Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KONDISI IKLIM KECAMATAN TULUNGAGUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Geografi Regional Indonesia yang dibina oleh Bapak Marhadi Slamet K.

Oleh: Wahyu Rahmawati 109821417307 Offering B/2009

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG Desember 2011

A. Landasan Teori Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama ( minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi bumi sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari dan tahunan; dan b. Perbedaan lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi. Iklim di suatu daerah berkaitan erat dengan letak garis lintang dan ketinggiannya di muka bumi. Berdasarkan letak garis lintang dan ketinggian tersebut, maka iklim dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu iklim matahari dan iklim fisis. 1. Iklim Matahari Klasifikasi iklim matahari, didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Tempat-tempat yang lintangnya tinggi lebih sedikit daripada tempat-tempat yang lintangnya rendah. Berdasarkan iklim matahari, bumi dibagi menjadi empat daerah iklim, yaitu sebagai berikut: 1. Daerah iklim tropis (panas) : 0 23,5 Lintang Utara (LU) / Lintang Selatan (LS) 2. Daerah iklim sub tropis : 23,5 40 LU/LS 3. Daerah iklim sedang : 40 66,5 LU/LS 4. Daerah iklim dingin : 66,5 90 LU/LS

Gambar pembagian daerah iklim matahari

2. Iklim Fisis Iklim fisis adalah iklim yang didasarkan pada keadaan atau fakta sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi, angin, dan curah hujan. Iklim fisis dapat dibedakan menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim gunung/pegunungan dan iklim musim (muson). a) Iklim laut (Maritim) Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim di kedua daerah tersebut sangat berbeda. Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40, adalah sebagai berikut: 1) Suhu rata-rata tahunan rendah; 2) Amplitudo suhu harian rendah/kecil; 3) Banyak awan, dan 4) Sering hujan lebat disertai badai. Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut: 1) Amplituda suhu harian dan tahunan kecil; 2) Banyak awan; 3) Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik; 4) Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba.

b) Iklim Darat (Kontinen) Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40o, yaitu sebagai berikut: 1) Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan 2) Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan. Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut: 1) Amplitudo suhu tahunan besar; 2) Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah; 3) Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas. c) Iklim Dataran Tinggi Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut: 1) Amplitudo suhu harian dan tahunan besar; 2) Udara kering, 3) Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah; dan 4) Jarang turun hujan. d) Iklim Gunung Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet. Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut: 1) Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi; 2) Terdapat di daerah sedang; 3) Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil; 4) Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan; 5) Kadang banyak turun salju. e) Iklim Musim (Muson) Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 1) Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan menimbulkan hujan;

2) Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan menimbulkan musim kemarau.

Selain pembagian iklim menurut letak garis lintang dan ketinggian tempat, berikut ini akan diuraikan tentang pembagian iklim menurut beberapa para ahli antara lain: a. Pembagian Iklim Menurut Dr. Wladimir Koppen Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E. 1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut: Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18C, Suhu rata-rata tahunan 20C-25C, Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut: Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa); Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar;

3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18 sampai -3C. 4. Iklim D atau iklim salju atau microthermal. Cirinya yaitu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3C. 5. Iklim E atau iklim kutub . Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3C.

Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi beberapa macam iklim, yaitu: 1) Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai berikut: (a) Af = Iklim panas hujan tropis. (b) As = Iklim savana dengan musim panas kering. (c) Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering. (d) Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar. 2) Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu: (a) Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan iklim lembab dari iklim A, C, dan D. (b) BW = Iklim gurun. 3) Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu: (a) Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau iklim lembab agak panas kering. (b) Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau iklim lembab dan sejuk. (c) Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan. 4) Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu: (a) Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering. (b) Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab. 5) Daerah iklim E, terbagi menjadi 2 macam iklim, yaitu: (a) ET = Iklim tundra, temperatur bulan terpanas antara 0( sampai 10(C. (b) Ef = Iklim salju , iklim dimana terdapat es abadi.

Perlu diketahui bahwa menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.

Aw

= terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian

Jaya pantai selatan. C D = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.

b. Pembagian Iklim Menurut F. Junghuhn Berdasarkan hasil penyelidikan Junghuhn pembagian daerah iklim di Jawa ditetapkan secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Menurut Junghuhn pembagian daerah iklim dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Daerah panas/tropis Tinggi tempat antara 0 - 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3 - 22C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat. 2) Daerah sedang Tinggi tempat 600 - 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22 -17,1C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayursayuran. 3) Daerah sejuk Tinggi tempat 1500 - 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1 - 11,1C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran. 4) Daerah dingin Tinggi tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1 - 6,2C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya.

Gambar pembagian iklim menurut Junghuhn

c. Pembagian Iklim Menurut Mohr Mohr membagi iklim berdasarkan curah hujan yang sampai ke permukaan bumi, yaitu menjadi tiga golongan sebagai berikut: 1) Bulan kering (BK), yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan tersebut kurang dari 60 mm. 2) Bulan sedang (BS, yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan tersebut berkisar antara 60 - 90 mm. 3) Bulan basah (BB), yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan tersebut 100 mm ke atas.

d. Pembagian Iklim Menurut Schmidt-Ferguson Cara perhitungan pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun, kemudian dirata-ratakan. Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering menggunakan metode Mohr. Menurut Mohr, suatu bulan dikatakan : a. Bulan kering Bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm; b. Bulan basah

Bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm; c. Bulan lembab Bulan-bulan yang curah hujannya antara 60 - 100 mm;

Berdasarkan klasifikasi tersebut, ditentukanlah jumlah bulan kering dan bulan basah selama kurun waktu tertentu (Schmidt-Ferguson menggunakan data iklim selama 10 tahun atau lebih). Hasil pembagian antara jumlah bulan kering (fd) dengan jumlah tahun data (T) menghasilkan rata-rata bulan kering (Md) dan hasil pembagian antara jumlah bulan basah (fw) dengan jumlah tahun data (T) menghasilkan rata-rata bulan basah (Mw). Hasil bagi antara rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah dikalikan dengan 100 persen menghasilkan nilai Q. Nilai Q inilah yang menentukan tipe iklimnya, apakah termasuk tipe iklim A, B, C, D, E, F, G, atau H. Dari hasil analisisnya, Schmidt-Ferguson membagi tipe iklim menjadi delapan tipe iklim dengan lambang huruf dari A sampai dengan H. Pembagian tersebut menggunakan batas tipe iklim dari hasil perhitungan Q. Nilai Q dan tipe iklimnya adalah seperti pada tabel berikut :

e. Pembagian Iklim Menurut Oldeman Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat. Misal, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering, 1. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm. 2. Bulan lembab, apabila curah hujannya 100 200 mm. 3. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm. Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah agroklimat utama seperti pada tabel :

Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

f. Pembagian Iklim Menurut C.W. Thornthwaite C.W. Thornthwaite (1933) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman, sehingga selain jumlah curah hujan juga pada intensitas penguapan. Thornthwaite menghitung ratio keefektifan curah hujan (precipitation effectiveness) atau ratio P-E, sebagai jumlah curah hujan (P = presipitasi) bulanan dibagi dengan jumlah penguapan (E = evaporasi) bulanan, yaitu ratio P-E = P/E. Rumus Ratio P-E = 115 [P/T-10]10/9 Indeks P-E = 

Ket : P = Presipitasi bulanan dalam inchi T = Suhu bulanan rata-rata dalam oF i = 1, 2, 3, ..... 12

Tabel Golongan Kelembapan Menurut Thornthwaite

Selain itu Thornthwaite mengemukakan adanya efisiensi panas dengan menggunakan : Rumus Ratio T-E = [T-32]/4 Indeks T-E = 

Tabel Golongan Suhu dan Contoh Klasifikasi Iklim Menurut Thornthwaite

Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di konfirmasikan dengan penyebaran curah hujan musiman. Penyebaran curah hujan musiman dibedakan menjadi : r = curah hujan banyak pada setiap musim s = defisit curah hujan pada musim dingin w = defisit curah hujan pada musim panas d = defisit curah hujan pada setiap musim

B. Tujuan Tujuan praktikum analisis iklim adalah: a. Melatih mahasiswa melakukan pengukuran iklim. b. Melatih mahasiswa analisis iklim. c. Mengetahui iklim wilayah yang akan dilukiskan d. Melatih mahasiswa menggambar nomograf berdasarkan data suhu dan curah hujan daerah masing-masing e. Mengetahui pengaruh iklim terhadap kehidupan manusia

C. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan iklim terdiri dari: Alat tulis (Kertas dan pencil/bolpoint) Data suhu dan curah hujan selama 10 tahun Peta Kertas Milimeter Kalkulator

D. Langkah Kerja Beberapa prosedur kerja yang harus dilakukan dalam penentuan iklim di suatu wilayah adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Menyiapkan data curah hujan selama 10 tahun di suatu wilayah 3. Menyiapkan data suhu selama 10 tahun di suatu wilayah 4. Melakukan klasifikasi iklim menurut : a. Wladimir Koppen b. Junghunh c. Mohr d. Schimdth & Ferguson e. Oldeman f. Thronthwaite 5. Menggambarkan klimatograf 6. Menganalisis pengaruh iklim terhadap kehidupan

E. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Untuk mengetahui keadaan iklim di Kabupaten Tulungagung, diperlukan data mengenai curah hujan dan suhu di wilayah tersebut selama 10 tahun. Data ini dapat diperoleh di Dinas Pertanian atau Dinas Pengairan Kabupaten Tulungagung. Berikut adalah data suhu dan curah hujan di Kabupaten Tulungagung selama 10 tahun.

Tabel 5.1 rata-rata suhu perbulan Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung tahun 2001-2010
B L N Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des T H N 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Rata-rata C

24,8 23,2 27,0 26,2 24,2 25,2 23,6 23,2 22,8 22,8 24,6 25,4

25,4 24,6 26,4 23,2 23,2 24,0 23,2 23,8 23,6 22,2 23,2 23,2

26,6 25,5 26,9 25,2 26,9 26,3 25,5 25,9 26,7 24,4 27,1 26,8

26,3 26,1 27,0 27,2 26,9 25,8 24,0 22,4 22,4 23,0 23,0 23,4

25,4 24,2 25,4 25,2 25,8 27,0 25,4 24,6 24,2 23,4 22,8 24,2

26,9 26,7 27,7 27,9 27,4 26,3 25,8 25,3 25,9 27,6 22,6 27,9

23,2 25,8 23,0 24,2 24,0 24,4 24,8 24,8 24,2 24,6 24,6 24,6

24,8 24,2 24,6 24,6 24,6 25,0 24,4 25,4 24,8 23,6 24,4 23,4

24,4 24,4 23,8 23,8 25,0 23,6 25,0 24,2 24,6 23,4 25,0 25,4

24,4 24,4 23,6 24,0 24,0 24,4 24,2 23,8 24,2 23,2 24,0 23,4

252,2 249,1 255,4 251,5 252 252 245,9 243,4 243,4 23,82 241,3 247,7

25,22 24,91 25,54 25,15 25,2 25,2 24,59 24,34 24,34 23,82 24,13 24,77

Sumber: Dinas Pertanian Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung

Tabel 5.2 Rata-rata Curah Hujan Perbulan Kecamatan Tulungagung-Kabupaten Tulungagung Pada Tahun 2001-2010
BULAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 2000 211 282 211 153 159 16 0 0 0 292 239 41 2001 291 180 376 243 0 63 26 5 0 148 176 153 2002 338 220 181 289 68 0 0 0 0 0 12 207 2003 485 392 266 73 43 0 0 0 0 64 138 153 2004 203 235 154 18 85 45 14 0 0 0 135 412 2005 238 366 196 350 0 34 28 6 3 69 22 2006 287 107 176 271 50 0 0 0 0 31 1 2007 129 291 103 131 96 72 0 0 0 55 100 312 2008 110 161 395 173 56 11 0 0 0 101 365 122 2009 183 408 137 196 116 10 32 0 7 13 107 0 2010 294 384 526 273 351 91 70 0 248 197 0 0 JUMLAH 2769 3026 2721 2170 1024 342 170 11 258 970 1295 2092 RATARATA 276,9 302,6 272,1 217 102,4 34,2 17 1,1 25,8 97 129,5 209,2 RATA2 INCHI 11,076 12,104 10,884 8,68 4,096 1,368 0,68 0,044 1,032 3,88 5,18 8,368 67,392 5 6 2 6 7 5 2 5 6 6 1 6 7 5 6 5 64 67 36 67 6,4 6,7 3,6 6,7 0,256 0,268 0,144 0,268

485 207 JUMLAH 5 7 4 7 5 7 3 7

Bulan Basah dan Kering Menurut Schmidt & Ferguson, serta Mohr BB BK BB BK 7 5 5 5 7 5 3 5 5 7 4 7 5 7 3 7 5 7 3 7

Bulan Basah dan Kering Menurut Oldeman

Sumber dinas Perairan Kabupaten Tulungagung

a. Iklim menurut Koppen Kecamatan Tulungagung mempunyai suhu bulan terdingin 23,82oC. Jadi daerah ini termasuk iklim A yang mempunyai ciri-ciri suhu bulan terdingin >18oC dan terdapat hujan yang melimpah dengan tanaman yang memerlukan suhu tinggi secara terus menerus. Curah hujan bulan terkering adalah 1,1 mm = 0,044 inchi
       



Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa Kecamatan Tulungagung tergolong dalam iklim Aw.

b. Iklim menurut Junghuhn Daerah Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung mempunyai ketinggian 60 m dpl. Maka daerah ini menurut tipe iklim Junghunh termasuk dalam daerah panas dengan tanaman yang sesuai adalah padi, tebu,dll. Berikut ini penggambaran iklim di Kecamatan Tulungagung bedasarkan iklim Junghuhn:

Keterangan: = Ketinggian Kecamatan Tulungagung c. Iklim menurut Mohr Berdasarkan kriteria bulan kering dan bulan basah, Mohr membagi 5 golongan iklim seperti berikut ini : y y y y y Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV Golongan V = daerah basah (hampir tidak terdapat bulan kering) = daerah agak basah (bulan kering 1-2 bulan) = daerah agak kering (bulan kering 3-4 bulan) = daerah kering (bulan kering 5-6 bulan) = daerah sangat kering (bulan kering >6 bulan)

Dari data didapatkan rata-rata bulan kering di Kecamatan Tulungagung adalah 6 maka daerah ini termasuk dalam golongan IV (daerah kering). d. Iklim menurut Schmidt-Ferguson
           

Dari harga pada persamaan di

Q atas

yang

ditentukan kemudian

Schmidt dan Ferguson menentukan jenis iklimnya yang ditandai dari iklim A sampai iklim H, sebagai berikut:

Dari harga Q maka pada persamaan Schimdt dan Ferguson maka dapat diketahui bahwa kabupaten Tulungagung termasuk iklim D:
  

e. Iklim menurut Oldeman

Berdasarkan data yang diperoleh, bulan basah bernilai 3 sedangkan bulan kering bernilai 6. Dalam kriteria klasifikasi iklim Oldeman, maka Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung masuk pada Type D dan Division 3, termasuk kedalam D3, Hal ini menjadikan Kecamatan Tulungagung memiliki rotasi penanaman kemungkinan hanya satu kali tanaman padi atau tanaman palawija tergantung pada adanya persediaan air irigrasi. Seperti pada diagram: iklim Main Sub jadi

f. Iklim menurut C.W. Thornthwaite


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jumlah Suhu (C) 25,22 24,91 25,54 25,15 25,2 25,2 24,59 24,34 24,34 23,82 24,13 24,77 CH (mm) 276,9 302,6 272,1 217 102,4 34,2 17 1,1 25,8 97 129,5 209,2 Suhu (F) 77,40 76,84 77,97 77,27 77,36 77,36 76,26 75,81 75,81 74,88 75,43 76,59 CH(inchi) 11,1 12,1 10,9 8,7 4,1 1,4 0,7 0,0 1,0 3,9 5,2 8,4 T -10 67,40 66,84 67,97 67,27 67,36 67,36 66,26 65,81 65,81 64,88 65,43 66,59 Ratio P-E 15,46 17,22 15,02 11,82 5,12 1,51 0,71 0,03 1,14 5,03 6,87 11,48 91,42 Ratio T-E 11,35 11,21 11,49 11,32 11,34 11,34 11,07 10,95 10,95 10,72 10,86 11,15 133,74

Keterangan :

y y y

F =

Ratio P-E = 115 Ratio T-E = Dari data diperoleh nilai ratio P-E 91,42 maka termasuk golongan B

(lembab) dengan keefektifan tanamannya hutan. Ratio T-E diperoleh nilai 133,74 maka termasuk golongan A (Tropis). Jadi daerah Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung tipe iklimnya BA. Berikut ini adalah klimatograf untuk Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung.

350 C U 300 R A 250 H H U 150 J A 100 N 50 0 200

26 25,5 25 24,5 24 23,5 23 22,5


CH SUHU

S U H U

BULAN

2. Pembahasan

a) Keadaan Geografis Kabupaten Tulungagung terletak pada posisi 111 43' sampai dengan 112 07' bujur timur dan 7 51' sampai dengan 8 18' lintang selatan. Batas daerah, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri tepatnya dengan Kecamatan Kras. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek. Luas wilayah Kabupaten Tulungagung yang mencapai 1.150,41 Km2 habis terbagi menjadi 19 Kecamatan dan 271 desa/kelurahan.

Kecamatan Pakel merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung yang terletak di bagian selatan dengan batas-batas administratif sebagai berikut:  Sebelah barat: Kecamatan Bandung  Sebelah timur: Kecamatan Campurdarat  Sebalah Selatan: Kecamatan Besuki  Sebelah Utara: Kecamatan Durenan (kabupaten Trenggalek), Kecamatan Gondang

b) Topografi Kabupaten Tulungagung terbagi menjadi tiga dataran yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dataran rendah merupakan daerah dengan ketinggian dibawah 500 m dari permukaan laut, daerah ini meliputi semua kecamatan tetapi tidak semua desa untuk Kecamatan Pagerwojo dan Sendang hanya empat desa. Dataran sedang mempunyai ketinggian 500 m sampai dengan 700 m dari permukaan laut, daerah ini meliputi Kecamatan Pagerwojo sebanyak 6 desa dan Kecamatan Sendang sebanyak 5 desa. Sedangkan dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian diatas 700 m dari permukaan air laut yaitu Kecamatan Pagerwojo sebanyak 1 desa dan Kecamatan Sendang sebanyak 2 desa. Daerah yang mempunyai wilayah terluas secara berurutan yaitu Kecamatan Sendang, Kecamatan Tanggunggunung, Kecamatan Kalidawir dan Kecamatan Pagerwojo. c) Keadaan Klimatologi Hari dan curah hujan di Kabupaten Tulungagung antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hari hujan di Kabupaten Tulungagung terbesar ada di bulan Maret, dan terkecil ada di bulan Juli, Agustus dan September. Sedangkan curah hujan terbesar ada di bulan Desember dan terendah ada pada bulan Agustus. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Tulungagung selama tahun 2008 adalah 145 mm, ini berarti lebih tinggi di banding tahun 2007

yang sebesar 135 mm. Curah hujan dan hari hujan tidak merata antar waktu dan antar daerah, sehingga mengakibatkan suatu keadaan yang saling bertentangan, yaitu misalnya terjadi banjir di suatu daerah sementara di daerah lain terjadi kekeringan pada saat yang sama. Oleh karena itu harus selalu diwaspadai bulan-bulan hari hujannya banyak dan sedikit, sehingga dapat diminimalkan terjadinya suatu bencana. d) Sektor Pertanian Dalam pembangunan yang semakin pesat di berbagai bidang terutama di sektor pertanian membutuhkan faktor-faktor pendukung guna meningkatkan hasil produksi, khususnya di bidang pertanian tanaman pangan dengan didukung teknologi pertanian yang memadai. e) Tanaman bahan makanan Tanah/Lahan menurut penggunaannya dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu tanah sawah dan tanah bukan sawah. Penggunaan tanah sawah menurut jenis pengairannya terdiri dari sawah dengan pengairan teknis, sawah dengan pengairan setengah teknis, dan sawah dengan pengairan sederhana. Sedangkan tanah bukan sawah terdiri dari pekarangan tanah untuk bangunan dan halaman, tegalan/kebun/huma, padang rumput, tambak dan kolam/tebat. Data pertanian tanaman bahan makanan meliputi luas panen, produksi, produktifitas dari tanaman padi, palawija, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buahbuahan. Disamping itu juga meliputi data penangkar dan produksi bibit jeruk dan jumlah alat-alat pertanian. Data ini merupakan data sekunder dari Dinas Pertanian. Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan terus ditingkatkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan. Pada tahun 2008 hampir semua produksi komoditi pertanian mengalami kenaikan. Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung menunjukkan luas panen tanaman sayuran yang mengalami kenaikan yaitu bawang daun, buncis, kubis, sawi dan terong sehingga produksinya juga mengalami kenaikan,

tetapi ada juga beberapa tanaman sayuran yang luas panennya turun sehingga produksinya juga mengalami penurunan yaitu bayam, bawang merah, kacang panjang, kangkung, ketimun dan tomat. Produksi tanaman buah-buahan yang mengalami kenaikan adalah alpukat, mangga, durian, pepaya, pisang, belimbing dan nangka dengan persentase kenaikan terbesar pada tanaman alpukat. f) Perikanan Data statistik Perikanan merupakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Statistik Perikanan dibedakan atas data perikanan laut dan perikanan darat. Yang tercakup dalam perikanan darat adalah penangkapan ikan di perairan umum, budidaya pemeliharaan ikan di tambak, kolam, keramba dan sawah. Produksi ikan laut pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen tetapi nilai produksinya mengalami penurunan sebesar 3,98 persen jika dibandingkan dengan tahun 2007. Hal ini disebabkan menurunnya harga jual ikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pemanfaatan kolam untuk budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tulungagung ada dua macam yaitu untuk menghasilkan ikan konsumsi dan untuk menghasilkan ikan hias. Jenis-jenis ikan yang diusahakan pada kolam ikan konsumsi ini antara lain adalah tombro, nila, lele dan gurami. Sedangkan jenis-jenis ikan hias air tawar merupakan produk unggulan Kabupaten Tulungagung. Pada tahun 2008 ini mempunyai nilai produksi yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 100.308.100.000,-. g) Peternakan Data Populasi Ternak merupakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Peternakan. Data peternakan meliputi populasi dan produksi ternak besar, ternak kecil dan unggas serta produksi telor. Populasi ternak besar mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen dibanding tahun 2007. Hal ini dikarenakan naiknya populasi sapi, sapi

perah dan kerbau sedangkan untuk ternak kuda produksinya tetap. Populasi ternak unggas di Kabupaten Tulungagung selama tahun 2008 mengalami kenaikan di hampir semua jenis ternak dengan kenaikan terbesar pada ternak ayam ayam kampung yaitu sebesar 70,61 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Sedangkan produksi daging, dan susu selama tahun 2008 mengalami kenaikan masing-masing 20,21 persen dan 1,02 persen. h) Perkebunan Perkebunan menyajikan data luas areal dan produksi berdasarkan jenis perkebunan. Perkebunan dapat digolongkan dalam 2 kategori, yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Dimana perkebunan besar terdiri dari perkebunan milik pemerintah dan perkebunan swasta. Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh badan usaha atau badan hukum diatas tanah negara yang mendapat ijin usaha dari instansi yang berwenang. Diluar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat. Data ini merupakan data sekunder dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung luas areal tanaman perkebunan relatif tetap. Areal tanaman perkebunan besar di Kabupaten Tulungagung yang mempunyai areal terluas adalah perkebunan kelapa yaitu sebesar 2.364,15 Ha disusul perkebunan teh sebesar 763,57 Ha. Dan untuk produksi tanaman perkebunan yang mempunyai produksi terbesar adalah perkebunan kelapa yaitu sebesar 359,41 ton dan yang kedua produksi perkebunan kapuk randu sebesar 135,27 ton. Untuk tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai areal tanaman terluas adalah perkebunan kelapa yaitu sebesar 16.985,93 Ha disusul perkebunan tebu sebesar 4.342,07 Ha. Sedangkan untuk produksi terbesar adalah tanaman tebu sebesar 369.130 ton. Produksi terbesar kedua adalah tanaman kelapa yaitu sebesar 12.409,64 ton.

Pada tahun 2008 nilai produksi terbesar untuk tanaman perkebunan rakyat adalah kapuk randu dalam bentuk serat kapuk dengan nilai produksi 1.556,72 (juta rupiah) dan yang kedua kelapa dalam bentuk kopra dengan nilai 970,49 (juta rupiah). i) Kehutanan Data Statistik kehutanan merupakan data sekunder yang bersumber dari Perum Perhutani. Hutan dibedakan menurut fungsinya yaitu hutan lindung, hutan produksi, hutan wisata dan hutan lainnya. Data kehutanan meliputi produksi dan luas tebangan berdasarkan komoditinya. Produksi hutan di Kabupaten Tulungagung meliputi kayu pertukangan (Jati dan rimba), kayu bakar, kelapa dan getah pinus. Selama tahun 2008 produksi tertinggi adalah getah pinus dengan nilai Rp. 72.095.400.000,F. Kesimpulan Berdasarkan data dan perhitungan yang diperoleh dapat diketahui bahwa kecamatan Tulungagung berdasarkan klasifikasi iklim Junghun termasuk zona panas karena daerah tersebut berada pada ketinggian 88,56 - 513 m dpl dan mempunyai suhu udara rata-rata dari 5 th yaitu 27,70C. Sehingga tanaman yang cocok dibudidayakan antara lain, tembakau, kelapa, padi, kedelai dan jagung. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, kecamatan Tulungagung termasuk iklim Aw (muson) dengan ciri-ciri: Iklim tropis, basah dan kering. Musim kering jelas dalam periode musim dingin. Irama curah hujan musiman yang jelas, sekurangkurangnya satu bulan <60 mm. Sementara itu,berdasarkan klasifikasi iklim Schimdt-Ferguson kecamatan Tulungagung termasuk tipe curah hujan D (sedang). G. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Kab. Tulungagung. 2010. Kabupaten Tulungagung dalam Angka 2010. Tulungagung: Badan Pusat Statistik.

_____. 2010. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung, (online), (http://www.tulungagung.go.id/index.php/berita/itemlist/category/89dinas-kehutanan-dan-perkebunan) diakses tanggal 12 November 2010. _____. 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tulungagung, (online), (http://www.tulungagung.go.id/index.php/berita/itemlist/category/17-dinaspertanian-tanaman-pangan) diakses taggal 18 November 2010. Utomo, Dwiyono Hari. 2004. Meteorologi-Klimatologi dalam studi geografi. Malang:Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai