Anda di halaman 1dari 24

MENENTUKAN KLASIFIKASI IKLIM MENURUT KOPPEN, JUNGHUHN,

THORNTHWAITE, SCHMIDT DAN FERGUSON, OLDEMAN DAERAH


SEMARANG

A. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut W. Koppen
2. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Junghuhn
3. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Thornthwaite
4. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson
5. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Oldeman
B. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Pensil
2. Penghapus
3. Kalkulator
Bahan:
1. Data curah hujan
2. Data temperatur
C. DASAR TEORI
Klasifikasi I klim
1) Iklim matahari
Iklim Matahari merupakan metode klasifikasi iklim berdasarkan banyaknya
radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di beberapa tempat. Oleh karena
posisi bumi terhadap matahari mempunyai kemiringan 23
1/2

0
maka selama berevolusi
terjadi perubahan posisi matahari terhadap bumi. Perubahan posisi itu merupakan
gerakan semu matahari antara 23
1/2 0
LU- 23
1/2 0
LS. Jadi titik lintang yang dilalui gerak
semu matahari itu adalah 23
1/2 0
LU/LS, sehingga > 23
1/2

0
LU/LS tidak pernah dilalui
lintasan gerak semu matahari. Akibatnya tempat-tempat yang berada di daerah lintasan
gerak semu matahari yaitu antara 23
1/2 0
LU-23
1/2 0
LS mendapatkan radiasi matahari
dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan daerah lintang tempat> 23
1/2 0
LU/LS.
Pembagian iklim Matahari adalah sebagai berikut:
a. Iklim tropik
Iklim tropik mempunyai ciri adanya suhu yang selalu tinggi sepanjang tahun.
Amplitudo suhu tahunan kecil, sehingga permusiman berdasarkan perbedaan suhu
tidak ada, tetapi yang ada permusiman berdasarkan perbedaan curah hujan. Pada
daerah tropik terdapat jalur tekanan rendah equator yang disebut juga sebagai daerah
doldrum. Daerah tropik juga merupakan daerah pertemuan angin yang berasal dari
daerah lintang kuda di utara (angin pasat timur laut) dan selatan equator (angin pasat
tenggara) yang disebut daerah konvergensi intertropik (ITC = Intertropic Convergen
Zone). Curah hujan relatif tinggi dengan tipe hujan konvergen dan konvektif.
b. Iklim Subtropik
Iklim Subtropik mempunyai cirri amplitude suhu tahunan yang lebih besar
daripada iklim tropic. Tetapi suhu tertinggi bulanan tidak diimbangi dengan curah
hujan yangb tinggi seperti pada iklim tropic.Curah hujan sedikit sekali, sebab di
daerah ini terjadi gerakan angin divergen pada udara permukaannya, tetapi di udara
atas terjadi konvergensi antara angin yan g berasal dari kutub dengan angin yang
berasal dari equator, akibatnya terjadi gerak udara menukik turun yang
menyebabkan tekanan udara menjadi lebih tinggi. Kondisi ini menyulitkan
terjadinya hujan. Oleh sebab itu pada iklim subtropik ini terdapat banyak gurun yang
luas, seperti Gurun Sahara. Iklim subtropik yangb berbatasan dengan iklim sedang,
pada musim dingin dipengaruhi oleh angin barat dan sering terjadi badai
siklonal.Pada musim panas dipengaruhi oleh tekanan tinggi subtropik yag kering dan
panas. Akibatnya pada musim dingin banyak hujan, sedangkan pada musim panas
kering.
c. Iklim Sedang
Iklim sedang mempunyai cirri yang lebih menonjol yaitu adanya amplitude
suhu tahunan yang lebih besar, sehingga pada daerah iklim sedang terdapat
permusiman berdasarkan perbedaan suhu. Musim-musim terdapat adalah musim
panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi, Daerah iklim sedang terjadi
gerakan massa udara dari kutub dan darimlintang kuda sehingga terjadi konvergensi.
Massa udara dari kutub yang dingin bertumbukan dengan massa udara dari lintang
kuda yang hangat sehingga daerah ini terjadi hujan yang cukup banyak.
d. Iklim Kutub
Iklim kutub bercirikan suhu udara yang sangat dingin sepanjang tahun,
sebab musim panas yang pendek, tetapi musim dingin yang panjang. Sekalipun
daerah iklim kutub ini dalam satu tahun menerima radiasi matahari selama 6 bulan
penuh, tetapi tidak cukup menghadirkan peningkatan suhu udara yang ekstrim, sebab
jarak matahari jauh dan matahari sangat rendah ( sudut pandang radiasi matahari
sangat rendah ). Suhu rata-rata tahunan mencapai -17C.
2) Iklim Fisis
Dasar pembagian iklim fisis adalah kondisi fisik atau alam yang mempengaruhi
iklim di daerah tertentu. Kondisi fisik yang dimaksud ialah tropografi, arus laut, dan jarak
suatu daratan terhadap laut, iklim fisis meliputi:
a. Iklim Laut
Daerah iklim ini meliputi derah yang dikelilingi oleh lautan atau berdekatan
dengan laut, dengan cirri-ciri penguapan tinggi, udara selalu lembab, langit selalu
tetutup awan, perbedaan suhu antara siang dan malam rendah, umumnya memiliki
daerah curah hujan tinggi.
b. Iklim Kontinen
Derah iklim ini terletak ditenah benua, jauh dari pengaruh angin laut. Ciri
khususnya adalah kelembapan rendah dengan perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat mencolok. Kondisi tersebut memungkinkan memilki padang rumput
dan padang pasir.
c. Iklim Ugahari atau Pegunungan
Terdapat di daerah pegunungan dan daratan tinggi. Suhu lebih rendah, tetapi
intensitas insolasi lebih tinggi, curah hujan lebih tinggi terutama pada lereng hadap
angin.
d. Iklim Tundra
Iklim tundra ini terdapat disekitar daerah kutub.
3) Iklim Junghuhn
Junghuhn melakukan klasifikasi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat
dihubungkan dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Junghuhn membagi iklim menjadi
empat zone/daerah iklim, yaitu:
a. Zona Panas, daerah yang berada pada ketinggian 0 600 m dpl. Suhu udara rata-rata
di atas 22
0
C. Tanaman budidaya yang cocok antara lain tembakau, kepala, padi,
jagung.
b. Zona Sedang, ketinggian antara 600 1500 m dpl. Suhu udara antara 22
0
C -17
0
C.
Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain tembakau, padi, kopi, teh, coklat, sayur-
sayuran.
c. Zona Sejuk, ketinggian antara 1500 2500

