Anda di halaman 1dari 15

POTENSI DAN KARAKTERISTIK EKOSISTEM

RAWA SERTA KERAGAMAN FLORA DAN FAUNA


DIHUTAN DATARAN RENDAH JAMBI

DILA OKTAVIA NUR SAPARI


L1A119072
R-003

Fakultas Kehutanan
Universitas Jambi
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada saya
dalam pembuatan tugas ini. Tanpa pertolonganya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan tugas ini denga baik. Shalawat beriring salam saya
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas ini saya yang berjudul ‘’Potensi dan
karakteristik ekosistem rawa serta keragaman flora dan fauna di hutan datran
rendah Jambi ’’.

saya tentu menyadari bahwa tugas yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk tugas ini,agar
tugas ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat kesalahan di tugas ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga bermanfaat. Terima kasih

Jambi, Oktober 2019

penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. rumusan masalah
C. tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rawa
B. Pembentukan lahan rawa
C. Karakteristik rawa
D. faktor yang mempengaruhi karakteristik rawa
E. keragaman flora dan fauna dataran rendah jambi

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Kritik dan Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lahan rawa dapat diartikan sebagai “daerah paya, gambut atau air, yang
terjadi secara alami atau buatan bersifat permanen atau atau sementara, dengan
air yang mengalir atau statis, segar, payau, atau asin, termasuk area air laut
yag tidak lebih dari enam meter. lahan rawa merupakan salah satu ekosistem
yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Luas lahan ini,
diperkirakan sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri atas lahan pasang surut sekitar
20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha. Namun demikian, ekosistem rawa, secara
alami bersifat rapuh (fragile) oleh sebab itu dalam memanfaatkan lahan rawa
dengan produktivitas optimal dan berkelanjutan, diperlukan teknologi
pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu.
Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi
peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau
laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah
lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan
antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau
dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang
dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi
alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai
tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi
semak maupun kayu-kayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai
permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal. Lahan rawa
yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau
danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan cekungan-
cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-
sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran
rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang
tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit
atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di
dataran rendah, baik yang menempati dataran banjir sungai maupun yang
menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai
besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut :
1. Apa itu rawa ?
2. Bagaimana pebentukan lahan rawa?
3. Bagaimana karakteristik rawa?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa ?
5. Apa saja keragaman flora dan fauna dataran rendah jambi?
C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian rawa
2. Untuk mengetahui cara pembentukan lahan rawa
3. Untuk mengetahui karakteristik rawa
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
karakteristik rawa
5. Untuk mengetahui keragaman flora dan fauna dataran rendah jambi
6. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian rawa
Istilah “lahan rawa” lebih umum digunakan dalam bahasa Indonesia
sebagai pengganti istilah “lahan basah”, walaupun sebenarnya tidak semua
lahan basah dapat dikategorikan sebagai lahan rawa. Rawa adalah lahan yang
sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh
air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan
rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog”
dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.

1. Swamp
Istilah “Swamp” atau rawa digunakan untuk menyatakan wilayah atau area
yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal,
atau tergenang air dangkal hampir sepanjang tahun, air yang cenderung
tidak bergerak atau mengalir (stagnant) dan bagian dasar tanah berupa
lumpur. Air sebagai factor kunci bagi lahan rawa, secara hidrologis di
lahan dapat dipandang dari sudut intensitas, durasi, aliran da
frekuensinya. Swamp sebuah lahan yang secara tipical yang berupa
campuran dari gambut dan mineral yang selalu tergenang dan bisanya
relative suur karena mendapat sedimentasi dari limpsan lingkugan
sekitarnya. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi
dan rawa atau hutan gambut.ari jenis semak-semak sampai pohon-
pohonan, dan di daerah tropika.

2. Marsh
Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun
mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara
periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali
diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal.
Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik,
berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi,
seperti phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat,
tidak berbuluh, seperti famili cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput
rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili juncaceae, yang
batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh
dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwatermarsh),
dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) (sssa, 1984;
monkhouse dan small, 1978).

3. Bog
Bog adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya
tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum
sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi)
masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog”, dan "raised bog”.
Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi,
membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi
tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog
adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut “hochmoor", yang
dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut)
berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.

4. Fen
Fen adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa
sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi
alkalis, biasanya mengandung kapur (caco3), atau netral. Umumnya
membentuk lapisan gambut subur yang bereaksi netral, yang disebut
“laagveen” atau “lowmoor”.

Lahan rawa “marsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik
terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static)
atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun akan lahan basah, atau
“wetland”, yang menurut definisi Ramsar convention mencakup wilayah air
asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut
terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Secara alami, daerah rawa ternyata memiliki fungsi, antara lain:
a. Sumber daya alam merupakan habitat (sumber kehidupan)
Karena terdapat udara (produsen o2 terbesar sepanjang tahun), air, dan
makanan.
b. Mencegah terjadinya banjir.
Saat curah hujan tinggi, hutan rawa akan berperan sebagai penyimpan air
sehingga air hujan tidak seluruhnya mengalir hingga banjir pun bisa
dicegah.
c. Mencegah intrusi air laut kedalam air tanah dan sungai.
Lingkungan, daerah tropis bisa terecovery dengan cepat terhadap
perubahan iklim (climate change).
d. Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah.
e. Sumber makanan nabati maupun hewani.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah.
Jenis-jenis flora yang dapat dijumpai pada hutan rawa antara lain yaitu
ramin, kayu putih, sagu, rotan, pandan, palem-paleman, dan lain
sebagainya. Jenis faunanya antara lain harimau, buaya, rusa, babi hutan,
badak, gajah, dan berbagai jenis ikan.

f. Sumber energi
Rawa dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (plta),
walaupun daya yang dihasilkan tidak terlalu besar.

B. Pembentukan Lahan Rawa


Lahan rawa merupakan ekosistem yang berada pada daerah transisi di
antara daratan dan perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan
laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan
sungai/danau. Lahan rawa dapat terbentuk secara alamiah atau buatan,
pembentukannya dapat berjalan relatif cepat atau sangat lambat yang
memakan waktu ribuah bahkan jutaan tahun. Lahan rawa dapat terbentuk
melalui berbagai macam proses, setiap bentang lahan rawa memiliki prosses
pembentukan yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
Menurut National Park Service, US Department of Interior bahwa lahan rawa
yang berada di daerah dataran banjir sekitar pantai (Flooding of coastal
lowlands) seperti lahan rawa pasang surut terbentuk akibat peningkatan muka
air laut yang membawa sedimen dan atau aliran sungai yang bermuara ke laut
membawa sedimen yang kemudian mengendap pada daerah sekitar pantai.
Sedangkan lahan rawa dataran banjir sungai seperti lahan rawa lebak
berkembang melalui proses erosi dan pengendapan sedimen di lahan sekitar
sungai.

Pembentukan lahan rawa, lebih tepatnya disebut dalam istilah


pembentukan tanah rawa atau genesis tanah rawa, merujuk pada perubahan
sifat-sifat tanah rawa seiring waktu yang berjalan, seperti peningkatan atau
penurunan kandungan suatu bahan atau mineral dalam horizon tanah, secara
kualitas atau kuantitas atau hilangnya suatu lapisan sedimen. Proses genesis
tanah yang terjadi seperti proses kimia, biologi dan fisik, dimana semua proses
tersebut terjadi secara simultan. Selama proses genesis maka semua sifat
tanah seperti kimia, biologi dan fisik mengalami perubahan.

Berdasarkan rejim hidrologinya, lahan rawa dapat dibedakan atas


dua tipolagi lahan, yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut. Lahan rawa
lebak berdasarkan lama genangan dan tinggi genangannya dari permukaan
tanah dapat di bagi menjadi tiga kelompok, yaitu lebak dangkal, sedang dan
tengahan. Sedangkan lahan rawa pasang surut berdasarkan luapan pasang dan
intensitas drainasenya dapat dibagi menjadi empat tipologi yaitu tipologi A, B,
C dan D (Noorsyamsi dan Hidayat, 1976; Widjaja Adhi et al., 1992).

Berdasarkan bahan induknya, tanah-tanah di lahan rawa dapat terdiri


atas tanah gambut dan tanah mineral. Tanah sulfat masam terbentuk dalam
kondisi tergenang (reduktif) yang idealuntuk pembentukan pirit di
daerah/lingkungan sekitar pantai atau rawa mangrop. Prosesnya berupa
pengendapan sedimen marin yang berlangsung ribuan tahun, pembentukannya
berkaitan dengan perubahan lingkungan bumi, dimana peningkatan permukaan
air laut akibat pencairan lapisan es di bagian kutub utara karena peningkatan
suhu pada permukaan bumi. Selama era glasial akhir pada periode pleistosen
(sekitar 2 juta tahun yang lalu) peningkatan permukaan air laut mencapai 3–4
meter setiap seribu tahun, dan tinggi muka air laut pada periode pleistosen
diperkirakan 60 meter di bawah permukaan air laut sekarang. Kemudian
pada pertengahan periode pleistosen, permukaan laut mulai menurun dan
mencapai titik terendah yang menyebabkan hampir semua daratan
tersingkap. Sekitar 12.000 tahun silam sebagian daratan di Indonesia
tersingkap, ditunjukkan dengan menyatunya daratan antara Jawa, Bali,
Kalimantan, Sumatra dan Palawan. Kemudian sampai pada sekitar 1000
tahun silam permukaan air laut kembali meningkat yang diperkirakan
posisinya di atas permukaan laut saat ini (Pons et al., 1982). Bersamaan
dengan peningkatan kembali permukaan air laut, terjadilah pembentukan
dataran pantai yang disusul dengan sedimen berpotensi masam. Garis pantai
mulai bergeser maju (transgresi) dengan meningkatnya sedimentasi dari
bagian atas (hulu) membentuk dataran pantai.

Tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa mahluk hidup, utamanya


tumbuhan yang tidak melapuk sempurna.Gambut di Indonesia mulai
terbentuk pada sekitar akhir periode pleistosen dan awal periode halosen
atau sekitar 6800 - 4200 tahun lalu (Sabiham, 1988). Pada periode pleistosen,
permukaan laut berada sekitar 60 m di bawah permukaan laut sekarang,
kemudian pada periode holosen terjadi peningkatan permukaan laut yang
menyebabkan daratan sekitar pantai menjaditergenang sehingga terbentuklah
rawa, akibatnya vegetasi pada daerah tersebut mati, kondisi ini menyebabkan
dekomposisi sisa tumbuhan tersebut berjalan secara lambat sehingga
terjadi akumulasi (Polak, 1975).

C. Karakteristik Rawa

Lahan rawa, secara khusus tidak bisa diartikan bahwa semua lahan
yang basah dapat dikategorikan sebagai lahan rawa, hal ini disebabkan
kriteria lahan rawa membawa pada konsekuensi kondisi tanah yang jenuh air
atau tergenang untuk jangka waktu tertentu. Kondisi tersebut berimplikasi pada
hanya jenis tanaman tertentu yang mampu beradaptasi. Ketika tanah menjadi
basah, pori-pori tanah mulai terisi air sehingga ketersediaan oksigen menjadi
terbatas dan akhirnya tanah menjadi jenuh, sedangkan pada daerah yang tidak
masuk dalam kategori rawa maka air akan cepat di drainase sehingga tanah tidak
jenuh. Kondisi jenuh menyebabkan suasana anaerob, reaksi keseimbangan dalam
tanah menjadi sangat berbeda dibandingkan tanah yang aerob karena air menjadi
faktor utama yang menentukan keseimbanagan tesebut, baik secara fisik,
kimia maupun biologi.
Lahan rawa adalah sebuah kata yang menunjukkan kondisi lahan
yang berhubungan dengan keberadaan air sebagai faktor kuncinya. Berdasarkan
posisinya, maka lahan ini selama sepanjang tahun, atau dalam waktu yang
panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dalam, dangkal, selalu jenuh
air, atau mempunyai air tanah dangkal, sehingga secara langsung atau tidak
langsung sangat mempengaruhi sifat lahan tersebut.
D. Faktor yang mempengaruhi karakteristik air rawa

1. Pelapukan (dekomposisi) zat organic


Air yang ada di rawa-rawa biasanya berwarna sehingga tidak layak
dimanfaatkan secara langsung sebelum diolah untuk keperluan domestik
dan industri. Penyebab warnanya adalah pelapukan (dekomposisi) zat
organik seperti daun, kayu, binatang mati dan lain-lain. Asam humat yang
berasal dari dekomposisi lignin inilah penyebab warna air, selain besi
dalam wujud ferric humat. Secara umum dapat dikatakan, penyebab warna
air ialah kation ca, mg, fe, mn. Oksida besi ini menyebabkan air berwarna
kemerahan, oksida mangan menyebabkan air berwarna coklat kehitaman.
Berkaitan dengan warna tersebut, jenisnya dapat dibedakan
menjadi dua. Yang pertama disebut warna asli (true color), disebabkan
oleh materi organik berukuran koloid dan terlarut (dissolved solid).
Contohnya air gambut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa warna air
gambut di kalimantan, sumatra, dan sulawesi dapat dihilangkan dengan
kombinasi koagulan alum sulfat, besi sulfat (ion trivalent) atau pac dengan
tanah liat setempat. Yang kedua ialah warna palsu (apparent color). Jenis
ini disebabkan oleh zat tersuspensi dan zat terendapkan (coarse solid,
partikel kasar) dan dapat dihilangkan dengan proses sentrifugasi,
sedimentasi dan filtrasi.
2. Pengendapan sedimen
Pengendapan sedimen membuat wilayah rawa sudah cukup
dangkal sehingga tumbuhan rawa sudah bisa tumbuh.
3. Proses pembusukan
Wilayah yang tergenang air tersebut ditumbuhi berbagai jenis
tumbuhan rawa, pembusukan sisa tanaman dan organisme lainnya terjadi
di tempat tanpa ada sirkulasi air yang berarti. Proses pembusukan
menghasilkan asam (asam humus) sehingga air rawa memiliki ph yang
rendah (bersifat asam), dan berwarna coklat.

E. Keragaman flora dan fauna dataran rendah Jambi

1. Harimau sumatera
Harimau sumatera adalah hewan asli yang hanya ditemukan di
pulau sumatera,indonesia. Harimau sumatera dapat ditemukan di berbagai
habitat dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dari hutan di
pegunungan sampai hutan rawa gambut. Penampilan harimau sumatera
sangat berbeda dengan spesies harimau lain seperti garis-garis harimau
sumatera yang lebih sempit dibandingkan dengan spesies harimau lain dan
mereka juga memiliki surai yang lebih besar. Harimau sumatera juga
memiliki kaki berselaput kecil yang memungkinkan mereka untuk
berenang lebih efisien dalam mengejar mangsanya. Di kawasan taman
nasional berbak harimau sumatra pernah ditemukan di hutan tepi sungai,
hutan rawa air tawar dan hutan bakau. Jenis ini tidak diketahui terdapat di
hutan rawa gambut.
2. Kera ekor panjang
Kera ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat
dengan bagian perut lebih muda dan disertai rambut keputih-putihan yang
jelas pada bagian muka. Dalam perkembangannya rambut yang tumbuh
pada muka tersebut berbeda-beda antara individu satu dengan individu
lainnya. Kera ekor panjang aktif secara teratur dari fajar sampai petang
(diurnal). Aktivitas monyet lebih banyak dilakukan di atas permukaan
tanah (semiterrestrial) dibandingkan di atas pohon. Di kawasan taman
nasional berbak kera ekor panjang sering terlihat di sepanjang tepi sungai
dan kadang-kadang juga terdapat di pohon pandan. Kera ekor panjang
tidur diatas pohon secara berpindah-pindah untuk menghindar dari
pemangsa.
3. Beruang madu
Beruang madu memiliki ciri fisik dengan panjang tubuhnya
mencapai 1, 40 m, tinggi punggungnya mencapai 70 cm dengan berat
berkisar antara 50 – 65 kg. Bulu beruang madu condong pendek,
bercahaya serta biasanya hitam, matanya berwarna cokelat atau biru, diluar
itu hidungnya relatif lebar namun tak terlampau moncong. Type bulu
beruang madu yaitu yang paling pendek serta halus dibanding beruang
yang lain, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, dibawah bulu
lehernya ada sinyal yang unik berwarna oranye yang diakui melukiskan
matahari terbit. Beruang madu yaitu binatang omnivora yang
mengonsumsi apapun di hutan. Mereka mengonsumsi bermacam buah-
buahan serta tanaman hutan hujan tropis, terhitung juga tunas tanaman
type palem. Mereka juga mengonsumsi serangga, madu, burung, serta
binatang kecil yang lain. Beruang madu aktif pada malam hari atau
dimaksud juga dengan makhluk nokturnal, mereka menggunakan saat di
tanah serta memanjat pohon-pohon untuk mencari makanan
4. Tapir
Tapir (tapirus indicus) adalah jenis yang terbesar dari keempat
jenis tapir dan satusatunya yang berasal dari asia. Di sumatra tapir
umumnya disebut tenuk atau seladang. Tapir mudah dikenali. Mereka
memiliki ciri khas "pelana". Bulu-bulu di bagian tubuh lainnya berwarna
hitam kecuali ujung telinga yang berwarna putih seperti jenis tapir
lain.tapir merupakan hewan penyendiri, menandai jalur-jalur besar di darat
sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski daerah ini biasanya
bertumpang tindih dengan daerah kekuasaan individu lain. Tapir menandai
teritorinya dengan mengencingi tetumbuhan dan mereka sering mengikuti
jalur lain dari yang telah mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan.
Binatang ini mencari makan berupa umbi empuk dan daun-daunan,
bergerak lambat di hutan dan berhenti untuk makan dan memperhatikan
bau yang ditinggalkan tapir lain di daerah itu. Akan tetapi, bila merasa
terancam, tapir dapat lari dengan cepat meskipun bertubuh besar, dan
mereka juga dapat membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya.
Tapir aktif terutama malam hari, walaupun mereka tidak benar-benar
nokturnal. Mereka cenderung makan begitu matahari terbenam dan
sebelum matahari terbit, mereka juga sering tidur siang sebentar.
5. Rangkong papan
Rangkong papan adalah salah satu jenis burung endemik indonesia
dengan nama latin atau nama ilmiah buceros bicornis yaitu spesies
terbesar dibandingkan dengan spesiesnya yang lain. Ukuran dewasa
burung khas pulau sumatra ini tergolong sangat besar, yaitu dengan
panjang sampai dengan 160cm. Rangkong papan ini memiliki tanduk
berwarna kuning sampai hitam di atas parunya yang besar dengan warna
kuning tersebut. Dengan warna dasar hitamnya, burung ini memiliki kulit
muka berwarna hitam dan bulu pada leher dengan warna kuning agak
kecoklatan. Sedangkan pada bulu ekor berwarna putih di padukan dengan
warna hitam tebal pada bagian tepi. Walaupun terlihat kokoh sebenarnya
tanduk pada burung rangkong ini memiliki rongga di dalamnya. Pada
umumnya bentuk fisik dari rangkong papan jantan berukuran lebih besar
daripada rangkong papan betina. Di kawasan taman nasional berbak jenis
burung rangkong papan sering ditemukan di pagi sampai sore hari,
suaranya yang besar memudahkan untuk menemukan tempat hingggap
burung ini. Biasanya rangkong papan ditemukan ketika sedang istirahat
atau memakan buah-buahan di atas pepohonan.
6. Ikan gabus
Ikan gabus hidup didasar perairan, cenderung hidup dirawa, sungai
dan perairan keruh. Ikan gabus mempunyai bentuk tubuh agak bulat,
panjang dan makin ke ekor makin gepeng. Bagian punggungnya cembung
sedangkan bagian ventralnya rata. Sirip punggung mempunyai jari-jari
lemah lebih panjang dan lebih lebar dari dubur. Sedangkan
linealiteralisnya sempurna dengan 52-57 sisik dan ikan ini mempunyai
panjang sampai 100 cm. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini
akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur
diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Ikan gabus bias
bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas menyerap oksigen bebas
menggunakan alat bantu pernapasan berupa "labirin".
7. Buaya muara
Buaya muara (crocodilus porosus) merupakan buaya terbesar,
terpanjang, dan terganas dibanding dengan spesies buaya lainnya. Daerah
persebaran buaya muara pun terluas dibandingkan spesies buaya lainnya.
Saking besarnya, seekor buaya muara mampu tumbuh hingga sepanjang
12 meter. Buaya muara dinamai karena habitatnya yang terutama hidup di
sungai-sungai dan di laut dekat muara. Selain disebut sebagai buaya
muara, spesies ini dikenal juga sebagai buaya bekatak. Gigi buaya muara
berjumlah 17 – 19 buah. Gigi keempat, kedelapan dan kesembilan
umumnya jauh lebih besar, sedang empat gigi pertama terpisah dari gigi-
gigi di sebelah belakangnya. Sisik punggung berlunas pendek, berjumlah
16 – 17 baris dari depan ke belakang, biasanya dalam 6 – 8 baris.
Umumnya sisik berlunas tidak mempunyai tulang yang tebal.
8. Pohon meranti
Pohon meranti memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan
tinggi total mencapai 40-50 m. Kulit kayu rata atau beralur dalam atau
dangkal, berwarna keabu-abuan sampai coklat. Pada umumnya berbanir
tinggi sampai 6-7 m. Nama kayu perdagangan meranti ditentukan dari
warna kayu gubalnya, seperti meranti putih, meranti kuning dan meranti
merah. Meranti pada umumnya berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali
yang disebut dengan musim berbuah masal pohon meranti menghasilkan
kayu keras dengan kualitas tinggi. Kayu meranti dijadikan sebagai bahan
dasar untuk membuat kursi-meja ekslusive, peti perhiasan, aneka
cenderamata. Di kawasan taman nasional berbak pohon meranti
merupakan salah satu pohom yang dilestarikan. Oleh karena itu pohon ini
sangat banyak ditemukan di kawasan hutan taman nasional berbak.
9. Nipah
Nipah atau nypa fruticans adalah salah satu pohon anggota famili
arecaceae (palem) yang umumnya tumbuh di di daerah rawa yang berair
payau atau daerah pasang surut di dekat pantai. Pohon nipah tumbuh di
lingkungan hutan bakau. Batang nipah menjalar di tanah membentuk
rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas
tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akarnya serabut
yang panjangnya bisa mencapai belasan meter. Dari rimpangnya tumbuh
daun majemuk (seperti pada jenis palem lainnya) hingga setinggi 9 meter
dengan tangkai daun sekitar 1-1,5 m. Daun nipah yang sudah muda
berwarna kuning sedangkan yang tua berwarna hijau. Bunga nipah
majemuk muncul dari ketiak daun dengan bunga betina terkumpul di
ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai serupa
untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya. Tandan bunga
inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya. Buah nipah bulat telur
dan gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna coklat kemerahan. Panjangnya
sekitar 13 cm dengan lebar 11 cm. Buah berkelompok membentuk bola
berdiameter sekitar 30 cm. Dalam satu tandan, dapat terdiri antara 30-50
butir buah.
10. Kantong semar
Kantong semar adalah tanaman karnivora yang memakan serangga,
ulat dan anak katak. Tanaman ini hidup sebagai carnivora (carnivorous
plant) karena hidup di daerah yang minim unsur nitrat dan fosfat. Sebagai
carnivora tumbuhan ini menpunyai alat perangkap serangga berupa
kantung atau periuk, yang merupakan perubahan bentuk dari ujung daun.
Untuk mencerna mangsanya tumbuhan ini mempunyai enzim pemecah
protein atau zat kimia di dalam kantongnya. Sisa-sisa serangga yang
dicernanya, dibiarkannya semut-semut memakannya, sehingga antara
semut dan kantong semar terjadi simbiosis mutualisme. Tumbuhan ini juga
masih melakukan fotosintesis untuk keperluan zat tepung dan gula yaitu
daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan berwarna
hijau. Kantong semar mempunyai jenis species yang banyak. Tumbuhan
ini hidup di daerah hutan hujan tropis, mulai dari dataran rendah,
menengah dan tinggi. Di kawasan taman nasional berbak tumbuhan
kantong semar sangat mudah di temui bahkan tumbuhan ini
dibudidayakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang
panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged)
air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah,
seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang
berbeda.
Karakteristik rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, kadar keasaman airnya
tinggi, warna airnya coklat sampai kehitam-hitaman, airnya tidak dapat di minum,
dan dasar rawa terdapat tanah gambut.
Faktor yang mempengaruhi karakteristik rawa diantaranya pelapukan
(dekomposisi ), pengendapan sedimentasi, dan proses pelpukan sisa tumbuhan
dan hewan mati.
Pemanfaatan rawa diantaranya pertanian, lahan pohon bakau yang mampu
melindungi daratan dari abrasi, pemukiman dngan rumah bertiang,serta budidaya
ikan.

B. Kritik dan saran


Segala puji bagi Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang ,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “rawa”. Kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun bagi pembaca
agar penulis dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Aamiin

Anda mungkin juga menyukai