Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampu Matakuliah

Prof. Dr. Deasy Arisanty, S.Si., M.Sc

LAHAN RAWA
RIXAL
2110115210008
17 September 2022
Bahasan

2 Annual Review 9/22/22


Pengertian

Lahan rawa adalah salah satu ekosistem lahan basah


(wetland) yang terletak antara wilayah sistem daratan
(terrestrial) dengan sistem perairan dalam (aquatic).
Wilayah ini dicirikan oleh muka air tanahnya yang
dangkal atau tergenang tipis.

3 Annual Review 9/22/22


Menurut PP No 73 Tahun 2013
lahan rawa dibagi dalam 2 (dua) tipologi, yaitu (1) rawa pasang surut dan (2) rawa lebak. Dalam Pasal 5 Ayat 1
PP No. 73/2013 dinyatakan disebut rawa pasang surut apabila memenuhi kriteria: (a) terletak ditepi pantai, dekat
pantai, muara sungai atau dekat muara sungai; dan (b) tergenangi air yang dipengaruhi pasang surut air laut. Jadi
lahan rawa merupakan wilayah yang dipengaruhi adanya luapan pasang (spring tide) dan surut (neap tide) dari
sungai atau laut baik secara langsung maupun tidak langsung

Sedangkan disebut rawa lebak apabila daerah rawa tersebut mempunyai genangan air dengan tinggi
muka air> 50 em sampai 200 em dan lamanya minimal tiga bulan sampai hampir setahun, terletak pada
daerah eekungan dan terlepas dari pengaruh gerakan pasang surut sungai/laut. Jadi sumber air lahan
rawa lebak berasal dari eurah hujan, baik eurah hujan setempat maupun eurah hujan kawasan hulu,
sehingga ketinggian muka air dipengaruhi oleh eurah hujan tersebut. Kondisi ini menyebabkan
terjadinya variasi ketinggian genangan dan lama genangan.
Menurut P2NPLRB
Menurut Tim Koordinasi Penyusunan Perencanaan Nasional Pengelolaan Lahan
Rawa Berkelanjutan (P2NPLRB) disebut rawa apabila memenuhi 4 (empat) unsur
utama berikut, yaitu:
(1) jenuh air sampai tergenang secara terus-menerus atau berkala yang menyebabkan
suasana anaerobic,
(2) topografi landai, datar sampai cekung,
(3) sedimen mineral (akibat erosi terbawa aliran sungai) dan atau gambut akibat
tumpukan sisa vegetasi setempat), dan
(4) ditumbuhi vegetasi secara alami.
Macam Jenis

berdasarkan jenis tanah dan kendalanya dalam


pengembangan pertanian, lahan rawa dibagi dalam 4
(empat) tipologi yaitu :
(1) lahan potensial,
(2) lahan sulfat masam,
(3) lahan gambut dan
(4) lahan salin.
LAHAN
POTENSIAL
Lahan potensial adalah lahan rawa
pasang surut yang mempunyai kadar
pirit < 2% pada jeluk (depth) > 50 em
dari permukaan tanah, kemasaman tanah
sedang (pH tanah > 4,0 - 4,5). Kendala
produksi tergolong keeil karena tanah
tidak termasuk bermasalah.
LAHAN SULFAT MASAM
Lahan sulfat masam adalah lahan rawa pasang surut yang
mempunyai lapisan pirit padajeluk 50-100 em, pH tanah 4,5 -
4,5 yang apabila teroksidasi menurunkan pH menjadi < 3,5.
Kadar aluminium dan besi yang eukup tinggi. Lahan sulfat
masam berdasarkan kedalaman pirit dan tingkat oksidasi dibagi
dalam dua tipologi yaitu
(1) lahan sulfat masam potensial,
(2) sulfat masam aktual.

Lahan sulfat masam potensial (Sulfaquent) dicirikan oleh warna


tanah kelabu (gray), masih mentah (n>0,7), dan kemasaman
sedang sampai masam (pH 4,0), sedangkan tanah sulfat masam
aktual (Sulfaquept) dicirikan oleh warn a keeokelatan pada
permukaan, eukup matang (n<3,5).
LAHAN GAMBUT
Lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari bahan organik berupa
(1) bahan jenuh air dengan kadar > 12%, tanpa kandungan lempung
(clay) atau paling tidak 18% apabila mengandung lempung paling
tinggi 60%, atau
(2) bahan tidak jenuh air selama kurang dari beberapa hari dengan kadar
organik paling sedikit 20%.

Dari proses pembentukkannya, lahan gambut dapat dibagi menjadi


(1) gambut ombrogen, yakni gambut yang pembentukkannya dipengaruhi oleh eurah hujan,
(2) gambut topogen yakni gambut yang pembentukkannya dipengaruhioleh keadaan topografi
(cekungan) dan air tanah, gambut ini biasanya lebih subur karena mendapat pasokan hara
dari lingkungannya; dan
(3) gambut pegunungan, yakni gambut yang pembentukkannya dipengaruhi oleh gunung atau
bukit, biasanya gambut ini lebih subur dari gambut topogen
LAHAN SALIN
Lahan salin adalah lahan rawa terkena
pengaruh penyusupan air laut atau bersifat
payau, yang termasuk lahan potensial, lahan
sulfat masam atau lahan gambut. Penyusupan
air laut ini paling tidak selama 3 bulan dalam
setahun dengan kadar natrium (Na) dalam
larutan tanah 8-15%.
Karakteristik
Lahan rawa, secara khusus tidak bisa diartikan bahwa semua lahan yang basah dapat dikategorikan sebagai
lahan rawa, hal ini disebabkan kriteria lahan rawa membawa pada konsekuensi kondisi tanah yang jenuh air
atau tergenang untuk jangka waktu tertentu. Kondisi tersebut berimplikasi pada hanya jenis tanaman tertentu
yang mampu beradaptasi. Ketika tanah menjadi basah, pori-pori tanah mulai terisi air sehingga ketersediaan
oksigen menjadi terbatas dan akhirnya tanah menjadi jenuh, sedangkan pada daerah yang tidak masuk dalam
kategori rawa maka air akan cepat di drainase sehingga tanah tidak jenuh. Kondisi jenuh menyebabkan
suasana anaerob, reaksi keseimbangan dalam tanah menjadi sangat berbeda dibandingkan tanah yang aerob
karena air menjadi faktor utama yang menentukan keseimbanagan tesebut, baik secara fisik, kimia maupun
biologi.
Lahan rawa adalah sebuah kata yang menunjukkan kondisi lahan yang berhubungan dengan keberadaan air
sebagai faktor kuncinya. Berdasarkan posisinya, maka lahan ini selama sepanjang tahun, atau dalam waktu
yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dalam, dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air
tanah dangkal, sehingga secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi sifat lahan tersebut.
Potensi dan Permasalahan
Potensi
Lahan Rawa Pasang Surut cukup potensial
Potensi lahan rawa di Indonesia 33,93 juta hektar atau 18,28% untuk lahan pertanian karena :
dari luas total daratan Indonesia. (1) tersedia cukup luas,
(2) ketersediaan air berlebih,
Sedangkan menurut Nugroho et al (1992) bahwa dari luas lahan (3) topografi rata dan datar,
rawa 33,4 juta hektar, terdapat 20,14 juta hektar berupa lahan rawa (4) akses dapat melalui sungai dan lintas darat
pasang surut dan 13,30 juta hektar lahan rawa lebak. dan
(5) kesesuaian lahan dan agronomi cukup
Dari luas rawa 33,93 juta hektar tersebut, terdapat lahan sulfat
sesuai sampai sangat sesuai.
masam sekitar 8,77 juta ha, termasuk diantaranya 2,07 juta hektar
lahan sulfat masam yang tertutupi endapan sungai dan gambut tipis
Lahan Rawa Lebak memiliki keunggulan
antara lain dapat menghasilkan produksi padi
Dari potensi lahan rawa tersebut, luas yang sesuai untuk pertanian lebih banyak pada musim el-nino, sementara
diperkirakan 13,70 juta hektar yang terdiri dari 9,53 juta hektar agroekosistem lain seperti sawah irigasi, tadah
lahan pasang surut dan 4,17 juta hektar lahan lebak hujan tidak dapat dimanfaatkan.

13 Annual Review 9/22/22


Permasalahan

14 Annual Review 9/22/22


LAHAN DAN KEPEMILIKAN LAHAN
Pendapatan petani di lahan rawa ditentukan
oleh luas pemilikan dan produktivitas lahan,
sedangkan produktivitas dipengaruhi banyak
faktor, antara lain keterbatasan dalam sarana
penunjang, input produksi, dan akses terhadap
permodalan.

Permasalahan rendahnya adopsi teknologi


oleh petani di lahan rawa masih belum
terpecahkan karena selain aspek teknis,
aspek sosial ekonomi dan budaya cukup
banyak berpengaruh.
KUALITAS DAN PENDIDIKAN
Pemahaman petani tentang daerah rawa
masih sangat terbatas, khususnya para
transmigran yang berasal dari agroekosistem
lahan kering atau tadah hujan, sehingga
konsep usaha pertanian lahan kering lebih
mendominasi para petani di lahan rawa.
Petani sebagai pelaku utama dalam usaha
tani di lahan rawa sangat dipengaruhi oleh
kualitas atau tingkat pengetahuan,
keterampilan, kemauan, keuletan, dan kerja
sama dalam kegiatan usaha taninya. Oleh
karena itu, pendidikan merupakan salah satu
faktor penting dalam mendukung Dalam hal kualitas, keterlibatan pemerintah daerah dalam
keberhasilan usaha pertanian di lahan rawa rekruitmen penyuluh perlu memperhatikan bidang ahli
baik dari aspek teknis maupun aspek sosial (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan) yang
ekonomi. ditekuni sehingga dapat mengembangkan rawa sesuai
potensi yang tersedia setempat.
16 Annual Review 9/22/22
INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
Pengembangan infrastruktur di lahan rawa
perlu terencana dengan baik dan perlu
memperhatikan sifat dan watak tanah yang
antara lain mudah amblas (subsiden),
porositas tinggi, mudah mengerut dan
memuai, dan rawan korositas (karat). Model-
model pintu air selain perlu memperhatikan
jenis dan kondisi tanah juga perlu
memperhitungkan ketinggian genangan
musiman, ketinggian muka air at au tipe
luapan air, sehingga pintu air yang dibangun
dapat operasional dan fungsional dalam
waktu yang relatif lama

17 Annual Review 9/22/22


SARANA PRODUKSI, TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI

Dukungan sarana produksi seperti bibit unggul, pupuk, dan obat-obatan


serta alat dan mesin pertanian sangat penting dan mutlak dalam usaha
pertanian di lahan rawa. Petani lokal setempat seperti di Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah umumnya masih menggunakan sistem
pertanian 'banih tahun", yaitu menggunakan sistem penyiapan lahan
dengan tajak pun tal hambur dengan padi varietas lokal yang berumur 9-
11 bulan, tanpa perawatan, tanpa pupuk, dan hasil gabah rendah 2-3 t/ha.
Hampir 90% petani dilahan rawa menerapkan hanya tanam sekali
setahun (IP 100). Sekalipun berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan IP 180 (pola sawit dupa: varietas padi lokal-varietas
padi unggul) atau IP 200 (varietas padi unggul-varietas padi unggul)
lebih menguntungkan (Noar dan Saragih, 1995; Rina dan Ncor, 2000),
tetapi petani belum dapat menerima dengan berbagai alasan.
Penutup
Lahan rawa adalah sebuah bentuk bentang alam yang terbentuk secara alami ataupun karena dibuat
oleh manusia yang memilik peranan penting bagi ekosistem secara global, ekosistem ini dapat
ditemui pada dataran rendah maupun dataran tinggi yang membentuk cekungan, bahan induk
tanahnya dapat berupa material mineral maupun bahan organik. Air menjadi determinasi utama
ekosistem rawa, keberadaan air menjadi faktor kunci dalam pemanfaatannya, pengelolaannya, serta
karakteristiknya.
Kondisi hidrologi lahan sangat menentukan sifat tanah di lahan rawa, meningkatnya ketersedian
hara ataupun kelarutan unsur meracun yang menurun kelarutannya dapat terjadi pada saat lahan
rawa tergenang. Kondisi ini berimplikasi pada pemanfaatan dan pengelolaan lahan rawa harus pula
mempertimbangkan ketersediaan air atau sifat air tersebut. Air dapat menjadi input yang positif bagi
pemanfaatan dan pengelolaan lahan jika kualitasnya dan kuantitasnya sesuai dengan keperluan,
sebaliknya dapat menjadi input negatif ketika kualitas rendah dan kuantitasnya yang tidak sesuai
keperluan.
Thank you
Terimakasih Telah Mendengarkan Celotehan saya, saya
pamit undur diri dan semoga teman-teman tidak bosan
karena kemungkinan minggu depan saya ingin presentasi
lagi :)

Rixal
Instagram_@riixalll
SUMBER
Darsani, Y. R., & Subagio, H. (t.thn.). Sumber Daya Lahan Pertanian.
repository.pertanian.go.id/. Diambil kembali dari
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7053
Fahmi, A. (2018). Karakteristik Lahan Rawa. Diambil kembali dari
https://www.researchgate.net/publication/328800813_KARAKTERISTIK_LAHAN_RAW
A
repository.pertanian.go.id. (t.thn.). Kompleksitas Permasalahan Lahan Rawa.
repository.pertanian.go.id. Diambil kembali dari
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/9369/13.%20V
%20Kompleksitas%20Permasalahan%20Lahan%20Rawa0001_compressed.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
S, D. A., Mamat, U. K., & Setyorini, W. H. (2006). KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN LAHAN
RAWA. Bogor: BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN. Diambil kembali dari
https://www.slideshare.net/boazsalosa338863/karakteristik-lahan-rawa

Anda mungkin juga menyukai