Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Luas lahan rawa di Indonesia meliputi areal 33,4039,40 juta Ha, yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Lahan tersebut terdiri atas lahan
rawa pasang surut 23,10 juta Ha dan lahan rawa lebak (nonpasang surut) 13,30 juta
Ha (Subagjo dan Widjaja-Adhi, 1998). Subagjo dan Widjaja-Adhi (1998)
memperkirakan lahan pasang surut tersebar di Sumatera 6,60 juta Ha, Kalimantan
8,11 juta Ha, Sulawesi 1,18 juta Ha, dan Irian Jaya 4,22 juta Ha. Lahan pasang surut
terutama terdapat di pantai timur dan barat Sumatera, pantai selatan Kalimantan,
pantai Barat Sulawesi, serta pantai Utara dan Selatan Irian Jaya. Lahan rawa pasang
surut tersebut terdiri atas 2,07 juta Ha lahan potensial, 6,70 juta Ha lahan sulfat
masam, 10,89 juta Ha lahan gambut, dan 0,44 juta Ha lahan salin (Subagjo dan
Widjaja-Adhi, 1998).
Lahan rawa pasang surut dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut atau
sungai-sungai disekitarnya yang secara berkala mengalami luapan air pasang. Bila air
luapan itu tercampur dengan air laut maka maka air rawa tersebut akan bersifat asin.
Air laut yang bercampur pada waktu pasang akan masuk kedalam tanah melalui
proses infiltrasi di bawah permukaan tanah. Hal inilah yang menyebabkan air tanah
menjadi asin.
Di Pulau Sumatera sendiri khususnya di Kabupaten Ogan Ulu merupakan
salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Ogan Komering Ulu
merupakan satu dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan,
dengan luas wulayah 361.760 hektar. Ibu Kota kabupaten ini adalah Baturaja.
Dengan UU No. 37 Tahun 2003, kabupaten ini dimekarkan menjadi tiga kabupaten,
yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu (induk), Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Apa saja pengertian mengenai rawa, ciri-ciri rawa, jenis-jenis rawa, klasifikasi rawa
serta letak geografis topografi Kabupaten Ogan Komering Ulu di Provinsi Sumatera
Selatan?
1.2.2. Berapa luasan atau data rawa di Kabupaten Ogan Komering Ulu di Provinsi Sumatera
Selatan ?
1.2.3. Bagaimana bentuk Peta atau Masterplan Rawa di Kabupaten Ogan Komering Ulu di
Sumatera Selatan?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui informasi mengenai rawa seperti pengertiannya,ciri-cirinya, jenisjenisnya, klasifikasinya, dan geografis serta topografi Kabupaten Ogan Komering Ulu
di Provinsi Sumatera Selatan.
1.3.2. Untuk mengetahui luasan atau data rawa di Kabupaten Ogan Komering Ulu di
Provinsi Sumatera Selatan.
1.3.3. Untuk mengetahui bentuk peta atau Masterplan rawa di Kabupaten Ogan Komering
Ulu di Provinsi Sumatera Selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Pengertian Rawa

Gambar 2.1.1.1 Contoh Gambar Rawa


Berdasarkan PP 27 Tahun 1991 tentang rawa, Rawa adalah lahan genangan air secara
alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat
serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi, dan biologis.
Konservasi rawa adalah pengelolaan rawa sebagai sumber air yang berdasarkan
pertimbangan teknis, sosial ekonomis dan lingkungan, bertujuan menjamin dan memelihara
kelestarian keberadaan rawa sebagai sumber air dan/atau meningkatkan fungsi dan
pemanfaatannya.
Reklamasi rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatan rawa untuk
kepentingan masyarakat luas. Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan saluran baik
primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang merupakan satu kesatuan, beserta
bangunan pelengkapnya, yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian,
pembagian dan penggunaan air.
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang
dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam
pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti swamp, marsh, bog
dan fen, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
Swamp adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah
lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau
tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak,
atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami,

swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan
di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut.
Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun
mengalami enangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu
dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air,
dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau
hidrofitik, berupa reeds(tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti
Phragmites sp.), sedges (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti
famili Cyperaceae), dan rushes (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau mendong, dari
famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh
dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwater marsh), dan "rawa
pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) (SSSA, 1984; Monkhouse dan Small,
1978).
Bog adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup
lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang
menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog,
dan "raised bog. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi,
membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut
pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang
tebal, disebut hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan
(gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal
Fed adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis reeds,
sedges, dan rushes, tetapi air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur
(CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral,
yang disebut laagveen atau lowmoor.
Lahan rawa merupakan lahan basah, atau wetland, yang menurut definisi Ramsar
Convention mencakup wilayah marsh, fen, lahan gambut (peatland),atau air, baik
terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir,
baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya,
pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem
daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di
daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati
posisi peralihan antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau

dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh
air,atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan
pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges,
dan rushes), vegetasi semak maupun kayukayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai
permukaan air tanah dangkal atau bahkan tergenang dangkal.