m dpl. Suhu udara antara 17
0
C 11
0
C.
Tanaman yang tumbuh antara lain kina kopi, teh, sayur-sayuran, pinus.
d. Zona Dingin, Ketinggian 2500 m dpl ke atas. Suhu udara di bawah 11
0
C dan tidak
ada tanaman budidaya yang tumbuh.








4) Iklim Koppen
W. Koppen (1846-1940) membagi iklim dunia menjadi 5 kelompok. Dasar
klasifikasinya menggunakan data suhu dan curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan.
Vegetasi dipandang sebagai instrumen klimatologis, sehingga batas-batas tipe iklim
sesuai dengan batas-batas vegetasi. Lima kelompok tersebut ditandai dengan huruf
kapital, yaitu:
a. golongan iklim A (tropical rainy climate), iklim hujan tropis tanpa musim dingin,
b. golongan iklim B (dry climate), iklim kering,
c. golongan iklim C (warm temperature rainy climate), iklim hujan lintang menengah
dengan musim dingin ringan,
d. golongan iklim D (cold snowy forest climate), iklim hujan lintang menengah dengan
musim dingin yang berat,
e. golongan iklim E (polar climate), iklim kutub tanpa musim hangat.
Iklim A,C, dan D disebut sebagai iklim basah dan memounyai suhu dan curah
hujan yang sesuai dengan syarat tumbuh pepohonan, sedangkan iklim B dan E disebut
iklim kering tanpa pepohonan. Masing-masing kelompok iklim tersebut kemudian dibagi
menjadi tipe-tipe iklim berdasarkan pada distribusi curah hujan musiman atau derajat
kering atau derajat dinginnya. Huruf-huruf kecil f, s, dan w menunjukkan presipitasinya
yang tidak berdasar pada musim. Huruf f (feucht: tanpa musim kering), s (summer dry:
musim panas kering), dan w (winter: musim dingin kering). Huruf kapital S dan W
digunakan untuk menunjukkan iklim kering, S: semi arid atau stepa dan W: arid atau
gurun. Huruf kapital T dan F digunakan untuk menunjukkan iklim kutub yaitu tundra (T)
dan tutupan salju (F).






a. Iklim A (tropical rainy forest)
Iklim A mempunyai suhu bulan terdingin > 18
o
C (64,4
o
F), dengan suhu
bulanan < 18
o
C tanaman tropis tertentu yang tidak peka tidak dapat hidup. Jadi
wilayah iklim ini merupakan kawasan tanaman megaterm yang memerlukan suhu
yang tinggi secara terus menerus dan hujan melimpah. Kelompok iklim A adalah:
1) Af, iklim basah tropis, f = curah hujan pada bulan paling kering 60 mm (2,4
inch). Iklim ini terdapat variasi musiman suhu minimum dan hujan yang tetap
tinggi sepanjang tahun.
2) Aw, iklim tropis basah dan kering, w = musim kering yang jelas dalam periode
musim dingin. Irama curah hujan musiman yang jelas, sekurang-kurangnya satu
bulan < 60 mm (2,4 inch). Suhu sama dengan Af.
3) Am, musim kering singkat (muson), tetapi dengan curah hujan total yang demikian
besar sehingga tanah tetap cukup basah untuk hutan. Am adalah tipe iklim antara
Af dan Aw, menyerupai dalam jumlah hujan dan Aw dalam distribusi musiman.
Curah hujan pada Af dan Aw bulan terkering <60 mm. Aw atau Am
tergantungpada jumlah curah hujan tahunan yang terjadi pada bulan terkering.
Koppen mengemukakan jenis iklim Am sangat penting bagi Indonesia. iklim Am
menunjukkan iklim tropis dimana jumlah curah hujan <60 mm selama satu bulan
atau lebih, tetapi pada bulan-bulan lainnya jumlah curah hujannya besar. Dengan
keadaan seperti ini diduga bahwa tanaman tidak dipengaruhi oleh kekeringan untuk
sementara waktu.
Batas antara Aw atau Am yaitu Am curah hujan bulan terkeringnya < 60mm
tetapi >

