Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui topologi lahan rawa dan vegetasi hijauan yang terletak
pada lebak dangkal, lebak tengahan atau sedang, dan lebak dalam. Serta untuk
mengetahui produksi hijauan yang ada di rawa tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Hasil
Tabel.1. Analisis Vegetasi Hijauan Rawa Lebak dengan Tipologi yang Berbeda di
Universitas Sriwijaya
Jumlah Total
No Tipologi Lahan Rawa Kuadran Jenis Rumput
(%) (gr)
1. R. Kerak Maling 60
2. R. Kumpai Padi
I 3. Cecengkehan 12 41
18
1. R. Kerak Maling 84
2. R. Kumpai Padi
1 Dangkal II 3. Cecengkehan 0 47
16
1. R Kerak Maling 60
2. R. Kumpai Padi
III 3. Cecengkehan 12 44
18
1. R. Kumpai
Minyak
I 100 39
1. R. Kumpai
Minyak
II 100 44
2 Tengahan
1. R. Kumpai
100
Minyak
III 2. R. Berondong 36
0
1. R. Purun Tikus 25
I 100
1. R. Purun Tikus 39
3 Dalam II 100
III 1. R. Purun Tikus 100 43
4.2. Pembahasan
Pada praktikum pengambilan sampel dilakukan dengan metode kuadran,
pelemparan didilakukan pada lebak dangkal dan lebak tengahan, pada setiap
lebak dilakukan lemparan sebanyak tiga kali. Selanjutnya setelah pelemparan
kuadran dilakukan pemotongan hijauan dan kemudian hijauan dipisahkan sesuai
dengan jenis hijauan, lalu dilakukannya penimbangan berdasarkan jenis dan
kuadrannya. Rawa lebak dibagi menjadi tiga pertama lebak dangkal atau lebak
pematang, yaitu rawa lebak dengan genangan air kurang dari 50cm. Lahan ini
biasanya terletak di sepanjang tanggul sungai dengan lama genangan kurang dari
3 bulan. Ketiga lebak tengahan, yaitu lebak dengan kedalaman genangan 50-
100cm. Genangan biasanya terjadi selama 3-6 bulan. Lebak dalam, yaitu lebak
dengan genagan air lebih dari 100cm. Lahan ini biasanya terletak di sebelah dalam
menjauhi sungai dengan lama genangan lebih dari 6 bulan. Wilayah rawa lebak
terletak lebih jauh lagi kearah pedalaman dan dimulai di wilayah dimana pengaruh
pasang surut sudah tidak ada lagi. Rawa lebak sering disebut sebagai rawa
pedalaman, atau rawa non-pasang surut.
Tipologi lahan rawa lebak dangkal di kuadran I terdapat rumput cecengkehan
sebesar 18%, kerak maling 60% dan rumput Kumpai Padi sebesar 12% dengan
berat 41gr dengan lemparan arah ke depan. Pada lahan rawa lebak dangkal di
kuadran II terdapat rumput cecengkehan sebesar 16% dan kerak maling 84%
dengan berat 47gr dengan lemparan ke samping kanan. Pada lahan rawa lebak
dangkal di kuadran III terdapat rumput cecengkehan sebesar 12%, kumpai padi
54%, dan kerak maling 34% dengan berat 44gr dengan lemparan ke samping kiri.
Jika ditotal rata-rata jumlah berat hijauan yang didapat adalah 44,00gr. Produksi
hijauan yang ada di lahan rawa lebak dangkal berkisar 0,44ton/ha. Lahan rawa
lebak tengahan di kuadran I terdapat rumput Kumpai minyak sekitar 100%
dengan berat 39gr dengan lemparan arah ke samping kanan. Lahan rawa lebak
tengahan di kuadran II terdapat rumput Kumpai minyak sekitar 100% dengan
berat 44gr dengan lemparan arah ke arah depan.
Lahan rawa lebak tengahan di kuadran III terdapat rumput berondong sekitar
100% dengan berat 36gr dengan lemparan arah samping kanan. Jika ditotal rata-
rata jumlah berat hijauan yang didapat adalah 39,6667gr sehingga produksi
hijauan yang ada di lahan rawa lebak tengahan adalah berkisar 0,396667ton/ha.
Setelah dilihat terjadi peningkatan produksi sebelumnya produksi hijauan rendah
di daerah rawa lebak dangkal, selanjutnya di daerah rawa lebak tengahan
produksinya tinggi. Hal tersebut bertolak belakang yang seharusnya semakin ke
dalam semakin rendah produksi hijauan yang dihasilkan. Lahan rawa lebak dalam
di kuadran I hanya terdapat rumput purun tikus sekitar 100% dengan berat 25gr
dengan lemparan arah ke samping kiri. Lahan rawa lebak dalam kuadran II juga
terdapat rumput purun tikus sekitar 100% dengan berat 39gr dengan lemparan
arah ke samping kiri. Terakhir Lahan rawa lebak dalam III yang terdapat rumput
purun tikus sekitar 100% dengan berat 43gr dengan lemparan arah ke samping
kanan . Jika ditotal rata-rata jumlah berat hijauan yang didapat adalah 35,6667gr
sehingga produksi hijauan yang ada di lahan rawa lebak dalam adalah berkisar
0,356667 ton/ha.Setelah diamati terjadi penurunan produksi hijauan. Produksi
hijauan tinggi di lebak dangkal kemudian mulai menurun di lebak tengahan dan
makin menurun di lebak dalam. Hal ini sama dengan pernyataan bahwa semakin
dalam lebak semakin rendah produksi hijauan yang dihasilkan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Lahan rawa adalah jenis lahan yang jenuh atau tergenang akan air dalam
waktu yang lama atau permanen, terutama selama musim hujan, adapun tipologi
dari lahan rawa dibagi beberapa macam yaitu; berdasarkan lama genangan air dan
ketinggiannya dibagi menjadi 1) lebak dangkal 2) lebak tengahan 3) lebak dalam
dan 4) lebak sangat dalam. Selanjutnya berdasarkan pengaruh luapan terbagi
menjadi 4 yaitu Tipe A, B, C dan D dimulai dari selalu terluapi air pasang hingga
tidak pernah terluapi, selain itu ada kendala dalam lahan rawa untuk
pengembangan pertanian yaitu; lahan potensial, sulfat masam, gambut dan salin,
vegetasi juga yang hidup di lahan rawa umumnya rumput-rumputan dan
leguminosa seperti bento rayap (Leersia hexandra), rumput kumpai minyak
(Hymnenachne amplexicualis), rumput kumpai tembaga (Hymnenachne
acutigluma), rumput kumpai padi (Oryza rufipogon), dan rumput purun tikus
(Eleocharis dulcis).
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dengan Teknik pelemparan petak
cuplikan didapat total vegetasi hijauan yang menurun dari dangkal, tengahan ke
dalam satuannya yaitu; lebak dangkal x = 132/3 = 44 gram, lebak tengahan x =
119/3 = 39,6667 gram, dan lebak dalam x = 107/3 = 35,6667gram, jenis vegetasi
yang didapat dimulai dari rumput kerak maling, kumpai padi, cecengkehan,
kumpai minyak, rumput berondong dan rumput purun tikus
5.2. Saran
Mungkin dalam pelaksanaannya memerlukan beberapa pengamanan
dikarenakan pada lebak dalam air sangat deras dan juga kami harap dapat
melakukan praktikum dengan jenis lahan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2018. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yayasan
Kanisius, Yogyakarta.
Akoso, B.T. 2018. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
Dumatubun, V. D., Subagiyo, A., & Wicaksono, A. D. 2020. Konversi
Penggunaan Lahan Pertanian Dan Perkembangannya Tahun 2013-2018 Di
Kecamatan Prafi, Kabupaten MANOKWARI. Planning For Urban Region
And Environment: 9(3).
Fahmi, Arifin,. Dan Wakhid, Nur. 2018. Karakteristik Lahan Rawa. Dalam
Agroekologi Rawa. PT RAJAGRAFINDO PERSADA: 91-118.
Jaelani, A., Malik, A. dan Nimah, G. K., 2019. Evaluasi Hijauan Rawa Purun
Tikus (Heleocharis Dulcis Burm) yang dimodifikasi Sebagai Pakan
Kambing Berbentuk Granul. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian, 44(3),
388-395.
Puspita, D. Prasetyo, S. E. 2020. Ekologi dan Keanekaragaman Flora di Pulau
Enggano. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal,
37(3), 175-179.
Reksohadiprodjo, S. 2019. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak tropic.
Edisi Kedua. BPFE. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Siregar, S.B.
1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sosroamidjojo, M.S dan Soeradji. 2019. Peternakan Umum. CV. Yasaguna,
Jakarta.
Sosroamidjojo, M.S dan Soeradji. 2019. Peternakan Umum. CV. Yasaguna,
Jakarta.