Anda di halaman 1dari 22

TANAH DAN

PROSES
PEMBENTUKAN
TANAH
Anggota Kelompok
7:
1. Aulia Dwi Akhmala (02)

2. Chandra Mardyansah (05)

3. Nur Kamilah Eka Putri (26)

4. Putri Ramadhani (27)


1. Pengertian Tanah

Tanah atau disebut pedosfer adalah lapisan paling atas dari litosfer yang
terbentuk dari campuran hasil pelapukan, bahan organik, bahan anorganik, air,
dan udara. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman serta menyuplai kebutuhan air dan udara.
2. Faktor Pembentuk Tanah

Ada beberapa factor yang memengaruhi proses pembentukan tanah dan perkembangan tanah.
Faktor – faktor pembentuk tanah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Iklim
Faktor iklim yang memengaruhi pembentukan tanah adalah curah hujan dan suhu udara. Dalam proses
pembentukan tanah, unsur curah hujan yang paling berperan adalah jumlah curah hujan. Jumlah curah hujan
berpengaruh terhadap jumlah air yang meresap ke dalam tanah dan akan berpengaruh terhadap reaksi kimia yang
terjadi di dlam tanah.

B.Organisme
Organisme atau jasad hidup yang berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah adalah tumbuhan. Berikut
pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah :
1.) Mempercepat proses pelapukan, berupa pelapukan organik.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan daun-daun yang nantinya berjatuhan di
permukaan tanah. Daun-daun akan membusuk dengan bantuan jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam
tanah.
C. Bahan Induk
Bahan induk tanah adalah bahan pemula tanah yang tersusun dari bahan organik dan atau mineral. Bahan
induk dapat berasal dari bahan tanah yang terendapkan akibat proses transportasi dan dapat berupa batuan.
Batuan dapat menjadi bahan induk karena akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat
di permukaan bumi sebagian besar memperlihatkan sifat kimia yangsama dengan bahan induknya Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya.

D. Topografi

Topografi yang berkaitan dengan faktor pembentuk tanah adalah tinggi rendahnya lereng yang berpengaruh
pada aliran permukaan arah aliran air mengikuti bentuk relief yaitu dari daerah tinggi menuju daerah yang lebih
rendah. Hal itu akan memengaruhi pelapukan batuan dan tingkat erosi yang terjadi .
Keadaan topografi suatu daerah akan memengaruhi hal-hal sebagai berikut:
1.)Tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukitlapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi Daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem drainase/pengaliran, kemampuan tanah meloloskan air serta lama tergenang akan berdampak pada
sifat kimia tanah. Daerah yang drainasenya jelek dan sering tergenang menjadikan tanah bersifat asam

E. Waktu
Semakin lama waktu pembentukan tanah, maka semakin tebal pula tanah yang terbentuk Waktu pembentukan
tanah berbeda-beda bergantung pada bahan induknya. Tanah yang berasal dari bahan induk batuan keras
memerlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanahnya dibandingkan dengan yang terbentuk dari batuan
lunak Bahan induk berupa material lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu yang lebih lama jika
dibandingkan dengan bahan induk berupa material keras
3. Sifat - Sifat Tanah
Di permukaan bumi ini terdapat berbagai jenis tanah. Masing-masing tanah terletak di
tempat-tempat yang berbeda dan memiliki sifat yang berbeda satu dan lainnya. Sifat-sifat
tanah dibedakan dalam beberapa kelompok, yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi

a.) Sifat Fisik Tanah


Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang dapat dilihat langsung oleh mata dan dirasakan
dengan sentuhan. Sifat fisik tanah meliputi warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi
tanah, bobot isi, bobot jenis, kedalaman efektif, drainase, permeabilitas tanah, kembang kerut
tanah, dan porositas tanah.
b.) Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah merupakan sifat tanah yang baru diketahui setelah dilakukan
pengujian. Sifat kimia tanah meliputi kandungan bahan organik (C-organik), unsur hara
tanah (N-total), keasaman tanah (pH), serta unsur kimia tanah lain (fosfor, kalium,
natrium kalsium, dan magnesium).

c. Sifat Biologi Tanah


Sifat biologi tanah adalah partikel-partikel padat berupa makhluk hidup pembentuk
tanah. Sifat biologi tanah dipengaruhi oleh beberapa unsur, meliputi total
mikroorganisme tanah, jumlah jamur tanah, jumlah bakteri pelarut/fosfat, dan total
respirasi tanah
4. Jenis-jenis Tanah dan Persebarannya
a. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis terbentuk dari material-material vulkanis Tanah vulkanis


dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1.) Tanah Andosol


Terbentuk dari abu vulkanis yang mengalami proses pelapukan. Memiliki ciri-ciri yaitu berwama
kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan memiliki kesuburan yang baik sehingga dapat
dimanfaatkan untuk lahan pertanian, perkebunan, dan hutan Tanah andosol dapat ditemukan di
Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.
2.) Tanah Regosol
Terbentuk dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butiran kasar dan belum mengalami
pelapisan. Memiliki ciri-ciri yaitu berbutir kasar berwama kelabu hingga kuning, dan kadar bahan
organik rendah. Dapat dimanfaatkan untuk pertanian palawija. lebu, dan kelapa Tanah regosol dapat
ditemukan di daerah lereng gunung berapi, pantaldan bukit pasir pantai yang meliputi Sumatra, Jawa
dan Nusa Tenggara.

3.) Tanah Aluvia


Terbentuk dari material hasil erosi yang terendapkan di daerah dataran rendah Jenis tanah ini
belum terbentuk struktur dan tekstur Tanah aluvial memiliki kesuburan tingkat sedang hingga tinggi,
umumnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Persebarannya meliputi Sumatra, Jawa bagian
utara. Halmahera, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Papua bagian selatan
b. Tanah Orgonosol
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organic. Tanah organosol dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

1.) Tanah Humus


Terbentuk dari hasil pembusukan bahan-bahan organic. Ciri-cirinya yaitu wama kehitaman,
tidak menampakkan pelapisan pada profil tanah, tidak bertekstur, mengandung bahan organik, dan
sangat subur. Pemanfaatannya sebagai lahan pertanian, tersebar di daerah Lampung, Jawa Tengah
bagian selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
2.) Tanah Gambut
Terbentuk dari hasil pembusukan tumbuhan bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa-
rawa). Memiliki ciri-ciri yaitu berwarna coklat hingga hitam, bersifat asam, dan unsur hara rendah
sehingga tidak subur. Saat ini kebanyakan tanah gambut dimanfaatkan untuk lahan kelapa sawit. Tanah
gambut tersebar di pantai timur Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, dan pantai selatan
Papua.

c. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah litosol memiliki ciri-ciri
yaitu kedalaman tanah dangkal (30 cm). tekstur beraneka ragam, umumnya berpasir, tidak berstruktur,
terdapat kandungan batu dan kerikil, serta memiliki kesuburan yang bervariasi. Tanah litosol hanya dapat
ditumbuhi alang-alang. Persebarannya di topografi berbukit, pegunungan, dan lereng miring sampai curam
yang terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Sumatra.
d. Tanah Padsol
Jenis tanah ini terbentuk di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi. Tanah
podsol memiliki ciri-ciri yaitu berwarna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam,
peka terhadap erosi, dan kurang subur. Tanah podsol umumnya dimanfaatkan untuk pertanian
palawija. Penyebaran di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun tanpa
bulan kering, dan topografi pegunungan meliputi daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan
Papua.

e. Tanah Laterit
Terbentuk dari tanah yang tercuci air hujan sehingga unsur hara telah hilang meresap dan
mengalir ke dalam tanah. Bercirikan warna coklat kemerah-merahan dan tidak berstruktur.
Persebarannya meliputi Kalimantan Barat, Lampung, Banten, dan Sulawesi Tenggara.
f. Tanah Margel
Tanah mergel terbentuk dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir, dan tanah liat karena peristiwa air
hujan. Jenis tanah ini tidak subur sehingga pemanfaatannya terbatas untuk hutan jati. Persebarannya
meliputi Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri,
Madiun, dan Nusa Tenggara.

g. Tanah Terarosa ( Kapur )


Tanah kapur berasal dari pengendapan organisme laut yang terangkat oleh proses geologi. Tanah kapur
dapat digolongkan menjadi berikut:
1.) Tanah Renzina
Terbentuk dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi Bercinkan warna putih
hingga hitam, kedalaman tanah yang dangkal, dan unsur hara yang rendah. Pemanfaatannya terbatas untuk
palawija dan hutan jati. Tersebar di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta
2.) Tanah Mediteran
Terbentuk dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen lainnya. Memiliki ciri-ciri yaitu
warna putih kecokelatan, keras, dan tidak subur. Dapat dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering dan hutan
jati. Persebarannya meliputi pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, dan
Sumatra.

5.) Manfaat Tanah


Tanah tempat manusia berpijak memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman;
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara);
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu pertumbuhan, seperti hormon, vitamin,
dan asam organik);
4. Habitat biota tanah seperti organisme penggembur tanah, hama, dan penyakit tanaman.
6. Kerusakan Tanah
Kerusakan tanah adalah menurunnya kemampuan tanah untuk dimanfaatkan yang disebabkan oleh
pemanfaatan yang tidak terkontrol. Kerusakan tanah disebabkan oleh dua faktor yaitu sebagai berikut.
a) Faktor alam, meliputi erosi, tanah longsor, dan pencucian tanah.
b) Faktor perilaku manusia, meliputi perusakan hutan, pertambangan terbuka, dan ladang ber-pindah.

7. Konservasi Tanah

Untuk mencegah dan mengatasi kerusakan tanah dapat dilakukan dengan konservasi tanah. Upaya
tersebut dilakukan dengan pemeliharaan dan perlindungan tanah secara teratur guna mengurangi serta
mencegah terjadinya erosi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi dengan cara pelestarian,
Metode konservasi tanah dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
a. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah menggunakan tanaman atau tumbuhanuntuk
mengontrol erosi akibat dari air hujan dan aliran permukaan. Ada beberapa cara mengawetkan tanah
melalui metode vegetatif antara lain sebagai berikut.
1.) Penanaman secara berbaris, merupakan cara cocok tanam dengan ditanam secara berselang-seling memotong
lereng atau garis kontur. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8%
jarak tanaman dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
2.) Penanaman berganda, dikenal dengan tumpang sari atau tumpang gilir dengan tujuan meningkatkan
produktivitas lahan dan menyediakan proteksi tanah dari erosi kinetik air hujan dan aliran permukaan.
3.) Penanaman bergilir, dikenal dengan rotasi tanaman yaitu penanaman tanaman secara bergantian dalam satu
lahan dengan urutan waktu tertentu. Penanaman satu macam tanaman secara terus-menerus dapat mengakibatkan
hilangnya tanah oleh erosi.
4.) Reboisasi atau penghutanan kembali, merupakan penanaman kembali hutan-hutan yangmengalami kerusakan
dengan jenis tanaman tahunan
b. Metode Mekanik/Teknik
Metode mekanik adalah metode pengawetan tanah melalui teknik pengolahan tanah. Beberapa
cara yang umum dilakukan pada metode mekanik yaitu sebagai berikut.
1.) Pengolahan tanah menurut garis kontur, yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Metode
ini mampu mengurangi laju erosi sampai 50% karena dapat menghambat aliranair dan
memperbesar resapan air.
2.)Pembuatan tanggul/guludan, yaitu tumpukan tanah yang dibuat memanjang
memotongkemiringan lereng. Fungsinya untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air
dibagian atasnya dan untuk memotong panjang lereng. Pada tanggul dapat ditanami palawija.
3.) Pembuatan teras, yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring denganlereng yang
panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesarresapan air, dan mengurangi
erosi.
4.) Pembuatan saluran air (drainase). Saluran air digunakan untuk menghindari aliran yang ter-
konsentrasi sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.

c. Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah
merupakan sifat fisik yang menentukan erosi. Bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan
kemantapan struktur tanah disebut soil conditioner atau pemantap tanah. Tanah dengan struktur
mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran
permukaan tetap kecil.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai