Anda di halaman 1dari 6

KLASIFIKASI IKLIM

Terjadinya iklim yang bermacam-macam di muka bumi, disebabkan oleh rotasi dan revolusi bumi serta
adanya perbedaan garis lintang.

Beberapa macam iklim, antara lain sebagai berikut:


1. Iklim matahari
Klasifikasi iklim matahari, didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi. Tempat-tempat yang lintangnya tinggi lebih sedikit daripada tempat-tempat yang
lintangnya rendah.
Berdasarkan iklim matahari, bumi dibagi menjadi empat daerah iklim, yaitu sebagai berikut:
a. Daerah iklim tropis : 0o – 23,5o LU/LS
b. Daerah iklim sub tropis : 23,5o – 40o LU/LS
c. Daerah iklim sedang : 40o – 66,5o LU/LS
d. Daerah iklim dingin : 66,5o – 90o LU/LS

2. Iklim Koppen
Pengelompokan iklim Koppen berdasarkan indikator vegetasi, suhu, curah hujan.
Koppen membagi iklim dunia menjadi iklim A, B, C. D, dan E.
a. Tipe iklim A, adalah iklim hujan tropis.
Dengan cirri : suhu udara pada bulanbulan terdinginnya mencapai lebih dari 18o C .
vegetasinya adalah adanya tumbuhan yang peka terhadap suhu tinggi seperti berbagai jenis palma
(kelapa, nipah dan lain-lain).
- iklim A dapat dibagi  iklim Af, Aw, Am.
- Tipe Iklim Af adalah tipe iklim tropik basah (iklim hujan tropic)
- Tipe iklim Aw adalah tipe iklim kering tropik (Iklim savana tropic).
- Tipe iklim Am adalah tipe iklim basah tropis dengan musim kering yang singkat
b. Tipe iklim B, adalah iklim kering (dry climate).
Iklim kering terjadi karena jumlah penguapan lebih besar atau sama dengan jumlah hujan yang diterima.
Karena itu, tidak ada kelebihan air yang dapat disimpan, sebab semuanya diuapkan kembali. Di daerah ini
biasanya tidak ditemukan sungai permanen.
Tipe iklim B terbagi 2 yaitu Bs, Bw :
- BS = iklim stepa
- BW = iklim gurun
c. Tipe iklim C, adalah tipe iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh lautan.
Ciri tipe iklim ini adalah rata-rata suhu dalam bulan-bulan terdingin lebih kecil daripada 18o Celcius,
tetapi masih di atas – 3o Celcius. Sementara itu, rata-rata suhu bulan-bulan panasnya lebih besar
daripada 10⁰ Celcius.
tipe iklim C terbagi dalam tiga , yaitu Cf, Cw, dan Cs.
- Cf = iklim hujan sedang, panas tanpa musim kering
- Cw = iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin kering
- Cs = iklim hutan sedang, panas dengan musim panas yang kering
d. Tipe iklim D, adalah tipe iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh daratan. Ciri tipe iklim ini adalah
memiliki ratarata suhu bulan-bulan terdingin di bawah – 3o Celcius dan rata-rata suhu bulan-bulan
terpanas di atas 10o Celcius. Kenampakan yang dapat diamati di daerah yang bertipe iklim ini adalah
penutupan salju pada lapisan tanah yang beku pada beberapa bulan yang dingin. Tiga subregion iklim D
adalah Df, Dw dan Ds.
- Iklim Df adalah iklim dingin dengan musim dingin yang basah.
- Iklim Dw adalah iklim dingin dengan musim dingin yang kering.
- Iklim Ds adalah iklim dingin yang kering selama musim panas.
e. Tipe iklim E, adalah tipe iklim kutub. Ciri tipe iklim ini adalah memiliki rata-rata suhu pada bulan-
bulan terpanas lebih kecil dari 10o Celcius.
Iklim ini terdiri atas dua subregion iklim yaitu iklim Et dan Ef.
- Et adalah iklim tundra
- Ef adalah tipe iklim es abadi.

3. Iklim Schmidt – Fergusson


Cara perhitungan pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-
bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun, kemudian dirata-ratakan.
Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering menggunakan metode Mohr.
Menurut Mohr, suatu bulan dikatakan:
a. bulan kering yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm;
b. bulan basah yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm;
c. bulan lembab yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60 – 100 mm;

Penentuan iklim Schmidt-Fergusson dapat ditentukan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.

Makin besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim semakin basah.
Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut.
a) Tipe Iklim A (sangat basah), jika nilai Q antara 0%–14,33%.
b) Tipe Iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33%–33,3%.
c) Tipe Iklim C (agak basah), jika nilai Q antara 33,3%–60%.
d) Tipe Iklim D (sedang), jika nilai Q antara 60%–100%.
e) Tipe Iklim E (agak kering), jika nilai Q antara 100%–167%.
f) Tipe Iklim F (kering), jika nilai Q antara 167%–300%.
g) Tipe Iklim G (sangat kering), jika nilai Q antara 300%–700%.
h) Tipe Iklim H (kering sangat ekstrim), jika nilai Q lebih dari 700%.

4. Iklim F. Junghuhn
Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-
tumbuhan, yaitu sebagai berikut.
a. Daerah panas atau tropis
Tinggi tempat : 0 - 600 m di atas permukaan laut.
Suhu : 26,3o C – 22o C.
Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
b. Daerah sedang
Tinggi tempat : 600 m - 1500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 22o C - 17,1o C.
Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.
c. Daerah sejuk
Tinggi tempat : 1500 - 2500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 17,1o C - 11,1o C.
Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
d. Daerah dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 11,1o C - 6,2o C.
Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA
Pola umum curah hujan di Kepulauan Indonesia dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai timur.
2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan pulau-pulau yang panjang dan berderet dari barat
ke timur. Pulau-pulau ini hanya diselingi oleh selat-selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini secara
keseluruhan
tampak seolah-olah satu pulau, sehingga berlaku juga dalil bahwa di sebelah timur, curah hujan lebih
kecil kalau dibandingkan dengan sebelah barat. Sebelah barat dari jejeran pulau ini adalah pantai barat
Jawa Barat.
3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah jumlahnya dari dataran
rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada ketinggian 600 - 900 m.
4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim pancaroba, demikian juga halnya di
daerah-daerah rawa yang besar-besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari barat ke timur. Pantai barat Pulau Sumatera sampai
Bengkulu, mendapat hujan terbanyak bulan November. Lampung, Bangka, yang letaknya sedikit ke timur,
pada bulan
Desember, sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada bulan Januari- Februari, yang letaknya lebih ke
timur lagi.
7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah mempunyai musim hujan yang
berbeda, yaitu Mei-Juni. Justru pada waktu bagian lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering.
Batas wilayah
hujan Indonesia Timur kira-kira terdapat pada 120oBT. Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu
lebih dari 2000 mm/ tahun. Akan tetapi, seperti telah disebutkan di muka bahwa antara tempat yang
satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama. Daerah yang paling besar curah hujannya
adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet, dengan curah hujan sekitar 7069 mm/tahun.
Sebaliknya kota Palu di Sulawesi
Tengah, merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.

Perubahan Iklim Global


a. Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
1) Efek Rumah Kaca (Green House Effect)
Naiknya suhu udara di bumi secara menyeluruh disebut pemanasan global (global warming). Akibat dari
banyaknya CO, CFC, dan gas-gas rumah kaca lainnya yang dilepaskan ke atmosfer
2) Penipisan Lapisan Ozon (Ozon Deplation)
Aktivitas manusia yang berperan dalam penipisan lapisan ozon, antara lain aktivitas manusia dalam bidang
industri. Industri banyak mengemisikan CFC dari limbah pabrik berupa gas dari pabrik, refrigrator, AC
(Air Conditioner), dan aerosol

Dampak Perubahan Iklim Global


Dampak perubahan iklim secara global, antara lain sebagai berikut:
a) Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan laut naik.
b) Air laut naik dapat menenggelamkan pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut dan pada
akhirnya menimbulkan banjir didataran rendah.
c) Suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka.
d) Meningkatnya risiko kebakaran hutan.
e) Mengakibatkan El Nino dan La Nina.
f) Terjadinya perubahan pada cuaca dan iklim.
El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu per mukaan air permukaan laut di pantai barat Peru–Ekuador
(Amerika Selatan) yang mengakibatkan gangguan iklim secara global.
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino

Anda mungkin juga menyukai