A.Pembentukan Tanah
Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan
bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan besar yang gersang dan tidak
ditumbuhi tanaman apapun. Batuan-batuan tersebut mengalami proses sangat panjang yang
melibatkan beragam faktor pembentukan tanah sehingga membentuk beragam jenis tanah seperti
tanah gambut, tanah liat, tanah humus, dan lain sebagainya. Proses yang juga dikenal dengan
istilah proses pembentukan tanah inilah yang membuat batuan tersebut mengalami perubahan
bentuk menjadi tanah.
Proses pembentukan tanah yang berasal dari batuan-batuan besar dipengaruhi oleh
banyak faktor. Akan tetapi, secara umum proses ini melewati 4 tahapan besar, yakni proses
pelapukan batuan, pelunakan struktur, tumbuhnya tumbuhan perintis, dan proses penyuburan.
Berikut akan dijelaskan keempat proses terbentuknya tanah tersebut.
1. Proses Pelapukan Batuan
Batuan yang berada di permukaan bumi karena pengaruh iklim lambat laun mengalami
proses pelapukan menjadi remahan-remahan kecil. Proses pelapukan sendiri sebetulnya
melibatkan banyak faktor lain, sehingga ia dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu pelapukan
kimiawi, pelapukan fisik, dan pelapukan biologi.
Pelapukan kimiawi sangat dipengaruhi oleh hujan asam yang sering terjadi di awal
proses terbentuknya bumi. Asam yang dihasilkan dari kondensasi metana, sulfur, dan klorida dan
terbawa ke dalam hujan bersifat sangat korosif, sehingga dapat mengikis batuan-batuan tersebut
secara kimia. Hujan asam ini terjadi sangat sering, sehingga pelapukan dapat terjadi hingga
batuan-batuan yang letaknya lebih dalam.
Pelapukan fisik dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca yang terjadi dengan sangat
ekstrim. Perubahan suhu secara drastis membuat ikatan batuan menjadi lapuk dan mudah
mengalami cracking (pemecahan). Perlu diketahui bahwa, dalam pelapukan fisik, struktur kimia
dari batuan tidak berubah sama sekali, oleh karena itu mineral yang terkandung dari hasil
pelapukan tetap sama.
Pelapukan biologi umumnya tidak terjadi saat awal proses pembentukan tanah. Jenis
pelapukan ini berlangsung secara terus menerus setelah tanah terbentuk dan siap digunakan
sebagai media hidup beragam jenis hewan dan tumbuhan mikro. Bisa dikatakan bahwa
pelapukan biologi adalah pelapukan penyempurna dari sifat-sifat tanah yang nantinya terbentuk.
4. Proses Penyuburan
Di tahap ini, tanah yang terbentuk mulai mengalami proses pengayaan bahan-bahan
organik. Tanah yang awalnya hanya mengandung mineral-mineral yang berasal dari proses
pelapukan batuan akan bertambah subur dengan adanya pelapukan materi-materi organik yang
berasal dari hewan dan tumbuhan yang mati di permukaan. Mikroorganisme tanah memegang
peran penting dalam hal ini.
Setelah tahapan keempat ini, tanah yang biasa kita lihat sehari-hari sudah terbentuk
dengan sempurna. Tumbuhan dan hewan autotrof mencari sumber makanannya dalam media
tersebut. Akan tetapi, proses pembentukan tanah sebetulnya masih terus berlangsung mengingat
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanah masih tetap ada hingga saat ini.
Tanah litosol sering disebut juga tanah berbatu-batu. Tanah ini terbentuk karena pelapukan
batuan yang belum sempurna sehingga sukar untuk ditanami atau kandungan unsur haranya
rendah. Persebarannya tersebar di kepulauan Indonesia terutama di daerah lereng pegunungan
yang mengalami erosi. Sebagian besar jenis tanah ini tidak dimanfaatkan, hanya sebagian kecil
yang produktif dan dimanfaatkan untuk tanaman keras, tegalan, palawija, padang rumput untuk
makanan ternak.
2. Regosol
Tanah dari lumpur gunung berapi dan endapan pasir di sepanjang pantai. Tersebar di dataran
rendah dan daerah pantai. Dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (padi, palawija, dan kelapa).
3. Gambut
Tanah gambut berasal dari organisme tumbuh-tumbuhan yang selalu digenangi oleh air sehingga
sirkulasi udara tidak lancar dan sinar matahari terhalang oleh air rawa. Akibatnya, daun-daun
menjadi sangat rapuh. Tanah gambut termasuk tanah yang kurang subur dan banyak terdapat di
rawa-rawa. Tanah gambut banyak tersebar di pulau Sumatra (pantai timur Sumatra), Pulau Irian
Jaya
bagian Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Tanah gambut banyak
Warna tanah laterit biasanya merah atau kekunning-kuningan. Tanah ini miskin unsur hara
sehingga tidak subur. Tanah laterit banyak dijumpai di daerah pegunungan yang hutannya sudah
gundul atau lapisan humusnya telah habis karena adanya erosi (tererosi). Jenis tanah laterit
banyak dijumpai di Kalimantan Barat, Gunung Kidul (Yogyakarta), Pacitan (Jawa Timur).
Pemanfaatan tanah laterit dapat digunakan sebagai bahan baku industri gerabah (keramik).
5. Aluvial
Tanah aluvial ialah jenis tanah yang berasal dari pasir halus yang mengalami pengendapan oleh
aliran sungai di daerah dataran rendah atau daerah lambah. Unsur hara yang terkandung dalam
tanah aluvial sangat bergantung pada asal daerahnya.
Terdapat di seluruh tanah air, seperti pantai timur Sumatra dan pantai utara Jawa. Selain itu
terdapat di beberapa tempat sepanjang daerah aliran sungai Batanghari (Jambi), Sungai Musi
(Palembang), Sungai Citarum (Jawa Barat), Bengawan Solo (Jawa Tengah), Sungai Barito
(Kalimantan Tengah), sungai Mahakam (Kalimantan Timur), dan sungai Kapuas (Kalimantan
Barat). Tanah ini dimanfaatkan untuk pertanian (persawahan dan palawija).
6. Vulkanis/Andosol
Jenis tanah ini banyak terdapat di sekitar gunung berapi. Tanah ini terbentuk dari abu vulkanis
yang telah mengalami proses pelapukan. Jenis tanah ini umumnya mempunyai ciri berbutir
halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, jika terkena hujan lapisan tanah bagian atas menutup
sehingga tanah ini tidak mudah tererosi. Jenis tanah ini sangat subur.
Tanah vulkanis banyak terdapat di pulau Jawa bagian utara, palau Bali, Pulau Lombok, dan
Pulau Sumatra. Pemanfaatan tanah ini untuk pertanian (sawah dan palawija) dan perkebunan
(tembakau, sayuan, buah-buahan, pinus, kopi dll).
7. Grumusol
Tanah Grumusol terbentuk dari batuan kapur dan batuan gunung api. Tanah grumusol bertekstur
halus dan berwarna kelabu kehitam-hitaman, serta terdiri atas bahan-bahan yang sudah
mengalami pelapukan. Sifat tanah ini sangat berat sehingga mudah tererosi dan longsor.
Jenis tanah grumusol banyak tersebar di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan,
Madura dan Nusa Tenggara. Tanah Grumusol banyak dimanfaatkan untuk penanaman kapas,
jagung, kedelai, tebu bahkan kadang-kadang juga tanaman padi.
8. Mergel
Tanah Mergel terbentuk dari campuran tanah liat, kapur dan pasir. Tanah ini tergolong tanah
tidak subur. Jenis tanah ini banyak tersebar di pegunungan Sewu (DIY), Priangan Selatan (Jawa
Barat) dan pegunungan Kendeng (jawa Tengah). tanah mergel banyak dimanfaatkan untuk jenis
tanaman keras seperti pohon jati.
9. Kapur
Tanah kapur adalah jenis tanah yang batu induknya berasal dari batu gamping, abu gunung api,
dan batuan endapan yang mengalami pelapukan. Kehidupan unsur haranya bergantung dari
bahan induknya. Pada umumnya jenis tanah ini kurang subur.Tanah kapur tersebar di daerah
bukit kapur di Jawa, Sumatra Selatan dan Sulawesi Tenggara.Tanah kapur banyak dimanfaatkan
untuk penanaman ubi kayu, kayu jati, dan kapuk.
10. Kaolin
Tanah kaolin adalah jenis tanah hail pelapukan batuan beku dan batuan metamorf. Tanah ini
merupakan tanah liat bermutu tinggi. Kaolin memiliki bermacam-macam warna, misalnya putih,
kuning, jingga, abu-abu. Daerah yang banyak mengandung jenis tanah ini adalah Pulau Belitung,
Bangka, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Kaolin merupakan bahan baku keramik cat dan bahan
baku industri lainnya.