, sedangkan Aw curah hujan terkeringnya <

(r = curah hujan
tahunan dalam inch).

b. Iklim B (dry climate)
Iklim B merupakan kelompok iklim kering dimana terdapat evaporasi yang
melebihi presipitasi. Tidak terdapat surplus air yang tertinggal untuk mempertahankan
air tanah. Efektivitas hujan dalam menyediakan air dalam tanah untuk tanaman
tergantung pada laju evaporasi yang juga secara langsung mempengaruhi suhu, hujan
yang jatuh selama musim panas jelas kurang efektif dibandingkan dengan jumlah
yang sama yang jatuh pada musim dingin. Formula Koppen untuk mengidentifikasi
iklim kering (arid) dengan semi arid, yaitu tahunan dengan curah hujan tahunan total,
dan musim hujan maksimum. Terdapat dua tipe iklim B yaitu BW (W= wuste, gurun
pasir) sebagai iklim arid atau gurun dan BS (S=steppe, padang rumput kering) sebagai
iklim semiarid atau stepa.
Oleh karena besarnya penguapan tergantung pada suhu dan musim jatuhnya
hujan (musim panas atau musim dingin), maka batas iklim B tidak sama di berbagai
daerah. Berdasarkan hal tersebut maka batas iklim B adalah:
a) Jika curah hujan terbagi merata, maka r <2t + 14
b) Jika curah hujan maksimum pada musim panas, maka r <2t
c) Jika curah hujan maksimum pada musim panas, maka r < 2t+28

Formula untuk Mengidentifikasi Batas Iklim BS dan Iklim BW
Musim Jatuhnya Hujan Batas antara Iklim Humid
dan BS
Batas antara BW dan BS
Curah hujan menyebar
merata
r <2t + 14




Curah hujan maksimum
pada musim panas
setidaknya 10 kali hujan
musim dingin terkering
r <2t


Curah hujan maksimum
pada musim dingin
setidaknya 3 kali hujan
musim panas terkering
r < 2t+28


Sumber: Trewartha (1995) dalam Utomo (2009)
c. Iklim C (warm temperature rainy forest)
Iklim C, suhu rata-rata bulan terdingin < 18
o
C tetapi > -3
o
C, rata-rata bulan
paling panas > 10
o
C. Iklim C dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe Cf tanpa musim
kering, Cw dengan musim kering dan Cs dengan musim kering yang dingin.
a) Cf , tidak mempunyai musim kering jelas, perbedaan antara bulan-bulan paling
banyak hujan dan kering, kurang dibanding w dan s, dan curah hujan bulan
terkering untuk musim panas > 30 mm.
b) Cw, musim dingin yang kering, banyaknya hujan pada bulan terbasah musim panas
sekurangnya 10 kali bulan terkering musim dingin. Curah hujan bulan musim
dingin terkering < 30 mm. Tipe iklim ini mempunyai dua lokasi khas, yaitu (a)
lokasi tinggi pada lintang rendah dimana ketinggian menurunkan suhu, iklim-iklim
di dataran rendah berdekatan, dan (b) daerah-daerah muson lintang menengah di
kawasan Asia Tenggara, khususnya India bagian utara dan cina bagian selatan.
c) Cs, musim panas yang kering, banyaknya hujan pada musim dingin setidaknya 3
kali banyaknya hujan pada musim panas terkering, dan curah hujan bulan musim
panas terkering < 30 mm.
d. Iklim D (cold snowy forest climate)
Iklim D merupakan kelompok iklim hutan bersalju dingin, rata-rata suhu bulan
terdingin < -3
o
C, rata-rata suhu bulan terpanas > 10
o
C. Iklim D ditandai oleh tanah
yang beku serta penutupan salju selama beberapa bulan. Ada dua tipe iklim D yaitu:
a) Df yaitu iklim dingin dengan musim dingin humid, tidak mempunyai musim
kering, curah hujan bulan terkering > 30 mm
b) Dw, yaitu iklim dingin dengan musim dingin yang kering, curah hujan bulan
terkering < 30 mm, karakteristik Asia Timur Laut.
e. Iklim E (polar climate)
Iklim E merupakan kelompok iklim kutub, rata-rata suhu bulan terpanas <
10
o
C. Pada lintang yang lebih tinggi saat suhu di bawah titik beku dan tanah pun
membeku. Ada dua tipe iklim E yaitu ET (tundra) dimana terdapat musim tumbuh
yang singkat dan penutupan vegetasi yang jarang, suhu bulan terpanas antara 0-10
o
C
dan EF (salju abadi) dengan bekuan salju abadi dan tidak ada vegetasi, suhu < 0
o
C.
5) Iklim Thornthwaite
C.W. Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah
hujan yang sangat penting untuk tanaman, sehingga selain jumlah curah hujan juga pada
intensitas penguapan. Jika penguapan besar curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan
lebih kecil daripada penguapannya kecil, pada jumlah curah hujan yang sama.
Thorathwaite menghitung ratio keefektifan curah curah (precipitaion effectiveness) atau
ratio P-E, sebagai curah hujan (P = presipitasi) bulanan dibagi dengan jumlah penguapan
(E= evaporasi) bulanan, yaitu ratio P-E = P/E. Jumlah 12 bulan ratio P-E disebut indeks
P/E.
Rumus Ratio P-E =


Indeks P-E =


Keterangan :
P = Presipitasi dalam Inchi
T = Suhu bulanan rata-rata dalam
o
F
i = 1, 2, 3........12
Tabel 10.2 Golongan Kelembaban Menurut Thornthwaite
Golongan Kelembaban Keefektifan Tanaman Indeks P-E
A. Basah
B. Lembab
C. Sub Humid
D. Semi Arid
E. Arid
Hutan Hujan
Hutan
Padang Rumput
Stepa
Gurun






Selain itu Thornthwaite mengemukakan adanya efisiensi panas dengan menggunakan
Rumus Ratio T-E =
Indeks T-E = {


Tabel 10.3 Golongan Suhu Menurut Thornthwaite
Golongan Suhu Indeks T-E
A = tropis
B = mesothermal
C = microthermal
D = taiga
E = tundra
F = salju abadi





0

Masing-masing golongan kelembaban dan golongan suhu dikonfirmasikan dengan
penyebaran curah hujan musiman. Penyebaran curah hujan musiman dibedakan :
r = curah hujan banyak pada setiap musim
s = defisit curah hujan pada musim panas
w = defisit curah hujan pada musim dingin
d = defisit curah hujan pada setiap musim
Contoh klasifikasi menurut Thornthwaite seperti AAr (tropis basah hujan banyak
pada setiap musim), ABr (mesothermal basah hujan banyak pada setiap musim, BAw
(tropis lembab defisit curah hujan pada musim dingin), BBs (mesothermal lembab defisit
curah hujan pada musim panas), CAw (tropis sub humid defisit curah hujan pada musim
dingin), DAd (tropis semi arid defisit curah hujan pada setiap musim).
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu sepanjang tahun hampir konstan
sehingga variasi dari indeks P-E dari tempat yang satu ke tempat yang lain praktis hanya
brgantung pada P (presipitasi) saja. Dari sudut pertanian hal ini tidak akan melukiskan
iklim yang dikehendaki. Karena itu klasifikasi iklim menurut Thornthwaite tidak cocok
untuk daerah tropis.

6) Iklim Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah
hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu
tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan,
bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 60 mm dan bulan kering bila
curah hujan < 60 mm per bulan.
7) Iklim Schmidt dan Ferguson
Schmidt dan Ferguson (1951) menerima metode Mohr dalam menetukan bulan-
bulan kering dan bulan basah, tetapi cara perhitungannya berbeda. Schmidt dan Ferguson
menghitung jumlah bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah dari tiap-tiap tahun
kemudian baru diambil rata-ratanya. Untuk mennetikan jenis-jenis iklimnya Schmidt dan
Fergusonmenggunakan hharga quotient Q yang didefinisikan sebagai berikut:
Q =



Tiap tahun pengamatan dihitung jumlah bulan-bulan kering dan bulan-bulan
basah, kemudian dirata-ratakan selama periode pengamatan (misalnya 30 tahun). Dari sini
kita peroleh jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rrata-rata bulan basah (rata-rata
dalam 30 tahun)
8) Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada keberurutan
bulan basah dan hulan kering tanpa memperhitungkan suhu. Oldeman menentukan bahwa
bulan basah dengan curah hujan > 200 m, sedangkan bulan kering dengan jumlah curah
hujan < 100 mm sedangkan curah hujan 100-200 mm merupakan bulan lembap. Oldeman
membuat klasifikasi iklim dengan tujuan membantu usah pertanian terutama tanaman
padi, berdasarkan urutan bulan basah dan bulan kering.
Faktor Pembentuk I klim
A. Matahari atau Latitude
Dalam geografi, garis lintang merupakan garis khayal yang digunakan untuk
menentukan lokasi di Bumi terhadap garis khatulistiwa (utara atau selatan). Posisi lintang
biasanya dinotasikan dengan simbol huruf Yunani . Posisi lintang merupakan
penghitungan sudut dari 0 di khatulistiwa sampai ke +90 di kutub utara dan -90 di
kutub selatan. Dalam bahasa Indonesia lintang di sebelah utara khatulistiwa diberi nama
Lintang Utara (LU), demikian pula lintang di sebelah selatan khatulistiwa diberi nama
Lintang Selatan (LS). Nama-nama ini tidak dijumpai dalam bahasa Inggris. Lintang Utara
Lintang Selatan menyatakan besarnya sudut antara posisi lintang dengan garis
Khatulistiwa. Garis Khatulistiwa sendiri adalah lintang 0 derajat.
Setiap derajat lintang dibagi menjadi 60 menit (satu menit lintang mendekati satu
mil laut atau 1852 meter, yang kemudian dibagi lagi menjadi 60 detik. Untuk keakurasian
tinggi detik digunakan dengan pecahan desimal. Lintang yang cukup penting adalah Garis
Balik Utara (2327 LU), Garis Balik Selatan (2327 LS), Lingkaran Arktik (6633 LU),
dan Lingkaran Antarktik (6633 LS). Hanya antara kedua Garis Balik matahari dapat
berada di zenith. Hanya di utara Lingkaran Arktik atau selatan Lingkaran Antarktik
matahari tengah malam dapat terjadi.
Perbedaan lintang akan menyebabkan perbedaan insolasi dan radiasi neto harian
atau tahunan. Pada tanggal 21 Juni Insolasi harian maksimum terjadi pada lintang kira-
kira 30
0
utara. Sebaliknya 22 Desember terjadi pada lintang 30
0
derajat selatan. Seangkan
pada tanggal 21 Maret atau 23 September insolasi harian maksimum terjadi di equator.
Pencapaian insolasi harian maksimum disebabkan adanya posisi surya berada di atas
masing-masing lintang pada tanggal atau hari yang bersangkutan.
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis
lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah tersebut
mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin
tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari semakin kecil sehingga
suhu udaranya semakin rendah. Indonesia yang terletak di daerah lintang rendah (6 LU
11 LS) mendapatkan penyinaran matahari relatif lebih lama sehingga suhu rata-rata
hariannya cukup tinggi.





Untuk memahami bagaimana dinamika Bumi sebagai mesin cuaca bekerja,
menjadi penting untuk memahami mengapa lintang yang berbeda menerima kuantitas
yang berbeda dari energi matahardan, mengapa kita mempunyai musim? Satu dari
gerakan utama Bumi adalah rotasi, yaitu gerakan berputar dari Bumi pada sumbunya.
Rotasi menghasilkan siklus harian dari siang dan malam. Satu rotasi memakan waktu 24
jam. Gerakan ke dua dari planet kita adalah revolusi, yaitu gerakan Bumi dalam orbitnya
mengelilingi Matahari.


B. Pusat Tekanan Rendah dan Tekanan Tinggi
Akibat bumi yang condong 23

menyebabkan gerak semu matahari berkisar pada


garis balik utara 23

LU (tropic of cancer) dan garis balik selatan 23

LS (tropic of
Capricorn). Pergerakan semu matahari ini menyebabkan perbedaan intensitas isolasi
untuk berbagai letak lintang. Pengaruh selanjutnya pada perbedaan suhu di berbagai letak
lintang tersebut yang berakibat pada perbedaan tekanan udaranya. Sebab suhu mempunyai
hubungan terbalik dengan tekanan udara, yaitu jika suhu udara tinggi maka tekanannya
rendah, hal ini karena udara bersuhu tinggi akan naik dan berkembang. Perbedaan tekanan
udara pada berbagai lintang dapat dikelompokkan, yaitu pada daerah lintang yang
bertekanan rendah disebut sebagai pusat tekanan rendah dan daerah lintang yang
bertekanan tinggi disebut disebut dengan pusat tekanan tinggi. Kondisi yang demikian
menyebabkan dinamika udara, dimana udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah. Udara yang bergerak ini mempunyai arah pergerakan dipengaruhi oleh gaya
coriolis, arah inilah yang selanjutnya mempengaruhi permusiman atau iklim wilayah. Sifat
pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi serta arah angin adalah semi permanen yang
berubah secara periodic sebagaimana pergerakan semu matahari.
Pusat-pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi adalah sebagai berikut ;
a. Pusat tekanan rendah equator, yang terdapat di sekitar equator, kondisi ini disebabkan
karena suhu tinggi yang berakibat pada naik dan berkembangnya massa udara
sehingga tekanannya rendah, dan merupakan daerah doldrum (tenang).
b. Pusat tekanan tinggi subtropik yang disebut daerah lintang kuda (horse latitude)
karena adanya gerakan udara bagian atas (konvergensi) yang turun dan
mengakibatkan penempatan massa udara sehingga tekanan udara menjadi lebih tinggi.
Daerah lintang kuda berada pada garis lintang 30 LU/LS.
c. Pusat tekanan rendah subpolar, karena efek termal yaitu semakin kea rah kutub
suhunya semakin rendah dan tekanannya semakin tinggi, sehingga pada subpolar
tekanan udaranya lebih rendah daripada di kutub. Daerah pusat tekanan rendah
subpolar terletak pada garis lintang 60 LU/LS.
d. Pusat tekanan tinggi kutub, karena efek termal maka tekanan di kutub lebih tinggi.
Daerah pusat tekanan tinggi kutub berada pada garis lintang 90 LU/LS.
C. Arah Angin
Arah angin utama di bumi dipengaruhi oleh gaya Coriolis yaitu gaya yang bekerja
pada fluida (udara dan air) yang bergerak pada bumi yang berotasi, sehingga angin di
belahan bumi utara berbelok ke kiri. Akibat arah angin menyebabkan permusiman sperti di
Indonesia. permusiman di Indonesia terjadi dua musim dalam satu tahun, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada saat matahari berada pada
garis balik selatan, akibatnya terjadi perbedaan tekanan antara di wilayah Asia dan
Australia. Angin bergerak dari wilayah Asia yang bertekanan tinggike arah Australia yang
bertekanan rendah, sehingga di Indonesia dilalui oleh angin tersebut yang membawa
banyak uap air, sebab melewati wilayah samudar pasifik yang luas. Angin yang bergerak
dari wilayah Asia dan melewati Smaudra Pasifik tersebut dari arah timur laut, setelah
melewati equator angin berbelok ke kiri yaitu ke arah barat laut, karena gaya coriolis.
Angin ini membawa udara lembap sehingga udara menjadi cepat jenuh dan terkondensasi
menghasilkan hujan di wilayah Indonesia, teristimewa pada dwilayah daratan yang
memiliki gunung tinggi, sehingga hujan menjadi lebih banyak, karena pengaruh orografis.
D. Gunung Penghalang
E. Massa Udara
F. Arus Laut
Arus laut yang pada dasarnya merupakan akibat gerakan massa udara di atas
permukaan laut. Arus laut kemudian dipengaruhi oleh perputaran bumi (rotasi)
menyebabkan pembelokan arah arus laut karena gaya coriolis yaitu di belahan
bumi (hemisfer) utara membelok ke kanan dan di belahan bumi selatan membelok
ke kiri.
Pengaruh arus laut terhadap iklim adlah sebagai berikut:
a. Arus laut yang dingin akan menurunkan suhu udara di daratan, sedang arus
laut panas akan menaikan suhu udara di daratan. Misalnya, arus teluk Atlantik
Utara mempertahankan suhu musim dingin di sepanjang pantai di Eropa Barat
di atas 0
o
C. Demikian juga pengaruh arus panas Kurosyiwo pada pantai-pantai
di sekitarnya. Arus laut yang mengarh ke kutub pada umumnya bersifat lebih
panas daripada lingkungan sekitarnya, sehingga dinamakan arus panas.
Sebaliknya arus yang bergerak menuju equator pada umumnya bersifat lebih
dingin daripada lingkungan sekitarnya, sehingga disebut arus dingin.
b. Arus panas pada umumnya mengakibatkan peningkatan curah hujan, karena
udara di atas lautan banyak membawa uap air. Sebaliknya arus dingin yang
sedikit membawa uap air dan bergerak ke daerah lebih panas, kelembapan
menjadi turun.
c. Udara yang bergerak di atas macam-macam arus laut kadang-kadang bisa
bertemu dan sebagian terkondensasi menjadi kabut.

Arus Laut El-Nino
El-Nino berarti anak laki-laki, dan La-Nina berarti anak perempuan (bahasa
Spanyol). Bagi masyarakat Peru, El-Nino memberikan berkah mendatangkan
banyak hujan setelah dilanda kekeringan. El-Nino merupakan arus laut hangat
yang bergerak ke selatan sepanjang pantai Peru. El-Nino bersifat panas dan
La-Nina bersifat dingin. Di Samudra pasifik Ekuatorial di bagian tengah dan
timur. El-Nino ditandai dengan adanya beda tekanan antara Tahiti dan Darwin
yang disebut Osilasi Selatan dan menjadi ENSO (El-Nino Suthern
Oscillation). El-Nino terjadi pada indeks osilasi selatan yang negatif, artinya
tekanan udara di Tahiti lebih renadh dibandingkan dengan tekanan udara di
atas Darwin. Daerah El-Nino terbagi menjadi Nino 1 (5
o
S - 10
o
S, 90
o
B darat),
Nino 2 (0
o
S - 5
o
S, 90
o
B darat), Nino 3 (5
o
U - 5
o
S, 160
o
B darat), dan Nino 4
(5
o
U - 5
o
S, 150
o
B - 90
o
B).
Pada peristiwa El-Nino tekanan udara di atas darwin lebih besar daripada
tekanan udara di atas Tahiti, sehingga El-Nino terjadi perubahan angin
terutama sirkulasi zonal (sirkulasi Walker) yang semula timuran menjadi
baratan, dan awan konveksi akan bergerak ke timur menjauhi wilayah
Indonesia. pada masa La-Nina sirkulasi Walker memperkuat angin pasat dan
awan konveksi dari Samudra Pasifik tengah akan bergerak menuju wilayah
Indonesia. peritiwa El-Nino adalah reaksi Pasifik Selatan terhadap gaya
atmosfer yang bekerja melalui angin pasat tenggara.
Setiap tiga sampai tujuh tahun arus yang panas atau El-Nino ini menggantikan
arus laut yang biasanya sejuk di luar Pantai Peru, Amerika Selatan. Pemansaan
lautan ini tejadi di kawasan yang luas meliputi Pasifik Tengah dan Timur serta
mempunyai kaitan dengan keadaan kejadian luar biasa cuaca di tempat-tempat
tertentu di dunia seperti banjir dan kemarau yang berkepanjangan. Di Asia
tenggara, Indonesai, Australia, keadaan lebih kering dan normal, sementara di
Pasifik Tengah berdekatan dengan katulistiwa biasanya lembap.
Pada lazimnya, El-Nino berlaku untuk tempo 9 -18 bulan. Biasanya mulai
terbentuk pada awal tahun, berada di puncak pada akhir tahun dan menjadi
lemah di awal tahun berikutnya. Semasa El-Nino perairan yang lebih panas di
Pasifik tengah dan Timur membekalkan suhu dan lembapan tambahan pada
udara yang berada di atasnya. Ini mendorong pergerakan naik yang kuat dan
dengan demikian merendahkan tekanan permukaan di dalam kawasan
pergerakan udara yang menaik itu. Udara yang lembap itu terkondensasi lalu
membentuk kawasan ribut petir yang luas dan hujan lebat di kawasan tersebut.
bagian barat Pasifik termasuk Indonesia tekanan udara meningkat,
menyebabkan cuaca menjadi lebih kering. Semasa ketiadaan El-Nino.
Kawasan permukaan di Pasifik Barat biasanya rendah dan lembap, di tengah
dan timur pasifik adalah tinggi dan kering.
G. Badai
Badai merupakan angin yang bergerak sangat cepat bisa > 100 km/jam dan pada
isobar yang lurus angin ini bergerak secara horizontal, tetapi pada isobar yang
melengkung angin ini merupakan angin yang siklonal yang bergerak melingkar.

9) LANGKAH-LANGKAH
a) Perhitungan


10) HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Bulan
Tahun Jumlah
Curah
Hujan
Rata-rata
Curah
Hujan
(mm)
Rata-rata
Curah
Hujan
(inc)
Jumlah
suhu
Rata-
rata
suhu (c)
Rata-
rata
suhu
(f)
2007 2008 2009 2010 2011
CH SUHU CH SUHU CH SUHU CH SUHU CH SUHU
Jan 225 28.3 245 27.6 132 28.5 499 28,3 212 28,6 1313 262.6 52.5 115.3 23.1 55.1
Feb 99 27.5 250 28.2 190 28.9 738 27,8 85 24,3 1362 272.4 54.5 136.7 27.3 59.3
Mar 262 28.5 387 28.5 186 27.3 372 28,1 255 28,6 1462 292.4 58.5 141 28.2 60.2
Apr 193 29.2 19 29.2 91 28.5 445 27,9 400 28,5 1148 229.6 45.9 143.3 28.7 60.7
Mei 23 28 18 29.1 213 27.9 113 28,6 96 27,2 463 92.6 18.5 140.8 28.2 60.2
Jun 67 27.6 - 29.3 4 28.7 34 28,9 33 28,3 138 27.6 5.5 142.8 28.6 60.6
Juli - 27.4 - 28.8 - 29.1 30 28,8 - 27,3 30 6 1.2 388 28.3 60.3
Ags 14 27.8 - 28.7 - 28.6 57 28,4 - 27,8 71 14.2 2.8 141.3 28.3 60.3
Sep - 29.7 - 28.3 - 28.3 122 27.7 - 29,0 122 24.4 4.9 143 28.6 60.6
Okt 12 29.5 71 25.8 1 28.5 90 27,8 - 28,6 174 34.8 7 140.2 28 60
Nov - 29.3 110 28.7 26 27.8 129 28,1 176 29,1 441 88.2 17.6 143 28.6 60.6
Des 452 28.4 356 27.5 175 27.2 239 27,4 184 27,8 1406 281.2 56.2 138.3 27.7 59.7


RATA-RATA SUHU DAN CURAH HUJAN KOTA MOJOKERTO
SELAMA 5 TAHUN (2007-2011)
No Bulan Jumlah
Curah
Hujan
(5tahun)
Rata-
Rata
Curah
Hujan
(mm)
Rata-
Rata
Curah
Hujan
(inch)
Jumlah
Suhu
Rata-
Rata
Suhu
(
O
C)
Rata-
Rata
Suhu
(
O
F)
1 Januari 1313 262.6 52.5 115.3 23.1 55.1
2 Februari 1362 272.4 54.5 136.7 27.3 59.3
3 Maret 1462 292.4 58.5 141 28.2 60.2
4 April 1148 229.6 45.9 143.3 28.7 60.7
5 Mei 463 92.6 18.5 140.8 28.2 60.2
6 Juni 138 27.6 5.5 142.8 28.6 60.6
7 Juli 30 6 1.2 388 28.3 60.3
8 Agustus 71 14.2 2.8 141.3 28.3 60.3
9 September 122 24.4 4.9 143 28.6 60.6
10 Oktober 174 34.8 7 140.2 28 60
11 November 441 88.2 17.6 143 28.6 60.6
12 Desember 1406 281.2 56.2 138.3 27.7 59.7
1626

A. Klasifikasi Iklim Menurut Koppen
Formula untuk Mengidentifikasi Batas Iklim BS dan Iklim BW
Musim Jatuhnya Hujan Batas antara Iklim
Humid dan BS
Batas antara BW dan BS
Curah hujan menyebar
merata
r <2t + 14




Curah hujan maksimum
pada musim panas
setidaknya 10 kali hujan
r <2t



S
u
m
b
er: Trewartha (1995) dalam Utomo (2009)

Kota Mojokerto memiliki suhu bulan terdingin sebesar 23.1
o
C (55.1
O
F). Jadi
berdasarkan klasifikasi iklim menurut Koppen Kota Mojokerto memiliki
tipe iklim A.
Curah hujan terkering adalah 6 mm (1.2 inchi)
Karena 6 m berada di antara 0 mm 60 mm maka ini merupakan batas
antara Am dan Aw
Perhitungan:
Rata-rata curah hujan 5 tahun = 1626 mm
r =


= 65.04
B. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Dan Ferguson

Tabel Rata-Rata Curah Hujan Kota Mojokerto Selama 5 Tahun
No Bulan Rata-Rata
Curah Hujan
(mm)
1 Januari 262.6
2 Februari 272.4
3 Maret 292.4
4 April 229.6
5 Mei 92.6
6 Juni 27.6
musim dingin terkering
Curah hujan maksimum
pada musim dingin
setidaknya 3 kali hujan
musim panas terkering
r < 2t+28


7 Juli 6
8 Agustus 14.2
9 September 24.4
10 Oktober 34.8
11 November 88.2
12 Desember 281.2

Jumlah bulan basah 5
Jumlah bulan kering 5


Q =


%
Q =


Q = 100
Dari harga Q yang ditentukan pada persamaan di atas kemudian Schmidt dan Ferguson
menentukan jenis iklimnya yang ditandai dari iklim A sampai iklim H, sebagai berikut:












Tipe Iklim Nilai Q (%) Kondisi Iklim dan
Vegetasi
A < 14,3 Sangat basah
B 14,3 - 33,3 Basah
C 33,3 - 60 Agak basah
D 60 - 100 Sedang
E 100 - 167 Agak kering
F 167 - 300 Kering
G 300 - 700 Sangat kering
H >700 Luar biasa kering
Jadi iklim di Kota Mojokerto selam 5 tahun terakhir berdasarkan Schmidt dan Ferguson
termasuk pada tipe iklim D yang artinya sedang, karena memiliki nilai Q 60-100.
C. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

Tabel Rata-Rata Curah Hujan Kota Mojokerto Selama 5 Tahun
No Bulan Rata-Rata
Curah Hujan
(mm)
1 Januari 262.6
2 Februari 272.4
3 Maret 292.4
4 April 229.6
5 Mei 92.6
6 Juni 27.6
7 Juli 6
8 Agustus 14.2
9 September 24.4
10 Oktober 34.8
11 November 88.2
12 Desember 281.2

Jumlah bulan basah berurutan 4
Jumlah bulan kering berurutan 5

Dari data rata-rata curah hujan dan suhu Kota Mojokerto selama 5 tahun
diketahui bahwa jumlah bulan basah secara berurutan adalah 4. Sedangkan
jumlah bulan kering secar berurutan adalah 5.

Kriteria Klasifikasi Iklim Oldeman
Main
Type
Bulan
basah
Sub
division
Bulan
kering
A > 9 1 < 2
B > -9 2 2-3
C 5-6 3 4-6
D 3-4 4 > 6
E < 3




Jadi main tipe iklim di Mojokerto adalah E dalam subdivision 3, Dapat
disimpulkan bahwa iklim Kota Mojokerto menurut Oldeman adalah
termasuk iklim tipe E
3
.

D. Klasifikasi Iklim Menurut Mohr
Bulan Rata-Rata Curah
Hujan (mm)
Januari 262.6
Februari 272.4
Maret 292.4
April 229.6
Mei 92.6
Juni 27.6
Juli 6
Agustus 14.2
September 24.4
Oktober 34.8
November 88.2
Desember 281.2
1626
Menurut klasifikasi iklim menurut Mohr, Kota Mojokerto memiliki bulan
kering sebanyak 5 bulan, belan basah sebanyak 5 bulan, dan bulan lembab sebanyak 2
bulan. Oleh karena itu, Kota Mojokerto tergolong pada iklim golongan IV, yaitu
daerah kering yang mana terdapat 5-6 bulan kering.

E. Klasifikasi Iklim Menurut Thornthwaite

Data Suhu dan Curah Hujan Kota Mojokerto Selama 5 Tahun (2007-2011)
Suhu (
o
F) CH (inchi) Ratio P-E Ratio T-E
55.1 52.5 135.92 5.78
59.3 54.5 128.41 6.83
60.2 58.5 136.08 7.05
60.7 45.9 103.09 7.18
60.2 18.5 38.354 7.05
60.6 5.5 10.01 7.15
60.3 1.2 1.89 7.08
60.3 2.8 4.80 7.08
60.6 4.9 8.82 7.15
60 7 13.226 7
60.6 17.6 35.991 7.15
59.7 56.2 131.648 6.93
Indeks Ratio 748.226 83.40

Berdasarkan hasil perhitungan menurut Thornthwaite, maka Kota Mojokerto
termasuk dalam golongan kelembapan Arid yang memiliki keefektifan tanaman
Gurun. Hal ini dikarenakan total indeks P-E adalah 6.51. Sedangkan berdasarkan
perhitungan indeks T-E, Kota Mojokerto termasuk dalam golongan suhu
mesotermal yaitu indeks T-E berkisar antara 64-127 dan Kota Mojokerto memiliki
total indeks T-E sebesar 83.40

F. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn

Kota Mojokerto terletak 46-750 meter diatas permukaan air laut, jadi menurut
Junghun maka Kota Mojokerto termasuk dalam Zone Panas (0 600 m dpl).
Tanaman budidaya yang tumbuh pada zona ini adalah tembakau, kelapa, padi, dan
jagung. Meskipun begitu di Kota Mojokerto juga banyak dibudidayakan tanaman
bawang merah. Bahkan Kota Mojokerto menjadi salah satu sentra komoditas
bawang merah di Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai