PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam
keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat atau hanya sedikit mengalami perombakan.
Gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi
hampir sepanjang tahun.
Gambut adalah tanah organik (organik soil) tetapi belum tentu tanah organik merupakan
tanah gambut. Istilah lain untuk lahan gambut juga sering digunakan yaitu rawa gambut yang
terkadang diartikan sebagai lahan basah. Tanah gambut merupakan tanah organik yang terbagi atas
gambut berserat dan gambut tidak berserat. Dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikelompokan ke
dalam ordo Histosol atau sebelumnya dinamakan Organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang
berbeda dengan jenis tanah mineral (Mulyani, 2002).
Tanah gambut yang terlalu tebal (1,5 - 2m) umumnya tidak subur, karena vegetasi
penyusunya miskin unsur hara. Tanah gambut yang subur umumnya mempunya ketebalan antara 30
sampai 100 cm. Tanah gambut mempunyai sifat menyusut (subsidence) jika dilakukan drainase
yang baik, sehingga permukaan akan selalu turun. Tanah gambut harus dijaga jangan sampai terlalu
kering, karena akan sulit menyerap air dan mudah terbakar (Sabiham, 1999).
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada selalu mengalami perubahan.
Tumbuhan yang ditanam pada tanah gambut(contohnya pada perkebunan kelapa sawit) akan mudah
mengalami kekeringan terutama pada musim kemarau panjang. Oleh karena itu, pada makalah ini
akan dibahas mengenai proses penyerapan air pada tanaman di lahan gambut.
Definisi lahan basah menurut Kelompok kerja Lahan Basah Nasional 1997:
Tanah yang jenuh dengan air yang cukup lama untuk mempromosikan lahan basah atau
proses akuatik seperti yang ditunjukkan oleh tanah dengan drainase yang buruk, vegetasi hidrofitik
dan berbagai jenis aktivitas biologis yang disesuaikan dengan lingkungan basah
2. Gambut dan Lahan Gambut
Gambut adalah sisa-sisa unsur tanaman dan hewan yang terakumulasi dalam kondisi
kekurangan air karena penguraian yang tidak lengkap.
Lahan gambut adalah istilah yang digunakan untuk mencakup daerah yang tertutup gambut,
dan biasanya kedalaman minimum gambut diperlukan untuk lokasi yang akan diklasifikasikan
sebagai lahan gambut.
Di Kanada, batasnya adalah 40 cm (Kelompok Kerja Lahan Basah Nasional 1997), tetapi di
banyak negara dan di statistik lahan gambut dari International Mire Grup Konservasi berukuran 30
cm (Joosten dan Clarke 2002). Untuk tujuan kejelasan dan keseragaman, kami akan menggunakan
30 cm untuk mendefinisikan lahan gambut.
3. Mire (Lumpur)
Mire adalah istilah untuk medan basah yang didominasi oleh tanaman pembentuk gambut
yang masih hidup (mis. Sjörs 1948). Konsep 'tanaman pembentuk gambut', bagaimanapun, agak
bermasalah. Bahkan beberapa spesies lebih sering menimbulkan gambut daripada yang lain,
pembentukan gambut adalah proses yang dapat menumbangkan sebagian besar bahan tanaman.
Kedua lahan gambut dan lumpur adalah konsep yang lebih sempit daripada lahan basah, karena
tidak semua lahan basah memiliki gambut sebagai substrat.
3. Klasifikasi Fitososiologikal
Klasifikasi fitososiologis Di sebagian besar Eropa (kecuali negara-negara Nordik dan
Kepulauan Inggris) sistem Braun-Blanquet untuk klasifikasi vegetasi, termasuk lahan gambut,
banyak digunakan. Kami merujuk pada karya Dierssen untuk pengantar (1996) dan perawatan
mendalam (1982).
Klasifikasi ini didasarkan pada komposisi floristik. Unit-unit phytosociological ini dapat
diatur untuk menunjukkan hubungan dengan klasifikasi yang kami gunakan dalam buku ini
berdasarkan pada gradien basah dan kimia.
3.1 Kesimpulan
a. Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam
keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat atau hanya sedikit mengalami perombakan.
Gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi.
b. Lahan basah memiliki ciri-ciri permukaan air dekat dengan permukaan tanah, media aerasi yang
buruk, dan genangan berlangsung sepanjang tahun.
Lahan gambut memiliki adalah istilah yang digunakan untuk mencakup daerah yang tertutup
gambut, dan biasanya kedalaman minimum 30 cm. Gambut diperlukan untuk lokasi yang akan
diklasifikasikan sebagai lahan gambut.
Lumpur adalah istilah medan basah yang didominasi tanaman pembentuk gambut yang masih
hidup.
c. Variasi habitat dan gradien dalam lahan gambut basah terdiri atas: Variasi dalam lahan basah dan
aerasi dan variasi dalam pH, banyak basa, dan ketersediaan nutrisi
d. Akumulasi gambut dimulai pada tanah mineral basah atau sebagai tikar yang merambah di
perairan terbuka.
e. Ekosistem utama pada lahan gambut terdiri atas marsh,swamp, fen, dan bog
f. Dasar klasifikasi lahan gambut yang baik ditentukan berdasarkan gradient lingkungan
g. Klasifikasi lahan gambut dibeberapa negara sangatlah bermacam-macam. Sesuai dengan keadaan
dan lingkungan tertentu.
3.2 Saran
Sebaiknya perlu ditambah lagi literatur penunjang yang lebih banyak. Agar cakupan materi lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA
John K. Jeglum dan Hakan Rydin. 2013. The Biology Of Peatlands. Oxford University Express.
Mulyani, M. S. 2002. Pengantar Ilmu Tanah: Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Sajarwan A. 2007. Kajian Karakteristik Gambut Tropika Yang Dipengaruhi Oleh Jarak Dari Sungai,
Ketebalan Gambut, Dan Tipe Hutan Di Daerah Aliran Sungai Sebangun. Disertasi. Fakultas
Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.