Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Lingkungan Lahan


Basah

Dosen pengampu :

Dr.Deasy Arisanty,M.Sc

Drs.Zainuddin,M.Pd

Disusun oleh :

Andy Anggara Putra (2010113310021)

KELAS A2
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DESEMBER 2020
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Lahan Basah ini yang penyusun buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Lingkungan Lahan Basah

Atas selesainya penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tidak terhingga kepada Ibu Dr.Deasy Arisanty,M.Sc dan Bapak Drs.Zainuddin,M.Pd

sebagai dosen pengajar mata kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah yang telah
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, serta semua
pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan.

Penulis berharap makalah yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai sarana infornasi yang berguna bagi para generasi muda dalam pembelajaran
Pengantar Lingkungan Lahan Basah

Mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan sehingga
perlu ada saran yang sifatnya membangun. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan dampak positif bagi berbagai kalangan baik itu terhadap mahasiswa maupun
masyarakat.

Banjarmasin, 31 Desember 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan rawa merupakan salah satu ekosistem yang sangat potensial


untuk pengembangan pertanian. Luas lahan ini, diperkirakan sekitar 33,4 juta ha,
yang terdiri atas lahan pasang surut sekitar 20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha.
Namun demikian, ekosistem rawa, secara alami bersifat rapuh oleh sebab itu
dalam memanfaatkan lahan rawa dengan produktivitas optimal dan
berkelanjutan, diperlukan teknologi pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu.

Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi


peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau
laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan
kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan antara
system perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau dalam waktu
yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh
air, atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka
untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis
rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi semak maupun kayu-
kayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai permukaan air tanah dangkal,
atau bahkan tergenang dangkal.

Lahan rawa yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan


antara sungai atau danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan
cekungan-cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir
sungai-sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran
rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang
tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit
atau tidak luas, dan terdapat banjir sungai maupun yang menempati wilayah
dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau
deltanya adalah yang dominan.
Pada kedua wilayah terakhir ini, karena posisinya bersambungan
dengan laut terbuka, pengaruh pasang surut dari laut sangat dominan. Di bagian
muara sungai dekat laut, pengaruh pasang surut sangat dominan, dan ke arah
hulu atau daratan, pengaruhnya semakin berkurang sejalan dengan semakin
jauhnya jarak dari laut.

Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang
penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi
oleh tumbuhan (vegetasi). Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang
sangat kaya. Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus),
ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp),
sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis liana.
Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus),
rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa),
badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.

          
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut :
1.    Apa itu Rawa ?
2.      Bagaimana karakteristik rawa?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa ?
4.      Pemanfaatan rawa ?

C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Rawa.
2.      Untuk mengetahui karakteristik rawa.
3.      Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa
4.      Untuk mengetahui Pemanfaatan rawa
5.      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lahan Rawa

Lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus
menerus secara alami dalam waktu lama karena drainase yang terhambat. Meskipun
dalam keadaan tergenang, lahan ini tetap ditumbuhi oleh tumbuhan. Lahan ini dapat
dibedakan dari danau, karena danau tergenang sepanjang tahun, genangannya lebih
dalam, dan tidak ditumbuhi oleh tanaman kecuali tumbuhan air. Genangan lahan rawa
dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, atau luapan air sungai.
Berdasarkan penyebab genangannya, lahan rawa dibagi menjadi tiga, yaitu rawa
pasang surut, rawa lebak dan rawa lebak peralihan.

Jenis – jenis lahan rawa

1. Berdasarkan kondisi air serta flora dan fauna yang tumbuh, rawa dibedakan


menjadi jenis- jenis berikut:

 Swamp

Jenis rawa yang pertama adalah swamp. Swamp merupakan jenis rawa yang
berupa lahan basah yang selalu digenangi oleh air. Ada beberapa tumbuhan
yang hidup di area swamp ini. beberapa tumbuhan yang hidup di area swamp ini
antara lain adalah lumut, rumput- rumputan, semak- semak dan juga berbagai
jenis pohon.

 Marsh

Jenis jawa kedua selain swamp adalah marsh. Marsh juga mirip dengan swamp.
Marsh merupakan lahan basah yang digenangi oleh air. Yang membedakan
antara swamp dengan marsh adalah tumbuhan yang hidup (meskipun banyak
juga yang sama). Beberapa vegatasi atau tumbuhan yang hidup di marsh ini
antara lain adalah jenis lumut- lumutan, rumput- rumputan, dan juga alang- alang
yang daunnya menyeruak hingga ketinggian tertentu.
 Bog

Jenis rawa yang ketiga adalah bog. Sedikit berbeda dengan swamp dan juga
marsh, bog merupakan lahan basah namun permukaannya relatif kering.
Sementara permukaannya relatif kering, namun sifat di dalamnya basah dan
juga jenuh air. Genangan air ini pada umumnya dalam, sementara genangan
yang dangkal hanya terlihat di beberapa tempat saja.

 Rawa Pasang Surut

Jenis rawa yang keempat adalah rawa pasang surut. Pada awalnya kita
membicarakan rawa sebagai genangan air yang sifatnya adalah air tawar.
Namun rawa pasang surut merupakan salah satu jenis rawa yang ternyata airnya
bukan merupakan air tawar. Rawa pasang surut memiliki air asin karena air di
rawa ini berasal dari air laut yang mengalami pasang. Jadi, nama pasang surut
ini memang diambil dari peristiwa pasang surutnya air laut. Rawa akan terisi air
ketika air laut mengalami pasang, dan mungkin air tersebut akan berkurang
volumenya ketika air laut surut sehingga akan terlihat sebagian daratannya.

2. Berdasarkan lokasi keberadaan rawa, rawa dibedakan menjadi beberapa jenis


antara lain sebagai berikut:

 Rawa pantai: Rawa pantai adalah rawa yang terletak di pinggir pantai. Jenis
rawa ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut karena letaknya yang
berada di pinggir pantai.
 Rawa payau: Rawa payau merupakan rawa yang letaknya ada di dekat muara
sungai atau di perbatasan antara sungai dengan laut. Jenis rawa ini juga sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
 Rawa sungai: Rawa sungai adalah rawa yang berada di sekitar sungai.
Biasanya, dataran di kanan kiri sungai ini lebih rendah sehingga selalu digenangi
oleh air sungai.
 Rawa cekungan: Rawa cekungan merupakan cekungan yang selalu digenangi
oleh air.
 Rawa danau: Rawa danau adalah rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air
danau.

3. Berdasarkan rasa airnya, rawa dibedakan menjadi:

 Rawa air asin, yaitu rawa yang airnya berasal dari air laut.
 Rawa air tawar, yaitu rawa yang airnya berasal dari air yang ada di daratan.
 Rawa air payau, yaitu rawa yang airnya berasal dari percampuran antara air laut
dan air tawar.

CIRI DAN SIFAT LAHAN RAWA

Lahan rawa pasang surut digolongkan sebagai wilayah rawa yang dipengaruhi oleh
adanya luapan pasang besar (spring tide) dan pasang ganda (neap tide) dari sungai atau laut baik
langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan pengaruh luapan pasang, khususnya pada musim
hujan, wilayah rawa pasang surut dibagi dalam 4 (ernpat) wilayah tipe luapan, yaitu tipe luapan
A, B, C dan D. Dalam satuan kawasan rawa pasang surut terdapat sekitar 10%-20% wilayah tipe
luapan

a. 20%-30% wilayah tipe luapan


b. 60%-70% wilayah tipe luapan
c. Lahan rawa lebak adalah rawa yang dipengaruhi oleh adanya genangan dengan
waktu lamanya genangan ~3 bulan dan tinggi genangan ~50 em.
d. 60%-70% wilayah tipe luapan

Berdasarkan lama dan tingginya genangan, wilayah rawa lebak dibagi dalam 4 (ernpat)
tipe, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, lebak dalam, dan lebak sangat dalam. Dalam satuan
kawasan rawa lebak terdapat wilayah lebak dangkal sekitar 40%-60%, lebak tengahan 30%-50%,
dan lebak dalam, 10%-30% dan lebak sangat dalam an tara 5%-10%. Berdasarkan sifat tanah dan
kendalanya dalam pengembangan pertanian, lahan rawa dibagi dalam 4 (empat) tipologi lahan,
yaitu
(1) lahan potensial

(2) lahan sulfat masam

(3) lahan gambut

(4)lahan salin.

Disebut lahan potensial karena mempunyai kendala lebih ringan dibandingkan dengan
lahan sulfat masam atau lahan gambut, antara lain kemasaman tanah sedang (pH tanah >4,0-
4,5), lapis an pirit ada pada kedalaman >100 em, kadar aluminium, dan besi rendah. Disebut
lahan sulfat masam karena mempunyai kendala lebih berat karena pirit berada pada kedalaman
antara 50-100 em dan sebagian pada kedalaman >100 em, pH tanah 4,0-4,5 yang apabila
teroksidasi menurunkan pH menjadi <3,5.
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Apa itu lahan Rawa

          Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam
setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka,
lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah,
seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.

          “Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan,
atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau
tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak,
atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi
alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dan rawa atau hutan gambut.ari jenis semak-
semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hu

          “Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun


mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu
dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air,
dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau
hidrofitik, berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi,
seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti
famili Cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari
famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh
dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwatermarsh), dan "rawa pedalaman"
(inland marsh, atau fresh water marsh) (SSSA, 1984; Monkhouse dan Small, 1978).
          “Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup
lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang
menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket
bog”, dan "raised bog”. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan
tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti
selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam
yang tebal, disebut “hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk
lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.

          “Fed” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis “reeds”,
“sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi alkalis, biasanya mengandung kapur
(CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang bereaksi netral, yang
disebut “laagveen” atau “lowmoor”.
          Lahan rawa merup arsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik terbentuk secara
alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir, baik air tawar, payau,
maupun akan lahan basah, atau “wetland”, yang menurut definisi Ramsar
Convention mencakup wilayah “m air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya,
pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Secara alami, daerah rawa ternyata memiliki fungsi, antara lain:
·         Sumber daya alam, merupakan habitat (sumber kehidupan) karena terdapat udara (produsen
O2 terbesar sepanjang tahun), air, dan makanan.
·         Mencegah terjadinya banjir.
Saat curah hujan tinggi, hutan rawa akan berperan sebagai penyimpan air sehingga air hujan
tidak seluruhnya mengalir hingga banjir pun bisa dicegah.
·         Mencegah intrusi air laut kedalam air tanah dan sungai.
change).
·         Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah.
·         Sumber makanan nabati maupun hewani.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Jenis-jenis flora yang
dapat dijumpai pada hutan rawa antara lain yaitu ramin, kayu putih, sagu, rotan, pandan, palem-
paleman, dan lain sebagainya. Jenis faunanya antara lain harimau, buaya, rusa, babi hutan,
badak, gajah, dan berbagai jenis ikan.
·         Sumber energi.
Rawa dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), walaupun daya yang
dihasilkan tidak terlalu besar.

1.Andy Anggara putra_2010113310021 2.Grania Eunike Palit_2010113320013 3.Rina

Aprilia_2010113220028 4. Ana aulia 2010113320016

Anda mungkin juga menyukai