Rawa
O L E H
KELOMPOK IV VII A
HAMZAH ERSANDI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai manayang telah direncanakan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kuliah Biologi Air Tawar.Makalah ini disusun dari beberapa sumber yang menjelaskan
tentang Rawa yaitu pengertian rawa, ciri-ciri rawa, jenis-jenis rawa, dan manfaat rawa.Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat bergunabagi para pembaca makalah ini.
Dengan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah rela
waktunya tersita dalam membantu penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari pada sempurna, makakami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
makalah ini. Atas kritik dan saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Sengkang, 6 November 2014
KELOMPOK IV
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Kata pengantar................................................................................................... I
Daftar isi.............................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rawa.................................................................................... 3
B. Ciri-ciri rawa........................................................................................... 3
C. Jenis-jenis rawa....................................................................................... 6
D. Manfaat rawa.......................................................................................... 6
A. Kesimpulan............................................................................................. 9
B. Saran......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan rawa di Indonesia cukup luas dan tersebar di tiga pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan
Irian Jaya (Papua). Menurut Widjaja-Adhi et al. (1992), luas lahan rawa Indonesia sekitar 33,40 juta ha,
yang terdiri atas rawa pasang surut 20 juta ha dan rawa lebak 13,40 juta ha.
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun,
selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering
disebut dengan berbagai istilah, seperti swamp, marsh, bog dan fen, masing-masing mempunyai
arti yang berbeda.
Pemahaman dalam mengelola rawa sangatlah penting. Sebaiknya dengan mempertahankan fungsi
ekologis kawasan tersebut dalam penggunaannya untuk keperluan kehidupan seperti pemukiman,
pertanian, perikanan dan lain-lain. Pengelolaan yang bijaksana dengan melakukan penataan ruang, dan
pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah dapat ditentukan mana kawasan rawa yang dapat dikelola
dan yang harus dipertahankan fungsi ekologisnya. Saat ini perikanan Indonesia dalam waktu yang relatif
singkat telah mampu memberikan sumbangan yang substansial dalam pembangunan perekonomian.
Secara keseluruhan, perikanan mempunyai peranan dan posisi vital dalam pemenuhan kebutuhan gizi
protein, kesempatan kerja, penerimaan devisa dan pengembangan wilayah (Baharsyah 1990).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang
menjadi pokok pembahasan pada makalah ini:
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
Rawa merupakan ekosistem perairan menggenang yang relatif dangkal, didnding landai dan daerah
litoralnya sangat produktif. Ekosistem rawa air tawar merupakan kosistem dengan habitatnya yang
sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu
tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan oleh
terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-
rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang
menonjol. Malah ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau
akar napas maupun seperti penupang pohon.
1. kedalaman dangkal
2. ph sekitar 6
a. tumbuhan, di rawa terdapat beberapa tumbuhan yaitu enceng gondok, kangkung, teratai, dan
beberapa tumbuhan monokotil lainnya.
3. Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada
permukaan air, misalnya serangga air.
4. Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain,
misalnya siput.
5. Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil
(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
C. Jenis-jenis rawa
Lahan rawa pasang surut adalah suatu wilayah rawa yang dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut
yang secara berkala mengalami luapan air pasang. Jadi lahan rawa pasang surut dapat dikatakan sebagai
lahan yang memperoleh pengaruh pasang surut air laut atau sungai-sungai sekitarnya. Bila musim
penghujan lahan-lahan ini tergenang air sampai satu meter di atas permukaan tanah, tetapi bila musim
kering bahkan permukaan air tanah menjadi lebih besar 50 cm di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar (spring tides) di musim hujan,
bagian daerah aliran sungai di bagian bawah (down stream area) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona.
Klasifikasi zona-zona wilayah rawa ini telah diuraikan oleh Widjaja-Adhi et al. (1992), dan agak mendetail
oleh Subagyo (1997). Ketiga zona wilayah rawa tersebut adalah
Zona Ill : Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut, (anonim, 2006. buku lahan rawa).
Secara istilah, rawa lebak berasal dari bahasa jawa lebak yang berarti lembah atau dataran yang rendah.
Akan tetapi, secara umum, rawa lebak merupakan suatu daratan yang seriap tahunnya mengalami
genangan minimal selama tiga bulan dengan genangan minimal 50 cm. rawa lebak juga disebut dengan
istilah rawa pedalaman karena kedudukannya yang menjorok jauh dari muara laut atau sungai. Lahan
rawa lebak sendiri adalah rawa lebak yang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, perikanan,
peternakan, atau segala hal yang sudah mendapat campur tangan manusia
2. Berdasarkan kondisi air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup, rawa dibedakan menjadi beberapa jenis,
yakni:
a) Rawa Swamp
Swamp merupakan daerah lahan bahan basah yang selalu digenangi oleh air. Pada umumnya daerah ini
ditumbuhi flora seperti lumut, rumput rumputan, semak-semak, dan tumbuhan jenis pohon.
b) Rawa Marsh
Rawa jenis marsh merupakan daerah lahan basah (sama seperti swamp). Perbedaannya ada pada jenis
flora yang hidup di daerah tersebut. Adapun jenis floranya seperti jenis lumut-lumutan, rumput-
rumputan, dan alang-alang.
c) Rawa Bog
Lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering, tetapi lahan bagian dalamnya penuh air (bersifat
basah).
Rawa pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya selalu berubah-ubah (pasang-surut),
hal ini dikarenakan oleh adanya pengaruh pasang surutnya air laut. Bakau adalah tanaman yang sering
ada di daerah ini.
Rawa dataran rendah terjadi di daerah depresi yang membentuk permukaan datar dan cekung. Air rawa
ini berasal dari air hujan, air tanah, dan air sungai, serta kaya akan mineral. Rawa ini ditumbuhi oleh
tumbuhan autotrophic. Gambut yang terbentuk di daerah ini berasal dari sisa-sisa tumbuhan autotrof.
Rawa jenis ini terletak di daerah tinggi (daripada daerah disekitarnya) dan memiliki permukaan cekung.
Sumber air rawa jenis ini berasal dari air hujan dan airnya tidak begitu asam.
c) Rawa Peralihan
Rawa jenis ini sebagian tanahnya bisa digunakan sebagai lahan pertanian
Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan tidak dapat
dijadikan air minum, kadar keasaman air mencapai 4,5.
D. Manfaat Rawa
Rawa dapat dimanfaatkan antara lain untuk usaha perikanan darat dan empat rekreasi. Oleh karena itu,
keberadaan rawa harus dijaga guna keseimbangan lingkungan.
1. Seperti enceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan bioas dan barang-barang kerajinan
anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding, dan lain-lain.
Rawa dapat menjadi tempat sumber cadangan air, yaitu dengan menyerap dan menyimpan kelebihan air
dari daerah sekitarnya. Rawa masih dapat diupayakan untuk kegiatan pertanian jika dilakukan reklamasi
terhadap rawa tersebut. Kendala utama yang dihadapi dalam rangka reklamasi dan pengembangan
wilayah rawa adalah tingkat kemasaman tanah yang tinggi dan ketersediaan unsur hara dalam tanah
yang rendah.
Rawa yang letaknya di Palaguna, berdasarkan jenis lahan, rawa ini termasuk rawa non pasang surut/rawa
lebak dan berdasarkan sumber airnya termasuk rawa tadah hujan.
Lahan rawa tadah hujan adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal 1 bulan) Daerah rawa tadah
hujan merupakan daerah ekosistem yang sangat digenangi air dan airnya dipengaruhi hujan. Daerah
rawa tadah hujan merupakan daerah ekosistem yang sangat beragam baik spasies atau temporal.
Rawa tadah hujan (lebak) merupakan tipe perairan spesifik yang mengalami pergantian dari fase
teresterial ke fase Aquatik, menyediakan sumber pakan dan tempat hidup bagi berbagai jenis ikan air
tawar.
