Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KARAKTERISTIK LAHAN RAWA GAMBUT


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR LINGKUNGAN LAHAN BASAH
DOSEN PENGAMPU
Misbah M.pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Immanuela Putri Dayanti 2200312320001
Alia Afifah 2200312320004
Shelly Permatasari Tuegeh 2200312320005
Nadiya Fatmasari 2200312320007

DIII PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia dengan judul “ Karakteristik Lahan Rawa
Gambut ”. Makalah ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu
Misbah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahan rawa gambut di daerah tropis mencakup areal seluas 38 juta ha dari
total seluas 200 juta ha yang terdapat di seluruh dunia. Luas lahan gambut di
Indonesia diperkirakan terdapat antara 13,5 - 26,5 juta ha. Paling sedikit ada 11
dari berbagai sumber data yang bervariasi. Menurut Driessen (1976) di
Indonesia lahan gambut seluas 17 juta ha yang terbentang dari pantai timur
Sumatera Timur seluas 9,7 juta ha yang meliputi Propinsi Riau, Jambi dan
Sumatera Selatan. Di Kalimantan seluas 6,3 juta ha meliputi Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah, dan Irian Jaya seluas 100.000 ha. Saat ini Indonesia
memiliki luasan gambut tropis terbesar di dunia dengan luas mencapai 13,43
juta hektare yang tersebar di tiga pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan dan
Papua. Dalam sejarahnya, tanah gambut mulai pertama kali terbentuk saat bumi
menghangat sekitar tahun 9.600 – 9.700 sebelum Masehi. Gambut yang
terbentuk pada masa tersebut bisa disebut sebagai gambut pedalaman. Tanah
gambut akan terbentuk di sekitar rawa-rawa saat terdapat tumbuhan yang mati,
terjatuh, dan terhambat proses pembusukannya. Kondisi ini bisa dengan mudah
terjadi di kawasan sekitar rawa-rawa dikarenakan perairan di sekitarnya
memiliki tingkat keasaman yang tinggi. (Daryono, Potensi Herman 1, 2009)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lahan rawa gambut?
2. Bagaimana proses terbentuknya lahan rawa gambut?
3. Apa saja jenis lahan gambut?
4. Apa saja karakteristik alamiah lahan rawa gambut?
5. Apa saja manfaat lahan rawa gambut?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian lahan rawa gambut


2. Untuk mengetahui proses terbentuknya lahan rawa gambut
3. Untuk Mengetahui jenis lahan gambut
4. Untuk mengetahui karakteristik alamiah lahan rawa gambut
5. Untuk mengetahui manfaat lahan rawa gambut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lahan Rawa Gambut

Lahan rawa gambut adalah lahan rawa yang lapisan tanahnya adalah tanah gambut.
Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan ekosistem yang
spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan
kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter
sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m. Lahan rawa dapat diartikan sebagai daerah paya,
rawa, gambut atau air, yang terjadi secara alami atau buatan, bersifat permanen atau
sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut
yang tidak lebih dari enam meter. Tanah gambut adalah sumber daya alam yang bersifat
rapuh dan tidak dapat diperbaharui, kerusakan sifat fisiknya seperti kering tak balik akan
menyebabkan degradasi sifat-sifat tanah lainnya baik secara kimia maupun biologi.
(Daryono, Potensi Herman 1, 2009)

2.2 Proses Terbentuknya Lahan Rawa Gambut

Proses terbentunya lahan rawa gambut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya


adalah lokasi dan lingkungan pembentukannya. Lahan rawa dapat terbentuk secara alamiah
atau buatan, pembentukannya dapat berjalan relatif cepat atau sangat lambat yang memakan
waktu ribuah bahkan jutaan tahun. Lahan rawa dapat terbentuk melalui berbagai macam
proses, setiap bentang lahan rawa memiliki prosses pembentukan yang khas sesuai dengan
kondisi lingkungan sekitarnya. Tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa mahluk hidup,
utamanya tumbuhan yang tidak melapuk sempurna. Menurut Joosten dan Clarke (2002);
Rodney dan Ewel (2005), tanah gambut terbentuk akibat laju akumulasi bahan sisa mahluk
hidup yang lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Tanah gambut di daerah tropika
terbentuk akibat kondisi lingkungan yang anareob sehingga proses dekomposisi berjalan
sangat lambat (Rieley dan Page, 2005), sedangkan tanah gambut di daerah beriklim dingin
terbentuk karena terhambatnya proses perombakan pada suhu yang rendah. Laju akumulasi
gambut di daerah tropika relatif lebih cepat daripada daerah beriklim non tropika. Gambut di
Indonesia mulai terbentuk pada sekitar akhir periode pleistosen dan awal periode halosen atau
sekitar 6800 - 4200 tahun lalu (Sabiham, 1988). Pada periode pleistosen, permukaan laut
berada sekitar 60 m di bawah permukaan laut sekarang, kemudian pada periode holosen
terjadi peningkatan permukaan laut yang menyebabkan daratan sekitar pantai menjadi
tergenang sehingga terbentuklah rawa, akibatnya vegetasi pada daerah tersebut mati, kondisi
ini menyebabkan dekomposisi sisa tumbuhan tersebut berjalan secara lambat sehingga terjadi
akumulasi (Polak, 1975).

2.3 Jenis Lahan Gambut

Lahan gambut dipengaruhi oleh faktor alam dan lokasi dimana tanah tersebut
berada. Di Indonesia sendiri, tanah gambut bisa dibagi menjadi 4 jenis lahan yang
berbeda berdasarkan kondisi geografis atau kedalamannya seperti berikut ini (PG,
2020) :

1. Gambut dangkal dengan ketebalan 50 – 100 cm


Dibentuk oleh bahan organik yang bercampur dengan tanah mineral yang
terletak tepat di bawah lapisan gambut. Gambut dangkal cenderung lebih
matang dan lebih subur. Campuran tanah mineral membuat kandungan unsur
hara seperti Ca dan Mg di gambut dangkal menjadi relatif lebih tinggi.

2. Gambut sedang dengan ketebalan 100 – 200 cm


Kandungan bahan organik lebih banyak dibandingkan dengan gambut
dangkal. Hal ini dikarenakan adanya lebih banyak bahan tumbuhan yang
tumbuh di atasnya, yang kemudian akan mati dan mengalami proses
pelapukan untuk membentuk lapisan gambut baru. Sebaliknya, gambut sedang
mengalami penurunan kadar unsur hara karena peningkatan ketebalan yang
mengurangi pengaruh dari tanah mineral sehingga gambut sedang cenderung
lebih tidak subur dibandingkan gambut dangkal.

3. Gambut dalam dengan ketebalan 200 – 300 cm


Didominasi oleh bahan organik dan pengaruh dari tanah mineral semakin
menurun. Gambut dalam juga memiliki kadar Fosfor (P) dan unsur mineral
yang rendah sehingga membuatnya menjadi tidak subur.
4. Gambut sangat dalam dengan ketebalan ≥ 300 cm
Memiliki kandungan bahan organik yang paling tinggi. Di sisi lain kandungan
basa, unsur hara makro (Fosfor (P), Kalium (K), Ca (Kalsium), Mg
(Magnesium)), dan unsur hara mikro (Cu (Tembaga), Zn (Seng), Mn
(Mangan), Fe (Besi)) menjadi sangat rendah sehingga tanah menjadi lebih
masam dan tidak subur. Selain itu, semakin tebal gambut, semakin tidak
terurai kandungan organik gambut (tidak matang), maka semakin tinggi
rongga pori-pori dan kemampuan menahan airnya.
2.4 Karakteristik Alamiah Lahan Rawa Gambut
1. Karakteristik tanah gambut ditentukan oleh sifat kimia dan fisik tanah
gambut serta sifat biologi dan kondisi lingkungannya.
a) Tingkat kematangan dan ketebalan gambut
b) Keadaan tanah mineral (substratum) di bawah lapisan gambut
c) Kualitas air yang mempengaruhi tanah gambut dalam proses
pembentukan maupun pematangannya. Gambut mempunyai daya
menyerap dan menahan air yang besar. Apabila jenuh air, kadar air
fibrik, hemik, dan saprik berturut-turut adalah >850%, 450-850%
(Fahmi & Wakhid, 2017)

2. Berdasarkan lingkungan pembentukannya, tanah gambut dibedakan


menjadi gambut.
a) Ombrogen, yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya
tergantung dari air hujan, tidak terkena pengaruh air pasang,
membentuk suatu kubah (dome) dan umumnya tebal
b) Topogen, yaitu gambut yang terbentuk pada bagian pedalaman dari
dataran pantai/sungai yang dipengaruhi oleh limpasan air pasang/banjir
yang banyak mengandung mineral, sehingga relatif lebih subur, dan
tidak terlalu tebal. Gambut topogen ini dikenal sebagai gambut (Hidup,
2004)

3. Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah gambut dapat dibedakan


menjadi:

a) Gambut eutropik, yaitu gambut yang kaya/subur akan bahan mineral


dan kandungan basabasa, karena mendapat limpasan air pasang atau
banjir, dengan kadar abu >10%
b) Gambut oligotrofik, yaitu gambut yang miskin hara dan basa-basa,
karena hanya bergantung dari air hujan, dan biasanya dalam bentuk
dome, kadar abu rendah (h (<5%)
c) Gambut mesotrofik, yaitu gambut yang agak subur (lebih baik dari
gambut oligotrofik), dan biasanya posisinya berada di pinggiran atau
transisi ke suatu dome gambut, kadar abu 5-10% (Driessen and
Sudjadi, 1984).

2.5 Manfaat Lahan Rawa Gambut


Meskipun tanah gambut tidak memiliki kandungan hara yang tinggi, tanah tersebut
masih bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal lainnya. Di bawah ini adalah beberapa
manfaat tanah gambut yang perlu Anda ketahui (Rumah.com, 2016) :
1. Sebagai Lahan Peternakan
Tanah gambut bisa dimanfaatkan untuk menjadi lahan peternakan hewan-
hewan seperti unggas dan sapi. Tanah yang digunakan untuk menjadi lahan
peternakan tidak membutuhkan hal-hal yang spesifik karena hewan ternak tidak
memerlukan unsur hara dari dalam tanah layaknya tanaman.
2. Lahan Sumber Air
Tanah gambut memiliki kemampuan penyerapan air yang tinggi. Saat musim
hujan tiba, tanah jenis ini mampu untuk menjadi tanah resapan dengan cara
menampung air dalam jumlah yang banyak dan cepat.
3. Mengurangi Efek Pemanasan Global
Lahan gambut memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi efek
pemanasan global. Tanahnya memiliki kemampuan untuk menyerap gas
berbahaya seperti metana dan karbon dan mencegahnya supaya tidak terlepas ke
udara. Perlu diperhatikan bahwa tanah gambut yang terbakar akan menciptakan
polusi yang sangat berbahaya bagi lingkungan.
4. Sumber Energi Bagi Manusia
Tanah gambut yang dikeringkan bisa menjadi sumber energi yang bermanfaat
bagi manusia. Tanah yang sudah kering bisa diolah dan menjadi bahan utama
dalam pembuatan briket. Gambut di Indonesia memiliki kualitas yang sangat baik
dan bisa dimanfaatkan untuk menjadi tenaga listrik di daerah yang tidak
terjangkau PLN dan sulit untuk mendapatkan sumber energi listrik.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan rawa gambut adalah lahan rawa yang lapisan tanahnya adalah tanah
gambut. Hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan
ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang
berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan
mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m. Proses
terbentunya lahan rawa gambut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah
lokasi dan lingkungan pembentukannya. Jenis – jenis lahan gambut berdasarkan
kedalamannya yaitu, gambut dangkal, sedang, dalam dan sangat dalam.
Karakteristik alamiah lahan rawa gambut ditentukan oleh sifat kimia dan fisik
tanah gambut serta sifat biologi dan kondisi lingkungannya. Pencirian lahan rawa
gambut dibedakan menurut hidrotopografi, yaitu tipe lahan gambut ombrogen dan
gambut topogen. Lahan rawa gambut juga memiliki manfaat anata lain, sebagai
lahan peternakan, lahan sumber air, mengurangi efek pemanasan global dan
sumber energi manusia.

3.2 Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami selaku pembuat
makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami
juga mengharapkan makalah ini bermanfaat untuk kami dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Daryono, H. (2009). Potensi Herman 1. POTENSI, PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN YANG


DIPERLUKAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN RAWA GAMBUT SECARA LESTARI,
1-31.
Daryono, H. (n.d.). POTENSI, PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN DALAM
PENGELOLAAN LAHAN RAWA GAMBUT LESTARI .

Fahmi, A., & Wakhid, N. (2017). KARAKTERISTIK LAHAN RAWA. KARAKTERISTIK LAHAN RAWA
REPOSITORI KEMENTRIAN PERTANIAN, 1-25.

Fahmudin Agus, M. A. (2012). Lahan Gambut Indonesia. Kesesuaian Lahan Gambut Untuk Pertanian,
1-20. Retrieved from https://pantaugambut.id/pelajari/proses-pembentukan

Hidup, K. L. (2004). Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengolahan Lahan Basah Indonesia. Jakarta:
KOMITE NASIONAL PENGOLAHAN EKOSISTEM LAHAN BASAH .

PG, K. (2020, March 19). PantauGambut. Retrieved from PantauGambut.id:


https://pantaugambut.id/

Rumah.com, T. E. (2016, August 2016). Rumah.com. Retrieved from Rumah.com by PropertyGuru:


https://www.rumah.com/panduan-properti/tanah-gambut-53851

Anda mungkin juga menyukai