ABSTRAK
Luas lahan rawa di Indonesia mencapai sekitar 33,43 juta ha. Kawasan itu
tersebar di pantai timur dan utara Pulau Sumatra, pantai barat, selatan, dan
timur Pulau Kalimantan, pantai barat dan timur Pulau Sulawesi, serta pantai
selatan Pulau Papua. Ekologi lahan rawa sendiri adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungan
hidupnya terutama di kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau, atau
lebak yang menjorok masuk (intake) ke pedalaman sampai sekitar 100 km atau
sejauh dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Jadi, lahan rawa dapat
dikatakan sebagai lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut atau
sungai di sekitarnya. Lahan rawa sendiri memiliki banyak potensi untuk
dimanfaatkan terutama di bidang pertanian.
ABSTRACT
The area of swamps in Indonesia reaches around 33.43 million ha. The area is
spread on the east and north coast of Sumatra Island, the west, south and east
coast of Kalimantan Island, the west and east coast of Sulawesi Island, and the
southern coast of Papua Island. Swamp land ecology itself is a study that studies
the reciprocal relationship between organisms and their environment, especially
in areas along the coast, streams, lakes, or lakes that protrudes into the interior to
about 100 km or as far as the influence of tidal movements is felt. So, swampy
land can be said to be the land that is affected by tidal water or the surrounding
river. Swamp land itself has a lot of potential to be utilized especially in
agriculture.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lahan rawa.
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis lahan rawa.
3. Untuk mengetahui klasifikasi lahan rawa.
4. Untuk mengetahui perbedaan lahan rawa dibandingkan lahan-lahan yang
lain
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lahan Rawa
Secara tata bahasa Indonesia rawa didefinisikan adalah lahan
genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat
drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika,
kimiawi dan biologis. Dari segi hidrologi, pedologi dan ekologi, rawa
tercakup dalam pengertian lahan basah. Menurut sifat airnya, rawa dapat
dibagi menjadi rawa air tawar dan rawa air payau. Menurut letaknya,
rawa dapat dibagi menjadi rawa pedalaman dan rawa pantai. Menurut
gerakan airnya, rawa dibagi menjadi rawa bergenangan tetap, lebak,
bonorowo, dan rawa pasang surut. Dalam istilah pustaka Inggris dijumpai
berbagai istilah yang dapat dipadankan dengan kata rawa. Istilah-istilah
itu sebetulnya menunjuk bentang lahan yang mempunyai beberapa
tampakan (feature) yang berbeda. Ada juga istilah swamp yang berarti
baruh (lowland), secara tetap berada dalam keadaan jenuh air, biasanya
tertutup vegetasi yang berpohon di sana-sini, dan tanahnya berkadar
bahan organik tinggi. (A Dictionary of the Natural Environment, Am.
Geol. Inst., 1962; Moore, 1972).
Bog
Jenis rawa yang ketiga adalah bog. Sedikit berbeda dengan
swamp dan juga marsh, bog merupakan lahan basah namun
permukaannya relatif kering. Sementara permukaannya relatif kering,
namun sifat di dalamnya basah dan juga jenuh air. Genangan air ini
pada umumnya dalam, sementara genangan yang dangkal hanya
terlihat di beberapa tempat saja.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Rawa adalah daerah rendah yang selalu tergenang air yang pada
umumnya permukaan air rawa selalu dibawah atau sama dengan
permukaan air laut, dan permukaan airnya selalu tertutup oleh vegetasi
tertentu.
2. Rawa dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona berdasarkan pasang surutnya;
rawa pasang surut air asin/payau, rawa pasang surut air tawar, rawa lebak
atau rawa non-pasang surut
3. Penyebaran lahan rawa secara dominan terdapat di dataran rendah
sepanjang pantai timur, terutama di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, dan
Jambi, serta dijumpai lebih sempit di Provinsi Sumatera Utara dan
Lampung.
4. Luas lahan rawa di yang ada di Indonesia kira – kira 34 juta hektar,
menyimpan keanekaragaman biota yang hidup di dalam ekosistem lahan
tersebut. Secara garis besar lahan rawa yang ada terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu tanah gambut, tanah mineral, dan rawa lebak,
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, S. B. 2011. Penurunan Kadar Fenol Pada Kasus Limbah Industri Jamu
Dengan Metode Lumpur Aktif Secara Anaerob. Jurnal Biopropal
Industri. 2(1).
Kulkarni, S.J., Abhishek, T.S., dan Meera T.S. 2017. Characterization of Sludge
and Design of Activated Sludge Process for Sewage Treatment. Journal of
Environmental Science, Toxicology and Food Technology 11(9) : 20-25
Said, N,S., dan Kristianti, U. 2007. Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan
Proses Lumpur Aktif Yang Diisi Dengan Media Biobal. Jurnal JAI. 3(2) :
160-174
Surerus, V., Giordano, G., dan Texeira L.A.C. 2013. Activated Sludge Inhibition
Capacity Index. Jurnal of chemical engineering. 31(2) : 385-392