Rawa tadah hujan merupakan kawasan rawa yang genangan airnya dipengaruhi air hujan atau
luapan sungai. Rawa tadah hujan biasanya berada di antara dua sungai besar di dataran rendah. Berbeda
dengan rawa pasang surut yang genangan airnya dipengaruhi pasang surut air laut harian, rawa tadah
hujan tergenang selama musim hujan dan berangsur-angsur kering pada musim kemarau.
Ada tiga jenis rawa tadah hujan (lebak) berdasarkan tinggi dan lama genangan. Lebak pematang
atau dangkal, bila genangannya kurang dari 50 cm selama kurang dari 3 bulan; lebak tengahan, dengan
genangan air antara 50 100 cm selama 3 6 bulan; dan lebak dalam bila genangan airnya lebih dari 100
cm selama lebih dari 6 bulan. Kawasan lebak dalam yang menghasilkan produksi ikan secara alami
dikenal dengan istilah lebak lebung.
Lahan rawa lebak tengahan, tinggi permukaan airnya 50 cm 100 cm dan lama genangan air 3 6
bulan. Lahan rawa tadah hujan atau rawa lebak dangkal umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah
yang tinggi, karena pengayaan endapan lumpur yang dibawa air sungai.
Setiap tahun lahan rawa tadah hujan pada umumnya mendapat endapan lumpur dari daerah yang
lebih tinggi. Sehingga walaupun kesuburan tanahnya tergolong sedang tetapi keragamannya sangat
tinggi antar wilayah atau lokasi.
Pemanfaatan rawa tadah hujan sebagai sumber ikan sudah berlangsung sejak lama. Aktivitas
penangkapan ikan dilakukan pada akhir musim penghujan atau awal musim kemarau sampai pada akhir
musim kemarau. Pada musim penghujan di mana air sungai besar melimpah, rawa tadah hujan akan
terisi air dan ikan akan memasukinya. Ketika musim kemarau, air kembali ke sungai besar. Pada saat itu di
pintu masuk rawa tadah hujan dipasang jebakan dan perburuan ikan di rawa tadah hujan dilakukan.
Sampai sekarang pola penangkapan ikan dengan sistem pemanfaatan rawa tadah hujan masih berlanjut
dikelola secara tradisional, oleh marga (Djausal, 1996) didalam ngoberengoh.
d. Biota rawa
Biota yang terdapat yang di rawa yang kami teliti yaitu enceng gondok, kankung, dan dibagian pinggir
terdapat rumput-rumputan. Dan hewan yang terdapat berupa ikan, cacing, laba-laba, semut, dan siput.
Masalah utama pengembangan lahan rawa tadah hujan dalam bidang perikanan adalah kondisi air
yang fluktuatif serta masa berairnya yang tergolong cukup pendek sehingga akan terjadi kekeringan
sebelum mencapaipuncak musim kemarau. Sedangkan untuk usaha pertanian adalah kondisi air yang
fluktuatif dan sering tidak terduga. Hidrotopografi yang beragam dan belum tertata dengan baik.
Kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rawa merupakan ekosistem perairan menggenang yang relatif dangkal, didnding landai dan daerah
litoralnya sangat produktif. Ekosistem rawa air tawar merupakan kosistem dengan habitatnya yang
sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu
tetap. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi. Hal ini desebabkan oleh
terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-
rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang
menonjol. Malah ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau
akar napas maupun seperti penupang pohon.
Saran
Jumlah eceng gondok yang meningkat di ekosistem rawa dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
sehingga perlu adanya penanganan seperti konservasi rawa atau memberi kontrol biologis seperti
memberi ikan grass capr yang memakan eceng gondok.
DAFTAR PUSTAKA
http://winapedia.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-ciri-ciri-rawa.html#ixzz3IImblCX7. Diaskes
tanggal 6 November 2014
Anjayani, Eni. 2009. Geografi : Untuk Kelas X SMA/MA. Surakarta: PT. Cempaka Putih. - See more at:
http://www.siswapedia.com/pengertian-rawa-jenis-jenis-rawa/#sthash.A7b77Sma.dpuf