Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“LAHAN BASAH TERKAIT EKOSISTEM DAN PEMANFAATANNYA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN HIDROLOGI”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “LAHAN BASAH TERKAIT EKOSISTEM
DAN PEMANFAATANNYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIDROLOGI” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Sekian dan terimakasih.
Penyusun
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Lahan basah mencakup banyak macam bentuk. Semuanya disatukan oleh ciri-ciri
sebagai berikut. Lahan berair tetap atau berkala air nya ladung (stagnan) atau
mengalir yang besifat tawar, payau atau asin, merupakan habitat pedalaman,
pantaui atau marin, dan maujud (exist) secara alami atau buatan. Lahan basah
sebagai ekosistem merupakan komponen bentanglahan (landscape) dan dengan
demikian dan demikian menjadi salah satu tampakan (feature) suatu wilayah.
Kelompok ekosistem secara bersama diperikan sebagai lahan basah tidak seragam,
akan tetapi serba beda. Disamping takrif (defenition), ada lebih dari 50 takrif lebih
rinci pada saat ini.
Kategori-kategori lahan basah alami diindonesia saat ini yang utama adalah lebak,
bonowo, danau air tawar, rawa pasang surut air tawar dan air payau, hutan rawa,
lahan gambut, dataran banjir, pantai terbuka, estuari, hutan mangrove, dan
hamparan lumpur lepas pantai (mud flat). Kategori lahan basah buatan diindonesia
yang utama ialah waduk, sawah, perkolaman air tawar, dan tambak.
Nilai lahan basah ditentukan oleh fungsi yang dapat dijalankan, produk yang dapat
dihasilkan, dan maknanya sebagai ujud. Perbedaan ciri biofisik membawa serta
perbedaan nilai. Fungsi-fungsi terpenting yang dapat dijalankan oleh bagian besar
atau semua kategori lahan basah alami ialah imbuhan (recharge) air tanah, mengatur
pelepasan (discharge) air tanah, mengendalikan banjir, mengukuhkan (stabilize) garis
pantai, mengendalikan erosi, menambat sedimen, hara dan bahan beracun, dan
mengukuhkan iklim mikro. Kemampuan menambat bahan meracun dapat
dimanfaatkan untuk membersihkan limbah cair dan mengendalikan pencemaran
oleh sumber baur (nonpoint source). Di Amerika Serikat juga digunakan lahan basah
buatan yang dirancang khusus untuk keperluan tersebut (Mitsch, 1922; Hammer,
1992). Lahan gambut berperan dalam mengendalikan emisi CO2 ke atmosfer
dengan memendam (sequester) C dalam bahan organik gambut, berarti membantu
menekan efek rumah kaca. Fungsi-fungsi yang dapat dijalankan menunjukkan bahwa
lahan basah alami berperan penting dalam menjaga keselamatan dan kelestarian
lingkungan.
Produk-produk yang dapat dihasilkan lahan basah alami berasal dari sumberdaya
hutan (kayu, damar, buah, bahan obat), sumbedaya satwa liar (kulit, telur, madu),
sumberdaya akuatik (ikan), sumberdaya nabati yang menghasilkan hijauan pakan,
dan bekalan (supply) air dari air yang ditambat. Gambut berkemampuan menambat
air sangat besar. Setiap m3 gambut secara rerata dapat menambat air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan air rumahtangga satu orang selama 10 hari.
Lahan basah alami dapat dikembangkan untuk budidaya tanaman, ternak dan
ikan. Orang Bugis dan Banjar mengembangkan lahan rawa pasang surut untuk
budidaya padi sawah. Orang Banjar juga mengembangkan budidaya padi sawah di
lahan lebak, demikian pula orang Palembang. Lahan lebak oleh orang Banjar juga
dikembangkan untuk budidaya ikan. Orang Jawa di Kedu, Bojonegoro dan Lamongan
mengembangkan budidaya tanaman pangan di lahan bonorowo. Lahan gambut di
Palembang dan Kalimantan Barat oleh penduduk setempat dikembangkan untuk
hortikultura (nenas, sayuran). Di Malaysia dan Amerika Serikat banyak lahan gambut
dikembangkan untuk budidaya sayuran. Di Malaysia lahan gambut juga
dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit. Di Riau perkebunan kelapa
berkembang baik di lahan gambut. Sejarah pertanian berawal di dataran banjir,
seperti di dataran banjir S. Nil di Mesir, S. Mekong di Vietnam dan Kamboja, dan S.
Yangtze-kiang di Cina. Berdasarkan pengalaman tersebut kemudian orang
mengembangkan lahan basah buatan untuk budidaya padi (sawah) dan ikan (kolam,
tambak).
Sebagai wujud, lahan basah alami merupakan warisan alam khas berkenaan
dengan keanekaan hayati, plasma nutfah, ekosistem langka, dan gejala alam yang
memikat. Semuanya ini menjadikan lahan basah alami suatu kimah keilmuan
(scientific asset) yang sangat berharga.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Yang dimaksud dengan lahan basah?
2. Bagaimana Pemanfaatan Lahan Basah dibidang pertanian?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Lahan basah
2. Untuk mengetahui Bagaimana pemanfaatan lahan basah dibidang pertanian
BAB II
TINJAUAN MASALAH
A. DEFENISI LAHAN BASAH
Lahan basah adalah ekosistem yang sebagian besar wilayahmya jenuh dengan air
baik besifat permanen (menetap) ataupun musiman. Wilayah-wilayah tersebut sebagian
besar tergenang oleh lapisan air yang dangkal. Yang termasuk kedalam lahan basah
diantaranya rawa (termasuk rawa bakau), payau dan gambut. Air yang menggenangi lahan
basah dapat tergolong kedalam air tawar, payau atau asin.
Berbeda dengan perairan, lahan basah biasanya bercirikan tinggi muka air yang
dangkal, dekat dengan permukaan tanah. Berdasarkan sifat dan cirinya lahan basah sering
disebut juga dengan wilayah peralihan antara daratan dan perairan baik sebagai bioma
ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi
B. JENIS-JENIS LAHAN BASAH
Secara umum lahan basah dikategorikan sebagai lahan absah alami dan buatan.
Namun secara spesifik lahan basah beragam. Berikut ini beberapa jenis lahan basah adalah :
1. Lahan gambut
Lahan gambt merupakan jenis lahan basah yang terbentuk dari akumalasi bahan
tanaman yang mati dan membusuk. Lahan gambut mengandung bahan organik yang cukup
tinggi sehinga termasuk lahan yang subur. Lahan gambut mempunyai manfaat seperti dapat
memenuhi kebutuhan manusia karena dapat di gunakan untik bidang pertanian dan ternak.
2. Kawasan Rawa
Rawa juga termasuk jenis wetland karena wilayahnya yang selalu tergenang air
sepanjang tahun dengan ketinggian air yang tidak menentu, kadang dangkal kadang pula
tinggi dan cukup dalam. Kawasan rawa sendiri terbagi menjadi 2 yaitu rawa air tawar
biasanya terdapat di pedalaman hutan dan rawa air asin yang dapat ditemukan di wilayah
pantai. Kondisi tanah rawa yang berlumpur mengakibatkan tanah menjadi jenuh akan air.
Rawa merupakan rumah untuk beragam satwa dan menjadi salah satu pembersih alami.
Sayangnya banyak dari lahan rawa saat ini di wilayah Sumatra dan Kalimantan yang telah
beralih fungsi menjadi perkebunan dan pertanian, sehingga dibutuhkan konservasi lahan
rawa untuk dapat menjadi lahan basah yang lestari.
3. Hutan Mangrove
Area hutan magrove menjadi salah satu ekosistem dengan kompleksitas yang
tinggi karena menjadi rumah untuk beragam flora dan fauna. Hutan mangrove menjadi
salah satu jenis lahan basah yang mudah dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Manfaat
hutan mangrove sangat penting sebagai salah satu jenis lahan basah dikarenakan sebagai
ekosistem yang menunjang kehidupan satwa dan makhluk hidup lain, sebagai tempat
menampung karbon, mengurangi abrasi pantai, banjir rob di kawasan pesisir serta menjadi
penahan dari pasang surut air laut yang berpotensi pada gelombang besar seperti tsunami.
Selain itu, kawasan hutan mangrove termasuk daerah yang tinggi keanekaragaman hayati
berupa flora dan fauna yang tinggal di jenis wetland ini.
6. Kawasan Riparian
Kawasan riparian menjadi peralihan antara daerah sungai dengan daratan.
Riparian memiliki ciri khas berupa wilayah yang berisikan perpaduan
lingkungan perairan dan daratan. Kawasan pinggiran sungai ini menjadi
tempat hidup vegetasi riparian yang kaya dan mampu beradaptasi dalam
berbagai kondisi. Vegetasi riparian memiliki fungsi diantaranya sebagai
habitat untuk kehidupan beragam fauna, mencegah erosi di tepian sungai
dan menjaga kualitas air sungai.
A. LOKASI STUDI
Kami mengambil lokasi studi sawah di jalan Sabanar lama 2 RT. 69 RW. 26
B. TAHAPAN
Lahan basah berperan penting dalam pertanian. Sepanjang tahun lahan basah selalu
tergenang air, akan tetapi ada yang bersifat permanen dan musiman. Lahan basah
musiman adalah genangan air pada lahan tersebut hanya terjadi pada musim penghujan.
Sedangkan lahan basah pemanen adalah genangan yang terjadi pada lahan tersebut yang
tergenang air sepanjang waktu. Sebagian besar kawasan genangan memiliki genangan
dangkal. Genangan dangkal tersebut biasanya mengelilingi seluruh atau sebagian
permukaan lahan, namun dibeberapa tempat juga ditemukan karakteristik genangan yang
cukup dalam. Genangan air dilahan basah merupakan area dengan kesuburan tinggi
sehingga dapat dimanfaatkan di area persawahan.
Selain lahan basah, air juga berperan sangat penting dalam bidang pertanian. Air
diperoleh dari banyak sumber salah satumya adalah dari air hujan. Air hujan memberikan
kandungan kimia yang sangat dibutuhkan tanaman baik unsur makro dan unsur mikro yang
ada di udara. Namun tidak semua daerah dan kondisi bisa mendatangkan hujan. Iklim
Indonesia yang tropis tentunya menyediakan air melalui hujan hampir merata sepanjang
tahun. Banyak tanaman dari berbagai komoditi dapat tumbuh dengan baik dan subur di sini,
termasuk tanaman pertanian.
Jadi, prakiraan cuaca yang dapat menetukan waktu dan musim hujan maupun kemarau
sangat penting bagi dunia pertanian, sehingga petani sebagai pembudidaya dapat
menyesuaikan usaha taninya mengikuti arah musim. Prakiraan curah hujan juga
berhubungan dengan ketersedian pangan, hal ini berpengaruh pada gagal panen yang bisa
saja disebabkan oleh kekeringan maupun banjir dan faktor lainnya yang bisa disebabkan
oleh cuaca.
Prakiraan curah hujan identik dengan bagian dari pembahasan klimatologi. Produktivitas
pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dan unsur iklim, seolah iklim dan cuaca
menjadi faktor penghambat produksi pertanian. Iklim adalah bagian dari komponen
ekosistem yang sulit sekali dikendalikan oleh manusia. Melalui prakiraan cuaca dapat
diprediksi antara waktu tersedia curah hujan yang kurang, cukup, melimpah dan tidak
tersedia sama sekali. Keterkaitan ini tergambar dari kerja sama antara instansi pengelola
dan pengguna data iklim.
Informasi terkait curah hujan yaitu jumlah hujan, jumlah hari hujan dan sebarannya
menurut waktu mutlak diperlukan oleh pelaku usaha pertanian. Hal ini tidak hanya
mengkondisikan ekosistem tanaman agar tumbuh baik dan subur sesuai dengan
fisiologisnya, tetapi sangat berpengaruh terhadap faktor serangan hama dan
penyakit tanaman.
irigasi juga berpengaruh besar di bidang pertanian. Secara garis besar, tujuan irigasi
dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan
kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang
sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan
Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi :
mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan
pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi
suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air,
dan lain sebagainya.
Kanal dibuat untuk mengairi lahan pertanian. Air dari kanal ini disalurkan ke lahan
pertanian lewat saluran yang lebih kecil. Kanal ini ukurannya ada yang besar dan bisa dilalui
perahu, ada juga yang kecil.
C. DIAGRAM ALIR
HUJAN
DISERAP PERMUKAAN
LAPISAN TANAH
DISIMPAN DI
KEDALAMAN
TERTENTU
TANAH MENJADI
SUBUR
PADI/TANAMAN
TUMBUH DENGAN BAIK
MAKALAH
LAHAN BASAH TERKAIT EKOSISTEM DAN PEMANFAATAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN
HIDROLOGI
NAMA KELOMPOK :
DIMAS BAGUS NUGROHO (202112004)
RONNY CHRISTIANUS (202112009)
ARIANSYAH (202112010)
NUR FITRI (202112007)
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KALTARA
2022/2023
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Pengertian lahan basah (wetland) adalah wilayah di permukaan bumi berupa daratan
yakni tanah yang di genangi air baik permanen (tetap tergenang air) maupun musiman.
Wetland memiliki kandungan air yang tinggi dan termasuk lahan subur. Ciri dan
karakteristik utama lahan basah adalah muka air yang dangkal, dekat dengan permukaan
tanah, serta memiliki vegetasi khas. Karakteristik wetland memang akan senantiasa
tergenang air. Genangan musiman berarti daratan atau tanah tersebut tergenang air
ketika musim hujan. Kondisi tanah wetland yang jenuh memungkinkan genangan air
mengelilingi seluruh permukaan lahan. Jenis tanah lahan basah ketika terjadi periodik atau
musiman memiliki tekstur yang lunak hingga liat. Bermula dari kesepakatan Konvensi
Internasional tentang lahan basah yang ditandatangani pada 2 Februari 1971 di Ramsar,
Iran. Konvensi tersebut juga dikenal sebagai Konvensi Ramsar. Penetapan hari lahan basah
terjadi pada tahun 1996. Saat itu, berlangsung pertemuan para anggota, dan hasil dari
pertemuan tersebut menyepakati bahwa hari Lahan Basah Sedunia jatuh pada tanggal 2
Februari dan diperingati serentak oleh seluruh anggota Konvensi Ramsar satu tahun
setelahnya. Luas lahan basah di Indonesia masuk sebagai yang terbesar di dunia. Selain itu,
wetland memiliki peran besar sebagai sumber pemurnian air dan penyimpan karbon.
Hidrologi sangat erat kaitannya dengan lahan basah dalam bidang pertanian contoh
penerapan irigasi dan kanal untuk menjaga ekosistem sawah.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah sebaiknya dilakukan dengan survey lapangan agar data
yang didapat lebih akurat dan materi lebih mudah dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/32122/2/BAB%20I.pdf
https://indonesia.wetlands.org/id/wetlands/mengapa-lahan-basah-penting/
http://repository.lppm.unila.ac.id/8824/1/BAB%20II%20IRIGASI%20DAN%20BANGUNAN
%20IRIGASI-converted.pdf
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/fungsi-air-hujan
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88674/PENTINGNYA-PRAKIRAAN-CURAH-
HUJAN-BAGI-DUNIA-PERTANIAN/
https://fsc.fkt.ugm.ac.id/apa-sih-lahan-basah-yuk-kenalan-dengan-ekosistem-yang-satu-ini/
https://www.researchgate.net/publication/
316673244_Pengembangan_Hidrogeologi_Pertanian_untuk_Peningkatan_Produksi_Hasil_P
anen
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
C. TUJUAN....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN MASALAH.................................................................................................5
A. DEFENISI LAHAN BASAH..........................................................................................5
B. JENIS-JENIS LAHAN BASAH......................................................................................5
C. KAJIAN CERDAS TENTANG LAHAN BASAH...............................................................8
BAB III METODE PEMBAHASAN...........................................................................................9
A. LOKASI STUDI...........................................................................................................9
B. TAHAPAN.................................................................................................................9
C. DIAGRAM ALIR.........................................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................................11
A. KESIMPULAN............................................................................................................11
B. SARAN......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12