Gambar 2.1.1.2 Contoh Gambar Rawa


2.1.2. Ciri-ciri Rawa
Dibawah ini merupakan beberapa ciri-ciri dari rawa, yaitu sebagai berikut :
1. Air rawa merupakan air yang asam dan berwarna coklat sampai kehitam-hitaman.
2. Berdasarkan tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman daratan tetapi
banyak pula yang terdapat di sekitar pantai.
3. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
4. Pada saat air luat pasang permukaan rawa tergenang banyak dan saat air surut daerah
ini kering.
5. Rawa di tepi pantai ini banyak ditumbuhi oleh pohon bakau sedangkan yang ada di
daerah pedalaman banyak dtumbuhi palem nipah (Sejenis palem).

2.1.3. Jenis Jenis Rawa


Menurut jenisnya lahan rawa di bagi menjadi rawa pasang surut (RPS) dan rawa non
pasang surut (RNPS).
2.1.3.1.Rawa Pasang Surut (RPS)
Lahan Rawa Pasang Surut adalah Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang
genangannya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tingginya air pasang dibedakan
menjadi dua, yaitu pasang besar dan pasang kecil. Pasang kecil, terjadi secara harian (1-2
kalisehari).
Jika di tinjau dari jangkauan luapan air pasang, sebagai akibat terjadinya pasang surut
air laut, lahan rawa dibedakan menjadi empat tipe luapan, yaitu:
1. Rawa Tipe Luapan A, rawa dalam klasifikasi ini merupakrawa yang selalu terluapi
oleh air pasang tertinggi karena pengaruh variasi elevasi pasang surut air sungai, baik
pasang tertinggi saat musim kemarau maupun musim penghujan
2. Rawa Tipe Luapan B, rawa yang termasuk dalam kategori ini adalah rawa yang
kadang-kadang (tidak selalu terluapi) oleh air pasang tinggi karena pasang surut air
sungai, paling tidak terluapi pada saat musim penghujan

3. Rawa Tipe Luapan C, daerah rawa (RPS) dalam kategori ini didefinisikan sebagai
daerah rawa yang tidak pernah terluapi oleh pasang tertinggi karena pengaruh variasi
elevasi pasang surut air sungai, namun memiliki kedalaman muka air tanah tidak lebih
dari 50 cm dari permukaan tanah.
4. Rawa Tipe Luapan D, daerah rawa (RPS) ini adalah rawa yang menurut
hirdrotopografinya tidak pernah terluapi oleh air pasang tertinggi karena pengaruh
variasi elevasi pasang surut air sungai, dan memiliki kedalaman air tanah > 50 cm dari
permukaan tanah.

2.1.3.2. Rawa Non Pasang Surut (RNPS)


Selain rawa pasang surut, terdapat juga rawa non pasang surut (RNPS). RNPS
didefinisikan sebagai daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air sungai.
Daerah rawa ini merupakan lahan tanah berbentuk cekungan dan dalam musim hujan
seluruhnya digenangi air. Pada musim kemarau, air tersebut berangsur-angsur kering bahkan
kadang-kadang ada yang kering sama sekali selama masa yang relative sangat singkat (1-2
bulan). Untuk daerah yang berada dekat dengan sungai, air yang menggenangi daerah rawa
berasal dari luapan sungai disekitarnya, dan ada pula daerah rawa yang mudah tenggelam
terus menerus akibat hujan sebelum melimpahkan airnya ke daerah sekitarnya.

2.1.4 Karakteristik Rawa


Lahan rawa yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara
sungai

atau

danau

cekungan-cekungan

dan
di

tanah

bagian

darat

terendah

(uplands),

ditemukan

pelembahan

sungai,

di
di

depresi,
dataran

dan
banjir

sungai-sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran


rendah,

dataran

berketinggian

sedang,

dan

dataran

tinggi.

Lahan

rawa

yang

tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit


atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di
dataran

rendah,

menempati

baik

wilayah

yang

dataran

menempati
pantai,

dataran

khususnya

besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan.

banjir
di

sekitar

sungai
muara

maupun

yang

sungai-sungai

2.1.5 Klasifikasi Rawa


Berdasarkan pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar (spring
tides) di musim hujan, bagian daerah aliran sungai di bagian bawah (down stream area) dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) zona. Klasifikasi zona-zona wilayah rawa ini telah diuraikan oleh
Widjaja-Adhi et al. (1992), dan agak mendetail oleh Subagyo (1997). Ketiga zona wilayah
rawa tersebut adalah:
Zona I : Wilayah rawa pasang surut air asin/payau
Zona II : Wilayah rawa pasang surut air tawar
Zona Ill : Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut

Gambar 2.1.5.1 Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) bagian
bawah dan tengah

2.1.6 Potensi Lahan Rawa


Dari segi ekonomi lahan rawa mempunyai keragaman lingkungan fisik, sifat dan
watak tanah, kesuburan tanah, dan tingkat produktivitas lahan. Sebagai akibatnya keragaman
hasil produksi tanaman dan pendapatan petani akan berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya, terlebih lagi apabila terdapat perbedaan dalam pemberian masukan,
teknologi budidaya dan pengelolaan lahan. Lahan rawa berpotensi menjadi alternatif yang
potensial diusahakan, umumnya untuk bidang pertanian.
Pemanfaatan hutan rawa utamanya lahan gambut untuk pengembangan pertanian tanaman
pangan dan perkebunan menghadapi kendala yang cukup berat, terutama dalam mengelola
dan mempertahankan produktivitas lahan. Keberhasilan pengembangan lahan gambut di
suatu wilayah tidak menjadi jaminan bahwa di tempat lain akan berhasil pula.
Pemanfaatan lahan yang tidak cermat dan tidak sesuai dengan karakteristiknya dapat
merusak keseimbangan ekologis wilayah. Berkurang atau hilangnya kawasan hutan rawa
gambut akan menurunkan kualitas lingkungan, bahkan menyebabkan banjir pada musim
hujan serta kekeringan dan kebakaran pada musim kemarau. Upaya pendalaman saluran
untuk mengatasi banjir, dan pembuatan saluran baru untuk mempercepat pengeluaran air
justru menimbulkan dampak yang lebih buruk,yaitu lahan pertanian di sekitarnya menjadi
kering dan masam, tidak produktif, dan akhirnya menjadi lahan tidur, bongkor, dan mudah
terbakar. Hutan rawa gambut mempunyai nilai konservasi yang sangat tinggi dan fungsifungsi lainnya seperti fungsi hidrologi,cadangan karbon, dan biodiversitas yang penting untuk
kenyamanan lingkungan dan kehidupan satwa. Jika ekosistemnya terganggu maka intensitas
dan frekuensi bencana alam akan makin sering terjadi, bahkan lahan gambut tidak hanya
dapat menjadi sumber CO2, tetapi juga gas rumah kaca lainnya seperti metana (CH4) dan
nitrousoksida (N2O).
Pengembangan lahan gambut untuk pertanian menghadapi banyak kendala, antara
lain: (1) tingkat kesuburan tanah rendah, pH tanah masam, kandungan unsur hara NPK relatif
rendah, dan kahat unsur mikro Cu, Bo, Mn dan Zn; (2) penurunan permukaan tanah yang
besar setelah di-drainase; (3) daya tahan (bearing capa-city) rendah sehingga tanaman pohon
dapat tumbang, dan; (4) sifat mengkerut tak balik, yang dapat menurunkan daya retensi air
dan membuatnya peka erosi.Sehubungan dengan hal itu, pemanfaatan lahan gambut untuk
pertanian pada awalnya memerlukan investasi yang besar.

1. Potensi dan Kesesuian Lahan Rawa Gambut untuk Pertanian

Potensi lahan gambut untuk pengembangan pertanian dipengaruhi oleh kesuburan alami
gambut dan tingkat manajemen usaha tani yang diterapkan. Produktivitas usaha tani
lahan gambut pada tingkat petani, dengan input rendah sampai sedang, berbeda dengan
produktivitas lahan gambut dengan tingkat manajemen tinggi yang biasanya diterapkan
oleh swasta atau perusahaan besar. Tanaman yang dapat digunakan untuk memanfaatkan
lahan rawa gambut misalnya :
a.Padi Sawah
Lahan rawa gambut yang sesuai untuk padi sawah adalah tanah bergambut
(teballapisan gambut 20-50 cm) dan gambutdangkal (0,5-1,0 m). Padi kurang sesuai
pada gambut sedang (1-2 m). Lahan rawa gambut dengan ketebalan lebih dari 2 m
tidak sesuai untuk padi; tanaman tidak dapat membentuk gabah karena kahat unsur
mikro, khususnya Cu.
b. Tanaman Palawija, Hortikultura, dan Tanaman Lahan Kering Semusim
Lahan rawa gambut yang sesuai untuk tanaman pangan semusim adalah
gambut dangkal dan gambut sedang (ketebalan gambut 1-2 m). Pengelolaan air perlu
diperhatikan agar air tanah tidak turun terlalu dalam dan turun secara drastis, serta
mencegah terjadinya gejala kering tak balik, penurunan permukaan gambut yang
berlebihan danoksidasi lapisan yang mengandung bahan sulfidik (pirit). Penggunaan
lahan rawa pasang surut yang bertopografi datar untuk tanaman pangan lahan kering
umumnya dengan menerapkan sistem surjan. Dalam sistem ini, lahan secara
bersamaan dimanfaatkan untuk padi sawah (pada tabukan) dan tanaman lahan kering
(pada pematang).Tujuan utamanya adalah untuk memanfaatkan lahan secara optimal
melalui pengelolaan air yang tepat. Pengembangan surjan memberikan keuntungan
komparatif berupa: (1) produksi lebih stabil, terutama untuk tanaman padi; (2)
pengelolaan tanah dan pemeliharaan tanaman lebih murah; (3) intensitas tanaman
lebih tinggi; dan (4) kemungkinan diversifikasi lebih besar.Pembuatan surjan di lahan
rawa perlu memperhatikan beberapa faktor, yaitu kedalaman lapisan bahan sulfidik
(pirit), tipe luapan air, ketebalan gambut, dan peruntukan lahan atau jenis komoditas
yang akan dikembangkan.
c.Tanaman Tahunan/Perkebunan
Lahan rawa gambut yang sesuai untuk tanaman tahunan/perkebunan adalah
yang memiliki ketebalan gambut 2-3 m. Beberapa tanaman yang dapat tumbuh baik
adalah lain, karet, kelapa sawit, kopi, kakao, rami dan sagu. Seperti pada tanaman

semusim, pengelolaan air pada tanaman perkebunan perlu diperhatikan dengan


seksama. Pengeluaran air secara berlebihan akan menyebabkan gambut menjadi
kering dan berpotensi mudah terbakar. Untuk menjaga keseimbangan ekologis,
kedalaman saluran drainase untuk tanaman karet disarankan sekitar 20 cm dan untuk
tanaman kelapa sawit maksimal 80 cm. Pada lahan rawa gambut dengan ketebalan
lebih dari 3 m, tanpa input dan manajemen tingkat tinggi, tanaman tidak produktif.
Pemanfaatan lahan gambut dalam, lebih dari 3 m, untuk pengembangan pertanian
menghadapi berbagai kendala, terutama pada tingkat manajemen rendah sampai
sedang. Pertumbuhan tanaman terganggu karena kesuburan tanah rendah dan kahat
unsur hara mikro, di samping kesulitan dalam mendesain saluran drainase. Tanaman
perkebunan, seperti kelapa sawit, masih dapat dikembangkan pada lahan rawa gambut
yang tidak terlalu dalam bila disertai dengan pengelolaan air yang memadai dan
pemberian amelioran.
2.1.7 Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Rawa
Produktivitas lahan rawa dapat ditingkatkan melalui pendekatan varietas, pengelolaan
hara dan air serta penataan lahan. Bila dilakukan optimalisasi lahan rawa dengan
teknologi inovasi baru khusus untuk lahan rawa. Untuk meningkatkan produktivitas
pertanian di lahan rawa diperlukan pendekatan yang holistik menyangkut aspek perbaikan
agrofisik lahan (tanah, air, dan tanaman) dan kemampuan sosial ekonomi (modal,
kelembagaan, dan adaibudaya). Keragaman hasil yang dicapai pertanian lahan rawa
cukup memadai walaupun masih beragam akibat keberagaman dari sifat agrofisik lahan
(tipologi lahan, tipe luapan, mintakat perairan), teknologi pengelolaan, dan penggunaan
masukan (input) seperti varietas, kapur, pupuk, dan lainnya.
Produktivitas tanaman yang dapat dicapai di lahan rawa tergantung pada tingkat
kendala dan ketepatan pengelolaan. Namun seperti pada umumnya petani, penanganan
pasca panen, termasuk pengelolaan hasil masih lemah, terkait juga dengan pemasaran
hasil yang terbatas sehingga diperlukan dukungan kelembagaan yang baik dan profesional
serta komitmen pemerintah propinsi/kabupaten dalam rangka meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani rawa.
Selain tanaman pangan (padi, palawija, dan umbi-umbian) dan perkebunan (karet,
kelapa, kelapa sawit), beberapa tanaman sayur-mayur (kubis, tom at, selada, dan cabai)
dan buah-buah seperti rambutan, yang memadai dengan pengelolaan yang baik.
Pengelolaan secara hati-hati dari berbagai aspek sangat diperlukan untuk
mendukung keberhasilan pemanfaatan rawa. Teknologi pengelolaan lahan rawa meliputi :
1. Pengelolaan air;

Pengelolaan air yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengelolaan lahan


rawa.Dalam rancangan infrastruktur hidrologi, pengelolaan air dibedakan
menjadi:
a. pengelolaan air makro yaitu penguasaan air pada tingkat kawasan reklamasi
dan
b. pengelolaan air mikro, yaitu pengaturan air pada tingkat tersier dan petak
petani.
2. Pengolahan tanah;
a. biasanya tanah mineral di lahan rawa itu lembek atau sudah melumpur di
waktu lahan digenangi.
b. oleh karena itu petani biasanya hanya menggunakan tajuk atau melaksanakan
pengolahan tanah minimum. Namun ada lahan yang telah lama dibuka
biasanya tanahnya telah mengeras membentuk bongkah-bongkah.
3. ameliorasi dan pemupukan;
4. Pola tanam;
5. Pemberantasan hama dan penyakit;
a. hama dan penyakit ini mampu mengagalkan panen sampai 100%. Karenanya
pengendalian hama dan penyakit untuk menjaga produktivitas sangat
diperlukan.
b. faktor penting teknis produksi untuk meningkatkan produktivitas sawah di
lahan rawa adalah pengendalian hama dan penyakit. Kondisi lahan rawa yang
panas dan lembab sangat cocok bagi perkembangan hama dan penyakit
tanaman. Hama-hama penting di sawah rawa adalah tikus, wereng coklat dan
penggerek batang untuk padi dan penggerek polong untuk kedelai.
6. Panen dan pasca panen.
Pemanfaatan lahan rawa yang bijak serta pengelolaan yang serasi dengan
karakteristik, sifat dan perilakunya serta didukung oleh pembangunan prasarana
fisik (terutama tata air), sarana, pembinaan sumberdaya manusia dan penerapan
teknologi spesifik lokasi diharapkan dijadikan dasar pengembangan lahan rawa
secara lestari dan berwawasan lingkungan. Konsep pemanfaatan rawa sebaiknya
berupa pengubahan peruntukan tanpa harus mengubah fungsi rawanya. Kalau
mengubah fungsi (tandon air) rawa, maka rawa menjadi lahan kering (tadah
hujan) yang kualitas lahan keringnya tidak sama dengan lahan kering bentukan
alam.
Permasalahan yang selama ini ditemui dalam pemanfaatan lahan rawa untuk
pertanian adalah: 1) sistem tata air yang belum terkendali, 2) rendahnya tingkat
kesuburan tanah, 3) masalah biologi berupa gangguan hama, penyakit dan
gulma, 4) masalah sosial ekonomi seperti tenaga kerja, keterbatasan modal,

tingkat pendidikan, pemberdayaan petani, kelembagaan, status tanah, tenaga


penggarap, koordinasi, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Geografis Kabupaten Ogan Ilir


Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan satu dari 15 Kabupaten/Kota yang
ada di Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas wulayah 361.760 hektar. Ibu Kota
kabupaten ini adalah Baturaja. Dengan UU No. 37 Tahun 2003, kabupaten ini
dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yaitu:
1. Kabupaten Ogan Komering Ulu (induk)
2. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
3. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Secara geografis, Kabupaten Ogan Komering Ulu terletak antara 103040 104033 Bujur Timur dan antara 3045 4055 Lintang Selatan. Batas-batas Kabupaten

Ogan Komering Ulu adalah sebagai berikut:


Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Martapura dan Kecamatan Madang
Suku II, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Semendo dan Kecamatan Tanjung
Agung, Kabupaten Muara Enim.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rambang Lubai, Kabupaten Muara
Enim dan Kecamatan Muara Kuang, Kabupaten Ogan Ilir.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang dan Kecamatan Buay
Pemaca, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
3.2 Topografi
Topografi terdiri dari dataran rendah berbukit-bukit dan bergunung-gunung
dengan rata-rata tingginya 45 1.643 meter di atas permukaan laut. Puncak yang
paling tinggi adalah Gunung Seminung (1.881 meter) yang terletak di daerah
Banding Agung. Bentuk wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu bervariasi dari
datar sampai bergunung-gunung atau dari 02 % hingga diatas 40 %, dengan rincian
sebagai berikut: lereng 0-2 % seluas 61.781 ha, lereng 2-15 % seluas 142.968 ha dan
lereng 15-40 % seluas 71.564 ha
PETA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

3.3 Luasan Rawa Kabupaten Ogan Komering Ulu


Untuk luasan daerah rawa pada Kabupaten Ogan Komering Ulu ini, menurut
Keputusan Menteri No : 293/KPTS/M/2014 tentang PENETAPAN STATUS DAERAH
IRIGASI YANG PENGELOLAANNYA MENJADI WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB

PEMERINTAH,

PEMERINTAH

PROVINSI

DAN

PEMERINTAH

KABUPATEN/KOTA pada lampiran :


1. Lampiran I B
Peraturan Kebijakan untuk Pemerintah Pusat dalam jangkauan / cakupan
pekerjaan Irigasi Rawa
2. Lampiran II B
Peraturan Kebijakan untuk Pemerintah Provinsi dalam jangkauan / cakupan
pekerjaan Irigasi Rawa
3. Lampiran III B
Peraturan Kebijakan untuk Pemerintah Kabupaten / Kota dalam jangkauan /
cakupan pekerjaan Irigasi Rawa
Pada tiga lampiran tersebut menyatakan bahwa daerah Kabupaten Ogan
Komering Ulu tidak memiliki daerah rawa.
3.4 Iklim dan Cuaca
Secara umum Kabupaten Ogan Komering Ulu beriklim tropis dan basah
dengan temperatur bervariasi antara 22 31 [0C].Kabupaten Ogan Komering Ulu
termasuk daerah yang bercurah hujan tinggi. Pada tahun 2010 curah hujan bervaruasi
antara 174,5 mm sampai dengan 558 mm, dengan hari hujan terbanyak terjadi
dibulan Januari, Februari dan April yaitu sebanyak 15 hari hujan. Bulan Pebruari
merupakan puncak dari musim penghujan di tahun 2010, sedangkan hari hujan
paling sedikit terjadi pada bulan Desember yang hanya terjadi 8 hari hujan pada
bulan tersebut.
Wilayah Ogan Komering Ulu meliputi areal seluas 3.617,60 km2. Kabupaten ini
terdiri dari 12 kecamatan, yaitu:
Tabel 3.4 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Ogan
Komering Ulu
Tahun 2010

No

Nama Kecamatan

Luas
[km2]

No

Nama
Kecamatan

Luas
[km2]

1.

Lengkiti

700,00

7.

Peninjauan

453,69

2.

Sosoh Buay
Rayap

260,40

8.

Lubuk Batang

507,22

3.

Pengandonan

94,79

9.

Sinar Peninjauan

190,00

4.

Semidang Aji

467,53

10.

Baturaja Timur

148,87

5.

Ulu Ogan

236,00

11.

Lubuk Raja

126,00

6.

Muara Jaya

298,00

12.

Baturaja Barat

134,86

Sumber: Ogan Komering Ulu Dalam Angka 2010/2011

Kawasan Lindung Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2012 - 2032


Kawasan
No Lindung

Luas
Lokasi

Keterangan
[ha]

Kecamatan Ulu Ogan,


Muara
Jaya, Lengkiti (Bukit Nanti)

1.

Hutan Lindung

2.

Kawasan Perlindungan Setempat


Sempadan sungai

Sepanjang Sungai Ogan dan

55.698 Kemiringan lereng >40% atau berada


pada ketinggian 2000 m dpl atau jenis
tanah bersolum dangkal

39.24
6

sistim anak-anak sungai


lainnya (ada sekitar 61 anak
sungai)

Sempadan
danau/waduk

Mata air/danau kecil lainnya

Sekitar mata air

Mata air/danau kecil lainnya

Ruang terbuka

Ibukota Kabupaten, Ibukota

233

Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri


kanan sungai besar dan 50 meter di
kiri
kanan anak sungai yang berada di luar
pemukiman. Untuk sungai di kawasan
pemukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan
cukup untuk
dibangun jalan inspeksi (10 15
meter)
Sama dengan kriteria sempadan
sungai,
100 m untuk danau besar, 50 m untuk
danau kecil, dan 10 15 m di
kawasan
pemukiman
Radius 200 m dari sumber mata air
30 % dari luas wilayah kota

hijau kota
(RTHK)

Kecamatan, Kawasan
Perkotaan, Kawasan
Industri
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

3.

Suaka
Hutan ,
Gua
Hidung
Tanjun
marga satwa
,
Gua g
Gua Putri, Gua Salabe, Batu
Kabayan, Air Terjun Kambas,
Air Terjun Tembulan,
Kapayang,
Air
Gemuhak
Cagar budaya
dan
Bendali Rantau Kumpai
ilmu pengetahuan (agrowisata), Bendali Mitra
Ogan (Agrowisata)
Suaka alam dan

Lubuk
Baru,
Air
Panas
Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang
bernilai tinggi maupun bentukan
geologi alami yang khas
3 suku asli Kabupaten Ogan

Ogan, Lengkiti
Luas
No Kawasan Lindung

Lokasi

Keterangan
[ha]

Taman wisata
Alam
5.

Bukit Lesung Bintang

Kawasan pelestarian alam


terutama
dimanfaatkan
pariwisata dan rekreasi alam.

yang
untuk

Kawasan Rawan Bencana Alam


Tanah longsor

Kecamatan Ulu Ogan,


Kecamatan Pengandonan,
Kecamatan Muara Jaya,
Kecamatan Lengkiti,
Kecamatan Sosoh Buay
Rayap, Sepanjang Sungai
Ogan dan anak-anak sungai

Banjir

Sepanjang Sungai Ogan dan


anak anak sungai
Kecamatan
Baturaja Barat, Kecamatan
Baturaja Timur, Semidang
Aji,
Sinar Peninjauan,
Peninjauan
dan Lubuk Batang
Kecamatan Ulu Ogan,
Kecamatan Lengkiti,
Pengandonan dan Sosoh

