Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mita Riani Rezki

NIM : 1920525320011
Mata Kuliah : Perlindungan dan Inovasi Teknologi Pemanfaatan lahan Basah
Dosen : Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si

RAWA LEBAK

Lahan rawa lebak atau lahan rawa non pasang surut adalah lahan yang
fluktuasi airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun di wilayah setempat
maupun di daerah sekitarnya dan hulu. Pengaruh pasang surut sudah tidak ada
lagi, berganti dengan pengaruh sungai yang sangat dominan, yaitu berupa banjir
besar yang secara periodik menggenangi wilayah selama musim hujan. Menurut
PP Rawa No.73 Tahun 2013 Pasal 5 Ayat 2 yang dimaksud dengan rawa lebak
adalah rawa yang terletak jauh dari pantai dan tergenangi air akibat luapan sungai
atau air hujan yang menggenang secara periodic atau terus menerus.
Berdasarkan lama dan tinggi genangan, lahan lebak dapat dipilah ke dalam
empat tipologi, yaitu (1) lebak dangkal bila genangan airnya kurang dari 50 cm
selama kurang dari 3 bulan; (2) lebak tengahan bila genangan airnya antara 50-
100 cm selama 3-6 bulan; (3) lebak dalam bila genangan airnya lebih dari 100 cm
selama lebih dari 6 bulan; dan (4) lebak sangat dalam. Dalam satuan kawasan
rawa lebak terdapat wilayah lebak dangkal sekitar 40-60%, lebak tengahan 30-
50%, dan lebak dalam, 10-30% dan lebak sangat dalam antara 5-10%1.
Berdasarkan pengaruh sungai, lahan rawa lebak dapat dibedakan antara (1)
lebak terkurung, (2) lebak setengah terkurung, dan (3) lebak sungai. Lebak
terkurung yaitu lebak yang tinggi-rendahnya genangan dipengaruhi oleh luapan
air akibat curah hujan langsung dan air limpasan dari lahan sekitarnya yang terjadi
secara bertahap. Lebak setengah terkurung yaitu lebak yang tinggi-rendahnya
genangan dipengaruhi oleh luapan sungai, selain curah hujan langsung dan
kenaikan genangan secara mendadak, tetapi surut secara perlahan. Lebak sungai
yaitu lebak yang naik-turunnya genangan dipengaruhi langsung oleh naik-
turunnya luapan sungai besar dan sungai kecil di sekitarnya 2.

1
Haryono and others, Lahan Rawa Penelitian Dan Pengembangan, 2013.
2
Waluyo and Suparwoto, ‘Peluang Dan Kendala Pengembangan Pertanian Pada Agroekosistem
Rawa Lebak : Kasus Desa Kota Daro II Di Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan Agricultural Development Opportunities And Obstacles in Swamp Lebak
Agroecosystems : Case K’, Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, September, 2014,
704–13.
Nama : Mita Riani Rezki
NIM : 1920525320011
Mata Kuliah : Perlindungan dan Inovasi Teknologi Pemanfaatan lahan Basah
Dosen : Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si

Jenis tanah yang umum dijumpai di lahan lebak adalah tanah mineral dan
gambut. Tanah mineral bisa berasal dari endapan sungai atau bisa berasal dari
endapan marin, sedangkan tanah gambut bisa berupa lapisan gambut utuh atau
lapisan gambut berselang seling dengan lapisan tanah mineral. Lahan lebak
dengan tanah mineral yang berasal dari endapan sungai cukup baik untuk usaha
pertanian. Sedangkan lahan lebak dengan tanah mineral yang berasal dari endapan
marin biasanya memiliki lapisan pirit (FeS2) yang berbahaya bagi tanaman karena
bisa meracuni tanaman terutama bila letaknya dekat dengan permukaan tanah3.
Lahan lebak umumnya mempunyai kandungan hara N-total sedang
(0,33%), P-tersedia rendah (11,3 me 100/g), K-tersedia rendah (0,20 me 100/gr),
C-org 10,8% dengan pH 4,0-4,2. Dengan demikian tanah pada lahan lebak
mempunyai tingkat kesuburan yang kurang sampai sedang. walaupun kesuburan
tanahnya tergolong kurang sampai sedang, tetapi keragamannya sangat tinggi 4.
Lahan rawa lebak juga merupakan habitat bagi flora dan fauna yang saling
berinteraksi atau memiliki fungsi yang berkesinambungan dalam proses
perkembangannya, berbagai keanekaragaman hayati dengan spesies dan vegetasi
berbeda dapat ditemukan di lahan rawa lebak. Untuk lahan rawa lebak tepatnya di
Kalimantan Selatan ditemukan sekurang-kurangnya 200-300 jenis flora dan fauna
seperti jenis ikan sepat, gabus, papuyu, jenis rumput seperti kumpai dan jajagoan,
jenis vegetasi legum seperti putri malu dan pandan-pandanan, serta spesies identic
rawa lainnya.
Lahan rawa lebak sangat berpotensi untuk menghasilkan keuntungan,
antara lain: (1) Lahan sawah padi rintak dan padi surung; (2) Lahan sawah padi
rintak dan palawija; (3) Lahan sawah padi rintak dan Hortikultura; (4) Usaha tani
perikanan; dan (5) Usaha tani peternakan (itik alabio dan kerbau rawa) 5

3
Dedi Soleh Effendi, Zainal Abidin, and Bambang Prastowo, ‘MODEL PERCEPATAN
PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN RAWA LEBAK BERBASIS INOVASI Acceleration of Swamp
Land Development Based on Innovation’, Pengembangan Inovasi Pertanian, 7.4 (2013), 177–86.
4
Haryono and others.
5
Suryana (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan), ‘POTENSI DAN PELUANG
PENGEMBANGAN USAHA TANI TERPADU BERBASIS KAWASAN DI LAHAN RAWA Potential and
Opportunity of Zone-Based Integrated Farming System Development in Swampland’, Litbang
Pertanian, 35.2 (2016), 57–68 <https://doi.org/10.21082/jp3.v35n2.2016.p57-68>.

Anda mungkin juga menyukai