Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi iklim di indonesia dan dunia

Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia hanya mengalami dua kali pergantian musim dalam
setahun.Di beberapa belahan bumi lainnya, ada juga wilayah yang tergolong iklim subtropis. Sehingga
bisa mengalami musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin dalam kurun waktu satu
tahun. Iklim adalah pola cuaca rata-rata yang terjadi untuk waktu yang relatif lebih lama dan mencakup
wilayah yang luas.

Iklim memiliki rentang waktu yang lama dan wilayah yang luas, sehingga bisa dikenali dan
dikelompokkan dengan mudah. Terdapat beberapa klasifikasi iklim yang digunakan secara global.
Klasifikasi tersebut adalah:

1. Iklim Matahari

Iklim Matahari merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan oleh panas matahari yang diterima
bumi.

Menurut Iklim Matahari, iklim di bumi dibagi menjadi 4, yaitu tropis, subtropis, sedang, dan
dingin.

Klasifikasi tipe iklim ini merupakan yang paling umum digunakan. Hal ini disebabkan,
klasifikasi ini merupakan yang paling mudah dikenali apabila dibandingkan dengan klasifikasi
lainnya.

2. Iklim Koppen

Iklim Koppen merupakan pengelompokkan iklim berdasarkan pada rata-rata curah hujan dan
temperatur.
Klasifikasi iklim ini dibagi menjadi 5 tipe, dan masing-masing tipe menggunakan huruf
sebagai simbolnya.
A: Iklim Tropis.
B: Iklim Kering.
C: Iklim Sedang.
D: Iklan Dingin.
E: Iklim Kutub.

3. Iklim Junghuhn
Iklim Junghuhn merupakan klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian dan vegetasi di kawasan
tertentu.
Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
 Zona Panas cocok untuk tanaman tembakau, jagung, tebu dan kelapa
 Zona Sedang cocok untuk tanaman tembakau, kopi, cokelat dan teh.
 Zona Sejuk cocok untuk tanaman kopi, kina, teh dan sayuran.
 Zona Dingin tidak ada tanaman budidaya hanya lumut saja.
4. Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson merupakan klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan. Pada
klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 8 tipe, yaitu:

A: Sangat Basah.
B: Basah.
C: Agak Basah.
D: Sedang.
E: Agak Kering.
F: Kering.
G: Sangat Kering.
H: Luar Biasa Kering.

Schmidt-Ferguson kriterianya adalah sebagai berikut:

Bulan Basah = Curah hujan >100mm.


Bulan Lembap = Curah hujan antara 60 - 100m.
Bulan Kering = Curah hujan <60mm.

5. Iklim Oldeman
Iklim Oldeman, yaitu klasifikasi iklim yang menggunakan curah hujan juga sebagai
acuannya.Perbedaannya dengan iklim Schmidt-Ferguson adalah pada kriteria bulan basah dan
cara menghitungnya.
Pada iklim Oldeman, untuk menentukan tipe iklimnya tidak perlu menggunakan rumus
seperti iklim Schmidt-Ferguson. Kamu hanya perlu menentukan bulan basah dalam satu
tahun berdasarkan curah hujannya. Kriteria bulan basah pada iklim Oldeman:
 Bulan basah = curah hujan >200mm.
 Bulan lembap = curah hujan 100 - 200mm.
 Bulan kering = curah hujan <100mm.

Pembagian Klasifikasi Iklim di Dunia


Pengertian Iklim Menurut Para Ahli:

 World Climate Conference, 1979 Menurut Word Climate Conference menyatakan bahwa iklim
adalah suatu Sintesis kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yang lama atau panjang, yang
secara statistik cukup untuk digunakan sebagai menunjukkan suatu nilai statistik yang berbeda
dengan sebuah keadaan disetiap saatnya.

 Glenn T. Trewartha, 1980 Menurut Glenn mengungkapkan bahwa iklim adalah suatu Konsep
abstrak yang menyatakan suatu kebiasaan cuaca dan juga sebuah unsur-unsur atmosfer pada
sebuah daerah selama jangka waktu yang lama.

 Gibbs, 1978 Menurut Gibbs mengungkapkan bahwa iklim merupakan suatu peluang statistik
dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain yaitu suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi
pada suatu daerah selama dalam jangka waktu yang panjang.
Faktor-Faktor Penentu Iklim

Perbedaan iklim di setiap negara banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya lokasi
negara, kedudukan matahari, luas darat dan luas laut, topografi, dll. Faktor-faktor itu biasa
disebut pengendali iklim. Pengendali iklim dapat mengatur keberadaan unsur-unsur atau elemen-
elemen iklim di suatu wilayah. Ada dua faktor pengendali iklim, yaitu:

Faktor Luar Bumi

Faktor pengendali iklim dari luar bumi ialah matahari. Sinar matahari adalah sebagai sumber
panas atau energi bagi bumi. Panas matahari atau energi mampu mempengaruhi keberadaan dan
perkembangan terhadap: angin, awan, hujan, temperatur, tekanan udara, dll. Kedudukan matahari
terhadap bumi atau sebaliknya, sepanjang tahun tidak sama, tetapi selalu bergeser. Hal ini dapat
terjadi karena rotasi dan revolusi oleh bumi terhadap matahari, sehingga luasan daerah di bumi
yang mendapat energi selalu berubah, baik kuantitas, kualitas, dan lama waktunya. Kedudukan
matahari terhadap bumi berpengaruh besar bagi pembagian daerah iklim di bumi.

Faktor Dalam Bumi

Faktor pengendali iklim dari dalam bumi ditentukan oleh manusia dan faktor fisis daerah
bersangkutan. Pengendali iklim oleh manusia tidak banyak merubah keadaan dan perkembangan
iklim, tetapi hanya mampu memperkecil pengaruh iklim, seperti membuat hujan buatan. Keadaan
fisis daerah yang berperan sebagai pengatur iklim adalah:

 Garis Lintang

 Bentuk muka bumi

 Topografi

 Daerah tekanan udara

 Permukaan tanah

 Luas darat dan laut

Klasifikasi Iklim

Klasifikasi Iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang
terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang),
letak geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim
biasanya terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli
yang tumbuh di suatu kawasan. Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi
Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk
kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri
untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering
menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang ternyata disukai untuk kajian-
kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan pada klasifikasi yang terlebih dahulu
disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya. Secara garis besar tipe klasifikasi iklim di bumi
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu secara:

 Genetik, dibedakan berdasarkan aliran massa udara, arah angin, letak topografi dan perbedaan
sinar matahari

 Empirik, berdasarkan pada metode penelitian dan pengamatan ilmiah terhadap unsur-unsur
pembentuk iklim.

Maka, pembagian iklim di dunia dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh
para klimatologi. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pembagian iklim di dunia
berubah dan penentuan klasifikasinya juga menjadi lebih kompleks. Berikut ini pembagian iklim
berdasarkan pengamatan para ahli klimatologi:

Sistem Klasifikasi Iklim Koppen

Sistem klasifikasi iklim Koppen ini paling sering digunakan di dunia yang berdasarkan pada rata-
rata suhu tahunan dan bulanan, dan vegetasi asli. Menurut Koppen, iklim di dunia terbagi menjadi
5 kelas yang disimbolkan dengan huruf A-E, berikut penjelasannya:

Iklim hujan tropis (A) : Suhu berkisar antara 18˚C-30˚C, dan memiliki curah hujan setiap
bulannya sebesar > 60mm. Vegetasi yang tumbuh subur adalah ekosistem hutan hujan tropis.

Iklim kering (B) : Curah hujan yang terjadi merata sepanjang tahunnya. Suhu berkisar antara
19˚C-32˚C dan vegetasi yang tumbuh subur adalah bioma stepa dan pada pasir atau bioma gurun.

Iklim sedang (C) : Suhu terbagi menjadi dua yaitu suhu musim dingin yang berkisar antara -3°C
sampai kurang dari 18°C dan suhu musim panas berkisar lebih dari 10°C. Pada iklim ini, suhu
selalu lembab sepanjang tahunnya dan bersifat kering pada musim dingin dan panas, curah hujan
setiap bulannya sekitar lebih dari 60 mm.

Iklim dingin (D) : Suhu rata-rata adalah -3˚C sampai ≥ 10˚C. Iklim ini bersifat dingin dan kering.

Iklim kutub (E) : Suhu yang tercatat sekitar 0°C sampai 10°C yang disebabkan oleh ketinggian
topografi yang berada lebih dari 5000 kaki dari permukaan laut. Vegetasi yang tumbuh adalah
bioma tundra dan memiliki salju abadi.

Sistem Klages (1942)

Sistem ini membagi iklim berdasarkan aliran angin dan curah hujan secara global yang meliputi
Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat hujannya adalah
hujan muson. Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki
vegetasi bioma sabana dan hutan kering. Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan
didominasi oleh padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa. Zona
hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim dingin, dan vegetasinya
meliputi pohon berdaun keras. Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang
tahunnya dan vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang lebar.
Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang tahunnya dan hutan
konifer mendominasi vegetasinya.

Sistem Schmidt & Ferguson (1951)

Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan


jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi
curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih
dari 100 mm.

Sistem Oldeman (1975)

Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim
menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan
dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona
agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk
membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan
minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan
dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, dasar
penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut. Bulan basah, apabila
curah hujannya > 200 mm. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm. Bulan kering,
apabila curah hujannya < 100 mm.

Sistem Junghuhn

Iklim Menurut Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan


mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di
habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat 0-700 m, zona panas, contoh-
karet, kopi, tebu, jagung, kelapa 700-1500 m, zona sedang, contoh- teh, kina 1500-2500 m, zona
sejuk, contoh- pinus > 2500 m, zona dingin, contoh- lumut.

Anda mungkin juga menyukai