NIM : 05021282025031
TUGAS 2 HIDROLOGI LAHAN RAWA GAMBUT
1. Mencari karakteristik dari Tanah Alluvial, Tanah Gambut dan Tanah Marin (dari jurnal/prosiding
internasional) sebutkan referensi dan lampirkan jurnalnya ( maksimal jawaban 1 lembar)
2. Mencari definisi lahan rawa lebak, pasang surut dan gambut (dari jurnal/prosiding internasional)
(maksimal jawaban 1 lembar)
3. Mencari tipe-tipe lahan rawa tersebut (dari jurnal) lampirkan jurnal dan (jawaban maksimal 3
lembar)
4. Review artikel yang dikirimkan disini 5 artikel, masing2 review (diringkas, diberi komentar dan
disimpulkan)
JAWABAN
1. Karakteristik Tanah Aluvial :
Tanah Aluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan Aluvial atau koluvial muda dengan
perkembangan pedon tanah lemah sampai tidak ada.
• Tanah berwarna cokelat
• Berada pada topografi datar hingga landai
• Tekstur yang ditemukan pada tanah ini termasuk bermacam-macam seperti sand, sandy
loam, loam, silty clay loam, sandy clay, dan clay.
• Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur
zat hara.
• Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan iklim.
• Tanah Alluvial memiliki kadar ,pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4, sehingga
sangat sulit untuk dibudidayakan.
Referensi :
Muslimawati, N, M. Widayani, P. 2016. ANALISIS SPASIAL PENYAKIT KECACINGAN SOIL
TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KARAKTERISTIK TANAH MELALUI PENDEKATAN
GEOMORFOLOGI DI KABUPATEN BANTUL. Jurnal Bumi Indonesia. Vol 5 (1). 1-9
Karakteristik Tanah Gambut :
• Sifat kimia gambut yang menonjol dan berkaitan dengan pertanian meliputi
kemasaman tanah, cadangan karbon, ketersediaan hara, KTK, kadar abu, asam organik,
dan pirit, dan jenis stratum yang berada di bawah lapisan gambut (Szajdak
• et al. 2007, Fahmi et al. 2014).
• Sifat fisik meliputi daya simpan air, laju subsidensi, porositas tanah, dan berat isi. Jenis
dan populasi mikroorganisme merupakan karakteristik yang berkaitan dengan sifat
biologi gambut (Kusel et al. 2008, Dimitriu et al. 2010, Melling et al. 2013)
• Tingkat kemasaman tanah gambut tergolong sangat masam (Masganti. 2003, Subagyo.
2006, Wiratmoko et al. 2008). Kemasaman tanah gambut disebabkan adanya hidrolisis
asam-asam organik dan kondisi drainase yang jelek.
• Gambut merupakan penyimpan karbon yang handal. Diperkirakan bahwa gambut
dengan ketebalan 100 cm, mempunyai potensi cadangan karbon sebanyak 400-700 t
ha-1
• Kapasitas tukar kation (KTK) gambut tergolong tinggi sampai sangat tinggi.
Referensi :
Masganti, et. all. 2017. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gambut Dangkal untuk Pertanian. Jurnal
Sumber Daya Lahan. Vol 11 (1). 59-66
Karakteristik Tanah Marin :
• Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing
curam pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering
dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio – marine. berdasarkan tipe
batuan dan kekerasan mineral yang terkandung dalam batuan. Faktor erodi- bilitas (nilai
kepekaan suatu jenis batuan terhadap proses pelapukan) tergantung kepada kandungan mineral,
sementasi (terutama pada batuan sedimen), besar butir (untuk sedimen tak padu) dan kehadiran
struktur batuan seperti perla- pisan (bedding), pecahan (cleavage), dan retakan (fracture).
• Sedangkan satuan morfologi dataran berkembang di sekitar muara sungai dengan susunan
terdiri atas pasir dan kerikil yang berasal dari endapan limpahan banjir. Wilayah pantai selatan
jember yang terbentang dari timur ke barat batuan geologinya merupakan endapan permukaan
berupa aluvium seperti lempung, lanau, kerikil dan kerakal. (Wahyudin, 2018).
Referensi :
Wahyudin, Y. 2018. Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bonoworo Wetlands. 1 (1) : 19–32.
2. Lahan rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun
minimal tiga bulan dengan genangan minimal 50 cm. Sifat fisik lahan rawa lebak umumnya
tergolong masih mentah, sebagian melumpur, kandungan lempung tinggi, atau gambut tebal
dengan berbagai taraf kematangan dari mentah sampai matang. Lapisan bawah dapat berupa
lapisan pirit (FeS2) yang berpotensi masam atau pasir kuarsa yang miskin unsur hara. Sifat
kimia, kesuburan dan biologi tanah tergolong sedang sampai sangat jelek. Umumnya
kemasaman berkisar antara pH 4,0 - 5,0 (Noor, 2007)
Referensi :
Lahan rawa pasang surut adalah lahan yang rejim airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya
air laut atau sungai. Lahan rawa pasang surut potensial dan strategis dikembang sebagai lahan
pertanian, dapat menjadi sumber pertumbuhan baru produksi (komoditas) pertanian, karena
mempunyai beberapa keunggulan antara lain: (1) tersedia cukup luas dan berada dalam satuan-
satuan skala hamparan yang cukup luas, (2) ketersediaan air berlebih, (3) topografi rata atau
datar, (4) akses ke daerah pengembangan dapat melalui jalur darat dan jalur air sehingga
memudahkan jalur distribusi, dan (4) kesesuaian lahan dan agronomi cukup sesuai sampai
sangat sesuai. Beragam komoditas berhasil dikembangkan di lahan rawa meliputi tanaman
pangan (padi dan palawija), hortikultura (sawi, terung, semangka, jeruk, nenas dsb) dan
perkebunan (kelapa, karet, dan kelapa sawit).
Referensi :
Susilawati, et. all. 2016. Optimalisasi Penggunaan Lahan Rawa Pasang Surut Mendukung
Swsembada Pangan Nasional. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 10 (1). 51-64
Lahan gambut merupakan ekosistem khas dari segi struktur, fungsi dan kerentanan. Lahan
gambut tergolong lahan marginal dan “fragile” dengan produktivitas biasanya rendah dan
mudah mengalami kerusakan. Pemanfaatan lahan gambut yang tidak bertanggung jawab
menyebabkan kehilangan salah satu sumber daya yang berharga karena sifatnya tidak dapat
diperbaharui (non-renewable), (Nugraheni, Pangaribuan, 2008). Oleh karena itu, penggunaan
lahan gambut memerlukan perencanaan yang cermat dan teliti, serta penerapan teknologi yang
sesuai, dan pengelolaan yang tepat, (Adhi dalam Ratmini 2012).
Referensi :
Napitupulu, et. all. 2015. Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Lahan Gambut Yang
Berkelanjutan. Annual Civil Engineering Seminar
Lahan rawa lebak lebih memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian yang produktif karena tipe gambutnya dangkal, dengan mudah untuk dibuat sawah
dan ditanami tanaman pangan yang pada akhirnya akan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan di bidang pertanian nasional yang berkaitan dengan program pemerintah dalam
peningkatan ketahanan pangan nasional, pengembangan agribisnis, dan pemanfaatan tenaga
kerja.
Menurut informasi Litbang Pertanian Lahan Pasang Surut, Barito Kuala, Kalimantan Selatan
2003, lamanya genangan pada lahan rawa lebak berdasarkan topografi, dibagi tiga tipe rawa
lebak, yaitu:
a). lebak dangkal atau pematang, terletak dibagian tanggul sungai yang mempunyai kedalam
air kurang dari 50 cm dengan masa genangan kurang dari 3 bulan,
b). lebak tengahan terjadi diantara lebak dangkal dengan lebak dalam, dengan kedalaman air
antara 50 – 100 cm dengan masa genangan antara 3 – 6 bulan, dan
c). lebak dalam mempunyai kedalaman air lebih dari 100 cm dengan masa genangan lebih dari
6 bulan.
Daerah rawa lebak merupakan daerah yang rendah, karena rendah dan dekat dengan aliran
sungai maka selalu dipengaruhi dengan adanya pasang surutnya air sungai. Pasang surutnya air
dipengaruhi oleh musim, apabila musim penghujan air sungai pasang dan lahan tergenangi air,
dan apabila musim kemarau air sungai surut maka lahan menjadi kering. Tanah yang terbentuk
dari bahan endapan sungai yang tidak mengandung sulfidik dan kebanyakan termasuk jenis
tanah aluvial.
Macam dan tingkat kendala suatu lahan dapat diperkirakan bila tanahnya diketahui. Nama tanah
memberi penjelasan sekurang-kurangnya macam kendala yamg akan dihadapi, serta sifat dan
kelakuannya terhadap penerapannya suatu teknologi. Oleh karena itu, nama tanah juga
memberi petunjuk bagaimana lahan sebaiknya dimanfaatkan.
Daerah lebak tidak terus menerus digenangi dengan air, penggenangan air tergantung dari
topografi lahan, pola hujan, dan tingginya air setempat. Bagian lahan yang lebih tinggi
mempunyai jangka waktu genangan air yang lebih singkat, sedangkan dataran yang lebih dalam
mempunyai jangka waktu genangan air yang lebih lama.
IPG Wijaya Adhi 1986, membedakan lahan rawa lebak menjadi 4 tipe antara lain:
Tipe A.: lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar (spring tide) maupun pasang
kecil (neap tide).
Tipe C: lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air pasang mempengaruhi
secara tak langsung; air tanah dekat permukaan tanah, < 50 cm.
Tipe D: lahan yang tidak pernah terluapi air pasang dan air tanah lebih dalam dari 50 cm dari
permukaan tanah.
Referensi :
Berdasarkan tipe luapan air pasang, lahan rawa pasang surut dapat dibagi dalam empat kategori,
yaitu:
1. Tipe luapan A, yaitu suatu wilayah yang dapat diluapi oleh air pasang baik oleh pasang besar
maupun oleh pasang kecil.
2. Tipe luapan B, yaitu wilayah yang hanya dapat diluapi oleh air pasang besar saja, sedang
pada pasang kecil air tidak dapat meluap ke petak sawah.
3. Tipe luapan C, yaitu wilayah yang tidak terluapi air pasang, tetapi air pasang mempe- ngaruhi
kedalaman muka air tanah kurang dari 50 cm dari permukaan tanah.
4. Tipe D, yaitu wilayah yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh air pasang, namun demikian
air pasang mempengaruhi kedalam muka air tanah pada kedalaman lebih dari 50 cm dari
permukaan tanah.
5. Tipe luapan A dan B, sering juga disebut sebagai pasang surut langsung, sedangkan tipe C
dan D disebut sebagai pasang surut tidak langsung.
Referensi :
Ar-Riza dan Alkasuma. 2008. PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DAN
STRATEGI PENGEMBANGANNYA DALAM ERA OTONOMI DAERAH. Jurnal
Sumberdaya Lahan. Vol 2(2). 95-104
Referensi :
4. REVIEW ARTIKEL 1
REVIEW ARTIKEL 2
REVIEW ARTIKEL 3
REVIEW ARTIKEL 4
REVIEW ARTIKEL 5
Ar-Riza dan Alkasuma. 2008. PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DAN
STRATEGI PENGEMBANGANNYA DALAM ERA OTONOMI DAERAH. Jurnal
Sumberdaya Lahan. Vol 2(2). 95-104
Masganti, et. all. 2017. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gambut Dangkal untuk Pertanian.
Jurnal Sumber Daya Lahan. Vol 11 (1). 59-66
Napitupulu, et. all. 2015. Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Lahan Gambut Yang
Berkelanjutan. Annual Civil Engineering Seminar
Susilawati, et. all. 2016. Optimalisasi Penggunaan Lahan Rawa Pasang Surut Mendukung
Swsembada Pangan Nasional. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 10 (1). 51-64
Wahyudin, Y. 2018. Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bonoworo Wetlands. 1 (1) : 19–32.