang menghijau,
hamparan persawahan yang menguning, serta perkampungan nelayan yang berada di tepi
pantai.
Pantai Batakan merupakan obyek wisata bahari yang terpadu dengan panorama alam
pegunungan, karena di sebelah timurnya terdapat perbukitan pinus yang menjadi bagian dari
Pegunungan Meratus. Di pantai ini pengunjung dapat mengelilingi pantai sambil
menggunakan kuda sewaan, bersantai di bawah pohon cemara sambil menikmati keindahan
pantai, atau menyaksikan panorama alam terutama saat matahari akan terbenam (sunset).
Pantai Batakan juga dilengkapi pula dengan fasilitas khas tempat rekreasi, seperti kamar
mandi untuk bilas, rumah ibadah (masjid), panggung hiburan, cottage, restourant,
penginapan, playground, hingga areal parkir kendaraan bermotor yang cukup luas.
Pantai Takisung
Pantai Takisung adalah merupakan obyek wisata pantai yang mempesona dengan
pemandangan pantai dengan aktivitas jual beli ikan segar maupun ikan kering langsung dari
nelayan.
Pantai Takisung terletak di Kecamatan Takisung yaitu sebelah barat wilayah Kabupaten
Tanah Laut. Berjarak kurang lebih 22 km dari kota Pelaihari atau kurang lebih 87 km dari ibu
kota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin. Meskipun Pantai Takisung merupakan Laut
Jawa, namun ombaknya tidak besar seperti halnya pantai selatan pulau Jawa. Sehingga aman
untuk wisata maupun menjadi pemukiman.
Sebagai objek wisata, Pantai Takisung bisa digolongkan obyek wisata pantai yang
mempesona dengan pemandangan pantai yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa dengan
pasirnya yang coklat seperti air lautnya (untuk identifikasi airnya, yaitu dari hasil observasi
didapatkan pH airnya 9 yang tergolong basa dengan suhu 250C dan kecepatan aliran airnya
sebesar 1927 rpm, sedangkan tingkat kecerahan airnya sebesar 32 cm), ditemanin banyak
pasar-pasar yang menjual jajanan khas pantai, mulai dari ikan asin, hiasan kerang, udang,
ikan, sampai terumbu karang langsung dari nelayan. Ditambah lagi Pemerintah Kabupaten
Tanah Laut yang terus mempoles objek wisata ini melalui pembangunan sejumlah fasilitas
umum yang tak dimiliki objek wisata pantai lainnya. Diantaranya, selter, panggung
permanen, rumah makan (belum dioperasionalkan), dan penginapan.
Air Terjun Bajuin
Air Terjun Bajuin terletak 10 km dari kota Pelaihari tepatnya di Desa Sei Bakar Kabupaten
Tanah Laut atau 75 km dari kota Banjarmasin ibukota Kalimantan Selatan.
Pantai Tanjung Dewa memiliki 2 bagian, ada bagian yang berpasir dan ada juga yang
berkarang. Jika kita duduk di atas salah satu karangnya, maka sangat tepat untuk menikmati
landscape pantai dan laut secara bersamaan. Tidak hanya itu saja, selain bisa menikmati
keindahan laut dan pantai kita juga bisa menikmati keindahan pegunungan dari kejauhan.
Saat cuaca cerah lekuk-lekuk gunung akan sangat jelas terlihat.
Air Terjun Balangdaras
Air terjun Balangdaras terletak 25 km dari kota Pelaihari tepatnya di Desa
Tanjung Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.
Air terjun Balangdaras memiliki panorama pegunungan yang indah dan eksotik. Berada di
ketinggian pegunungan dengan ketinggian 45m Air Terjun Balangdaras yang berada di
kawasan pegunungan Maratus.
Kerbau Rawa Banua Raya
Menyusuri sungai dan rawa untuk menyaksikan kumpulan hewan kerbau. Wisata sungai
dengan pemandangan gunung dan areal persawahan. Terletak 26 km dari kota Pelaihari atau
tepatnya di Desa Benua Raya Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.
Daya dukung lingkungan yang berada di antara pegunungan dengan pengembangan wisata
memancing dan berperahu.
Gunung Karamaian
Bukit Kayangan
Bukit Kayangan memiliki pesona yang memukau dengan pemandangan perbukitan dan
hamparan perkebunan Kelapa Sawit.
Aksesibilitas darat dapat ditempuh 55 km dari Kota Banjarmasin tepatnya sebelum kita
menuju/memasuki Kota Pelaihari tentunya melewati objek wisata tersebut. Sarana yang
tersedia saat ini berupa tempat ibadah (Mushola), dan jenis wisata yang bisa dikembangkan
berupa wisata MICE (Wisata Meeting and Conference).
Wisata Alam Pedesaan panyipatan
Desa Panyipatan yang terletak di Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut merupakan
tempat obyek wisata khas alam pedesaan.
Usaha tani yang masih diterapkan secara tradisional tanpa pupuk anorganik dan keasrian
alam gi kawasan sentra pertanian (padi lokal).
Area penanaman padi di Panyipatan mencapai ratusan hektare. persawahan itu menjadi satu
dengan tiga desa tetangga, Telaga Langsat, Kandangan Baru, dan Batu Tungku.
Kawasan pertanian tersebut juga menyimpan kekayaan hayati yang beragam. Terdapat rawa
dalam yang menyimpan ikan air tawar khas Kalimantan, antara lain, papuyu dan haruan
(gabus).
Selain populasinya sangat banyak, ukurannya juga besar-besar. Desa Panyipatan memiliki
potensi wisata alam terpadu yang eksotis.
WISATA BUATAN
Taman Mina Tirta
Keindahan di Taman Mina Tirta Pelaihari waktu siang, sungguh nyaman untuk tempat
beristirahat dan santai sejenak sambil menikmati keindahan panorama kolam di Taman Mina
Tirta ini. Selain ada taman bermain anak-anak, taman bunga, juga ada sarana rekreasi berupa
perahu sewa berbentuk angsa untuk bersenang senang mengitari kolam Taman Mina Tirta
Pelaihari ini.
Selain itu, bagi kamu yang hobi mancing juga bisa menyalurkannya disini. Disekitar Taman
juga ada sejumlah pedagang yang menyediakan beraneka minuman segar, tempat yang sangat
cocok bagi kamu yang mau ber istirahat sejenak. Bagi kamu yang dari Kota Baru, Kintap dan
sebagainya yang hendak bepergian ke Kota Banjarmasin, bisa mampir dan istirahat sebentar
di taman ini, tempatnya tidak jauh dari simpang perkantoran Pemda Tanah Laut.
Taman Kijang Kencana
Letak taman ini berada di tengah kota Pelaihari, taman yang selalu dikunjungi oleh mudamudi, tak hanya itu para orang tua dan yang ingin menikmati asrinya Taman Kijang Kencana.
Pulau Datu
Pulau Datu adalah pulau kecil yang terdapat di dekat Pantai Batakan, kecamatan Panyipatan,
Tanah Laut, Kalsel.
Dinamakan pulau Datu karena di pulau tersebut terdapat makam seorang datu
(sunan/penyebar agama Islam) yang dikenal dengan sebutan Datu Pamulutan, yang dahulu
punya kegemaran menangkap burung dengan pulut (getah).
Datu Pamulutan ini bukan nama asli beliau melainkan hanya sebutan/gelar yang diberikan
masyarakat karena semasa hidup beliau suka mamulut (cara berburu dengan menggunakan
getah, biasanya untuk berburu unggas) burung. Menurut cerita warga setempat dahulunya
pulau Datu dan pantai Tanjung Dewa merupakan satu kesatuan, namun karena proses alam
maka akhirnya pulau Datu dan pantai Tanjung Dewa terpisah.
Jika kita ingin ke Pulau Datu kita tinggal menyewa perahu yang ada disana. Kita tidak perlu
merogoh kocek dalam-dalam karena biayanya tidak terlalu mahal. Berdasarkan kalender
wisata pada bulan Maret ini akan dilaksanakan haul Datu Pamulutan di desa Tanjung Dewa
tersebut. Selain bisa menikmati wisata alam kita juga bisa menikmati wisata religius disana.
Bagi yang beruntung, di sekitar Pulau Datu juga akan ditemui beberapa ikan lumba-lumba
berkeliaran.
Manaqib Datu Pamulutan
Datu Pamulutan sebenarnya bernama Sultan Hamidinsyah yang berasal dari Batang Banyu
Mangapan Martapura, sehingga nama M Thaher merupakan nama samaran dalam
menjalankan tugas sebagai wali dan hamba Allah.
Sultan Hamidinsyah ini mempunyai adik yang bernama Sultan Ribuansyah yang juga seorang
pengemban dakwah, dalam menyebarkan Islam mereka menempuh jalan masing-masing,
yaitu Hamidinsyah atau Datu Pamulutan ke arah timur dan adiknya kearah barat.
Datu Pamulutan mempunyai seorang murid setia yang selalu mengiringi perjalanan beliau,
namanya H Syamsudin yang mempunyai nama asli Bamasara. Syamsudin, menurut pendapat
sebagian orang adalah penduduk asli Tanjung Dewa yang juga dimakamkan di Pulau Datu,
posisinya lurus dihunjuran (bagian kaki) makam gurunya.
Didalam kubah datu pamulutan, masih ada dua makam lainnya, yaitu makam H Abdussamad
dan H Jafri, mereka adalah dua bersaudara itu sebagai seorang guru agama dan pada saat
wafatnya juga berpesan agar dimakamkan di pulau Datu.
Datu Pamulutan selama hidupnya senantiasa melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
seorang wali untuk menyebarkan agama, ia juga memiliki jiwa patroiotisme dan heroisme,
terbukti dengan perannya dalam mengkoordinir masyarakat Desa Tanjung Dewa untuk
mengusir penjajan Portugis.
Kemudian, dari semua kegiatan yang patut dicatat selama hidupnya, Datu Pamulutan mampu
membagi waktunya untuk tiga kegiatan yang bukan pekerjaan mudah, yaitu menyebarkan
agama kepada masyarakat, mengkoordinir masyarakat untuk melawan penjajah yang ingin
mendarat melalui pantai muara Tanjung Dewa dan sekitarnya, juga tetap menjalankan
hobinya memulut (menjebak, Red) burung di daerah Tanjung Dewa, sehingga dari sinilah ia
mendapat gelar sebagai Datu Pamulutan.
Dalam perjuangan melawan penjajah yang sudah sempat memasuki Kota Bandarmasih, ia
mempunyai anak buah, yaitu Patih Mulur dan Patih Matis yang bertugas di daerah Pulau
Pinang, Datu Saliwah yang punya ciri muka hilang sebelah di Tabuniu, Pangeran Penyapu
Rantau, Datu Sumpit Gunung Dewa, Panglima Dumalik Kandangan Lama di Kandangan
Lama mempunyai sebuah senjata sakti yaitu parang jarum, karena terbuat dari sekarung
jarum, Patih Singa di Tanjung Selatan. Patih Arjan di daerah perbatasan Sebuhur.
Yang cukup menonjol dalam hal ini masalah fanatisme beragama, benar- benar di laksanakan
antara yang halal dan haram yang suci dan najis. Sehingga sebelum beliau wafat sudah
sempat berpesan, bila kelak dipanggil oleh Allah agar dikuburkan di desa Tanjung Dewa.
Setelah berpesan, beliau menggaris batas tanah dengan ibujari kaki. Untuk membatasi tanah
agar tidak tercemar dari hal-hal najis, seperti dikencingi anjing, apalagi sampai diinjak
penjajah kafir.
Di sinilah tampak keramat beliau, tanah yang digaris lambat laun menjadi sungai kecil dan
akhirnya menjadi lautan. Sehingga tanah yang digaris jadi pulau tersendiri. Datu pamulutan
wafat dan dimakamkan di Pulau Datu tahun 1817 Masehi, sedangkan muridnya menyusul 8
tahun kemudian atau pada tahun 1825 Masehi.
Sebenarnya ia wafat di desa tempat tinggalnya di Martapura, kelak bila meninggal
dimakamkan ke Tanjung dewa. Karena jalan waktu itu masih belum seperti sekarang, maka
jenazah dibawa lewat sungai kemudian menyisir laut dengan menggunakan sampan. Di sini
kembali terlihat karamahnya, sampan yang digunakan menurut pandangan orang awam
bukanlah sampan yang layak untuk mengarungi lautan, karena kecil dan lagi bocor, sehingga
ragu apakah sampai atau tidak.
Namun dengan ridho dan rahmat Allah akhirnya sampan bisa sampai ke Tanjung Dewa.
Sampai sekarang, tanah yang menjadi makam beliau terpisah dari daratan, berjarak sekitar
1,2 - 1,5 kilometer. Sekarang sudah ada dermaga yang cukup sederhana, pengelolaan makam
sendiri dilakukan oleh pihak ahli waris dan kerabat H Syamsudin muridnya, Makam keramat
ini juga sudah menjadi tempat wisata religius, memanjatkan doa untuk dirinya. Namun
karena letaknya di dekat wisata Batakan. Kondisi tersebut memungkinkan masyarakat sekitar
untuk mendapat penghasilan tambahan, yaitu mengantar peziarah menyeberang dengan
menggunakan perahu.
WISATA SEJARAH / WISATA BUDAYA
Upacara adat Balian
Upacara adat Balian merupakan kegiatan yang menjadi tradisi menggambarkan aturan-aturan
dari nenek moyang suku Dayak Maratus.