Bencana gempa

kemiringan 30-40 %, daerah aliran


sungai (tebing/gigirsungai)

dataran rendah (kemiringan 0-3


%)

Pengaruh gempa vulkanik disekitar


Pengunungan Bukit Barisan

Buay Rayap
Cagar alam
geologi

Berada di kecamatan
Baturaja Barat, Sosoh Buay
Rayap, Lengkiti dan
Kecamatan Semidang Aji

Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2012
2032
3.5 Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yang dimaksud adalah kawasan yang digunakan sebagai
tempat kegiatan untuk melakukan/memenuhi suatu kegiatan ekonomi. Pada tabel
berikut dijelaskan lebih detail mengenai kawasan peruntukan dan lokasinya di
Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Kawasan Budidaya Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2012 - 2032

No

Kawasan
Peruntukan

1.

Pertanian tanaman pangan


lahan basah

lahan kering

Lokasi

Kec. Peninjauan dan Sinar


Peninjauan
Kec. Peninjauan, Kec. Lubuk
Batang,
Kec. Lubuk Raja, Kec. Sinar

Luas [ha]

7.296

12.789

Peninjauan, Kec. Lengkiti, Kec.


Semidang Aji, Kec. Pengandonan
dan
Kec. Sosoh Buay Rayap

2.

Hortikultura

Kec. Peninjauan, Kec. Lubuk


Batang,
Kec. Baturaja Barat, Kec. Baturaja
Timur, Kec. Sosoh Buay Rayap,
Kec.
Muara Jaya, Kec. Lengkiti, Kec.
Semidang Aji, dan Kec.

15.832

Keterangan

3.

4.

5.

6.
7.

Perkebunan

Hutan Produksi

Pengandonan
Kec. Peninjauan, Lubuk Batang,
Muara Jaya, Pengandonan,
Semidang Aji, Sosoh Buay Rayap,
Lengkiti, Baturaja Barat, dan Kec.
Baturaja Timur (sawit & karet)
Kec. Lubuk Raja, Kec. Peninjauan
Kec. Sinar Peninjauan, Baturaja
Timur, Baturaja Barat, Lubuk
Batang,
Sosoh Buay Rayap, Samidang Aji,
Ulu
Ogan, dan Lengkiti (karet & sawit);
Kec. Ulu Ogan, Lengkiti, Muara
Jaya,
Pengandonan, Sososh Buay Rayap,
dan Semdiang Aji (kopi & lada)
Hutan Produksi (HP) di Kec.
Lubuk
Batang, Lubuk Raja, Samidang Aji.
Hutan Produksi Terbatas (HPT) di
Kec. Samidang Aji, Muara Jaya,
Ulu
Ogan, Sosoh Buay Rayap, dan
Lengkiti

52.334

Perkebunan swasta

191.379

Perkebunan rakyat

37.873
32.630

Peternakan
Sapi, kerbau,
kambing & domba
Unggas

Kecamatan Peninjauan, dan Sinar


Peninjauan
seluruh kecamatan di Kabupaten
Ogan Komering Ulu
Budidaya Perikanan Alur sungai Ogan
Pertambangan dan Energi
Kec. Baturaja Barat, Kec.
Batu kapur, pasir
Semidang
kuarsa, galian pasir
Aji, Kec. Baturaja Timur, Kec.
Pengandonan, Kec. Muara Jaya,
Kec.
Lubuk Batang, Kec. Ulu Ogan,
Kec.
Sososh Buay Rayap, Kec. Lengkiti,
dan Kec. Peninjauan
Kec. Lengkiti, dan Kec. Sosoh
Batu mulia
Buay
Rayap, dan Segera Kembang
Batubara
Minyak dan gas

Kec. Baturaja, Kec. Angandonan,


Kec. Paninjauan
Kec. Paninjauan, Kec. Lubuk
Batang,
Kec. Semidang Aji, Kec. Sinar

330
138.076

Air tawar

jenis batuan rijang,


obsidian, kristal
kuarsa

8.

Panas bumi
Industri

No

Kawasan Peruntukan

Peninjauan
Kecamatan Ulu Ogan
Kecamatan Baturaja Barat

Lokasi

800

Luas [ha]

Industri besar, dan


sedang untuk

Keterangan
pengolahan hasil
pertanian

9.

Pariwisata
Wisata alam

Desa Padang Bindu Kecamatan


Samidang Aji

Gua Putri
Air Terjun
Kambas

Desa Ulak Lebar Kecamatan Ulu


Ogan

Wisata budaya

Wisata agro

10.

Permukiman
Perdesaan

Perkotaan

11.

Obyek Militer
Baturaja (OMIBA)

Air Panas
Gemuhak

Desa Gunung Tiga Kecamatan Ulu


Ogan
Ogan (sekitar sungai Ogan),
Komering (sekitar sungai
Komering),
dan daya (sekitar daerah Lengkiti)
Bendali di Rantau Kumpai Kec.
Sosoh
Buay Rayap, dan Bendali Mitra
Ogan
di Kec. Lubuk Batang
8.207
Kawasan peruntukan permukiman
perdesaan dikembangkan mengikuti
pola pengembangan kawasan
permukiman dengan dominasi mata
pencaharian pada pertanian
(pertanian lahan basah, lahan kering,
hortikultura, dan perkebunan rakyat)
perkotaan Baturaja, Peninjauan,
Pengandonan, Batumarta II, Tanjung
Lengkayap, Ulak Pandan, Lubuk
Batang Baru, Penyandingan,
Mendingin, Muara Saeh, dan Karya
Mukti
Kecamatan Sosoh Buay Rayap, dan 24.859
Kecamatan Lengkiti, dan sebagian
wilayah Kecamatan Baturaja Barat,
dan Baturaja Timur

Pertahanan, dan
Keamanan
(Latihan
dan Pendidikan).
Jauh dari
permukiman

Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2012 2032

Peta Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu di Provinsi Sumatera


Selatan melalui Google Earth

Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ogan


Komering Ulu Tahun 2012 -2032

Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun,
2012 - 2032

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dalam penjelasan pada makalah ini, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan
yaitu:
1. Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki luas wilayah 361.760 hektar, Secara
geografis, Kabupaten Ogan Komering Ulu terletak antara 103040 - 104033 Bujur
Timur dan antara 3045 4055 Lintang Selatan.
2. Wilayah di Kabupaten Ogan Komering Ulu, hamper semua terdiri dari dataran rendah
berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan rata-rata tingginya 45 1.643 meter di
atas permukaan laut. Puncak yang paling tinggi adalah Gunung Seminung (1.881
meter) yang terletak di daerah Banding Agung. Bentuk wilayah Kabupaten Ogan
Komering Ulu bervariasi dari datar sampai bergunung-gunung atau dari 02 % hingga
diatas 40 %, dengan rincian sebagai berikut: lereng 0-2 % seluas 61.781 ha, lereng 215 % seluas 142.968 ha dan lereng 15-40 % seluas 71.564 ha.
3. Di Kabupaten Ogan Komering Ulu, tidak memiliki daerah rawa karena datarannya
rata-rata memiliki dataran rendah berbukit-bukit dan bergunung-gunung (Keputusan
Menteri No : 293/KPTS/M/2014)

4. Peta yang di dapatkan untuk Kabupaten Ogan Komering Ulu berupa peta wilayah dan
peta yang didapatkan dari google earth. Serta peta Kabupaten Ogan Komering Ulu
yang berupa Rencana Pola Ruang Wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30347/4/Chapter%20I.pdf
http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-rawa-ciri-ciri-rawa-rawa-contoh.html
http://www.siswapedia.com/pengertian-rawa-jenis-jenis-rawa/
https://henggarrisa.wordpress.com/2012/11/29/sekilas-tentang-rawa/
http://www.pengertianilmu.com/2015/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none30_30.html
https://efranriansyah.wordpress.com/kota-baturaja/
http://migas.bisbak.com/1672.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ogan_Komering Ulu

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat
menyelesaikan tugas manajemen pelaksanaan konstruksi dengan baik dan lancar.
Dalam pembuatan tugas ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Ir. Helmi Hakki, M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Teknik Rawa, yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik
dan lancar walaupun masih banyak memiliki kekurangan dan belum mencapai
kesempurnaan. Orangtua yang telah memberikan bantuan moril berupa semangat dan
kepercayaan diri serta doanya, sehingga pembuatan tugas mata kuliah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, semoga tugas yang dibuat ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khusunya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis menyampaikan terima kasih.

Palembang, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
I.I LATAR BELAKANG ......................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH ...............................................................................
1.3 TUJUAN .........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................
2.1 DASAR TEORI ..............................................................................................
2.1.1 PENGERTIAN RAWA .......................................................................
2.1.2 CIRI-CIRI RAWA ..............................................................................
2.1.3 JENIS-JENIS RAWA .........................................................................
2.1.3.1 RAWA PASANG SURUT .....................................................
2.1.3.2 RAWA NON PASANG SURUT ............................................
2.1.4 KARAKTERISTIK RAWA ...............................................................
2.1.5 KLASIFIKASI RAWA .......................................................................
2.1.6 POTENSI LAHAN RAWA ................................................................
2.1.7 UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN RAWA .....
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................
3.1 GEOGRAFIS KABUPATEN OGAN ILIR ....................................................

3.2 TOFOGRAFI ..................................................................................................


3.3 LUASAN RAWA KABUPATEN OKU .........................................................
3.4 IKLIM DAN CUACA ....................................................................................\
3.5 KAWASAN BUDIDAYA ...............................................................................
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai