merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat
perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi,
suatu tempat memiliki kekhasan iklim.
Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim
mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.
Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku
untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara
mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam.
Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF)[1], yang
ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan pada klasifikasi yang
terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya.
Iklim A, iklim tropika basah, curah hujan tinggi (rata2 70m3/tahun) tanpa musim dingin
Iklim B, iklim kering atau setengah kering, penguapan tinggi dengan curah hujan rendah. Tanpa
surplus air(kelebihan), diwilayah ini tidak ada sungai permanen.
Iklim C, iklim dengan variasi suhu tahunan yang jelas
Iklim D, iklim sirkumpolar ( dengan rata2 suhu musim dingin <-3º dan musim panas >10º)
Iklim E, iklim kutub ( memiliki salju abadi dengan padang lumut dan suhu disini tak lebih dari 10º
Kelima iklim tersebut dibagi menjadi beberapa subkelompok dengan huruf kedua sebagai berikut.
Dasar pengelompokan dalam melakukan pembagian daerah iklim matahari adalah kedudukan dan
pergeseran semu matahari yang mempengaruhi banyaknya sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi. Oleh karena matahari selalu bergeser di antara lintang 23½ derajat LU – 23 ½
derajat LS, terjadilah perbedaan penyinaran di permukaan bumi. Secara teoretis dapat dinyatakan
bahwa semakin jauh suatu tempat dari khatullistiwa, semakin besar sudut datang sinar matahari, ini
berarti semakin sedikit pula jumlah sinar matahari yang diterima permukaan bumi.
IKLIM KUTUB (66,5º s/d 90º )LU dan (66,5º s/d 90º)LS
Iklim fisis adalah iklim yang pembagianya didasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu
daerah yang disebabkan oleh lingkungan alamnya. Faktor lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:
ºpengaruh daratan yang luas ºpengaruh arus laut
ºpengaruh penutup lahan (vegetasi) ºpengaruh lautan
ºpengaruh topografi (relief) ºpengaruh angin
Klasifikasi iklim menurut junghuhn didasarkan pada ketinggian suatu tempat dan jenis tumbuhan
yang cocok tumbuh di suatu daerah. Junghuhn mengklasifikasikan daerah Jawa secara vertikal sesuai
dengan kehidupan tumuhan yaitu sebagai berikut.
a. daerah panas atau tropis, h: 0-600mdpl. Suhu: 26,3ºC-22ºC. tanaman: padi, kopi, tembakau,
dll
b. daerah sedang, h:600-1500mdpl. Suhu: 22º-17,1ºC. tanaman: padi, tembakau, teh, kopi,
cokelat, sayuran, dll
c. daerah sejuk, h: 1500-2500mdpl. Suhu: 17,1º-11,1ºC. tanaman: kopi, teh, kina, sayur, dll
d. daerah dingin, h > 2500mdpl. Suhu: 11,1º-6ºC. tanaman : tidak ada tanaman budidaya.