Fakultas Kehutanan
Universitas Jambi
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada saya
dalam pembuatan tugas ini. Tanpa pertolonganya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan tugas ini denga baik. Shalawat beriring salam saya
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas ini saya yang berjudul ‘’Potensi dan
karakteristik ekosistem rawa serta keragaman flora dan fauna di hutan datran
rendah Jambi ’’.
saya tentu menyadari bahwa tugas yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk tugas ini,agar
tugas ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat kesalahan di tugas ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.
penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. rumusan masalah
C. tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rawa
B. Pembentukan lahan rawa
C. Karakteristik rawa
D. faktor yang mempengaruhi karakteristik rawa
E. keragaman flora dan fauna dataran rendah jambi
A. Latar belakang
Lahan rawa dapat diartikan sebagai “daerah paya, gambut atau air, yang
terjadi secara alami atau buatan bersifat permanen atau atau sementara, dengan
air yang mengalir atau statis, segar, payau, atau asin, termasuk area air laut
yag tidak lebih dari enam meter. lahan rawa merupakan salah satu ekosistem
yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Luas lahan ini,
diperkirakan sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri atas lahan pasang surut sekitar
20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha. Namun demikian, ekosistem rawa, secara
alami bersifat rapuh (fragile) oleh sebab itu dalam memanfaatkan lahan rawa
dengan produktivitas optimal dan berkelanjutan, diperlukan teknologi
pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu.
Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi
peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau
laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah
lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan
antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau
dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang
dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi
alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai
tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi
semak maupun kayu-kayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai
permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal. Lahan rawa
yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau
danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan cekungan-
cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-
sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran
rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang
tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit
atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di
dataran rendah, baik yang menempati dataran banjir sungai maupun yang
menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai
besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut :
1. Apa itu rawa ?
2. Bagaimana pebentukan lahan rawa?
3. Bagaimana karakteristik rawa?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa ?
5. Apa saja keragaman flora dan fauna dataran rendah jambi?
C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian rawa
2. Untuk mengetahui cara pembentukan lahan rawa
3. Untuk mengetahui karakteristik rawa
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
karakteristik rawa
5. Untuk mengetahui keragaman flora dan fauna dataran rendah jambi
6. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian rawa
Istilah “lahan rawa” lebih umum digunakan dalam bahasa Indonesia
sebagai pengganti istilah “lahan basah”, walaupun sebenarnya tidak semua
lahan basah dapat dikategorikan sebagai lahan rawa. Rawa adalah lahan yang
sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh
air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan
rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog”
dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
1. Swamp
Istilah “Swamp” atau rawa digunakan untuk menyatakan wilayah atau area
yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal,
atau tergenang air dangkal hampir sepanjang tahun, air yang cenderung
tidak bergerak atau mengalir (stagnant) dan bagian dasar tanah berupa
lumpur. Air sebagai factor kunci bagi lahan rawa, secara hidrologis di
lahan dapat dipandang dari sudut intensitas, durasi, aliran da
frekuensinya. Swamp sebuah lahan yang secara tipical yang berupa
campuran dari gambut dan mineral yang selalu tergenang dan bisanya
relative suur karena mendapat sedimentasi dari limpsan lingkugan
sekitarnya. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi
dan rawa atau hutan gambut.ari jenis semak-semak sampai pohon-
pohonan, dan di daerah tropika.
2. Marsh
Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun
mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara
periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali
diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal.
Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik,
berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi,
seperti phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat,
tidak berbuluh, seperti famili cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput
rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili juncaceae, yang
batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh
dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwatermarsh),
dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) (sssa, 1984;
monkhouse dan small, 1978).
3. Bog
Bog adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya
tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum
sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi)
masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog”, dan "raised bog”.
Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi,
membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi
tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog
adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut “hochmoor", yang
dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut)
berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.
4. Fen
Fen adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa
sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi
alkalis, biasanya mengandung kapur (caco3), atau netral. Umumnya
membentuk lapisan gambut subur yang bereaksi netral, yang disebut
“laagveen” atau “lowmoor”.
Lahan rawa “marsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik
terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static)
atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun akan lahan basah, atau
“wetland”, yang menurut definisi Ramsar convention mencakup wilayah air
asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut
terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Secara alami, daerah rawa ternyata memiliki fungsi, antara lain:
a. Sumber daya alam merupakan habitat (sumber kehidupan)
Karena terdapat udara (produsen o2 terbesar sepanjang tahun), air, dan
makanan.
b. Mencegah terjadinya banjir.
Saat curah hujan tinggi, hutan rawa akan berperan sebagai penyimpan air
sehingga air hujan tidak seluruhnya mengalir hingga banjir pun bisa
dicegah.
c. Mencegah intrusi air laut kedalam air tanah dan sungai.
Lingkungan, daerah tropis bisa terecovery dengan cepat terhadap
perubahan iklim (climate change).
d. Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah.
e. Sumber makanan nabati maupun hewani.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah.
Jenis-jenis flora yang dapat dijumpai pada hutan rawa antara lain yaitu
ramin, kayu putih, sagu, rotan, pandan, palem-paleman, dan lain
sebagainya. Jenis faunanya antara lain harimau, buaya, rusa, babi hutan,
badak, gajah, dan berbagai jenis ikan.
f. Sumber energi
Rawa dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (plta),
walaupun daya yang dihasilkan tidak terlalu besar.
C. Karakteristik Rawa
Lahan rawa, secara khusus tidak bisa diartikan bahwa semua lahan
yang basah dapat dikategorikan sebagai lahan rawa, hal ini disebabkan
kriteria lahan rawa membawa pada konsekuensi kondisi tanah yang jenuh air
atau tergenang untuk jangka waktu tertentu. Kondisi tersebut berimplikasi pada
hanya jenis tanaman tertentu yang mampu beradaptasi. Ketika tanah menjadi
basah, pori-pori tanah mulai terisi air sehingga ketersediaan oksigen menjadi
terbatas dan akhirnya tanah menjadi jenuh, sedangkan pada daerah yang tidak
masuk dalam kategori rawa maka air akan cepat di drainase sehingga tanah tidak
jenuh. Kondisi jenuh menyebabkan suasana anaerob, reaksi keseimbangan dalam
tanah menjadi sangat berbeda dibandingkan tanah yang aerob karena air menjadi
faktor utama yang menentukan keseimbanagan tesebut, baik secara fisik,
kimia maupun biologi.
Lahan rawa adalah sebuah kata yang menunjukkan kondisi lahan
yang berhubungan dengan keberadaan air sebagai faktor kuncinya. Berdasarkan
posisinya, maka lahan ini selama sepanjang tahun, atau dalam waktu yang
panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dalam, dangkal, selalu jenuh
air, atau mempunyai air tanah dangkal, sehingga secara langsung atau tidak
langsung sangat mempengaruhi sifat lahan tersebut.
D. Faktor yang mempengaruhi karakteristik air rawa
1. Harimau sumatera
Harimau sumatera adalah hewan asli yang hanya ditemukan di
pulau sumatera,indonesia. Harimau sumatera dapat ditemukan di berbagai
habitat dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dari hutan di
pegunungan sampai hutan rawa gambut. Penampilan harimau sumatera
sangat berbeda dengan spesies harimau lain seperti garis-garis harimau
sumatera yang lebih sempit dibandingkan dengan spesies harimau lain dan
mereka juga memiliki surai yang lebih besar. Harimau sumatera juga
memiliki kaki berselaput kecil yang memungkinkan mereka untuk
berenang lebih efisien dalam mengejar mangsanya. Di kawasan taman
nasional berbak harimau sumatra pernah ditemukan di hutan tepi sungai,
hutan rawa air tawar dan hutan bakau. Jenis ini tidak diketahui terdapat di
hutan rawa gambut.
2. Kera ekor panjang
Kera ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat
dengan bagian perut lebih muda dan disertai rambut keputih-putihan yang
jelas pada bagian muka. Dalam perkembangannya rambut yang tumbuh
pada muka tersebut berbeda-beda antara individu satu dengan individu
lainnya. Kera ekor panjang aktif secara teratur dari fajar sampai petang
(diurnal). Aktivitas monyet lebih banyak dilakukan di atas permukaan
tanah (semiterrestrial) dibandingkan di atas pohon. Di kawasan taman
nasional berbak kera ekor panjang sering terlihat di sepanjang tepi sungai
dan kadang-kadang juga terdapat di pohon pandan. Kera ekor panjang
tidur diatas pohon secara berpindah-pindah untuk menghindar dari
pemangsa.
3. Beruang madu
Beruang madu memiliki ciri fisik dengan panjang tubuhnya
mencapai 1, 40 m, tinggi punggungnya mencapai 70 cm dengan berat
berkisar antara 50 – 65 kg. Bulu beruang madu condong pendek,
bercahaya serta biasanya hitam, matanya berwarna cokelat atau biru, diluar
itu hidungnya relatif lebar namun tak terlampau moncong. Type bulu
beruang madu yaitu yang paling pendek serta halus dibanding beruang
yang lain, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, dibawah bulu
lehernya ada sinyal yang unik berwarna oranye yang diakui melukiskan
matahari terbit. Beruang madu yaitu binatang omnivora yang
mengonsumsi apapun di hutan. Mereka mengonsumsi bermacam buah-
buahan serta tanaman hutan hujan tropis, terhitung juga tunas tanaman
type palem. Mereka juga mengonsumsi serangga, madu, burung, serta
binatang kecil yang lain. Beruang madu aktif pada malam hari atau
dimaksud juga dengan makhluk nokturnal, mereka menggunakan saat di
tanah serta memanjat pohon-pohon untuk mencari makanan
4. Tapir
Tapir (tapirus indicus) adalah jenis yang terbesar dari keempat
jenis tapir dan satusatunya yang berasal dari asia. Di sumatra tapir
umumnya disebut tenuk atau seladang. Tapir mudah dikenali. Mereka
memiliki ciri khas "pelana". Bulu-bulu di bagian tubuh lainnya berwarna
hitam kecuali ujung telinga yang berwarna putih seperti jenis tapir
lain.tapir merupakan hewan penyendiri, menandai jalur-jalur besar di darat
sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski daerah ini biasanya
bertumpang tindih dengan daerah kekuasaan individu lain. Tapir menandai
teritorinya dengan mengencingi tetumbuhan dan mereka sering mengikuti
jalur lain dari yang telah mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan.
Binatang ini mencari makan berupa umbi empuk dan daun-daunan,
bergerak lambat di hutan dan berhenti untuk makan dan memperhatikan
bau yang ditinggalkan tapir lain di daerah itu. Akan tetapi, bila merasa
terancam, tapir dapat lari dengan cepat meskipun bertubuh besar, dan
mereka juga dapat membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya.
Tapir aktif terutama malam hari, walaupun mereka tidak benar-benar
nokturnal. Mereka cenderung makan begitu matahari terbenam dan
sebelum matahari terbit, mereka juga sering tidur siang sebentar.
5. Rangkong papan
Rangkong papan adalah salah satu jenis burung endemik indonesia
dengan nama latin atau nama ilmiah buceros bicornis yaitu spesies
terbesar dibandingkan dengan spesiesnya yang lain. Ukuran dewasa
burung khas pulau sumatra ini tergolong sangat besar, yaitu dengan
panjang sampai dengan 160cm. Rangkong papan ini memiliki tanduk
berwarna kuning sampai hitam di atas parunya yang besar dengan warna
kuning tersebut. Dengan warna dasar hitamnya, burung ini memiliki kulit
muka berwarna hitam dan bulu pada leher dengan warna kuning agak
kecoklatan. Sedangkan pada bulu ekor berwarna putih di padukan dengan
warna hitam tebal pada bagian tepi. Walaupun terlihat kokoh sebenarnya
tanduk pada burung rangkong ini memiliki rongga di dalamnya. Pada
umumnya bentuk fisik dari rangkong papan jantan berukuran lebih besar
daripada rangkong papan betina. Di kawasan taman nasional berbak jenis
burung rangkong papan sering ditemukan di pagi sampai sore hari,
suaranya yang besar memudahkan untuk menemukan tempat hingggap
burung ini. Biasanya rangkong papan ditemukan ketika sedang istirahat
atau memakan buah-buahan di atas pepohonan.
6. Ikan gabus
Ikan gabus hidup didasar perairan, cenderung hidup dirawa, sungai
dan perairan keruh. Ikan gabus mempunyai bentuk tubuh agak bulat,
panjang dan makin ke ekor makin gepeng. Bagian punggungnya cembung
sedangkan bagian ventralnya rata. Sirip punggung mempunyai jari-jari
lemah lebih panjang dan lebih lebar dari dubur. Sedangkan
linealiteralisnya sempurna dengan 52-57 sisik dan ikan ini mempunyai
panjang sampai 100 cm. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini
akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur
diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Ikan gabus bias
bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas menyerap oksigen bebas
menggunakan alat bantu pernapasan berupa "labirin".
7. Buaya muara
Buaya muara (crocodilus porosus) merupakan buaya terbesar,
terpanjang, dan terganas dibanding dengan spesies buaya lainnya. Daerah
persebaran buaya muara pun terluas dibandingkan spesies buaya lainnya.
Saking besarnya, seekor buaya muara mampu tumbuh hingga sepanjang
12 meter. Buaya muara dinamai karena habitatnya yang terutama hidup di
sungai-sungai dan di laut dekat muara. Selain disebut sebagai buaya
muara, spesies ini dikenal juga sebagai buaya bekatak. Gigi buaya muara
berjumlah 17 – 19 buah. Gigi keempat, kedelapan dan kesembilan
umumnya jauh lebih besar, sedang empat gigi pertama terpisah dari gigi-
gigi di sebelah belakangnya. Sisik punggung berlunas pendek, berjumlah
16 – 17 baris dari depan ke belakang, biasanya dalam 6 – 8 baris.
Umumnya sisik berlunas tidak mempunyai tulang yang tebal.
8. Pohon meranti
Pohon meranti memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan
tinggi total mencapai 40-50 m. Kulit kayu rata atau beralur dalam atau
dangkal, berwarna keabu-abuan sampai coklat. Pada umumnya berbanir
tinggi sampai 6-7 m. Nama kayu perdagangan meranti ditentukan dari
warna kayu gubalnya, seperti meranti putih, meranti kuning dan meranti
merah. Meranti pada umumnya berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali
yang disebut dengan musim berbuah masal pohon meranti menghasilkan
kayu keras dengan kualitas tinggi. Kayu meranti dijadikan sebagai bahan
dasar untuk membuat kursi-meja ekslusive, peti perhiasan, aneka
cenderamata. Di kawasan taman nasional berbak pohon meranti
merupakan salah satu pohom yang dilestarikan. Oleh karena itu pohon ini
sangat banyak ditemukan di kawasan hutan taman nasional berbak.
9. Nipah
Nipah atau nypa fruticans adalah salah satu pohon anggota famili
arecaceae (palem) yang umumnya tumbuh di di daerah rawa yang berair
payau atau daerah pasang surut di dekat pantai. Pohon nipah tumbuh di
lingkungan hutan bakau. Batang nipah menjalar di tanah membentuk
rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas
tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akarnya serabut
yang panjangnya bisa mencapai belasan meter. Dari rimpangnya tumbuh
daun majemuk (seperti pada jenis palem lainnya) hingga setinggi 9 meter
dengan tangkai daun sekitar 1-1,5 m. Daun nipah yang sudah muda
berwarna kuning sedangkan yang tua berwarna hijau. Bunga nipah
majemuk muncul dari ketiak daun dengan bunga betina terkumpul di
ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai serupa
untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya. Tandan bunga
inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya. Buah nipah bulat telur
dan gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna coklat kemerahan. Panjangnya
sekitar 13 cm dengan lebar 11 cm. Buah berkelompok membentuk bola
berdiameter sekitar 30 cm. Dalam satu tandan, dapat terdiri antara 30-50
butir buah.
10. Kantong semar
Kantong semar adalah tanaman karnivora yang memakan serangga,
ulat dan anak katak. Tanaman ini hidup sebagai carnivora (carnivorous
plant) karena hidup di daerah yang minim unsur nitrat dan fosfat. Sebagai
carnivora tumbuhan ini menpunyai alat perangkap serangga berupa
kantung atau periuk, yang merupakan perubahan bentuk dari ujung daun.
Untuk mencerna mangsanya tumbuhan ini mempunyai enzim pemecah
protein atau zat kimia di dalam kantongnya. Sisa-sisa serangga yang
dicernanya, dibiarkannya semut-semut memakannya, sehingga antara
semut dan kantong semar terjadi simbiosis mutualisme. Tumbuhan ini juga
masih melakukan fotosintesis untuk keperluan zat tepung dan gula yaitu
daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan berwarna
hijau. Kantong semar mempunyai jenis species yang banyak. Tumbuhan
ini hidup di daerah hutan hujan tropis, mulai dari dataran rendah,
menengah dan tinggi. Di kawasan taman nasional berbak tumbuhan
kantong semar sangat mudah di temui bahkan tumbuhan ini
dibudidayakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang
panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged)
air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah,
seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang
berbeda.
Karakteristik rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, kadar keasaman airnya
tinggi, warna airnya coklat sampai kehitam-hitaman, airnya tidak dapat di minum,
dan dasar rawa terdapat tanah gambut.
Faktor yang mempengaruhi karakteristik rawa diantaranya pelapukan
(dekomposisi ), pengendapan sedimentasi, dan proses pelpukan sisa tumbuhan
dan hewan mati.
Pemanfaatan rawa diantaranya pertanian, lahan pohon bakau yang mampu
melindungi daratan dari abrasi, pemukiman dngan rumah bertiang,serta budidaya
ikan.