Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian Tanah dan Definisi Tanah

Tanah 

Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan
organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua mahluk hidup
yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan
air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di
bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Dari segi
klimatologi , tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi.
Meskipuntanahsendirijugabisatererosi.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan
udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan
hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. 
Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh organisme membentuk tekstur
unik yang menutupi permukaan bumi. proses pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan
yang menutupi seluruh permukaan bumi. lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur yang
berbeda dan setiap lapisan juka akan mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah
terjadi selama proses pembentukannya. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang
bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah
mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan
relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima
faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat
(butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase
gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga
faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi
perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori)
terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan
mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga
kekuranganmakropori. 
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah
mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik terbentuk
dari pemadatan terhadap bahan organikyangterdegradasi. 
Tanah organik mempunyai warna yang gelap (hitam) dan merupakan pembentuk utama dari lahan
gambut. Tanah organik ini akan terus mengalami proses panjang selama ratusan tahun untuk menjadi
batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung
beberapa asam organik hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Tanah ini biasanya memiliki
kandungan mineral yang rendah. Pasokan mineral yang bisa didapat oleh tanah organilk yaitu berasal
dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena
memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu menyimpan cukup air. Namun karena memiliki
keasaman yang tinggi sebagian besar tanaman yang menggunakan media tanah initidak bisa tumbuh
secara maksimal.Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel
pembentuktanah. Teksturtanah demikianditentukanolehkomposisitiga partikel pembentuk,tanah: pasir, 
lanau (debu),dan lempung. 
Dari segi warna, tanah memiliki variasai warna yang sangat beragam mulai dari hitam kelam,
coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu tanah juga memiliki perbedaan warna yang
sangat kontras pada setiap lapisannya sebagai akibat proses kimia. Tanah yang memiliki warna yang
gelap merupakan ciri yang biasanya menandakan bahwa tanah tersebut mengandung bahan organik
yang sangan tinggi. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,belerang,
dan nitrogen.Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi
teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia
pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna
bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang menyerupai bercak
totol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh alam yang menyelimuti
permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang khas dalam hal proses
pemnbentukan, keterpadapatan, dinamika dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi kehidupan
manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi telah mengenal wujud tanah, akan tetapi
bnyaknya ragam tanah, sifat persebaran tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam
pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah adalah tubuh alam gembur yang
menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik
fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak sama
dengan kurun waktu pembentukan batuan
Tingkatan lapisan tanah

Lapisan tanah secara umum terbagi menjadi 4 tingkatan


1. Lapisan Tanah Atas
Merupakan sebuah lapisan yang berada kedalaman 30 cm, seringkali disebut sebagai istilah Top Soil.
Pada lapisan ini banyak sekali bahan bahan organik, humus dan juga menghasilkan lapisan yang
paling subur sehingga sangat cocok untuk tumbuhan tanaman akar pendek.Cara termudah untuk bisa
mengenali top soil adalah dengan warnanya yang paling gelap dibandingkan dengan lapisan
dibawahnya, terlihat bahwa lebih gembur dan seluruh mikroorganisme hidup di lapisan ini. Sehingga
ada kemungkinan terjadinya sebuah proses sisa batang, pelapukan daun, serta bagian makhluk hidup
lainnya.
2. Lapisan Tanah Tengah
Tepat di lapisan bawah setelah top soil dengan ketebalan 50 cm hingga 1 meter. Berwarna lebih yang
cerah dibanding lapisan di atasnya juga lapisan ini terbentuk dari campuran pelapukan yang berada di
lapisan bawah dengan sisa dari material top soil yang terbawa air, mengendap sehingga bisa bersifat
lebih padat dan juga seringkali disebut sebagai tanah liat.
3. Lapisan Tanah Bawah
Lapisan yang berisi banyak batuan yang mulai melapuk dan telah tercampur dengan tanah endapan
dengan lapisan diatasnya. Pada lapisan ini masih terdapat banyak batuan yang belum melapuk dan
juga sebagian sudah pada proses pelapukan dari batuan itu sendiri dan memiliki warna sama dengan
pada batuan penyusunnya. Berada cukup di dalam dan jarang sekali bisa ditembus oleh akar pohon
maupun tanaman.
4. Lapisan Batuan Induk
Lapisan ini merupakan lapisan terdalam yang terdiri dari batuan padat. Jenis pada batuan di lapisan ini
memiliki perbedaan di antara satu daerah maupun tempat lainnya sehingga bisa mengakibatkan
produk dari tanah yang dihasilkan juga akan berbeda.
Batuan pada lapisan ini mudah sekali untuk pecah, akan tetapi sangat sulit untuk dilalui oleh akar
tanaman serta air, teksturnya yang berwarna terang putih kelabu hingga berwarna kemerahan. Lapisan
batuan induk ini bisa dengan mudah terlihat pada dinding jurang terjal daerah pegunungan.

Jenis jenis tanah pada lapisan tanah.


Dalam lapisan tanah terdapat beberapa jenis – jenis tanah seperti:
1. Tanah Aluvial
Sebuah tanah endapan yang dibentuk dari lumpur dan juga pasir halus yang mengalami erosi
tanah. Sangat banyak berada di dataran rendah, di sekitar rawa-rawa, muara sungai, lembah-lembah,
maupun di pinggiran aliran sungai besar. Tanah ini sangat banyak mengandung pasir serta tanah liat,
tidak banyak mengandung unsur zat hara.
Ciri-cirinya sendiri memiliki warna kelabu dengan tekstur yang sedikit terlepas dan peka akan erosi.
Kadar kesuburannya sedang mencapai tinggi bergantung pada bagian induk dan iklim. Di Indonesia
sendiri tanah aluvial ini merupakan tanah yang baik serta telah dimanfaatkan untuk tanaman pangan
(sawah dan juga palawija) musiman hingga tahunan.
2. Tanah Andosol
Kata Andosol berasal dari bahasa jepang, gabungan dari dua kata (An = Hitam; do = Tanah),
jadi andosol sendiri berarti jenis jenis tanah berwarna hitam. Menurut ilmu tanah, tanah dengan warna
hitam ini merupakan sebuah tanah vulkanis berasal dari gunung berapi. Penamaan dari andosol
berbeda untuk di setiap negara, seperti contoh di jepang sendiri disebut dengan nama Kurobokudo
yang berubah nama menjadi Ando soils sejak 1947 oleh ahli Amerika Serikat.
Pengertian dari tanah andosol menurut Balai Besar Penelitian dan juga Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian merupakan sebuah tanah yang memiliki horizon A molik atau horizon A umbrik
yang berada setelah horizon B kambik yang berisi atas fraksi tanah halus dan juga sebagian besar
tertata atas abu vulkanik, dan bahan piroklastik vitrik lainnya.
3. Tanah Entisol
Tanah entisol sendiri adalah sebuah tanah yang dikatakan masih sangat muda, sejak proses
tingkat awal di dalam perkembangannya. Tanah ini ditandai dari bahan mineral tanah yang belum
membuat horizon pedogenik yang nyata.Tanah ini terjadi di bagian lapisan di daerah dari bahan induk
pengendapan material baru, di daerah-daerah tempat erosi atau pengendapan yang lebih cepat
daripada perkembangan tanah. Seperti daerah lereng curam, dataran banjir dan juga dunes. Kriteria
utama dari ordo entisol adalah tidak-adanya organisasi dalam material tanah. Tanah ini menunjukkan
sedikit perkembangan struktur atau pun horison dan juga menyerupai material di dalam timbunan
pasir yang segar. 
4. Tanah grumusol
Tanah ini merupakan panduan dari tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur serta tuffa
vulkanik yang secara umum memiliki sifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik di dalamnya. Hal
ini yang mengakibatkan tanah ini sangat miskin akan hara dan juga unsur organik lainnya. Sifat kapur
itu sendiri adalah bisa menyerap seluruh unsur hara di dalam tanah sehingga kadar kapur tinggi bisa
menjadi racun bagi tumbuhan.
Tanah grumusol ini masih memiliki sifat dan juga karakteristik seperti batuan pada induknya.
Pelapukan yang akan terjadi ini hanyalah mengubah fisik dan juga tekstur unsur seperti Ca dan Mg
yang pada sebelumnya terikat dan juga secara rapat pada batuan induknya sehingga menjadi lebih
longgar yang bisa dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar seperti iklim, cuaca, air dan lainnya.
Terkadang dalam tanah grumusol ini terjadi konkresi kapur dengan unsur kapur lunak serta
berkembang menjadi lapisan tebal juga keras.
Tetapi pada profil tanah dengan susunan yang lengkap memiliki banyak sekali horizon
dengan sifat dan juga karakteristik yang unik atau pun khas.Secara umum dari lapisan tanah yang
paling atas hingga terbawah terdiri atas horizon O, A, E, B, C dan R, untuk penjelasan lengkapnya
sebagai berikut:
1. Horizon O
Horison ini terletak pada bagian paling atas lapisan tanah, lapisan tanah yang mengandung
bahan organik hasil dari pelapukan dan juga hanya terkandung humus. Horison ini sangat bisa
ditemukan pada hutan hutan alami yang belum terganggu oleh manusia. Horizon organik ini 
merupakan tanah yang mengandung bahan organik yang lebih dari 20 persen dari keseluruhan
penampang tanah.
Horizon O ini terbagi lagi akan menjadi dua yaitu horizon O1 yang terbentuk dari sisa sisa tanaman
yang masih terlihat, seperti guguran bunga dan daun ataupun seperti ranting pohon sedangkan untuk
horizon O2 berada pada di bawah O1 yang terbuat dari sisa bagian tanaman yang sudah tidak
berbentuk lagi karena telah mengalami pelapukan lanjutan.
2. Horizon A
Untuk Horizon A ini merupakan horizon tanah mineral yang terbentuk di permukaan tanah.
Untuk horison ini terjadi apabila terjadi kehilangan pada sebagian besar ataupun seluruh struktur
batuan asli pada dalam tanah serta memperlihatkan sifat akumulasi bahan organik yang telah
bercampur dengan mineral dengan sangat intensif.
Horizon A ini terdiri atas berbagai topsoil, seperti materi organik dengan warna yang gelap bercampur
dengan butiran mineral karena efek dari aktivitas organisme. Partikel yang lebih halus akan mudah
larut dan terbawa ke lapisan bawah.
3. Horizon E
Untuk jenis lapisan ini berada dibawah permukaan tanah yang sudah tidak memiliki
kandungan mineral yang cukup besar. Horizon E ini kerap kali melekat pada jenis Horizon A dengan
tujuan menggantikan lapisan tersebut. Untuk menjadi pembeda antara batas horizon di bawahnya,
yaitu dengan cirinya yang warna lebih terang daripada horizon B.
4. Horizon B
Proses dari terbentuknya horizon B ini berada di bawah horizon A, E, O yang sudah
mengalami perkembangan. Sebagian besar hingga dari seluruh struktur dari batuan asli dicirikan
hilang pada horizon ini. Kemudian akan terlihat satu atau lebih sifat tanah. Seperti jenis tanah alluvial
dari silikat, humus, alumunium, senyawa besi, juga karbonat dalam bentuk gabungan maupun tunggal.
5. Horizon C
Horizon C ini merupakan lapisan bahan induk tanah. Proses penciptaanya disebabkan oleh
sedikit proses pedogenik dan tidak memiliki karakteristik seperti horizon O, A, E, juga B. Letaknya
berada pada lapisan tanah terbawah yang terdiri atas batuan dasar yang melapuk.
6. Horizon D atau R
Horizon D atau R ini memiliki lapisan batuan induk paling dasar yang tercipta dari batuan
yang sangat padat. Pada area ini belum sempat mengalami pelapukan pada batuan-batuannya. Batuan
yang ada pada horizon D maupun R ini terdiri atas batu pasir, basal, granit, batu gamping, dll.

Manfaat Horizon Tanah


Untuk pengelompokan lapisan tanah dalam sebuah profil tanah tentunya memiliki tujuan, ada
banyak manfaat dari horizon tanah. Untuk mengetahui sifat dari sebuah tanah diperlukan pengamatan
pada penampang vertikal tanah.
Untuk mengetahui kelengkapan dan juga penyebaran horizon tanah, sehingga bisa
mengetahui pencirian dari tingkat perkembangan maupun umur tanah. Semakin lengkap serta
majemuk horizon dari suatu tanah maka semakin baik serta tua usia tanah tersebut.
Untuk bisa mengetahui kedalaman dari top soil yang perlu dilakukan sebelum menanam
tanaman berakar pendek seperti kacang tanah, palawija, kedelai dan juga padi. Sehingga akan bisa
diketahui tanaman yang akan cocok pada keadaan suatu top soil.
Warna tanah bisa mencerminkan kondisi aerob dan juga anaerob, yang mana jika warna tanah
terang menandakan bahwa kondisi aerob dan warna kelabu pada kondisi anaerob. Selain itu warna
hitam juga bisa menandakan akan tingkat unsur organik hingga melalui warna tanah yang akan
diketahui akan,tingkat,kesuburannya.Warna tanah bisa mencerminkan kondisi aerob dan juga
anaerob, yang mana jika warna tanah terang menandakan bahwa kondisi aerob dan warna kelabu pada
kondisi anaerob. Selain itu warna hitam juga bisa menandakan akan tingkat unsur organik hingga
melalui warna tanah yang akan diketahui akan tingkat kesuburannya.

B SIFAT-SIFAT FISIKOKIMIA TANAH


Tanah merupakan kombinasi mineral, bahan bahan organic, gas, berbagai jenis cairan,
dan organisme yang tidak dapat dihitung yang bersama sama mendukung kehidupan di atas
bumi. Tanah merupakan materi alami yang dikenal sebagai pedosfer yang memiliki 4 peran
penting yaitu: media tumbuh tanaman, tempat penyimpanan air, media penyedia dan
purifikasi air, dan merupakan habitat bagi banyak organisme. Tanah dianggap sebagai “kulit
dari bumi” dan berkaitan erat dengan litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Sebutan pedolit,
seringkali diartikan sebagai tanah. Tanah terdiri dari bagian yang solid (mineral dan organic)
dan bagian yang berporos karena mengandung gas dan air.
Tanah merupakan produk akhir dari interaksi iklim, relief, organisme dan material induk
dalam waktu tertentu. Tanah secara kontinyu berkembang melalui banyak proses fisika,
kimiawi, dan biologis. Kebanyakan tanah memiliki kepadatan antara 1 hingga 2 g/cm3. Hanya
sedikit tanah di bumi yang lebih tua dari zaman pleistosen, dan tidak ada yang lebih tua dari
zaman cenozoic meskipun tanah dari fosil dianggap berasal dari zaman arkean. Studi
mengenai tanah dibagi menjadi 2 cabang yaitu: edaphology dan pedologhy. Edaphologhy
mengonsentrasikan efek tanah bagi kehidupan organisme. Pedologhy fokus pada formasi,
deskripsi dan klasifikasi tanah dalam lingkungan.
Proses pembentukan tanah
Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi antara proses biologis,
kimiawi dan fisika yang bekerja pada material induk tanah. Tanah dikatakan akan terbentuk
ketika bahan organic diperoleh meninggalkan humus, karbon, dan gypsum yang menciptakan
lapisan dinamakan horizon B. Lapisan ini berpindah dari satu level ke level lain oleh air dan
aktivitas makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan membentuk lapisan tanah. Proses
pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 faktor klasik seperti iklim, topografi (relief),
organisme, dan waktu.
Berikut adalah beberapa sifat fisik tanah :
1. Bahan induk tanah
Bahan induk merupakan materi utama dari tanah yang dibentuk oleh berbagai faktor
melalui proses kimiawi, biologis dan fisika. Bahan induk tanah secara umum adalah Quartz
(SiO2), Kalsit (CaCO3), Feldspar dan Biotit.
2. Tekstur tanah
Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi dari
kombinasi ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah (menyerupai kombinasi
antara tepung, air dan telur). Hal yang dipengaruhi oleh tesktur tanah mencakup porositas,
permeabilitas (kemampuan menyerap), infiltrasi, dan kapasitas kandungan air. Tanah dan
Pasir dan lumpur merupakan produk dari material induk yang mengalami proses fisika dan
kimiawi. Tanah liat merupakan produk dari pengendapan material induk yang larut sebagai
material sekunder.
3. Kepadatan tanah
Tingkat kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 gram per cm3 dan
biasanya tidak dapat berubah. Kepadatan partikel tanah yang banyak mengandung material
organic lebih rendah daripada tanah yang sedikit mengandung material organic. Tanah
dengan kepadatan rendah dapat menyimpan air lebih baik namun bukan berarti cocok
untukpertumbuhan tanaman. Tanah dengan kepadatan tinggi menunjukkan tingkat kandungan
pasir yang tinggi.
4. Porositas tanah
Porositas mirip seperti kepadatan, hanya saja porositas berarti ruang kosong (pori
pori) diantara tekstur tanah yang tidak terisi dengan mineral atau bahan organic namun terisi
oleh gas atau air. Semakin tinggi kepadatan tanah maka semakin rendah porositasnya dan
sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah semakin rendah porositasnya. Idealnya, total
porositas dari tanah adalah sekitar 50% dari total volume tanah. Ruang untuk gas dibutuhkan
tanah untuk menyediakan oksigen yang berguna untuk organisme dalam menguraikan
material organic, humus dan akar tanaman. Porositas juga mendukung pergerakan serta
penyimpanan air serta nutrisi.
Tingkat porositas tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat baik dengan tingkat porositas
kurang dari 2 mikro meter, baik dengan tingkat porositas 2-20 mikro meter, sedang dengan
tingkat porositas 20-200 mikro meter dan kasar dengan porositas 200 mikro meter hingga 2
mili meter.
5. Temperatur tanah
Tanah memiliki temperatur yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim -20
derajat celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius. Temperatur tanah
penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar tanaman serta menyediakan nutrisi
bagi tanaman tersebut. Tanah yang berada 50cm dibawah permukaan cenderung memiliki
temperatur yang lebih tinggi sekitar 1,8 derajat celcius.
6. Warna tanah
Warna tanah seringkali menjadi faktor paling dasar bagi kita untuk membedakan jenis
jenis tanah. Umumnya, warna tanah ditentukan oleh kandungan material organic, kondisi
drainase, minearologi tanah dan tingkat oksidasi. Pengembangan dan distribusi warna tanah
berasal dari proses kimiawi dan tingkat pelapukan material organic. Ketika mineral primer
dalam bahan induk lapuk, elemen tanah akan dikombinasikan pada senyawa dan warna yang
baru. Mineral besi merupakan mineral sekunder yang akan menghasilkan warna kuning atau
kemerahan pada tanah, material organic akan menghasilkan warna hitam kecoklatan atau
coklat (warna subur). Manggan, sulphur dan nitrogen akan menghasilkan warna hitam.
7. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah  untuk menempel pada objek lain dan
kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah. Konsistensi diukur dengan 3
kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan basah. Konsistensi tanah bergantung pada
tingkat banyaknya tanah liat

3. KOMPONEN PENYUSUN KIMIA TANAH


Komponen-komponen yang ada dalam tanah ini memberikan nutrisi bagi para tumbuhan dan
mikroorganisme lainnya dalam tanah sehingga bisa tumbuh serta berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangan organisme juga akan memberikan manfaat bagi tanah. Jadi, ada terdapat hubungan
menguntungkan antara tanah dan juga organisme. Sebagai tempat tumbuhnya berbagai jenis makhluk
hidup, tanah terbagi atas beberapa komponen, sebagai berikut.
1 Batuan
Batuan merupakan suatu bahan padat yang terbuat secara alami serta juga terdiri atas
campuran mineral dan senyawa lainnya dengan berbagai komposisi. Batuan yang ada di permukaan
bumi ini berasal dari magma gunung berapi yang keluar hingga mengeras di permukaan bumi akibat
perubahan suhu. Batuan yang ada dipermukaan bumi ini selanjutnya mengalami pelapukan sehingga
bisa disebabkan oleh air,  angin, zat yang bersifat korosif.
2. Udara
Udara adalah sebuah zat bebas yang seringkali kita temui dimana saja, serta di dalam tanah.
Karena udara bisa menempati ruang yang sama dengan air, ia bisa membentuk sekitar 2% hingga
mencapai 50% dari volume tanah. Udara sangat penting sebagai respirasi akar dan serta mikroba,
yangmembantu untuk mendukung pertumbuhan tanaman.Karbon dioksida dan juga nitrogen menjadi
penting untuk mendukung fungsi tanaman di dalam tanah, untuk bakteri pengikat nitrogen. Jika tanah
tergenang air, bisa mencegah pertukaran gas akar yang bisa membuat kematian tanaman, yang
menjadi masalah umum setelah banjir. 
3. Humus
Humus merupakan komponen yang sering ditemukan di tanah yang terletak pada tingkat
sekitar 1% hingga 5%. Humus sendiri berasal dari tumbuhan dan juga hewan yang mati. Dengan
demikian, memiliki kapasitas yang tinggi untuk menahan atau pun menyediakan unsur-unsur esensial
juga air untuk pertumbuhan tanaman.
4. Air
Air bisa membuat sekitar 2% hingga 50% dari volume tanah. Air menjadi sebuah peran
penting untuk mengangkut nutrisi ke dalam tanaman juga organisme tanah yang tumbuh serta juga
untuk memfasilitasi dekomposisi biologis serta kimia.
5. Mineral
Mineral menjadi komponen terbesar dari tanah. Mineral tanah ini terbagi dua jenis mineral.
Pertama, mineral primer yang biasanya ditemukan pada pasir dan danau. Mineral primer ini adalah
bahan tanah mirip dengan bahan induk dari asal mereka terbentuk. Mereka sering kali berbentuk atau
bulat, tidak beraturan. Kedua, mineral sekunder, sisi lain dari pelapukan mineral primer yang
melepaskan ion penting, membentuk bentuk mineral lebih stabil seperti tanah liat.
6. Mikroorganisme
komponen terakhir dari lapisan tanah ini adalah mikroorganisme. Mereka ditemukan di dalam
lapisan tanah dengan jumlah yang tinggi namun jumlahnya kurang dari 1% dari volume tanah.
Perkiraan umumnya adalah bahwa satu bidal yang penuh dengan tanah lapisan atas yang bisa
menampung lebih 20.000 organisme mikroba.
Bagian terbesar dari organisme ini adalah nematoda, cacing tanah, dan yang terkecil adalah
actinomycetes, alga, bakteri, serta jamur. Mikroorganisme merupakan pengurai utama bahan organik
mentah. Mikroorganisme mengkonsumsi air, bahan organik, serta udara untuk mendaur ulang bahan
organik yang mentah hingga menjadi humus, yang sangat kaya akan nutrisi tanaman yang tersedia.
Horizon Tanah
Penjelasan terhadap 4 lapisan tanah seperti yang telah bahas sebelumnya berdasarkan
penampakan yang diambil secara umum, dan bila dijelaskan secara terperinci maka pada setiap
lapisan tanah tersebut masih terbagi lagi atas beberapa bagian yang disebut dengan horizon tanah serta
tersusun dalam kesatuan yang disebut dengan profil tanah. Setiap tanah itu sendiri dicirikan kembali
oleh susunan horizon yang berbeda beda, maka secara garis besar profil tanah biasanya terdiri dari
beberapa horizon yang mana bisa dibedakan berdasarkan sifat fisik, warna, kimiawi serta sifat
morfologi lainnya.
Horizon tanah yang telah melewati masa perkembangan lanjutan ini biasanya memiliki
beberapa macam horizon yang dikelompokan kembali berdasarkan lapisan tanah untuk menghindari
erosi tanah. Solum ini terbagi menjadi dua yaitu lapisan atas dan juga lapisan bawah, pada lapisan atas
atau pun top soil ini memiliki dua horizon, yaitu horizon O dan juga horizon A, lapisan tanah pada
bagian bawah ini memiliki dua horizon pula, yaitu horizon E juga B.

4. UNSUR RAHA PADA TANAH


Mengenal Unsur Hara Kebutuhan Tanaman
Tanaman memerlukan unsur hara yang lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas. Pemenuhan unsur hara kebutuhan tanaman merupakan hal
yang mutlak dilakukan, karena ketersediaan unsur hara di alam sangat terbatas, dan semakin
berkurang karena telah terserap oleh tanaman.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat digolongkan dalam 2 bagian besar, yaitu :
a. Unsur hara makro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar.
Unsur hara yang tergolong unsur hara makro adalah :
 Nitrogen (N)
 Phosfor (P)
 Kalium (K)
 Sulfur/belerang  (S)
 Calsium (Ca)
 Magnesium (Mg)
b. Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak dan bervariasi tergantung jenis tanaman.
Yang tergolong unsur hara mikro antara lain adalah :
 Klor (Cl)
 Zat besi (Fe)
 Mangan (Mn)
 Tembaga (Cu)
 Seng (Zn)
 Boron (B)
 Molibdenum (Mo)
Berikut ini akan dijabarkan satu persatu mengenai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, meliputi
unsur hara makro dan unsur hara mikro.
1. NITROGEN (N)
 Merupakan unsur hara makro, dan mutlak dibutuhkan oleh tanaman.
 Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan
akar, batang dan daun.
 Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting untuk melakukan
proses fotosintesis.
 Berperan dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
      Gejala tanaman yang kekurangan unsur Nitrogen :
1. Pertumbuhan tanaman berjalan lambat
2. Tanaman kurus dan kerdil
3. Daun hijau kekuningan, pendek, kecil dan tegak
4. Daun yang sudah tua berwarna hijau muda, kemudian berubah kuning dan layu.
5. Bila sempat berbuah, buahnya akan kerdil, cepat masak lalu rontok.
       Pengaruh kelebihan unsur Nitrogen pada tanaman antara lain :
1. Menghasilkan tunas muda yang kurang baik/lemah.
2. Produksi biji-bijian berkurang
3. Memperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian
4. Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan tanaman, sebab akan
mengikat unsur hara lain, sehingga unsur nitrogen menjadi sulit diserap tanaman.
5. Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien

Gambar 1. Tanaman yang kekurangan unsur Nitrogen


2. PHOSFOR (P)
 Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda.
 Merupakan bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.
 Membantu proses asimilasi dan pernapasan tanaman.
 Mempercepat pembungaan dan pemasakan biji dan buah.
      Gejala kekurangan unsur Phosfor adalah :
1. Seluruh warna daun berubah menjadi lebih tua dan sering tampak mengkilap kemerahan.
2. Tepi daun, cabang dan batang akan berwarna merah keunguan yang lambat laun akan berubah
menjadi kuning dan kemudian layu.
3. Jika tanaman berbuah, buahnya akan kecil, mutunya jelek, dan cepat masak.

Gambar 2. Tanaman yang kekurangan unsur P


3. KALIUM (K)
 Berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat
 Memperkuat tanaman sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah rontok/gugur.
 Salah satu sumber daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
      Gejala kekurangan unsur Kalium adalah :
1. Daun tua akan mengkerut dan keriting
2. Pada daun akan timbul bercak merah kecoklatan, lalu daun akan mengering dan mati.
3. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya sedikit dan tidak tahan simpan.
Gambar 3. Tanaman yang kekurangan unsur Kalium
4. CALSIUM (Ca)
 Berfungsi untuk merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman dan
merangsang pembentukan biji.
 Calsium pada batang dan daun bermanfaat untuk menetralkan senyawa atau keadaan yang
tidak menguntungkan pada tanah.
      Tanda-tanda tanaman yang kekurangan Calsium adalah :
1. Tepi daun muda akan berubah menjadi kuning karena chlorosis, yang kemudian menjalar ke
tulang daun.
2. Kuncup muda akan mati karena perakaran kurang sempurna. Jika ada daun yang tumbuh,
warnanya akan berubaah dan baberapa jaringan pada daun akan mati.
5. MAGNESIUM (Mg)
 Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil), karbohidrat, lemak dan senyawa
minyak yang dibutuhkan tanaman.
 Berperan dalam transportasi Phosfat di tanaman.
      Gejala tanaman yang kekurangan unsur Magnesium adalah :
1. Daun tua mengalami kerusakan dan gagal membentuk klorofil sehingga tampak bercak
cokelat, daun yang semula hijau akan berubah kuning dan pucat.
2. Daun mengering dan seringkali langsung mati
3. Daya tumbuh biji menjadi berkurang. Bila biji tumbuh, kualitas akan kurang baik.
6. SULFUR/BELERANG (S)
 Berperan dalam pembentukan bintil akar
 Membantu pertumbuhan anakan tanaman
      Gejala tanaman yang kekurangan unsur belerang antara lain adalah :
1. Warna daun muda berubah menjadi hijau muda, tidak merata, sedikit mengkilap agak
keputihan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan.
2. Pertumbuhan tanaman lambat,kerdil, kurus dan berbatang pendek.
7. KLOR (Cl)
 Berfungsi untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti tembakau,
kapas,  kentang dan  sayuran.
       Tanaman yang kekurangan Klor akan menunjukkan gejala berikut ini :
1. Daun agak keriput
2. Pemasakan buah berlangsung lambat
3. Tanaman menjadi kurang produktif
8. BESI (Fe)
 Berfungsi dalam proses pernapasan tanaman dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).
      Gejala tanaman yang kekurangan zat besi antara lain adalah :
1. Warna menjadi kekuningan, terutama pada daun muda
2. Pertumbuhan tanaman seolah berhenti, sehingga dun berguguran dan akhirnya tanaman mati.
9. MANGAN (Mn)
 Berfungsi sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi dan merupakan komponen
penting dalam pembentukan dan melancarkan kerja enzim.
      Gejala pada tanaman yang kekurangan unsur Mangan adalah :
1. Pertumbuhan tanaman lambat, tanaman menjadi kerdil
2. Daun berwarna merah kekuningan
3. Jaringan daun di beberapa tempat akan mati.
10. TEMBAGA (Cu)
 Berfungsi dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) dan merupakan bahan pembentuk
beberapa jenis enzim.
      Gejala kekurangan tembaga pada tanaman adalah :
1. Ujung daun tidak merata, layu dan mengalami kerusakan dan layu.
2. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, terutama pada jenis tanaman jeruk dan tanaman
sayur.
11. SENG (Zn)
 Berfungsi dalam pengaktifan bebrapa jenis enzim pada tanaman.
 Berperan dalam biosintesis auksin, pemanjangan sel dan ruas batang.
      Gejala kekurangan seng pada tanaman antara lain adalah :
1. Daun menjadi kekuningan dan kemerahan, terutama pada daun tua.
2. Daun berlubang, mengering dan mati.
3. Tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan
klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
12. BORON (B)
 Berfungsi mengangkut karbohidrat ke dalam tubuh tanaman
 Membantu bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif
 Berperan dalam pembelahan sel pada tanaman biji
      Gejala tanaman yang kekurangan unsur Boron adalah :
1. Gejala klorosis dari tepi daun, daun menjadi layu, kering dan mati
2. Daun muda tumbuh kerdil, kuncup mati dan berwarna hitam
3. Pada jagung menyebabkan tongkol tidak berbiji.
13. MOLIBDENUM (Mo)
 Membantu mengikat nitrogen dari udara bebas.
 Mengaktifkan enzim Nitrogenase.
      Gejala kekurangan unsur ini adalah :
1. Daun berubah warna, keriput dan kering
2. Pertumbuhan terhenti dan tanaman kemudian mati.

5.REAKSI-REAKSI KIMIA PADA TANAH


Pengertian Reaksi Tanah
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi asam atau
basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah
yang berlansung spesifik. Pengaruh langsung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan
organik, pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman (Anonim, 2009a).
Pengaruh tidak langsungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman, sebagai
contoh perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah. Konsentrasi ion H+ yang tinggi bisa
meracuni tanaman. Secara teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti
kepekatan ion hidrogen di dalam tanah ada 10 - 1 atau 1/10 gmol/l. Tanah pada kepekatan ini sangat
asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya 10-14 gmol/l. Tanah pada angka
kepekatan ini sangat basa (Anonim, 2009a).
Tanah-tanah yang ada di Indonesia sangat bervariasi tingkat keasamannya. Ada tanah yang
masam seperti Podsolik Merah Kuning, dan latosol Tanah yang alkalis seperti Mediteran Merah
Kuning dan Grumosol. Bagi tanah – tanah yang bereaksi masam, seringkali tidak atau kurang sesuai
bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu pada tanah-tanah demikian sering dilakukankan
pengapuran (liming). bahan- bahan yang digunakan untuk menaikkan pH tanah yang bereaksi masam
menjadi mendekati netral dengan harga pH sekitar 6,5 (Anonim, 2009).
Sifat Kemasaman Tanah
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kemasaman (reaksi tanah) aktif
dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas
dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah
potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah
maupun yang terdapat dalam larutan (Anonim, 2009a).
Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa.
Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah yang
merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah. Respirasi akar
tanaman menghasilkan CO2 yang akan membentuk H2CO3 dalam air. Air merupakan sumber lain dari
sejumlah kecil ion H+. Suatu bagian yang besar dari ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan H
(Anonim, 2009a).
H—Lempung = H+H
Ion-ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion-ion H+ bebas. Derajat ionisasi dan disosiasi
ke dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah. Ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan
merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan. Besaran dari
kemasaman potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi tanah. Ion-ion H+ bebas menciptakan
kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah. Tipe kemasaman inilah
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Anonim, 2009a).
Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan organik dan bahan mineral tanah yang sangat halus sehingga
mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid tanah terdiri dari liat (koloid
anorganik) dan humus (kolod organik). Koloid berukuran kurang dari 1 µ, sehingga tidak semua
fraksi liat (kurang dari 2 µ) termasuk koloid (Anonim, 2008).
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat Al-silikat, oksida-oksida Fe dan Al, mineral-mineral
primer (Anonim, 2008).
Mineral liat Al-silikat mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya kaolinit, haolisit,
montmorilonit, ilit. Kaolinit dan haolisit banyak ditemukan pada tanah-tanah merah (coklat) yaitu
tanah-tanah yang umumnya berdrainase baik, sedangkan montmorilonit ditemukan pada tanah-tanah
yang mudang mengembang dan mengerut serta pecah-pecah pada musim kering misalnya tanah
vertisol. Ilit ditemukan pada tanah-tanah berasal dari bahan induk yang banyak mengandung mika dan
belum mengalami pelapukan lanjut. Adanya muatan negatif pada mineral liat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu : (1) Kelebihan muatan negatif pada ujung-ujung patahan kristal baik pada Si -
tetrahedron maupun Al-oktahedron, (2) Disosiasi H+ dari gugus OH- yang terdapat pada tepi atau
ujung kristal, (3) Substitusi isomorfik (Anonim, 2008).
Pada mineral liat Kaolinit masing-masing unit melekat dengan unit lain dengan kuat (oleh
ikatan H) sehingga mineral ini tidak mudah mengembang dan mengerut bila basah dan kering
bergantian. Substitusi isomorfik sedikit atau tidak ada sehingga kandungan muatan negatif atau KTK
rendah. Muatan negatif hanya pada patahan-patahan kristal atau akibat disosiasi H bila pH naik.
Karena itu, muatan negatif mineral ini meningkat bila pH naik (muatan tergantung pH) (Anonim,
2008).
Keadaan ini berbeda dengan mineral liat Montmorilonit dimana masing-masing unit
dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah (oksigen ke oksigen) sehingga mudah
mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Hal ini karena air (dan kation-kation) dan
masuk pada ruang-ruang antar unit tersebut. Dalam proses pembentukan montmorilonit banyak Al 3+
dalam Al-oktahedron yang disubstitusi oleh Mg2+ sehingga banyak menghasilkan kelebihan muatan
negatif. Kecuali itu ruang-ruang antar unit yang mudah dimasuki air internal surface yang aktif
disamping sisi-sisi luar (external surace) dan ujung-ujung patahan. Karena itu montmorilonit
mempunyai muatan negatif yang tinggi (KTK tinggi). Mineral ini pada pH kurang dari 6,0 hanya
mengandung muatan tetap hasil substitusi isomorfik, tetapi bila pH lebih dari 6,0 maka terjadi muatan
tergantung pH (Anonim, 2008).
Illit umumnya terbentuk langsung dari mika melalui proses alterasi. Mineral ini dapat
menfiksasi K yang diberikan atau yang ada dalam larutan tanah. Adanya substitusi Si4+ dari Si-
tetrahedron oleh Al3+ menyebabkan muatan negatif mineral ini cukup tinggi (Anonim, 2008).
Koloid organik adalah humus. Perbedaan utama dari koloid organik (humus) dengan koloid
anorganik (liat) adalah bahwa koloid organik (humus) terutama tersusun oleh C, H dan O sedangkan
liat terutama tersusun oleh Al, Si dan O. Humus bersifat amorf, mempunyai KTK yang lebih tinggi
daripada mineral liat (lebih tinggi dari montmorilonit), dan lebih mudah dihancurkan jika
dibandingkan dengan liat. Sumber muatan negatif dari humus terutama adalah gugusan karboksil dan
gugusan phenol. Muatan dalam humus adalah muatan tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+
dipegang kuat dalam gugusan karboksil atau phenol, tetapi iktan tersebut menjadi kurang kekuatannya
bila pH menjadi lebih tinggi. Akibatnya disosiasi H+ meningkat dengan naiknya pH, sehingga muatan
negatif dalam koloid humus yang dihasilkan juga meningkat. Berdasar atas kelarutannya dalam asam
dan alkali, humus diperkirakan disusun oleh tiga jenis bagian utama, yaitu asam fulvik, asam humik
dan humin (Anonim, 2008).
2. HUBUNGAN PERTUKARAN KATION DAN ANION DALAM TANAH DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
Karena koloid lempung bermuatan negatif, kation tertarik kepada partikel lempung dan terikat
secara elektrostatik pada permukaan lempung. Fenomena ini dinamakan dengan jerapan kation
(Anonim, 2011a).
            Ion dengan  ukuran hidratasi yang rendah, lebih dulu teradsorpsi. Urutan jerapan kation
monovalen oleh lempung:
Cs > Rb > K > Na > Li 
disebut sebagai Lyotropic Series (Anonim, 2011).

Reaksi Pertukaran Kation


            Reaksi pertukaran kation juga melibatkan H+ sehingga istilah “Pertukaran Kation”  lebih tepat
daripada “Pertukaran Basa”. Kation yang terjerap dapat ditukar oleh kation lainnya, dan proses ini
dinamakan sebagai pertukaran kation. Reaksi pertukaran ini berlangsung secara instant (Anonim,
2011a).
         Ca – Tanah  +   2NH4+    ®    (NH4)2  - Tanah   +  Ca2+
Jerapan dan pertukaran kation ini mempunyai arti penting di dalam serapan hara oleh tanaman,
kesuburan tanah, retensi hara dan pemupukan. Kation yang terjerap biasanya tersedia untuk tanaman
dengan menukarkannya dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman (Anonim, 2011a). 
            Hara yang ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan akan diikat oleh permukaan
koloid tanah dan dapat dicegah dari pelindian, sehingga dapat menghindari kemungkinan pencemaran
air tanah (ground water) (Anonim, 2011a).
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)
            Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir (Hardjowogeno 2003).
            Menurut  Hardjowogeno (2003) nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat
dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
a) Reaksi tanah, semakin tinggi pH semakin tinggi KTK.
b) Tekstur tanah, semakin tinggi kadar liat semakin tinggi KTK.
c) Jenis liat, KTK liat 2:1 lebih besar dari pada 1:1
d) Kadar BO, makin tinggi BO makin tinggi KTK.
e) Pengapuran dan pemupukan kation, menaikan pH.
kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang
dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
            KPK atau Cation Exchange Capacity (CEC) merupakan kapasitas tanah untuk menjerap atau
menukar kation. Biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah atau me %, tetapi sekarang
diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles of charge per kilogram of dry soil ) (Anonim, 2011a).
            Menurut Anonim (2011) nilai KPK tanah bervariasi bergantung kepada tipe and jumlah koloid
di dalam tanah. Pada umumnya KPK koloid tanah adalah sebagai berikut:
Koloid Tanah KPK  (me %)
Humus 200
Vermikulit 100-150
Montmorilonit 70-95
Illit 10-40
Kaolinit 3-15
Seskuioksida 2-4
Kation dengan valensi lebih besar diabsorbsi lebih kuat dari pada kation dengan valensi yang
lebih rendah. Untuk suatu valensi tertentu, kation dengan radius hidrasi terkecil akan bergerak
merapat kepermukaan misel  dan diabsorbsi dan lebih diabsorbsi lebih kuat (Anonim, 2009b).
KPK Efektif (CECe)
FIKSASI (SEMATAN) KATION
Dalam kondisi tertentu kation yang teradsorpsi terikat secara kuat oleh lempung  sehingga
tidak dapat dilepaskan kembali oleh reaksi pertukaran. Kation ini disebut KATION YANG
TERFIKSASI  atau TERSEMAT (Anonim, 2011).
Walaupun sembarang kation dapat mengalami fiksasi, tetapi yang paling penting adalah
fiksasi K+ dan NH4+ yang terjadi dengan mekanisme yang sama.
Mineral lempung yang banyak meyumbang fiksasi K+ dan NH4+  antara lain : mika, illit,
montmorilonit, dan vermikulit. Permikutit, zeolit, feldspar dan glaukonit juga diduga dapat mefiksasi
K. Ada pendapat bahwa mineral dengan muatan interlayer yang kuat dan mempunyai zona (wedge
zone) yang mempunyai selektifitas tinggi terhadap K akan banyak memfiksasi K (Anonim, 2011a) .
K yang terfiksasi dapat dilepaskan kembali dan menjadi tersedia untuk tanaman. Adanya
asam humat dan asam fulvat di dalam tanah dapat mempercepat proses tersebut. Tisdale dan Nelson
(1975) berpendapat bahwa fiksasi K merupakan poses konservasi di alam. Fiksasi K penting di dalam
tanah pasiran untuk mencegah dari pelindian. Pemupukan K+ dan NH4+  yang  terus menerus dapat
menurunkan fiksasi K (Anonim, 2011).
Kapasitas Tukar Anion (KTA)
KPA adalah Kapasitas lempung untuk menyerap dan menukar anion. Lempung akan
bermuatan positif hanya terjadi dalam kondisi asam, ketika dimana pH tanah dibawah ZPC Clay atau
karena patahnya ikatan mineral lempung (Anonim, 2009b).
Tempat pertukaran anion timbul dari protonasi hidroksil pada permukaan laut. Gilosite
merupakan oksida liat yang teriri dari alumenium dalam koordinasi 6 dengan hidroksil. Dalam
lingkungan acidik yang normal, tanah tropik mengalami pelapukan tinggi, hidroksil mengambil atom
hydrogen (proton) (Anonim, 2009b).
Jenis Anion : SiO44-, H2PO4-, SO42-, NO3- dan Cl-
Menurut Anonim (2009b) kapasitas tukar kation meningkat seperti peningkatan PH tanah dan
kapasitas tukar anion meningkat dengan berkurangnya PH tanah. Sebagian kecil Horison tanah
bermuatan positif tetapi, peranan peristiwa ini dapat melebihi perkiraan, sebab hubungan timbal balik
tanah dan makanan tanaman yang sangat penting, ringkasnya, tanah dengan koloid bermuatan positif :
1.  Mengabsobsi anion Ion-ion netral dan khlor.
2.  Kation seperti kalsium, magnesium, dan kalium ditolak dan tetap sangat rentan terhadap pencucian
dalam larutan tanah.

1. HUBUNGAN ANTARA PH TANAH DAN PERSEN KEJENUHAN BASA  HIDROGEN


            Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada koloid tanah. Kejenuhan basa mencerminkan perbandingan kation basa dengan
kation hidrogen dan alumunium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa semakin masam pulalah reaksi
tanah atau pH-nya makin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang
dari itu mengarah ke pH tanah masam, Sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa (Anonim, 2011b).
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan
kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah
kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat
hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan
basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim,
2011).
Basa-basa yang dapat dipertukarkan meliputi Ca, Mg, K, dan Na. Persentase penjenuhan basa
adalah persentase kapasitas pertukaran kation-kation itu (Anonim, 2011).
Secara umum jika pH tinggi, kejenuhan basa akan tinggi. Kejenuhan basa yang rendah berarti
kandungan ion H yang tinggi. Kejenuhan basa biasanya dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan
tanah. Tanah sangat subur àdalah derajat kejenuhan basa lebih dari 80%. Tanah kesuburan sedang
àdalah derajat kejenuhan basanya antara 50%-80%, tanah tidak subur àdalah derajat kejenuhan basa
kurang dari 50%. Pengapuran meningkatkan kejenuhan basa (Anonim, 2011b).
Tanah dengan fraksi pasir tinggi, pencucian basa – basa terjadi lebih intensif dibandingkna
tanah bertekstur halus. Sebagai akibat hubungan tidak langsung, maka C organik, kation dapat
ditukar, Kapasitas Pertukaran Kation tanah yang mempunyai korelasi positif sangat nyata dengan
fraksi liat, juga berkorelasi positif sangat nyata dengan K potensial. Kandungan basa – basa dapat
ditukar yang renda, menunjukkan bahwa tanah telah mengalami pencuciann lanjut dan bahan induk
tanah tergolong miskin basa – basa dan unsur hara (Anonim, 2011b).
Kejenuhan basa berhubungan erat dengan KPK tanah yaitu % Kejenuhan basa =  [Jumlah
Kation Tertukar (dlm me %) / KPK] x 100
Contoh :
Kation Tertukar me  %
Ca 10
Mg 5
K 10
Na 5
Jumlah 30
Jika KPK tanah = 50%, maka % kejenuhan basa = 30/50 x 100 = 60 %. Ada korelasi positif antara pH
tanah dan persen kejenuhan basa. Secara umum jika pH tinggi, kejenuhan basa akan tinggi (Anonim,
2011a).
Menurut Anonim (2011a) kejenuhan basa yang rendah berarti kandungan H+ yang tinggi.
Kejenuhan basa biasanya dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan tanah :
Tanah sangat subur ® derajat kejenuhan basa ≥ 80%,
Tanah kesuburan sedang ® derajat kejenuhan basa 50 % - 80 %
Tanah tidak subur ® derajat kejenuhan basa ≤ 50 %
Pengapuran (liming) dapat meningkatkan kejenuhan basa.

2. FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG MEMEPENGARUHI PH TANAH


            Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah tersebut.
Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya,
bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar
kation OH- lebih tinggi dari ion H+. Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan
H+ yang tinggi (Anonim, 2009a).
Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena
dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai
kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida dengan cara sebagai berikut :
Al3+ + 3H2O —– Al(OH)2+ + H+
Al3+ + OH- —– Al(OH)2+
Dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah.Di daerah rawa-tawa, tanah
masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi. Di daerah ini sering ditemukan
tanah sulfat masam karena mengandung, lapisan cat clay yang menjadi sangat masarn bila rawa
dikeringkan akibat sulfida menjadi sulfat (Anonim, 2009a).
Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh hidrogen
mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral dan menggantikan atom
Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian dijerap oleh kompleks lempung dan suatu kompleks
lempung-Al-H terbentuk dengan cepat ion. Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H+:H
lempung – Al3+ + 3H2O —- Al(OH)3 + H– lempung – = H+H (Anonim, 2009a).
Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam tanah. Sumber
keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada tanah gambut adalah pirit (senyawa
sulfur) dan asam-asam organik. Tingkat keasaman gambut mempunyai kisaran yang sangat lebar.
Keasaman tanah gambut cendrung semakin tinggi jika gambut semakin tebal. Asam-asam organik
yang tanah gambut terdiri dari atas asam humat, asam fulvat, dan asam humin. Pengaruh pirit yaitu
pada oksida pirit yang akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2 - 3. Pada keadaan
ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik. Selain menjadi penghambat
pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan (corrosion) sehingga mempercepat
kerusakan alat-alat pertanian yang terbuat dari logam (Anonim, 2009

3. PERAN DAYA PERTUKARAN KATION PADA PH TANAH YANG BERUBAH


Menurut  Hardjowogeno (2003) nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri
tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
a) Reaksi tanah, semakin tinggi pH semakin tinggi KTK.
b) Tekstur tanah, semakin tinggi kadar liat semakin tinggi KTK.
c) Jenis liat, KTK liat 2:1 lebih besar dari pada 1:1
d) Kadar BO, makin tinggi BO makin tinggi KTK.
e) Pengapuran dan pemupukan kation, menaikan pH.
Reaksi tanah atau PH
Pada kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation berubah dengan berubahnya pH
tanah. Pada pH rendah, hanya muatan permanen liat, dan sebagian muatan koloid organik memegang
ion yang dapat digantikan melalui oertukaran kation. Dengan demukuan KTK relative rendah.  
Tekstur tanah atau jumlah liat
Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Semakin
halus tekstur tanah semakin besar pula jumlah koloid liat organiknya, sehingga KTK makin besar.
Sebaliknya tekstur kasar seperti debu atau pasir, jumlah koloid liat relative kecil demikian oula koloid
organiknya, sehingga KTK relative lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus.
Bahan organik
Bahan organik mempunyai daya serap kation lebih besar dari pada koloid liat berarti semakin
tinggi kandungan bahan organik suatu tanah semakin tinggi pula KTKnya.
Pengapuran dan pemupukan
Pengaruh pengapuran dan pemupukan ini berkaitan erat dengan perubahan pH, yang
selanjutnya mempengaruhi KTK tanah. Besarnya KTK dinyatakan dengan satuan miliekuivalen (me).
Satu me sama dengan satu milligram H, atau sejumlah ion lain yang dapat berkombinasi atau
menggantikan ion hydrogen.
Ion-ion nitrat  dan khlorida sangat mudah larut dan lazimnya tidak membentuk senyawa yang
tidak-larut dengan komponen tanah.  Akibatnya  nitrat  dan khlorida yang ditambahkan ke tanah  akan
tetap berbentuk anion dalam larutan tanah hingga diserap oleh akar tanaman  atau jasad  renik,
tercuci, atau mengalami reaksi denitrifikasi nitrat. Anion  sulfat  dalam tanah-tanah  netral  dan alkalis
mempunyai perilaku  yang  serupa dengan  nitrat,  tetapi dalam tanah-tanah masam  cenderung  untuk
dijerap oleh koloid tanah. Kebanyakan  unsur hara lainnya membentuk  beberapa  tipe senyawa yang
kurang melarut dan cenderung mempertahankan konsentrasi kesetimbangan dalam larutan tanah. 
Dengan demikian kation-kation  larut  air  akan berkesetimbangan  dengan kation tukar; kation-kation
seperti Cu dan Zn mempunyai ciri-ciri  asam Lewis (sebagai  aseptor elektron) dapt membentuk
kompleks dengan  bahan organik tanah; ion ferri dan Al membentuk hidroksida atau  oksida hidrous
yang tidak melarut; fosfor membentuk senyawa Fe-fosfat, Al-fosfat dan Ca-fosfat yang tidak melarut
(Anonim, 2008).
Kondisi  pH tanah merupakan faktor penting  yang menentukan kelarutan unsur  yang
cenderung berkesetimbangan dengan  fase padatan (Tabel 1). Kelarutan oksida-oksida hidrous dari Fe
dan Al secara langsung tergantung pada konsentrasi hidroksil (OH-) dan menurun  kalah pH
meningkat. Kation hidrogen (H+) bersaing secara langsung dengan kation-kation asam Lewis lainnya
membentuk  tapak kompleksi,  dan oleh karenanya kelarutan kation kompleks seperti Cu  dan Zn akan
meningkat dengan menurunnya pH.  Konsentrasi kation hidrogen  menentukan besarnya KTK
tergantung-muatan  (dependent charge) dan  dengan demikian akan mempengaruhi aktivitas semua
kation tukar.  Kelarutan Fe-fosfat, Al-fosfat dan Ca-fosfat sangat tergantung pada pH, demikian juga
kelarutan anion molibdat (MoO4) dan  sulfat  yang terjerap.  Anion molibdat dan sulfat yang terjerap,
dan fosfat yang  terikat  Ca kelarutannya akan menurun kalau pH  meningkat.  Selain itu, pH juga
mengendalikan kelarutan karbonat dan silikat, mempengaruhi reaksi-reaksi redoks, aktivitas jasad
renik,  dan menentukan bentuk-bentuk kimia dari fosfat dan  karbonat  dalam larutan tanah.   
Pengasaman mineral  silikat  dapat menggeser "muatan  patahan" dari negatif menjadi positif
(Anonim, 2008).  
Tabel  1. Pengaruh  kemasaman  terhadap beberapa reaksi yang  berlangsung dalam tanah
N Gugusan yang       Reaksi-reaksi umum
o ter-pengaruhi
.
1 Hidroksida xAl3+ + 3xOH-   ===   AlxOH(3x-y)y+  +  yOH-  ===
. dan xAl(OH)3
  Oksida xFe3++ 3xOH- === FexOH(3x-y)y+  +  yOH- ====
      xFe(OH)3 === 0.5xFe2O3 + 3x H2O

2 Karbonat CaCO3 + 2H+ === Ca++ + CO2 + H2O


.
3 Kompleks*) CuCh + 2H+ === Cu++ + H2Ch
.
4 Fosfat Fe(OH) 2H2PO4 + OH-   ===   Fe(OH) 3 + H2PO4-
.
  Al(OH) 2H2 PO4 + OH- === Al(OH) 3 + H2PO4-
  Ca10(PO4)6(OH) 2 +14H+ === 10Ca++ + 6H2PO4- + 2H2O
5 Silikat Mg2SiO4 + 4 H+ === 2Mg++ + Si(OH)4
.
  SiO2 +H2O +OH- ===  OSi(OH) 3-
6 KTK M+X- + H+ === M+ + HX (**)
. (tergantung
pH)
7 Muatan pada Si                                Si
.
  patahan
         O 0.5- +  H+   ===  OH 0.5+
  silikat Al                             Al
  Al-OH0.5- + H+    ====   Al-OH2 0.5+
8 Sistem redoks Mn2+ + H2O + O2 === 2 H+ + MnO2
.
  2Fe2+ + 5 H2O + O2 === 4H+ + 2Fe(OH) 3
  H2S + 2O2   ===   2H+ + SO4=
  NH4+ +  2O2  === 2 H+ +   NO3- + H2O
9 Ion dalam HPO4= +  H+  ===  H2PO4-
.
  larutan H2CO3    ===  HCO3- + H+  ===  CO3= + 2 H+
  Cu++  +  OH-  ====  CuOH+
Keterangan: *) Ch adalah khelat, mencerminkan elektron donor. (**) X merupakan tapak muatan
yang tergantung pH, terutama karboksilat dan fenolat, M+ merupakan kation tukar.
(a). denitrifikasi nitrat, kombinasi reaksi 1 dan 4
(b). reduksi MnO2 menjadi Mn++, reaksi no. 5
(c). reduksi Cu++ menjadi Cu+, reaksi no. 7
(d). reduksi oksida hidrous Fe+++ menjadi Fe++, no. 8
(e). reduksi SO4= menjadi H2S, reaksi no. 9
(f). produksi CH4, reaksi no. 10
(g). produksi H2, reaksi no. 12

4. MEKANISME PENYEDIAAN UNSUR HARA MAKRO DAN UNSUR HARA MIKRO


Unsur  hara  yang larut dalam larutan-tanah  berasal  dari beberapa sumber  seperti pelapukan
mineral  primer,  dekomposisi bahan  organik, deposisi dari atmosfer,  aplikasi   pupuk, AIR
IRIGASI, rembesan air tanah dari tempat lain, dan lainnya (Anonim, 2008) . Ion-ion nitrat  dan
khlorida sangat mudah larut dan lazimnya tidak membentuk senyawa yang tidak-larut dengan
komponen tanah.  Akibatnya  nitrat  dan khlorida yang ditambahkan ke tanah  akan  tetap berbentuk
anion dalam larutan tanah hingga diserap oleh akar tanaman  atau jasad  renik,  tercuci, atau
mengalami reaksi denitrifikasi nitrat. Anion  sulfat  dalam tanah-tanah  netral  dan alkalis mempunyai
perilaku  yang  serupa dengan  nitrat,  tetapi dalam tanah-tanah masam  cenderung  untuk dijerap oleh
koloid tanah. Kebanyakan  unsur hara lainnya membentuk  beberapa  tipe senyawa yang kurang
melarut dan cenderung mempertahankan konsentrasi kesetimbangan dalam larutan tanah.  Dengan
demikian kation-kation  larut  air  akan berkesetimbangan  dengan kation tukar; kation-kation  seperti
Cu dan Zn mempunyai ciri-ciri  asam Lewis (sebagai  aseptor elektron) dapt membentuk kompleks
dengan  bahan organik tanah; ion ferri dan Al membentuk hidroksida atau  oksida hidrous yang tidak
melarut; fosfor membentuk senyawa Fe-fosfat, Al-fosfat dan Ca-fosfat yang tidak melarut (Anonim,
2008).
Unsur Hara makro maupun mikro walaupun berbeda dalam jumlah kebutuhanya,namun
dalam fungsi pada tanaman,masing-masing unsur sama pentingnya dan tidak bisa digantikan satu
sama lain.kalau diilustrasikan ibarat roda mobil dengan setir /kemudi.dalam junlah kebutuhan ,roda
dibutuhkan lebih banyak daripada kemudi,namun dari segi kepentinganya,roda tidak dapat
mengalahakan kemudi.dalam hal ini unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan salah
satu dari unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Anonim, 2008).
Unsur Hara yang diberikan pada tanaman sebaiknya sudah dalam bentuk ion seperti:
NH,HPO,K,Mg,SO, dan laiUnsur Hara merupakan senyawa organis maupun anorganis yang terdapat
didalam tanah atau dengan kata lain, unsur hara merupaka nutrisi yang terkandung di dalam tanah dan
dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Hara sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang tanaman.
Berdasarkan tingkat kebutuhannya maka dapat di golongkan menjadi 2 bagian yaitu unsur hara makro
dan unsur hara mikro (Anonim, 2008).    
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, yang
termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, S dan Mg. sedangkan unsur hara mikro adalah unsur
hara dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil / sedikit , yang termasuk unsur hara mikro adalah
Fe, Cu, Zn, Mn, Mo, B, Na dan Cl. Kebutuhan unsur hara ini mutlak bagi setiap tanaman dan tidak
bisa digantikan oleh unsur yang lain tentunya dengan kadar yang berbeda sesuai jenis tanamannya
sebab jika kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri (Anonim,
2008).   
Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda
dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanamana menggunakan bahan anorganik unruk
mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang
ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh
klorofil dengan bantuan sinarmatahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme
tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau
energi disebut metabolsime. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.
Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara
tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu
umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada
suatu orrgan tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan
tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur
(S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden
(Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si) (Anonim, 2008).          
Unsur Na, Si, dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi hampir selalu terdapat
dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah garaman yang kadarnya relatif tinggi dan
sering melebihi kadar P (Fosfor). Silikon (Si) pada tanaman padi dianggap penting walaupun tidak di
perlukan dalam proses metabolsime tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang cukup, maka
tanaman tersebut lebih segar dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga seakan akan Si
meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan jumlah yang di perlukan tanaman, Unsur hara di bagi
menjadi dua golongan, yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan
tanaman dan terdapat dalam jumlah yang lebih besar, di bandingkan dengan unsur hara mikro.
Davidescu (1988) mengusulkan bahwa batas perbedaan unsur hara makro dan mikro adalah 0,02 %
dan bila kurang disebut unsur hara mikro. Ada juga unsur hara yang tidak mempunyai fungsi pada
tanaman, tetapi kadarnya cukup tinggi dalam tanaman dan tanaman yang hidup pada suatu tanah
tertentu selalu mengandung unsur hara tersebut misalnya unsur hara Al (Almunium), Ni (Nikel) dan
Fe (Besi). Berdasarkan sumber penyerapannya, unsur hara di pilahkan menjadi dua, yakni unsur hara
yang di serap dari udara dan unsur hara yang diserap dari tanah (Anonim, 2008).         
• Diserap,dari,Udara, Unsur hara yang di serap dari udara adalah C, O, dan S, yaitu berasal dari CO2,
O2, dan SO2, Penyerapan N baik dari udara maupun dari tanah diasimilasikan dalam proses reduksi
dan aminasi. Nitrogen (N) udara diserap dari N2 bebas lewat bakteri bintil akar dan NH3 di serap
lewatstomatatanaman(Anonim,2008).
• Diserap,dari,tanah Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaman dan diambil dari kompleks
jerapan tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion. Adapula yang dapat diserap dalam
bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organik. Dewasa ini kebanyakan unsur hara
mikro diberikan lewat daun (Anonim, 2008).
TUGAS MATA KULIAH KIMIA LINGKUNGAN

KIMIA TANAH

OLEH :

NAMA : WADINA

STAMBUK : A1L121083

KELAS : GANJIL (A)

JURUSAN : PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVESITAS HALU OLEO

KENDARI

2022

Anda mungkin juga menyukai