Anda di halaman 1dari 7

TUGAS GEOGRAFI

JENIS JENIS TANAH DAN LAHAN KRITIS


X MIPA 3

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD RIDWAN ALAMSYAH

SMA NEGERI 1 KARAWANG BARAT


2021/2022
JENIS JENIS TANAH
a) Tanah Aluvial

Tanah yang terbentuk dari material halus hasil pengendapan aliran sungai. Tanah aluvial umumnya
subur karena memiliki kandungan air yang cukup. Tanah ini biasanya ditemukan di bagian hilir karena
terbawa dari hulu. Tanah ini biasanya berwarna coklat hingga kelabu. Tanah jenis ini sangat cocok
apabila di gunakan sebagai lahan pertanian, mulai dari jenis padi hingga berbagai tanaman palawija
seperti, tembakau, jagung dan tanaman jenis lainnya. Hal ini disebabkan karena jenis tanah ini memiliki
tekstur yang sangat lembut sehingga proses pertanian menjadi sangat mudah dalam hal pengolahan
lahan sehingga tidak perlu bekerja ekstra untuk mencangkulnya.

Persebarannya terdapat di : pantai Timur Sumatra, pantai Utara Jawa, sepanjang Sungai Barito,
sepanjang Sungai Mahakam, sepanjang Sungai Musi dan sepanjang Bengawan Solo.

b) Tanah Andosol

Tanah yang berasal dari abu gunung api dan merupakan jenis tanah vulkanik. Warna dari tanah andosol
coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya dengan mineral, unsure hara, air dan mineral sehingga sangat
baik untuk tanaman. Tanah ini sangat cocok untuk segala jenis tanaman yang ada di dunia. persebaran
tanah andosol biasanya terdapat di daerah yang dekat dengan gunung berapi.

Persebarannya terdapat di : Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera dan Minahasa.


c) Tanah Regosol

Tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol merupakan tanah yang berupa
tanah aluvial yang diendapkan. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung, mempunyai sifat
subur, mempunyai tekstur tanah yang kasar, butiran- butiran kasar, mempunyai sifat peka terhadap
erosi tanah, berwarna keabuan, kaya unsur hara, cenderung gembur, mempunyai kemampuan
menyerap air yang tinggi, serta mudah terkena erosi.

Persebarannya terdapat di : Bengkulu, pantai Barat Sumatra, Jawa, Bali dan NTB.

d) Tanah Kapur

Tanah yang terjadi karena hasil pelapukan batuan kapur dan sifatnya tidak subur. Tetapi, tanah ini masih
bisa di pakai untuk menanam jenis tanaman lain seperti pohon yang sifatnya kuat dan tahan lama.
Misalnya pohon jati dan berbagai macam pohon keras yang lainnya.

Persebarannya terdapat di : Gunung Kidul Yogyakarta, Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan.

e) Tanah Litosol

Tanah yang terbentuk dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna dan
merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya
vulkanisme. Biasanya, tanah ini hanya cocok ditanami pohon besar di hutan.

Persebarannya terdapat di : Bukit Tinggi, Nusa Tenggara Barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.
f) Tanah Organosol (tanah gambut)

Tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami pembusukan. Jenis tanah ini
berwarna hitam sampai coklat. Biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki
curah hujan tinggi. Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki diferensiasi
horizon yang jelas, kandungan organic di dalam tanah organosol lebih dari 30% dengan tekstur lempung
dan 20% untuk tanah yang berpasir. Kandungan unsur hara rendah dan memiliki tingkat kelembapan
rendah (PH 0,4) saja. Sekalipun kurang subur, tanah gambut ini masih dapat dimanfaatkan untuk
persawahan, palawija, karet, dan kelapa.

Persebarannya terdapat di : Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua.

g) Tanah Grumusol

Tanah yang terbentuk dari material halus berlempung dan pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki warna hitam.
Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak
subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman. Dan bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.

Persebarannya terdapat di : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara.
h) Tanah Latosol

Tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf dan banyak mengandung zat besi
dan aluminium. Jenis tanah ini sering disebut tanah merah yang banyak dijumpai di daerah pegunungan.
Tanahnya berwarna merah sampai kuning. Teksturnya pun lempung. Tanah latosol tidak terlalu subur
karena mengandung zat besi dan alumunium.

Persebarannya terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Kalimantan Tengah, Sumatra Barat.
LAHAN KRITIS
A. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis

Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat proses alam yaitu :


1) Erosi
2) Tanah longsor
3) Pencucian tanah
4) Kekeringan
5) Tergenang air
Sedangkan faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat perilaku manusia yaitu :
1) Perusakan hutan
2) Pertanian sistem ladang berpindah
3) Kegiatan pertambangan terbuka
4) Sistem pertanian di pegunungan yang tidak menggunakan terassering (sengkedan)
5) Tercemar bahan kimia

B. Upaya Penanggulangan Kerusakan Tanah

a. Mengendalikan Erosi
Usaha untuk mencegah atau mengurangi erosi dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab
erosi. Banyaknya tanah yang tererosi ditentukan oleh faktor curah hujan, erodibilitas tanah, kemiringan
dan panjang lereng, tanaman penutup, pengelolaan lahan, serta praktik konservasi. Dengan
mengendalikan faktor-faktor penyebab erosi tersebut, maka erosi tanah dapat dicegah atau dikurangi.
Dari seluruh faktor erosi, curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia. Sedang
faktor erosi lainnya dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manusia, seperti mengurangi panjang dan
kemiringan lereng, menanami lahan dengan tanaman penutup, dan melakukan pengelolaan lahan.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari praktik konservasi.

b. Mengawetkan Tanah
Tanah dapat mengalami penurunan kesuburan sehingga berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman.
Erosi tanah menyebabkan tingkat kesuburan tanah menurun. Untuk mempertahankan tingkat
kesuburan tanah maka perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara pengawetan tanah secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode vegetatif dan metode mekanik.

a) Metode vegetatif.

1) Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
2) Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara penanaman ini
bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan menahan partikel-partikel tanah
yang terangkut aliran air.
3) Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
4) Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin (wind breaks).
5) Rotasi tanaman atau (crop rotation). Salah satu kegiatan yang dilaukan manusia untuk
mempertahankan kesuburan tanah adalah rotasi tanaman ini metode rotasi tanaman atau crop rotation
ini dapat dilakukan dengan cara memvariasi jenis- jenis tanaman pada saat pergantian masa tanam. Hal
ini dilakukan karena dianggap efektif untuk mencegah berkurangnya suatu jenis unsur hara.

b) Metode mekanik

1) Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage). Pengolahan lahan dengan cara ini bertujuan
untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar kontur dan membentuk igir-igir kecil yang dapat
memperlambat aliran air danMemperbesar infiltrasi air.
2) Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi panjang lereng dan
memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat memperlambat aliran air.
3) Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan pematang bertujuan
untuk menahan aliran air.
4) Pembuatan cekdam. Pembuatan cekdam bertujuan untuk membendung aliran air yang melewati
paritparit sehingga material tanah hasil erosi yang terangkut aliran tertahan dan terendapkan. Adanya
cekdam maka parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami pendangkalan, erosi tanah dapat
dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan produktivitas tanah meningkat

Anda mungkin juga menyukai