Tanah terdiri atas lapisan-lapisan. Lapisan tanah berturut-turut dari atas ke bawah setiap
lapisan memiliki jenis tanah yang berbeda bergitu pula dengan struktur tanah tanah, batuan
yang dikandung dalam tanah, jenis kesuburan tanah dan lain sebagainya adapun gambar
tanah itu adalah seperti pada gambar berikut.
20
30%
dan
udara
dalam
tanah
antara
20
30%.
Tanah
Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon
di
2.
hutan
hujan
tropis
Tanah
yang
lebat.
Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan
beku
serta
3.
batuan
sedimen
Tanah
yang
memiliki
Alluvial
butir
kasar
dan
berkerikil.
Tanah
Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4.
Tanah
Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan
yang
5.
tinggi
Tanah
dan
bersuhu
Vulkanik
rendah
Tanah
dingin.
Gunung
Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang
subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng
gunung
berapi.
6.
Tanah
Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh :
Kalimantan
7.
Barat
Tanah
dan
Mediteran
Lampung.
Tanah
Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang
kapur.
8.
Contoh
Tanah
Nusa
Tenggara,
Gambut
Maluku,
Jawa
/
Tengah
Tanah
dan
Jawa
Timur.
Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan
Sumatera.
Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah yang menghasilkan
bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga menentukan ukuran dan jumlah
rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan
organisme tanah.Beberapa jenis struktur tanah adalah remah,butir(granular), lempeng,
balok,prismatik,dan tiang.
Pembagian jenis tanah yang dilakukan oleh para ilmuan ada berbagai macam.Berikut
ini adalah beberapa jenis tanah berdasarkan USDA(United States Department of Agriculture)
Entisols,adalah tanah yang terbentuk dari sedimen vulkanik serta batuan kapur &
metamorf.
1.
2.
3.
4.
Oxisols,adalah tanah yang mengalami pencucian sehingga kandungan zat hara sedikit
sementara kandungan alumunium dan besi tinggi.
5.
Andisols,adalah
tanah
berwarna
gelap
yang
terbentuk
dari
endapan
vulkanik.
Mollisols,adalah tanah mineral yang serupa dgn tanah praire, terbentuk dari batuan kapur.
6.
1. Tanah Vulkanis
a. Tanah Andosol
Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan
Sulawesi
b. Tanah Regosol
Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik
rendah
Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi
pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah
dataran rendah
2. Tanah Organosol
a. Tanah Humus
Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi
Tenggara
Organosol
b. Tanah Gambut
Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru
(belum sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi
dan Sumatera
4. Tanah Podzol
Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap
erosi, kurang subur
5. Tanah Laterit
Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang
meresap dan mengalir ke dalam tanah
6. Tanah Mergel
Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena
peristiwa air hujan
a. Tanah Renzina
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah
hujan tinggi
b. Tanah Mediteran
Struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak terlalu padat dan tidak
terlalu lenggang
Membuat penghijauan dan reboisasi pada daerah yang gundul, dan sebagainya.
berkaitan erat dengan litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Sebutan pedolit, seringkali diartikan
sebagai tanah. Tanah terdiri dari bagian yang solid (mineral dan organic) dan bagian yang
berporos karena mengandung gas dan air.
Tanah merupakan produk akhir dari interaksi iklim, relief, organisme dan material induk
dalam waktu tertentu. Tanah secara kontinyu berkembang melalui banyak proses fisika,
kimiawi, dan biologis. Kebanyakan tanah memiliki kepadatan antara 1 hingga 2 g/cm 3. Hanya
sedikit tanah di bumi yang lebih tua dari zaman pleistosen, dan tidak ada yang lebih tua dari
zaman cenozoic meskipun tanah dari fosil dianggap berasal dari zaman arkean. Studi
mengenai tanah dibagi menjadi 2 cabang yaitu: edaphology dan pedologhy. Edaphologhy
mengonsentrasikan efek tanah bagi kehidupan organisme. Pedologhy fokus pada formasi,
deskripsi dan klasifikasi tanah dalam lingkungan.
Proses pembentukan tanah
Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi antara proses biologis, kimiawi
dan fisika yang bekerja pada material induk tanah. Tanah dikatakan akan terbentuk ketika
bahan organic diperoleh meninggalkan humus, karbon, dan gypsum yang menciptakan
lapisan dinamakan horizon B. Lapisan ini berpindah dari satu level ke level lain oleh air dan
aktivitas makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan membentuk lapisan tanah. Proses
pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 faktor klasik seperti iklim, topografi (relief),
organisme, dan waktu.
Berikut adalah beberapa sifat fisik tanah :
1. Bahan induk tanah
Bahan induk merupakan materi utama dari tanah yang dibentuk oleh berbagai faktor melalui
proses kimiawi, biologis dan fisika. Bahan induk tanah secara umum adalah Quartz (SiO 2),
Kalsit (CaCO3), Feldspar dan Biotit.
2. Tekstur tanah
Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi dari kombinasi
ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah (menyerupai kombinasi antara tepung,
air dan telur). Hal yang dipengaruhi oleh tesktur tanah mencakup porositas, permeabilitas
(kemampuan menyerap), infiltrasi, dan kapasitas kandungan air. Tanah dan Pasir dan lumpur
merupakan produk dari material induk yang mengalami proses fisika dan kimiawi. Tanah liat
merupakan produk dari pengendapan material induk yang larut sebagai material sekunder.
3. Kepadatan tanah
Tingkat kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 gram per cm3 dan
biasanya tidak dapat berubah. Kepadatan partikel tanah yang banyak mengandung material
organic lebih rendah daripada tanah yang sedikit mengandung material organic. Tanah
dengan kepadatan rendah dapat menyimpan air lebih baik namun bukan berarti cocok untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah dengan kepadatan tinggi menunjukkan tingkat kandungan pasir
yang tinggi.
4. Porositas tanah
Porositas mirip seperti kepadatan, hanya saja porositas berarti ruang kosong (pori-pori)
diantara tekstur tanah yang tidak terisi dengan mineral atau bahan organic namun terisi oleh
gas atau air. Semakin tinggi kepadatan tanah maka semakin rendah porositasnya dan
sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah semakin tinggi porositasnya. Idealnya, total
porositas dari tanah adalah sekitar 50% dari total volume tanah. Ruang untuk gas dibutuhkan
tanah untuk menyediakan oksigen yang berguna untuk organisme dalam menguraikan
material organic, humus dan akar tanaman. Porositas juga mendukung pergerakan serta
penyimpanan air serta nutrisi.
Tingkat porositas tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat baik dengan tingkat porositas
kurang dari 2 mikro meter, baik dengan tingkat porositas 2-20 mikro meter, sedang dengan
tingkat porositas 20-200 mikro meter dan kasar dengan porositas 200 mikro meter hingga 2
mili meter.
5. Temperatur tanah
Tanah memiliki temperatur yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim -20 derajat
celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius. Temperatur tanah penting
bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar tanaman serta menyediakan nutrisi bagi
tanaman tersebut. Tanah yang berada 50cm dibawah permukaan cenderung memiliki
temperatur yang lebih tinggi sekitar 1,8 derajat celcius.
6. Warna tanah
Warna tanah seringkali menjadi faktor paling dasar bagi kita untuk membedakan jenis jenis
tanah. Umumnya, warna tanah ditentukan oleh kandungan material organic, kondisi drainase,
minearologi tanah dan tingkat oksidasi. Pengembangan dan distribusi warna tanah berasal
dari proses kimiawi dan tingkat pelapukan material organic. Ketika mineral primer dalam
bahan induk lapuk, elemen tanah akan dikombinasikan pada senyawa dan warna yang baru.
Mineral besi merupakan mineral sekunder yang akan menghasilkan warna kuning atau
kemerahan pada tanah, material organic akan menghasilkan warna hitam kecoklatan atau
coklat (warna subur). Mangan, sulphur dan nitrogen akan menghasilkan warna hitam.
7. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah
kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah. Konsistensi diukur dengan 3
kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan basah. Konsistensi tanah bergantung pada
tingkat banyaknya tanah liat.
Derajat
Kemasaman
Tanah
(pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah
selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-,
sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+
sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut
masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar
dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 5,5 sehingga
tanah dengan pH 6,0 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih
agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH
kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di
daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena
banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat
meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan
organik
dilakukan
berdasarkan
jumlah
C-Organik
(Anonim
1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam
ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen,
Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses
dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan
dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa
pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).
N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan
berfungsi
terutama
Menurut
Hardjowigeno
a.Bahan
Organik
b.Pengikatan
Tanah
oleh
dalam
pembentukan
(2003)
:
Bahan
Nitrogen
organik
mikroorganisme
protein
dalam
halus
(Hanafiah
tanah
dan
dari
berasal
bahan
2005).
dari
organik
N
kasar
udara
c.Pupuk
d.Air
Hujan
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas
didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada
tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N
dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme.
Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 4000 kg/ha pada lapisan 0 20 cm
tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta
berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentukbentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini
terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan
urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam
tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi,
hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau
bertambah karena pengendapan.
P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral
di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7
(Hardjowigeno
2003).
Siklus
Fosfor
sendiri
dapat
dilihat
pada
Gambar
2.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai
dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi Porganik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah
2005).
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik
dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang
lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama
kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan
litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman
tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah
2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat
dan pertumbuhannya kerdil.
Kalium
(K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik
yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986),
menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan
dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri
dan
adanya
penambahan
dari
kaliumnya
sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung
kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut
dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau
tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik.
Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah
ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion
adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik
mengandung
sedikit
Kalium.
Natrium
(Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan
penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah
kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut,
suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh
15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam
larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl).
Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah
pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat
toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan
(Hanafiah, 2005).
Kalsium
(Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan
Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik,
terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder
dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan
penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
Magnesium
(Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara
lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun.
Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan
magnesium
Kapasitas
(Hanafiah
Tukar
2005).
Kation
(KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah
atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan
tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1.Reaksi
tanah
2.Tekstur
atau
jumlah
liat
3.Jenis
mineral
liat
4.Bahan
organik
dan,
5.Pengapuran
serta
pemupukan.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah
humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
Kejenuhan
Basa
(KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan
kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah
kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya
terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut
dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah
dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH
tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap
pada
permukaan
koloid
(Anonim
1991).
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah.
Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat
kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika
kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini
didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa
dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% (Anonim 1991).
tambang, misalnya pirit. Dengan mengetahui dan kemudian memperhitungkan seluruh datadata tersebut, maka dapat ditentukan teknik penambangan yang sesuai, sehingga dampak
negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan dapat dihindari atau ditekan
sekecil mungkin.
Proses Rekonstruksi Tanah
Untuk mengembalikan kondisi kontur tanah sesuai kondisi awal perlu dilakukan rekonstruksi
tanah. Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan
penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan urugan,
ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu.
Pengembalian bahan galian ke asalnya diupayakan mendekati keadaan aslinya. Ketebalan
penutupan tanah (sub-soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-distribusi tanah
pucuk. Lereng akibat bekas tambang dibaut bentuk teras, selain untuk menjaga kestabilan
lereng,
diperuntukan
juga
bagi
penempatan
tanaman
revegetasi.
Gambar 1
). Pemadatan tanah dalam rangka reklamasi lahan dapat saja dilakukan
bila berdasarkan kajian pemadatan tersebut memang diperlukan untuk menjamin stabilitaslere
ng. Namun perlu diketahui bahwa pemadatan tanah ini akan
menghambat pertumbuhan akar, menghambat sirkulasi udara, meningkatkan laju aliran perm
ukaandan mengurangi laju infiltrasi. Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi pada tanahtanah alami di lingkungan hutan yang memiliki tingkat kepadatan rendah atau
gembur sehingga memberikan ruang agar tanaman dapat berakar lebih dalam dan
berkembangtanpa rintangan.
3
Pada lahan-lahan reklamasi, pertumbuhan tanaman reklamasi berumur sama umumnyalebih
baik pada daerah-daerah sisi lereng dibandingkan daerah datar. Salah
satu penyebab utamanya adalah tanah di daerah datar lebih padat dibandingkan tanah didaera
h sisi lereng.Untuk menghindari pemadatan yang berlebihan tersebut maka jika
memungkinkangunakan bulldozer kecil dalam kegiatan
grading
dan batasi lalulintas hanya pada daerahtertentu. Tanah yang telanjur padat akibat lalulintas
alat-alat berat harus digemburkankembali dengan menggunakan excavator (
Gambar 2
).
Gambar 1.
Pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat
Gambar 2.
Penggemburan kembali tanah padat dengan excavator
pirit.Analisis kimia dan fisik tanah di laboratorium adalah kunci agar dapat
diberikanrekomendasi perbaikan kualitas tanah.
6
Seperti diketahui bahwa lokasi-lokasi tambang di Indonesia umumnya berada
padatanah-tanah yang tidak subur. Oleh karena itu, perbaikan kualitas media
tanamkhususnya pada tanah lapisan atas perlu dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilanrevegetasi. Pemberian bahan organik dalam bentuk kompos
dikombinasikan
dengan pupuk dasar NPK merupakan kunci pokok perbaikan lapisan atas tanah. Pada tanahtanah yang tergolong sangat masam hingga masam pemberian kapur pertanian perludilakukan
untuk meningkatkan pH tanah dan ketersediaan unsur-unsur lainnya, sepertiP dan berbagai
unsur mikro.
REVEGETASI
Lahan-lahan bekas tambang umumnya memiliki iklim mikro yang tidak
mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu pada tahap pertama kegiatan revegetasi lah
an bekas tambang harus ditanami terlebih dahulu dengan tanaman-tanaman pioner cepattumb
uh yang mampu beradaptasi cepat dengan kondisi lingkungan. Beberapa jenistanaman cepat
tumbuh yang umum digunakan untuk revegetasi adalah sengon laut(
Albizzia falcata
)
,
akasia
(Acasia mangium, Acasia crassicarpa),
lamtoro
(Leucaena glauca)
, turi (
Sesbania grandiflora
), gamal (
Gliricidia sepium
), dll. Kriteria
tanaman pioner cepat tumbuh adalah: (1) tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang
subur, (2) tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu, (3) tidak bersaing
dalamkebutuhan air dan hara dengan tanaman pokok, (4) tidak menjadi inang penyakit,
tahanakan angin dan mudah dimusnahkan, (5) sebaiknya dapat bernilai ekonomis.Setelah
tanaman pioner cepat tumbuh sudah berkembang dengan baik, maka tanamanlokal untuk
memperkaya variasi jenis tumbuhan hutan dapat segera ditanam. Tanamanlokal adalah
tanaman yang sudah tumbuh secara alami di sekitar daerah penambangan.Jenis-jenis tanaman
lokal dapat dilihat pada Rona Awal Laporan Amdal. Bibit tanamanlokal dapat diperoleh dari
bibit kecil di hutan sekitar daerah penambangan.Selain untuk tanaman kehutanan,
sesuai dengan status lahannya, lahan bekastambang dapat digunakan untuk
tanaman perkebunan, tanaman pangan, tanamanhortikultura, maupun tanaman
padi sawah. Pemilihan penggunaan lahan sangattergantung dari kondisi
geobiofisik lahan dan rencana tataruang penggunaan lahan.Untuk tanaman
perkebunan, karet merupakan tanaman yang relatif mudah tumbuh di l a h a n
marjinal seperti lahan-lahan bekas tambang.
3.
Pencemaran Tanah
Perubahan
topografi
Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang. Areal yang
berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil
galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal ini sering menjadi
masalah pada perusahaan tambang kecil karena keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti
halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang tidak teratur atau membentuk
lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi
bentang alam/topografi yang membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat
berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang semula.
4.
Kerusakan
tubuh
tanah
Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan kembali tanah pucuk
untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub
soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah
(Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi
dengan baik bagi tanaman nantinya dan tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan
terhadap erosi baik oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya
lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup mikroba
tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas
mikroba tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak
langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat berat di atas
tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan
menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara
(aerasi)
yang
perkembangan
secara
langsung
dapat
membawa
dampak
negatif
terhadap
fungsi
dan
akar.
Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga akan berdampak
pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto (2008a)
membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden) menyebabkan
terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos pada udara bebas
mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air membentuk Air Asam Tambang
(AAT). AAT berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran
mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan.
Sementara itu proses pengolahan bijih mineral dari hasil tambang yang menghasilkan limbah
tailing juga berpotensi mengandung bahan pembentuk asam (Suprapto, 2008b), sehingga
akan merusak lingkungan karena keberadaannya yang bisa jauh ke luar arel tambang.
Teknik penambangan adalah open pit with strip mining, diawali dari kegiatan land clearing,
pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil) , penggalian lapisan OB (overburden),
lalu penggalian ore bauxite dengan menggunakan alat excavator dengan sistem strip. Teknik
Tambang bauksit tidak menimbulkan adanya lubang besar (void) seperti pada Tambang lain
seperti batu bara dan lain-lain. Setelah selesai pengambilan ore bauxite dilanjutkan dengan
penataan lahan bekas tambang dengan cara menimbun lubang-lubang bekas tambang dengan
lapisan tanah OB terlebih dahulu, lalu yang terakhir adalah pengembalian tanah pucuk,
sedemikian rupa sehingga lahan bekas tambang tersebut dinyatakan layak/siap untuk ditanam
(revegetasi). Dalam proses penataan lahan (re-shaping) tersebut juga dilakukan tindakan civil
engineering dengan tujuan untuk pencegahan erosi dan sedimentasi. Kegiatan selanjutnya
adalah penanaman (revegetasi). Tujuan revegetasi adalah : 1.
Sesegera mungkin
mengurangi dampak erosi dan sedimentasi akibat lahan terbuka pasca penambangan.
sehingga
menjadi
masyarakat
yang
Mandiri.
(dp)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dipras/reklamasi-lahan-bekas-tambang-bauksitpt-hpam_5576ad9e319773ba4128e5fe