Anda di halaman 1dari 36

Mantikole, Air Terjun dengan Air

Panas Alami
Penulis: M. Qadri
Editor: Adil Patawai Anar

RAKYATKU.COM, PALU - Air Terjun Mantikole di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah


kembali di dipadati sejumlah pengunjung pada akhir pekan, Minggu (30/7/2017).

Pengunjung air terjun yang berada 25 kilometer arah selatan Palu, ibu kota Sulteng, kali ini
sebagian adalah pelajar.

Yaya Lukitasari, salah satu pelajar mengaku telah beberapa kali mengunjungi air terjun
Mantikole namun tidak pernah merasa bosan.

"Pemandangan di sekeliling air terjun Mantikole sangat indah, hutan yang lebat, dan
terdengarnya? kicauan burung sehingga membuat suasana sangat lebih adem," ungkap Yaya.
Tidak hanya itu, Mantikole dikenal bukan hanya karena adanya air terjun, tetapi pengunjung
akan dihadapkan dengan tiga titik permandian air panas alami.

Air panas yang berasal dari dalam bumi itu juga terkadang dijadikan tempat pengobatan
tradisional atau terapi, bagi warga yang memiliki penyakit.
AIR TERJUN WERA, SIGI SULAWESI
TENGAH
March 12, 2011 Sulawesi Tengah No Comments
Air Terjun Wera, sebenarnya terletak di sebuah taman wisata seluas kurang lebih 250 hektar yang terdiri
dari kawasan hutan lindung. Jadi, bisa Anda bayangkan sendiri kealamian dan kesejukan yang bisa anda
dapatkan ketika jalan-jalan ke Sigi, Sulawesi Tengah untuk menikmati keindahan Air Terjun Wera.
Terletak di Desa Balumpewa, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, di sekelilingnya adalah
daerah perbukitan dan hutan lindung. Selain Air Terjun Wera, di taman wisata ini juga terdapat lembah,
Sungai Wera dan bukit-bukit dataran tinggi. Sungai Wera adalah sungai utama, dan memiliki jeram
setinggi 80 meter dan lebar 3 meter.
Di taman wisata Wera, meskipun terdapat hutan lindung, namun vegetasi utamanya adalah semak dan
padang rumput, serta hutan sekunder atau pepohonan tua. Penduduk sekitar bermukim di sekitar hutan
dengan sistem ladang berpindah, sehingga cukup mengganggu kelangsungan ekosistem di dalam hutan.
Pohon yang dapat ditemui adalah antara lain: Dracontomelon mangiferrumn, , Drypetes sp, Pterospermum
ferrugineum, Litsea sp dan Avicenia marina. Sedangkan hewan-hewan yang ada adalah Monyet hitam
Sulawesi, Ayam hutan, Kus-kus, Gagak, Burung kasuari, Tarsius dan beberapa jenis mamalia lainnya.

Anda dapat menikmati keindahan Air Terjun Wera dari dua tempat, jaitu di bagian atas air terjun dan di
bagian bawah air terjun. Ketinggian aliran air sekitar kurang lebih 80 meter adalah panorama yang indah
yang bisa kita nikmati. Anda juga bisa hiking melintasi hutan selama berada di taman wisata wera ini.
Untuk bisa sampai ke Air Terjun Wera yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Palu ini, Anda bisa
menggunakan transportasi umum dari terminal Petobo Palu dengan jarak tempuh sekitar setengah jam saja.
Sesampainya di Desa Balumpewa, Anda bisa berjalan kaki sampai ke lokasi objek wisata Air Terjun Wera.
(Foto: Awhie)
MATANTIMALI

Matantimali ramai pengunjung. (Foto : Tahmil Burhanudin Hasan)

Menatap Indahnya Pesona Kota Teluk


MATANTIMALI, seperti itulah orang mengenalnya. Sebuah lokasi di pegunungan di sudut Kota Palu.
Pegunungan ini menjadi salah satu pilihan masyarakat Kota Palu untuk mengisi waktu berakhir pekan,
khususnya bagi mereka penikmat keindahan alam.
Tak hanya sebagai tempat mengisi waktu berlibur saja, pegunungan ini juga merupakan salah satu tempat
terbaik untuk melakukan paralayang. Matantimali yang terletak sekitar 2 kilometer dari Desa Wayu,
Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, atau sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Palu
ini juga sudah sering diadakan iven lomba paralayang.

Matantimali adalah nama sebuah desa di atas pegunungan Verbek, berada di sisi kiri dari puncak Gunung
Gawalise. Matantimali berada di ketinggian kurang lebih 1.500 mdpl.

Konon, dulu daerah ini merupakan salah satu tempat bagi penjajah Belanda untuk membangun pos
pemantau karena posisinya yang strategis.

Merupakan salah satu lokasi paralayang terbaik di dunia, di sini pengunjung juga bisa merasakan indahnya
alam serta menikmati terpaan angin yang berhembus ke lereng gunung yang menyebabkan turbulensi yang
dimanfaatkan paralayang.
Menikmati pemandangan Kota Palu dari atas Matantimali. (Foto : Tahmil Burhanuddin Hasan)

Pemandangan sekeliling yang indah dapat dinikmati di Matantimali, panorama alam


pegunungan Gawalise yang menawan dan hamparan lembah Palu tersaji untuk memanjakan
mata.
Di Matantimali, ketika menjelang pagi anda bisa menyaksikan langsung matahari terbit (sunrise). Langit
yang menguning di hiasi matahari yang muncul secara perlahan di balik bukit jauh di ufuk timur
memberikan pengalaman berlibur yang takkan terlupakan.

Saat malam hari, teluk Palu juga terlihat sangat jelas. Kota Palu pada saat malam juga menampakan
tampilan yang memesona dengan hiasan kerlap kerlip lampu Kota Teluk itu.

Saat menjelang siang, di tempat ini anda juga akan kembali disuguhi pemandangan yang sangat
menakjubkan. Anda bisa menikmati pantulan matahari yang terpancar di sepanjang sungai Palu.

Selain itu, dari Matantimali Anda bisa melihat ke segala penjuru Kota Palu mulai dari ujung utara hingga
ke dataran Kulawi yang jauhnya sekitar kurang lebih 100 kilometer dari Kota Palu.

Lebih Asik Ketika Ada Iven


Untuk menempuh lokasi Matantimali, anda bisa menempuhnya dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Jarak yang ditempuh menuju lokasi sekitar selama 1 jam 30 menit.

Untuk menikmati alam dan memandangi pesona Kota Palu dari Matantimali tidak dibutuhkan biaya.
Namun, saat ada iven masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan memungut biaya parkir kendaraan
saja. Biasanya kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 5.000 per kendaraan, sementara roda empat Rp
10.000.

Jika ingin merasakan waktu libur yang lebih menarik lagi, sebaiknya anda menyempatkan berlibur ke
tempat ini ketika ada iven, semisal iven paralayang. Selain menikmati alam, anda juga bisa melihat
langsung para atlet paralayang saat terjun dan melayang dari lokasi tersebut.
Suasana di Matantimali. (Foto : Tahmil Burhanudin Hasan)

Di lokasi, Ada 2 Kotage yang bisa disewa dengan biaya inap Rp 150 ribu per malam. Selain
itu di tempat ini juga ada baruga yang biasanya dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan iven.
Karena terbatasnya tempat inap di Matantimali, sebaiknya anda membawa perlengakapan sendiri, seperti
tenda perkemahan.

Untuk menuju lokasi, dari Kota Palu menuju Desa porame, Balane dan melewati jalan beraspal yang
sedikit berlubang sebelum sampai di desa wayu, lokasi Matantimali.
BAMBARANO
Palu, MetroSulteng.com - Mungkin sebagian orang yang berdiam di Kota Palu belum
mengetahui keberadaan indahnya pantai Bambarano. Keeksotisan pantai ini bisa memukau
setiap orang yang datang berkunjung.

Pantai Bambarano terletak di desa Sabang Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala, arah
wilayah Pantai Barat. Perjalanan dari kota Palu bisa di tempuh selama kurang lebih tiga
setengah jam. Entah itu menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Karena namanya yang belum begitu populer, pantai ini masih sangat sepi pengunjung. Itu
sebabnya panorama pantai Bambarano hanya bisa dinikmati oleh warga sekitar saja.

Namun, kini keberadaan pantai Bambarano mulai terdengar dari mulut ke mulut.

Apabila akhir pekan tiba, akan terlihat beberapa pengunjung saja. Di pantai ini belum ada
wahana apa pun. Semuanya masih begitu alami. Sehingga pengunjung tidak akan dipungut
biaya apa pun, alias gratis.

Hamparan laut biru Bambarano akan menggairahkan hasrat pengunjung untuk menikmati pantai
ini. Tak hanya memuaskan mata dan sekedar berenang saja, pantai Bambarano juga
menyediakan ragam jenis ikan bagi para pemancing. Hasil tangkapannya bisa langsung
dinikmati di sini.

Di sekitar pantai, terdapat dua karang besar. Dari atas karang tersebut akan terlihat indahnya
sekeliling pantai Bambarano. Airnya yang sangat jernih memudahkan mata kita melihat gerak -
gerik ikan yang sedang berenang.

Sungguh suguhan mata yang sangat menakjubkan. Terkadang orang memanfaatkan karang
tersebut untuk melompat dari atas ketinggian.

Tak hanya itu, pasir putih yang terbentang di sepanjang pantai tersebut juga sangat indah. Bagi
anak - anak, mungkin pasir putih adalah wahana bermain yang sangat menyenangkan.
Di sisi lain pantai ini juga terdapat pertemuan air tawar dengan air laut. Air tawar tersebut
merupakan air yang berasal dari danau Talaga. Setelah berenang di pantai, anda bisa membilas
diri di pertemuan dua arus air ini.

Meski area pantai ini tidak begitu luas, mungkin pantai Bambarano bisa jadi alternative liburan
keluarga anda. Penasaran ? Silahkan berkunjung ke surga yang satu ini.
Pantai Labuana, Surga Tersembunyi di
Sulawesi
Tuesday, March 22, 2016 - 10:10
BAGIKAN

FONT SIZE
Adjust

Pantai menjadi salah satu destinasi populer untuk dikunjungi oleh


para traveller. Lama-lama bosan juga, sih, kalau traveling-nya ke pantai
yang itu-itu aja. Kalau nggak Bali, paling juga Lombok. Wah, Urbaners, lo
pasti belum pernah denger tentang Pantai Labuana, nih. Terletak di Pulau
Sulawesi, banyak orang menyebut Pantai Labuana sebagai surga yang
tersembunyi. Nggak mengherankan, sih, karena pemandangan yang
disajikan luar biasa!

Berenang, Berkemah, Memancing

Pantai Labuana terletak di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, kira-


kira 105 km dari arah utara kota Palu. Ia memiliki garis pantai yang cukup
panjang dengan pasir putih bertekstur cenderung kasar. Air lautnya jernih
banget, Urbaners, dengan campuran warna hijau, biru laut, dan tosca. Bisa
lo bayangin, kan, gimana segernya? Bagi lo yang hobi berenang, Pantai
Labuana cocok untuk jadi tujuan karena ia nggak memiliki karang, jadi lo
bisa lebih bebas bergerak di dalam air.

Cukup banyak juga pengunjung yang memanfaatkan Pantai Labuana


sebagai lokasi berkemah. Ada enam titik yang bisa lo gunakan, tapi
mayoritas orang memilih lokasi yang ada di Dusun II, Desa Lende Tovea,
karena landscape-nya yang landai. Nggak jauh dari situ, ada pula dermaga
kayu yang sering dimanfaatkan pengunjung sebagai tempat memancing.
Kalau tertarik, lo bahkan bisa menaiki beberapa perahu nelayan yang
memang disewakan untuk keperluan memancing di teluk.

Dikembangkan Jadi Destinasi Wisata

Sejak satu tahun belakangan ini, Pantai Labuana mulai ramai dikunjungi.
Dari mana lagi informasi tersebar kalau nggak melalui media sosial?
Penduduk di desa sekitar Pantai Labuana pun menyambut adanya
perubahan tersebut. Cukup banyak dari mereka yang membuka kios untuk
menjual air minum kemasan, es kelapa muda, nasi, dan lain sebagainya.
Mereka bahkan menyediakan arang apabila ada pengunjung yang ingin
memanggang hasil pancingan ikan mereka.

Sayangnya, Pantai Labuana belum dilengkapi dengan fasilitas standar.


Cuma ada dua kamar kecil tanpa tempat bersantai seperti bungalow atau
semacamnya. Namun, seperti yang dilansir oleh M. Ladjuan selaku Kepala
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Donggala menyatakan
bahwa saat ini Pantai Labuana memang sedang dikembangkan menjadi
destinasi wisata, baik oleh desa setempat maupun pihak ketiga.

Kalau ingin menikmati keindahan Pantai Labuana, lo harus menyiapkan


biaya sebesar Rp 3.000,00 apabila mengendarai kendaraan roda dua atau
Rp 5.000,00 bagi pengendara roda empat. Lo juga harus kembali
membayar sewa parkir sebesar Rp 2.000,00 bagi sepeda motor dan Rp
3.000,00 bagi mobil. Have fun, Urbaners! Inget, ya, jangan sampai
meninggalkan sampah atau kotoran lain yang bisa mencemari keindahan
Pantai Labuana.

Sumber:
nationalgeographic.co.id
unikpalu.com
PANTAI KALUKU
Donggala, Metrosulawesi.com - Selain dikenal sebagai pusat produksi sarung Donggala,
Vuya Bomba,sumur purba Pusentasi, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala,juga
dikenal dengan obyek wisatanya yang eskotik, yakni Pantai Kaluku yang kini dikelola secara
gratis keluar masuk pengunjung.
Pantai Kaluku berada sekitar 5 kilometer arah tenggara Desa Limboro.Pantai ini memiliki air laut
yang jernih dengan hamparan pasir putihnya nan elok. Disepanjang pantai, pohon-pohon kelapa
berdiri kokoh dengan nyiurnya yang melambai.

Kaluku dalam dialeg suku kaili berarti kelapa.Tanaman tahunan ini menjadi komoditi unggulan di
Kabupaten Donggala.Dulu,salah satu kejayaan pelabuhan Donggala berasal dari kelapa yang
diolah menjadi kopra yang kemudian dikirim ke Makassar dan Surabaya. Setelah pelabuhan
dipindahkan ke Pantoloan, aktifitas pengiriman kopra menjadi sepi.

Di Desa Limboro, disepanjang pantainya banyak ditumbuhi pohon kelapa sangat tinggi
menjulang. Ada juga pohon kelapa yang masih muda dengan buah yang besar-besar. Karena
ditumbuhi banyak pohon kelapa itulah, orang-orang di desa itu menyebut pantai yang siang
malam dikunjungi wisatawan dari berbagai kota di Indonesia itu dengan julukan Pantai Kaluku.

Sepintas, pantai Kaluku tak seindah dengan pantai Tanjung Karang, Kecamatan Banawa, atau
pantai Labuana, Kecamatan Sirenja. Namun pantai Kaluku memiliki daya tarik tersendiri.
"Natural dan ekskotik," Demikian tanggapan dari wisatawan yang datang berkunjung ke pantai
itu.

Sepasang pengantin muda ditemui Metrosulawesi mengungkapkan, sudah dua kali keduanya
menghabiskan akhir pekan di pantai Kaluku. Keduanya merasa betah berada dan menghabiskan
waktu di pantai tersebut.

"Tempatnya tenang bang, masih natural," kata pasangan itu.

Selain tenang dan natural kata keduanya berkunjung kepantai Kaluku tidak dipungut biaya
apapun. "Pengunjung bebas masuk, tidak ada tarif, baik karcis masuk maupun parkir tidak
dibayar," kata mereka tertawa.

Menurut penuturan Anton, tokoh pemuda setempat, mereka sengaja tidak memasang tarif
masuk ataupun parkir untuk pengunjung yang datang. Ia dan beberapa rekanya yang lima bulan
terakhir ini aktif mengelola tempat tersebut berniat menjadikan wisata Pantai Kaluku bebas dari
tarif.
"Kita tidak ingin ada pungutan di pantai ini. Tempat ini free dari karcis masuk hingga parkir
kendaraan para pengunjung yang datang. Tapi kami menyediakan kebutuhan mereka selama
liburan disini seperti makanan dan air mineral. Kalau mereka lapar tinggal beli saja di warung,"
ucapnya.

Disepanjang pantai, Anton dan kawan-kawanya mendirikan gazebo sederhana dari bambu
beratapkan daun kelapa. Pengunjung boleh berteduh tanpa bayar. Selain itu, mereka juga
menyiapkan tiga buah ayunan yang disematkan didahan pohon dekat bibir pantai. Ayunan itu
disebut dengan ayunan jodoh.

Di Pantai Kaluku juga terdapat hutan mangrove seluas kurang lebih 3 hektare.Anton berencana
akan membuat jembatan dari bambu diantara pohon-pohon mangrove itu agar para pengunjung
bisa masuk kedalam rimbunan mangrove melalui jembatan tersebut.

"Hutan mangrove itu juga menjadi spot wisata di Pantai Kaluku. Kami berencana akan membuat
jembatan, biar pengunjung bisa menikmati hutan mangrove dari dalam atau sekedar foto-foto"
imbuhnya.

Semenjak pantai Kaluku mulai ramai dikunjungi wisatawan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisiata
Kabupaten Donggala mencoba menawarkan kerjasama dengan Anton dan kawan-kawanya.
Namun niat itu ditolak oleh Anton.

Selain Anton, juga ada salah satu tokoh penggerak di tempat itu, Erlan, menolak dengan halus
ajakan kerja sama dari Disbudpar Donggala.

"Kita tidak ingin tempat ini dikomersilkan. Sejak awal kita berniat pantai Kaluku terbuka untuk
siapa saja yang berkunjung dan berlibur tanpa pungutan biaya apapun," pungkas Erlan.
TUGU PERDAMAIAN
Berkunjung ke Kota Palu, tak lengkap jika tak mengunjungi Tugu
Perdamaian Nosarara-Nosabatutu. Apa itu Nosarara-Nosabatutu? Nosarara-
Nosabatutu adalah salah satu slogan Kota Palu yang berasal dari bahasa Kaili
(bahasa daerah asli kota Palu) yang artinya bersama kita satu. Tugu putih nan
indah ini berdiri megah di perbukitan Jabal Nur wilayah Tondo, Kecamatan
Mantikulore di atas lahan seluas kurang lebih 800 meter2. Dari atas tugu, kita
disuguhkan hamparan rerumputan di perbukitan Jabal Nur dan bentang laut hingga
ke teluk Palu.

Tugu Perdamaian dilihat dari Gong Perdamaian Nusantara

Selain tugu perdamaian, ada juga Gong Perdamaian Nusantara Pada 2010,
mantan Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana mempunyai
gagasan untuk membuat Gong Perdamaian Nusantara yang ke empat untuk
ditempatkan di Kota Palu setelah sebelumnya ada gong perdamaian di Yogyakarta,
Kupang, dan Singkawang. Gong keempat ini dibuat di lereng Gunung Muria, Jawa
Tengah, yang merupakan tempat bersejarah para wali penyebar agama Islam untuk
mewujudkan cita-cita luhur bangsa.
Setelah selesai, gong tersebut dijemput ke Palu oleh Wakapolri saat itu
Komjen Pol Nanan Sukarno didampingi Wakil Gubernur Sulawesi Tengah
Sudarto, Presiden Komite Perdamaian Dunia Djuyoto Suntani dan Kapolda
Sulawesi Tengah kala itu Brigjen Pol Dewa Parsana. Sebelum dibawa ke Palu,
gong seberat lebih 100 kg itu singgah di sejumlah kota di Pulau Jawa dengan
harapan segala perbedaan bisa terikat dalam satu kesatuan.

Gong Perdamaian Nusantara

Gong ini berwarna kuning keemasan, dimana pada lingkaran tengahnya


terdapat peta Indonesia. Pada lingkaran kedua terdapat 5 simbol agama yang ada di
Indonesia yakni, Islam, buddha, konghuchu, kristen, dan hindu. Selain itu, terdapat
juga dan gambar bungga yang melambangkan perdamaian. Lingkaran ketiga
merupakan lambang 33 provinsi di Indonesia dan lingkaran paling luar terdapat
444 logo dan nama kabupaten dan kota di Indonesia. Di bagian depan Gong
Perdamaian, terdapat pagar bermotif perempuan dan laki-laki yang saling
bergenggaman tangan, serta empat tempat ibadah (pura, mesjid, wihara, dan
gereja).
Tempat ini memang tempat wisata yang sekaligus menjadi sarana edukasi.
Untuk itu, tempat ini adalah tempat wisata edukatif yang wajib anda kunjungi jika
anda ke Palu. Untuk mencapai tempat ini dibutuhkan kurang lebih 25 menit dari
pusat kota Palu, bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda empat maupun roda
dua. Bagi anda yang suka mendaki, tempat ini juga bisa menjadi referensi tujuan
wisata anda.Suguhan pemandangan yang indah dan menarik tentu akan membuat
anda terkagum-kagum. Tunggu apalagi?. Segera kunjungi tempat ini. (Aprina)
Gunuga Gawalise

Kalau anda gemar mendaki gunung dan kebetulan tengah berada di kota Palu, maka mendaki
gunung Gawalise adalah sebuah kesempatan yang sungguh sayang bila terlewatkan. Betapa
tidak, gunung yang berada tepat di sebelah barat kota Palu ini bukan hanya menawarkan
tantangan olahraga alam bebas namun juga pesona panorama alam dan khazanah budaya
masyarakat setempat yang sangat indah.

Gunung Gawalise merupakan salah satu gunung di Sulawesi Tengah yang menjadi tujuan
para pendaki, baik dari sulteng sendiri maupun dari luar.Gunung ini terletak disisi barat kota
Palu, dengan ketinggian mencapai2023 m,Jalur pendakian ke Gunung melalui kelurahan
Silae tepatnya dari lokasi Taman Ria kota Palu atau dibibir pantai teluk Palu.

Pendakian ke gawalise termasuk ideal, hal ini dikarenakan akses para pendaki yang cukup
mudah, dapat ditempuh sekitar 10 menit dari pusat kota palu dengan angkutan umum. 1 jam
perjalanan dari pelabuhan pantoloan atau cukup 15 menit dari bandara mutiara Palu.

Selain lokasi yang mudah dan murah dicapai, Puskesmas atau rumah sakit juga cukup dekat,
Puskesmas lengkap yang terdekat adalah puskesmas Kamonji sekitar 3 Kilometer dari titik
start dan Rumah Sakit Umum Anutapura 3 kilometer yang mudah dicapai dengan angkutan
umum.
Pos Polisi juga tidak begitu jauh, kantor Polsek Palu Barat hanya berkisar 2,5 kilometer.Saat
anda mengakhiri pendakian, tak ada salahnya anda mampir di tepi pantai Taman ria yang
akan anda lalui nantinya, selain sekedar melepas lelah disini anda bisa menikmati
pemandangan khas Teluk Palu sembari mencicipi aneka makanan khas Palu di warung-
warung tenda yang berjejeran di sepanjang garis pantainya. Nah, semoga anda berkesempatan
menjajal tantangan sekaligus menikmati keindahan gunung gawalise.

Gunung Gawalise berada di sebelah barat kota Palu tepatnya di kelurahan silae. Gunung ini
merupakan pilihan alternatif para pendaki di Palu karena jaraknya yang cukup dekat dari
pusat kota. hanya sekitar 15 menit perjalanan mobil, kita telah sampai di kaki gunung.

gunung gawalise tak hanya sebagai tempat pendakian tapi juga sebagai tempat observasi para
ilmuwan yang ingin meneliti berbagai jenis flora dan fauna di gunung ini. tak hanya itu
gunung ini juga menawarkan panorama kota palu dari ketinggian.

Perjalanan di mulai dari pelabuhan pantoloan kemudian naik mobil ke kelurahan silae (palu
barat) dan turun di rumah makan “simpang lima” dari sini anda harus menyusuri jalan aspal
sekitar 500 m untuk sampai ke desa Dombu (kaki gunung Gawalise). desa Dombu di diami
oleh suku da’a sub etnis suku kaili. warga desa dombu juga masih sangat primitif dan sangat
menjaga adat istiadat mereka.
Pantai Talise
Palu, sebuah kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah ini ternyata
banyak menyimpan wisata yang mengagumkan. Salah satunya Pantai Talise.
Pantai yang terletak di Jalan Rajamoili dan Jalan Cut Mutia, Kecamatan Palu
Timur, Provinsi Sulawesi Tengah ini merupakan salah satu tempat tujuan
wisata di kota Palu. Pantai Talise sendiri diambil dari sebuah kata dalam
bahasa Kaili yang berarti Ketapang. Menurut masyarakat sekitar, dahulu kala
banyak terdapat pohon ketapang di pantai ini. Oleh karena itu pantai ini lalu
diberi nama Pantai Talise (Pantai Ketapang).

Pantai yang hanya berjarak 2 km sebelah utara kota Palu ini memang menjadi
salah satu tujuan wisata karena aksesnya yang begitu mudah, biaya yang
murah dan pemandangan yang ditawarkan di pantai ini pun cukup indah.
Selain akses menuju lokasi yang begitu mudah, di pantai ini para pengunjung
juga tidak perlu membayar biaya masuk atau tiket masuk alias gratis. Pantai
yang membentang dari kota Palu hingga Kabupaten Donggala ini memang
memiliki panorama keindahan yang sangat mempesona karena di pantai ini
para pengunjung dapat menyaksikan hamparan teluk dan pegunungan yang
sangat eksotik. Pengunjung juga dapat melakukan kegiatan wisata air seperti,
berenang, selancar angin (wind surfing), menyelam, memancing, dan
kegiatan lainnya.

Menjelang sore hari, para wisatawan dapat menyaksikan keindahan


terbenamnya matahari diantara Gunung Gawalise yang letaknya tidak jauh
dari pantai ini. Di malam hari pun banyak wisatawan yang sengaja
mendatangi Pantai Talise ini. Di malam hari pengunjung dapat menyaksikan
keindahan lampu-lampu hias yang sengaja dipasang di perahu-perahu
nelayan yang bergerak-gerak di tengah teluk.

Fasilitas
Sembari menyaksikan keindahan lampu-lampu tersebut, para wisatawan juga
dapat menikmati beberapa makanan khas yang ditawarkan di sepanjang
pantai ini seperti: pisang goreng, pisang gepe, sarabba dan jagung bakar
yang ternyata berasal dari suku asli di Palu yakni suku Kaili. Fasilitas lainnya
yang ditawarkan di pantai ini adalah kemudahan para pengunjung untuk
mendapatkan tempat menginap berupa hotel atau wisma. Jadi tidak ada
salahnya untuk memasukkan Pantai Talise ini ke dalam daftar perjalanan
Anda.
TAMAN ANJUNGAN PANTAI TALISE

Taman Anjungan Pantai Talise merupakan salah satu tempat refreshing dan bermain yang
sangat digemari oleh semua kalangan. Bertempat pada jalan Rajamoili, Palu-Sulawesi Tengah,
warga kota Palu sering menghabiskan waktu untuk bersantai di taman ini. Orang tua bisa
menikmati pemandangan laut dan taman ataupun bermain gateball, sementara anak-anak
menikmati permainan sepatu roda, skuter ataupun mobil-mobilan. Dan buat anak-anak muda,
disini menjadi tempat untuk nongkrong ataupun menjadi ajang untuk memperlihatkan
kemampuan bermain sepatu roda, dance, skateboard ataupun BMX. Arena bermainnya pun
cukup luas sehingga nyaman untuk bermain.
Jembatan Palu IV

Jembatan Palu IV

Jembatan Palu IV atau Jembatan Ponulele merupakan sebuah jembatan yang terletak di Kota
Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Jembatan ini diresmikan pada Mei 2006 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Jembatan ini membentang di atas Teluk Talise ini berada di kelurahan
Besusu dan Lere, yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat. Jembatan
kuning ini merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia
setelah Jepang dan Perancis.
Panjang jembatan utama: 250 m Titik tertinggi lengkung jembatan: 20,2 m dari badan jembatan
Lebar jembatan: 7,5 m Luas permukaan besi total jembatan: 6234,40 m2
Pantai Tanjung Karang

Seperti namanya pantai ini sarat dengan terumbu karang. Tanjung Karang
berada di teluk Palu, yang masuk kedalam wilayah Kota Donggala. Pantai
Tanjung Karang menjadi obyak wisata favorit bagi warga Palu.

Tanjung Karang berjarak sekitar 40 kilo meter dari pusat Kota Palu, dengan
adanya jalan Trans Sulawesi yang beraspal mulus akan memudahkan para
wisatawan untuk menuju kawasan. Tanjung Karang yang sangat indah di
nikmati pada malam hari sebab lampu penerang aneka warna dari kejauhan
berkelap-kelip, selain sinar Mercusuar yang dibangun oleh Departemen
Perhubungan di sudut tanjung ini.

Pantai Tanjung Karang tidak cocok untuk area surfing karena pantai Tanjung
Karang memiliki ombak yang tenang dan bersahabat serta berpasir putih.
Bagi pecinta diving dan snorkeling kawasan ini sangat cocok karena airnya
yang sangat jernih dan Tanjung karang dikenal kaya akan terumbu karang.
Selain itu wisatawan dapat menikmati pemandangan terbuka di Teluk Palu
dan Selat Makassar dengan kesibukan kapal yang keluar masuk Pelabuhan
Pantoloan serta perahu nelayan di teluk Palu.

Rute di Tanjung Karang juga melibatkan atol di pusat laut, kawasan pantai
yang berhadapan langsung dengan perairan Selat Makassar dengan jarak
sekitar 11 kilometer. Pulau Karang tersebut akan muncul di tengah laut sekitar
pukul 16.00 yang bertahan hingga beberapa jam.

Bila tidak membawa peralatan snookeling, anda dapat menyewanya dengan


tarif Rp 10.000. anda bisa menikmati terumbu karang yang hanya berjarak
sekitar satu kilo meter dari bibir pantai.

Di sini juga menyediakan scuba diving atau perahu yang dirancang khusus
untuk melihat keindahan terumbu karang dengan tarif Rp. 50.000 per
rombongan. Dengan rute perahu meliputi Anchor Reef, Natural Reef, Green
Wall, Irmis Block, Alex Point dan Rocky Point yang berjarak 500 meter.

Terdapat pula gugusan terumbu karang yang terbentuk dari reruntuhan


kerangka kapal perang di kedalaman 40 meter yang terletak sekitar 2
kilometer arah selatan Tanjung Karang ke arah Pelabuhan Donggala.
PUSAT LAUT

Pusat Laut Donggala berada di kawasan Pantai Donggala, pusat laut ini memiliki bentuk
seperti sumur raksasa dengan ukiran bebatuan besar yang terbentuk alamai yang
berdiameter 10 meter dan mempunyai kedalaman 7 meter. Air di dalamnya berasa asin
seperti air laut dan berwarna jernih kebiru-biruan. Konon katanya ada sebuah lubang yang
menghubungkan antara pantai dan pusat laut ini, karena jaraknya dari bibir pantai hanya
sekitar 500 meter.

Keunikan lainnya yang dimiliki pusat laut ini adalah airnya yang tidak pernah keruh
walaupun banyak anak-anak dan masyarakat yang berenang atau menyelam. Air disini akan
mengalami pasang apabila air laut sedang surut dan begitupun sebaliknya. Selain itu, kata
masyarakat air di pusat laut ini dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit. Percaya tidak
percaya semua kembali kepada yang diatas. Banyak pengunjung membawa pulang air pusat
laut ini, biasanya pengunjung meminta tolong kepada anak-anak yang sedang berenang di
dalamnya dengan upah yang sepantasnya.air pusat laut donggala sulawe
si tengah

Selain keunikan dari Pusat Lautnya, Pantai Donggala juga memiliki keindahan yang tak kalah
dengan pantai-pantai lainnya. Pantai Donggala memiliki bibir pantai yang luas dan air ombak
yang landai. Membuat pengunjung bisa dengan bebas bermain ataupun berenang tanpa
khawatir ombak yang besar. Pantai berhiaskan pasir putih yang bersih ini juga memiliki
keindahan biota bawah laut yang sangat eksotis. Di area dekat pantai terdapat hamparan
luas rumput taman yang bisa buat pengunjung untuk sekedar bersantai bercengkerama
bersama.

Lokasi

Pusat Laut Donggala terdapat di Area pantai Donggala yang berlokasi di Dusun Simbe, Desa
Limboro, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
SOURAJA
Kejayaan Masa Lampau

Jika anda berada di Kota Palu, di Kecamatan Palu Selatan terdapat sebuah situs sejarah yang layak untuk anda

ketahui. Banua Mbaso / Banua Oge atau lebih sering disebut Sou Raja (bahasa daerah Kaili yang artinya Rumah

Besar atau Pondok Raja).

Pembangunan Banua Oge atau Souraja atas prakarsa raja Yodjokodi pada sekitar abad 19 masehi. Souraja

berfungsi ganda, yaitu sebagai tempat tinggal keluarga raja dan juga sebagai tempat pusat pemerintahan

kerajaan.
Pada masa pendudukan bala tentara Jepang di Palu antara tahun 1942 – 1945, bangunan Souraja diambil alih

dijadikan kantor pemerintahahan selama masa pendudukan. Kemudian pada Tahun 1958, Souraja digunakan

oleh tentara Nasional Indonesia sebagai asrama tentara dalam kegiatan operasi penumpasan pemberontakan

PERMESTA di Sulawesi Tengah.

Bangunan Banua Oge atau Souraja adalah bangunan yang berpanggung memakai konstruksi kayu dengan

paduan arsitektur bugis dan kaili. Luas keseluruhan semua bangunan Banua Oge adalah 32 X 11,5 meter.

Anda mungkin juga menyukai