PROSES
PEMBENTUKAN
TANAH
Anggota Kelompok
7:
1. Aulia Dwi Akhmala (02)
Tanah atau disebut pedosfer adalah lapisan paling atas dari litosfer yang
terbentuk dari campuran hasil pelapukan, bahan organik, bahan anorganik, air,
dan udara. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman serta menyuplai kebutuhan air dan udara.
2. Faktor Pembentuk Tanah
Ada beberapa factor yang memengaruhi proses pembentukan tanah dan perkembangan tanah.
Faktor – faktor pembentuk tanah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Iklim
Faktor iklim yang memengaruhi pembentukan tanah adalah curah hujan dan suhu udara. Dalam proses
pembentukan tanah, unsur curah hujan yang paling berperan adalah jumlah curah hujan. Jumlah curah hujan
berpengaruh terhadap jumlah air yang meresap ke dalam tanah dan akan berpengaruh terhadap reaksi kimia yang
terjadi di dlam tanah.
B.Organisme
Organisme atau jasad hidup yang berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah adalah tumbuhan. Berikut
pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah :
1.) Mempercepat proses pelapukan, berupa pelapukan organik.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan daun-daun yang nantinya berjatuhan di
permukaan tanah. Daun-daun akan membusuk dengan bantuan jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam
tanah.
C. Bahan Induk
Bahan induk tanah adalah bahan pemula tanah yang tersusun dari bahan organik dan atau mineral. Bahan
induk dapat berasal dari bahan tanah yang terendapkan akibat proses transportasi dan dapat berupa batuan.
Batuan dapat menjadi bahan induk karena akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat
di permukaan bumi sebagian besar memperlihatkan sifat kimia yangsama dengan bahan induknya Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya.
D. Topografi
Topografi yang berkaitan dengan faktor pembentuk tanah adalah tinggi rendahnya lereng yang berpengaruh
pada aliran permukaan arah aliran air mengikuti bentuk relief yaitu dari daerah tinggi menuju daerah yang lebih
rendah. Hal itu akan memengaruhi pelapukan batuan dan tingkat erosi yang terjadi .
Keadaan topografi suatu daerah akan memengaruhi hal-hal sebagai berikut:
1.)Tebal atau tipisnya lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukitlapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi Daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem drainase/pengaliran, kemampuan tanah meloloskan air serta lama tergenang akan berdampak pada
sifat kimia tanah. Daerah yang drainasenya jelek dan sering tergenang menjadikan tanah bersifat asam
E. Waktu
Semakin lama waktu pembentukan tanah, maka semakin tebal pula tanah yang terbentuk Waktu pembentukan
tanah berbeda-beda bergantung pada bahan induknya. Tanah yang berasal dari bahan induk batuan keras
memerlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanahnya dibandingkan dengan yang terbentuk dari batuan
lunak Bahan induk berupa material lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu yang lebih lama jika
dibandingkan dengan bahan induk berupa material keras
3. Sifat - Sifat Tanah
Di permukaan bumi ini terdapat berbagai jenis tanah. Masing-masing tanah terletak di
tempat-tempat yang berbeda dan memiliki sifat yang berbeda satu dan lainnya. Sifat-sifat
tanah dibedakan dalam beberapa kelompok, yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi
c. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah litosol memiliki ciri-ciri
yaitu kedalaman tanah dangkal (30 cm). tekstur beraneka ragam, umumnya berpasir, tidak berstruktur,
terdapat kandungan batu dan kerikil, serta memiliki kesuburan yang bervariasi. Tanah litosol hanya dapat
ditumbuhi alang-alang. Persebarannya di topografi berbukit, pegunungan, dan lereng miring sampai curam
yang terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Sumatra.
d. Tanah Padsol
Jenis tanah ini terbentuk di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi. Tanah
podsol memiliki ciri-ciri yaitu berwarna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam,
peka terhadap erosi, dan kurang subur. Tanah podsol umumnya dimanfaatkan untuk pertanian
palawija. Penyebaran di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun tanpa
bulan kering, dan topografi pegunungan meliputi daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan
Papua.
e. Tanah Laterit
Terbentuk dari tanah yang tercuci air hujan sehingga unsur hara telah hilang meresap dan
mengalir ke dalam tanah. Bercirikan warna coklat kemerah-merahan dan tidak berstruktur.
Persebarannya meliputi Kalimantan Barat, Lampung, Banten, dan Sulawesi Tenggara.
f. Tanah Margel
Tanah mergel terbentuk dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir, dan tanah liat karena peristiwa air
hujan. Jenis tanah ini tidak subur sehingga pemanfaatannya terbatas untuk hutan jati. Persebarannya
meliputi Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri,
Madiun, dan Nusa Tenggara.
7. Konservasi Tanah
Untuk mencegah dan mengatasi kerusakan tanah dapat dilakukan dengan konservasi tanah. Upaya
tersebut dilakukan dengan pemeliharaan dan perlindungan tanah secara teratur guna mengurangi serta
mencegah terjadinya erosi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi dengan cara pelestarian,
Metode konservasi tanah dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
a. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah menggunakan tanaman atau tumbuhanuntuk
mengontrol erosi akibat dari air hujan dan aliran permukaan. Ada beberapa cara mengawetkan tanah
melalui metode vegetatif antara lain sebagai berikut.
1.) Penanaman secara berbaris, merupakan cara cocok tanam dengan ditanam secara berselang-seling memotong
lereng atau garis kontur. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8%
jarak tanaman dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
2.) Penanaman berganda, dikenal dengan tumpang sari atau tumpang gilir dengan tujuan meningkatkan
produktivitas lahan dan menyediakan proteksi tanah dari erosi kinetik air hujan dan aliran permukaan.
3.) Penanaman bergilir, dikenal dengan rotasi tanaman yaitu penanaman tanaman secara bergantian dalam satu
lahan dengan urutan waktu tertentu. Penanaman satu macam tanaman secara terus-menerus dapat mengakibatkan
hilangnya tanah oleh erosi.
4.) Reboisasi atau penghutanan kembali, merupakan penanaman kembali hutan-hutan yangmengalami kerusakan
dengan jenis tanaman tahunan
b. Metode Mekanik/Teknik
Metode mekanik adalah metode pengawetan tanah melalui teknik pengolahan tanah. Beberapa
cara yang umum dilakukan pada metode mekanik yaitu sebagai berikut.
1.) Pengolahan tanah menurut garis kontur, yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Metode
ini mampu mengurangi laju erosi sampai 50% karena dapat menghambat aliranair dan
memperbesar resapan air.
2.)Pembuatan tanggul/guludan, yaitu tumpukan tanah yang dibuat memanjang
memotongkemiringan lereng. Fungsinya untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air
dibagian atasnya dan untuk memotong panjang lereng. Pada tanggul dapat ditanami palawija.
3.) Pembuatan teras, yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring denganlereng yang
panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesarresapan air, dan mengurangi
erosi.
4.) Pembuatan saluran air (drainase). Saluran air digunakan untuk menghindari aliran yang ter-
konsentrasi sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.
c. Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah
merupakan sifat fisik yang menentukan erosi. Bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan
kemantapan struktur tanah disebut soil conditioner atau pemantap tanah. Tanah dengan struktur
mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran
permukaan tetap kecil.
Terima Kasih