manusia
Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara yang terjadi pada waktu dan daerah tertentu yang relative sempit
dan dalam waktu yang pendek (Handi Yohandi : 2007.113). Cuaca itu terbentuk dari gabungan
unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang
hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbedabeda untuk setiap tempat serta setiap jamnya.
Sifatnya adalah mudah berubah, berlaku untuk waktu yang terbatas dan meliputi daerah yang
sempit. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam
melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen
Perhubungan. Untuk negara-negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap
jam dan sangat akurat (tepat). Contohnya cuaca di Ibu Kota Jakarta cerah, tidak berawan dan
temperaturnya 26o-30o C. Ilmu yang mempelajari cuaca disebut meteorology.
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam waktu yang lama pada
beberapa puluh tahun (Handi Yohandi : 2007.113). Iklim bersifat tetap, meliputi tempat yang luas
dan berlaku untuk waktu yang lama. Contohnya iklim Indonesia sejak dulu adalah iklim tropik.
Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi. Matahari adalah kendali iklim yang sangat
penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim
yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan,
arus laut dan badai.
Penyinaran Matahari
Merupakan unsur penting dalam cuaca dan iklim. Dengan adanya penyinaran matahari maka
akan mengubah suhu di permukaan bumi. Lama penyinaran antara satu tempat dengan tempat
yang lain di bumi tidak selalu sama. Permukaan bumi yang lama disinari akan lebih panas
daripada permukaan bumi yang hanya sebentar disinari.
Suhu Udara
Adalah keadaan panas atau dinginya udara. Alat untuk mengukur suhu udara adalah
thermometer, sedangkan keadaan suhu rata-rata selama hari disebut termograf. Hasil catatan
suhunya disebut termogram. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur
(R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara di muka bumi menjadi naik karena mendapat energi panas
dari pancaran sinar matahari. Energi panas yang dipancarkan matahari ke permukaan bumi tidak
seluruhnya diserap, akan tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali atmosfer.
Akibatnya lapisan atmosfer menjadi panas. Panas dari permukaan bumi ini dirambatkan secara
berangsur-angsur dari lapisan bawah ke lapisan atasnya.
Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin besar
lintang suhu udara akan terasa makin dingin, bahkan di daerah kutub bisa mencapai beberapa
derajat di bawah nol, makin dingin. Perbedaan suhu dari satu tempat dengan tempat lainnya
dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak lintang. Hal ini dapat kita buktikan bila mendaki
gunung, suhu udara terasa makin dingin jika ketinggian bertambah. Tiap kenaikan 100 m suhu
udara akan turun 0,6oC. Penurunan suhu semacam itu disebut gradient temperatur vertikal atau
laplase rate. Pada udara kering besar laplase rate adalah 1oC.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah :
Lama penyinaran matahari
Sudut datang sinar matahari
Relief permukaan bumi
Banyak sedikitnya awan
Perbedaan letang lintang
Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi (maksimum) ke
daerah yang bertekanan udara rendah (minimum). Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh
perbedaan suhu udara.
Angin mempunyai kecepatan yang bergantung pada beda tekanan udara antara dua tempat atau
yang disebut gardien barometric. Semakin besar beda tekanannya, semakin besar pula
kecepatannya. Alat pencatat arah dan kecepatan angin adalah Anemometer.
Gambar 3. Anemometer
Daerah di permukaan bumi yang memiliki tekanan udara rendah adalah di daerah khatulistiwa
karena selalu mendapat sinar matahari. Adapun daerah sub tropik, (30o LS dan LU) merupakan
daerah yang memiliki tekanan udara tinggi. Dengan adanya perbedaan tekanan udara tersebut,
maka angin bergerak dari daerah sub tropik ke daerah khatulistiwa. Hal ini sesuai dengan Hukum
Buys Ballot:
Angin bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum, di daerah
selatan katulistiwa berbelok kaearah kiri dan di utara katulistiwa kea rah kanan
Selain daerah khatulistiwa, daerah-daerah lain di permukaan bumi yang merupakan pusat
tekanan udara rendah adalah daerah lintang 60o baik di belahan bumi utara ataupun selatan. Oleh
karena itu, selain ke arah khatulistiwa, angin bergerak dari daerah subtropik angin bergerak juga
ke arah lintang 60o LU/LS. Daerah kutub baik utara maupun selatan merupakan daerah salju
abadi yang kerapatan udaranya maksimum. Sehingga udara bergerak dari daerah kutub ke daerah
lintang 60oLU/LS. Arah gerakan angin tersebut selain dipengaruhi oleh perbedaan tekanan,
dipengaruhi juga oleh gerakan rotasi bumi yang menghasilkan gaya coriolis dan gaya gesekan
dengan permukaan bumi. Tekanan udara di permukaan bumi berbeda-beda dan di daerah tertentu
dapat berubah secara dinamis. Perbedaan tekanan tersebut dapat menyebabkan terjadinya angin.
Oleh karena itu, angin juga sangat Beragam bergantung tempatnya.
Menurut Drs. L. Iskandar angin menurut arah gerakannya, meliputi:
Gerakan udara konveksi, yaitu gerakan udara arah vertikal.
Gerakan udara adveksi, yaitu gerakan udara mendatar atau hampir mendatar (horizontal).
Gerakan udara turbulensi, yaitu gerakan udara dengan arah tidak menentu. Kalau gerakan
turbulensi vertikal maka terjadilah pergolakan siklus-siklus pendek.
Angin menurut tempat terjadinya (angin lokal) terdiri dari:
Angin laut dan angin darat
Angin laut adalah angin yang bertiup dari laut menuju daratan pada siang hari. Karena pada
siang hari daratan lebih cepat menerima panas disbandingkan dengan lautan.Sedangkan Angin
darat adalah angin yang bertiup dari darat menuju laut pada malam hari. Dikarenakan pada
malam hari daratan lebih cepat melepas panas dibandingkan dengan lautan, sehingga daratan
bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum.
Tekanan Udara
Udara merupakan suatu zat berwujud gas dan mempunyai massa serta volume. Karena memiliki
massa dan terpengaruh gravitasi bumi, maka udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara.
Tekanan udara didefinisikan sebagai tekanan yang diberikan udara setiap satuan luas bidang
datar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer. Tekanan udara akan berubah seiring dengan
semakin tingginya suatu tempat dari permukaan laut. Makin tinggi suatu tempat makin rendah
pula kerapatan udaranya. Oleh karena itu, makin ke atas tekanan udara akan makin rendah.
Sebaliknya, makin rendah suatu tempat akan semakin tinggi tekanan udaranya. Hal ini
disebabkan udara yang berada pada bagian bawah akan ditekan oleh udara bagian atasnya,
sehingga semakin dekat ke permukaan bumi akan semakin besar tekanan udaranya. Tekanan
udara di suatu tempat dapat berubah-ubah. Hal ini karena dipengaruhi oleh suhu udara.
Pemanasan oleh radiasi matahari dapat menyebabkan terjadinya pemuaian udara sehingga udara
akan menjadi lebih ringan. Akibatnya tekanan pada daerah tersebut akan lebih rendah. Demikian
pula sebaliknya, jika mengalami proses pendinginan akan terjadi penyusutan sehingga tekanan
udara akan lebih tinggi. Perbedaan tekanan inilah yang akan mengakibatkan bergeraknya udara
dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Pergerakan udara inilah
yang disebut angin.
Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya
kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara (Bambang Nianto Mulyo, M.Ed dan
Purwadi Suhandini, M.Si,2004:38). Awan yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.
Menurut morfologinya (bentuknya)
Berdasarkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis (Menurut Dengel dalam Nursid
Sumaatmadja, 2008:7.17) ,yaitu:
Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal
(bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapatmenutupi langit secara
merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.
Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu
burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.
Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Awan tinggi (lebih dari 6000 m 9000 m), karena tingginya selalu
terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
2) Awan sedang(2000 m 6000 m)
a) Alto Cumulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal
b) Alto Stratus (A-St) : awan berlapis-lapis tebal
3) Awan rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Cumulus (St-Cu): awan yang tebal luas dan bergumpal-
gumpal
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis
c) Nimbo Stratus(No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah
merupakan hujan
Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian
500m 1500 m
a) Cumulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya rata
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni) : awan yang bergumpal gumpal luas dan
sebagian telah merupakan hujan, sering terjadi angin rebut.
Curah Hujan (Presipitasi)
Curah hujan (presipitasi) adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke permukaan
bumi. Curah hujan diukur dalam unit inci atau millimeter menggunakan tolok hujan atau biasa
disebut ombrometer.
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibagi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
Hujan Konveksi
Adalah hujan yang terjadi karena pemanasan sinar matahari pada massa udara sehingga gerakan
udara tersebut naik dan mengalami pengembunan dari awan kumulonimbus dan terjadi hujan
deras tetapi tidak berlangsung lama. Hujan konveksi disebut juga hujan zenithal.
Hujan orografis
Adalah hujan yang terjadi karena gerakan udara yang menaiki lereng pegunungan dan
mengalami kondensasi. Udara yang telah mengalami kondensasi terebut membentuk awan yang
menimbulkan hujan.
Hujan frontal
Terjadi karena tumbukan antara udara panas dan udara dingin. Kemudian, udara panas naik dan
terjadi kondensasi sehingga menimbulkan hujan. Hujan front biasa terjadi pada Daerah
Konvergensi Antar Tropik (DKAT). Karena daerah tersebut merupakan daerah pertemuan dua
massa udara yang besar dan tebal, dan disebut hujan konvergensi.