Menu
Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca pada suatu wilayah tertentu dalam jangka
waktu yang lama, umumnya 30 tahun. Perbedaan utama iklim dengan cuaca
adalah jangka waktunya.
Ternyata, iklim di bumi ini berbeda-beda, sesuai dengan lokasinya serta faktor-
faktor penentu iklim lainnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem klasi kasi yang dapat mengkategorikan dan
membagi-bagi iklim tersebut kedalam kategori yang jelas.
Daftar Isi
Suhu
Matahari
Tekanan Udara
Topogra
Badan Air
Angin
Perawanan
Tujuan Klasifikasi Iklim
Secara umum, klasi kasi iklim diciptakan agar para ahli dapat lebih mudah
mengkategorikan iklim-iklim yang ada di dunia.
Selain itu, dengan melakukan kategorisasi dan klasi kasi iklim, para ahli dapat
dengan lebih mudah mengkomunikasikan hasil penelitian mereka kepada
masyarakat luas.
Secara umum, klasi kasi iklim paling sederhana dan berlaku secara global adalah
iklim sis dan iklim matahari. Kedua klasi kasi ini dipengaruhi oleh matahari serta
faktor sik lingkungan tersebut.
Di Indonesia, umumnya terdapat 3 jenis klasi kasi iklim yang digunakan untuk
menjelaskan hal yang berbeda-beda pula.
Iklim Oldeman digunakan untuk menentukan musim tanam padi pada suatu
lokasi. Iklim Oldeman memanfaatkan klasi kasi bulan basah dan kering dari
Schmidt-Ferguson dan mengkorelasikannya dengan kebutuhan air padi.
Selain ketiga iklim diatas, kita juga kerap mengenal klasi kasi iklim Junghuhn yang
digunakan sebagai gambaran umum penanaman tanaman kebun di Indonesia.
Klasifikasi iklim Matahari
Iklim matahari merupakan klasi kasi iklim yang menghitung paparan sinar
matahari yang diterima suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Klasi kasi ini membagi zona iklimnya sesuai dengan lokasi geogra s lintangnya.
Semakin ke utara dan selatan suatu wilayah semakin sedikit paparan mataharinya,
sedangkan semakin ke tengah (kathulistiwa) semakin tinggi pula paparan
mataharinya.
Klasi kasi iklim matahari
Berdasarkan diagram diatas yang dicetuskan oleh Waryono pada tahun 1987,
terdapat 4 klasi kasi iklim matahari, yaitu:
Iklim Tropis
Vaitape di frech Polynesia merupakan contoh daerah dengan iklim tropis (Julius
Silver)
Iklim ini berada disekitar kathulistiwa dan dibatasi oleh garis lintang 23,5′ LU Tropic
of Cancer dan 23,5′ LS Tropic of Capricorn.
Pada wilayah ini, suhu rata-rata harian tergolong tinggi, bahkan dapat mencapai
angka 30’C. Hal ini terjadi karena terdapat paparan sinar matahari yang sangat
intens.
Meskipun suhu rata-ratanya tinggi, amplitudo (perbedaan) suhu tahunan nya tidak
terlalu tinggi. Hal ini terjadi karena paparan matahari cukup konstan sehinga
wilayah ini senantiasa hangat.
Wilayah ini juga kerap mengalami lebih banyak hujan dan perawanan
dibandingkan daerah lain di dunia, hal ini terjadi karena adanya daerah
konvergensi antar tropik.
Iklim Sub Tropis
Amal Coast di Itali merupakan contoh iklim sub tropis. (pixabay)
Iklim sub tropis meliputi lintang 23,5 hingga lintang 40 utara dan selatan. Iklim ini
ditandai dengan keberadaan 4 musim dalam satu tahun yaitu musim panas,
dingin, semi, dan musim gugur.
Iklim sub tropis memiliki karakteristik unik yaitu musim panas yang hangat dan
musim dingin yang tidak terlalu dingin.
Iklim sub tropis umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu subtropis basah dan
mediterranean. Pada iklim subtropis basah, curah hujan yang tinggi terjadi saat
musim panas sedangkan pada iklim mediterranean, curah hujan yang tinggi terjadi
saat musim dingin.
Iklim Sedang
Iklim sedang terbentang dari lintang 40′ (atau 35 di beberapa sumber) hingga
lintang 66.5′ di selatan dan utara.
Mayoritas penduduk di belahan bumi bagian utara tinggal di daerah iklim sedang,
seperti Eropa dan Amerika Utara. Hal ini terjadi karena distribusi lahan yang luas di
lintang sedang dan iklim yang tidak terlalu buruk untuk kehidupan.
Pada zona iklim ini, sudah mulai ditemukan hutan gugur, hutan konifer, dan
padang stepa. Namun, jarang sekali ditemukan tundra dan taiga karena suhu yang
ada belum cukup dingin.
Iklim Dingin
Daerah Tundra merupakan contoh wilayah beriklim dingin
Iklim dingin umumnya terjadi di wilayah yang dekat dengan kutub, baik itu kutub
utara maupun kutub selatan.
Contoh wilayah yang mengalami iklim dingin atau iklim kutub adalah Antartika,
Artik, Kanada Utara, Rusia Utara, dan Skandinavia bagian Utara.
Secara umum, iklim dingin terjadi pada wilayah antara 66.5′ hingga 90′ lintang
utara maupun lintang selatan.
Pada wilayah beriklim dingin, musim dingin berlangsung lama dan musim panas
berlangsung cepat. Selain itu, malam hari di kawasan ini juga lebih lama
dibandingkan dengan siang hari, terkadang, terjadi fenomena midnight sun di
beberapa wilayah.
udara yang cenderung kering dan tanah yang membeku menjadi permafrost juga
merupakan ciri dari daerah beriklim dingin.
Jika kita bagi lebih detail lagi, terdapat dua klasi kasi iklim dingin yaitu iklim kutub
dan iklim tundra.
Klasifikasi Iklim Fisis
Klasi kasi iklim sis merupakan cabang klasi kasi iklim yang menjelaskan bahwa
iklim berbeda-beda tergantung dengan lokasinya dan kondisi bentang alamnya.
Pada iklim sis, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kondisi iklim suatu wilayah,
yaitu
Air
Topogra
Angin
Keberadaan air memisahkan iklim sis menjadi dua yaitu kontinental dan maritim.
Kedua klasi kasi iklim ini memiliki perbedaan pada suhu rata-ratanya serta
amplitudo suhu harian dan tahunannya.
Kondisi topogra memisahkan iklim sis menjadi dua yaitu iklim dataran rendah
dan iklim dataran tinggi. Kondisi topogra ini akan dibahas lebih lanjut oleh
Junghuhn dalam klasi kasi iklimnya.
Angin juga mempengaruhi kondisi iklim suatu wilayah. Angin muson akan
menyebabkan iklim muson, angin pasat akan menyebabkan el-nino dan la-nina,
sedangkan angin foehn akan menyebabkan pemanasan lokal di daerah gunung.
Iklim Kontinental
Amplitudo suhu harian dan tahunan yang tergolong tinggi disebabkan oleh sifat
daratan yang mudah menyerap dan mengeluarkan panas.
Curah hujan yang sedikit disebabkan oleh laju penguapan yang rendah dan jarak
yang jauh dari badan air.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi hutan hujan tropis, seperti Kalimantan atau
Amazon di Brazil. Daerah tersebut memiliki microclimate nya tersendiri karena
terdapat transpirasi yang sangat besar dari pepohonan yang ada.
Oleh karena itu, siklus air di wilayah-wilayah tersebut jauh berbeda dengan wilayah
lain pada umumnya.
Iklim Samudera/Maritim
Daerah pantai seperti Florida dan Rio de Janeiro dipengaruhi oleh iklim maritim
Iklim maritim merupakan istilah bagi zona yang lebih dipengaruhi oleh
kedekatannya dengan laut dibandingkan dengan faktor lainnya.
Berbeda dengan iklim kontinental, iklim maritim memiliki sifat-sifat sebagai berikut
Amplitudo suhu harian dan tahunan tergolong rendah karena terdapat efek dari
badan air sebagai regulator suhu. Hal ini juga yang menyebabkan pergantian antar
musim dampaknya tidak terjadi secara mendadak, melainkan secara perlahan.
Awan yang banyak disebabkan oleh penguapan yang tinggi dari badan air yang
berada di dekat daerah beriklim maritim. Penguapan dan perawanan yang banyak
ini menyebabkan hujan sering terjadi.
Iklim Dataran Tinggi/Gunung
Gunung Matterhorn di Swiss Alps merupakan contoh daerah dengan iklim Dataran
Tinggi
Iklim ini umumnya terjadi di wilayah pegunungan atau dataran tinggi seperti
Pegunungan Alpin, Tibet, Bolivia, atau Peru.
Udara yang lebih kering dan dingin disebabkan oleh pendinginan udara adiabatik
ketika udara naik dari ketinggian rendah menuju ketinggian tinggi.
Zona bayangan hujan yang disebabkan oleh angin fohn menyebabkan daerah di
iklim ini terbagi menjadi dua, yaitu zona yang sangat basah dan zona yang sangat
kering. Contoh dari fenomena ini adalah di India Utara.
Iklim Muson
Iklim muson merupakan sebutan bagi wilayah yang dipengaruhi oleh efek angin
muson.
Contoh wilayah yang terdampak oleh angin muson adalah asia tenggara, australia,
india, dan pesisir timur afrika (Indian Ocean Dipole Mode)
Angin yang menyebabkan hujan umumnya berasal dari laut sehingga membawa
banyak uap air.
Klasifikasi iklim Junghuhn
Junghuhn merupakan seorang ahli botani dan geolog yang berasal dari Belanda-
Jerman.
Pada tahun 1840an, Junghuhn pergi ke pulau Jawa untuk meneliti mengenai
tananaman apa saja yang mungkin ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda.
Zona Panas
Zona iklim panas menurut Junghuhn bermulai pada ketinggian 0 hingga 600m di
atas permukaan laut. Rata-rata suhu pada zona ini adalah 22 hingga 26,3 derajat
celsius.
Karena suhu udara pada zona ini relatif lebih panas dibandingkan dengan zona
lainnya, tidak semua tanaman dapat ditanam di wilayah ini.
Tanaman yang dapat ditanam pada zona panas antara lain adalah padi, jagung,
kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan tanaman cokelat.
Zona Sedang
Menurut Junghuhn, zona iklim sedang terletak antara ketinggian 600m hingga
1500m diatas permukaan laut.
Zona iklim sedang umumnya memiliki suhu antara 17,1 hingga 22 derajat celsius.
Suhu pada zona ini lebih dingin dibandingkan dengan zona panas, sehingga
tanaman yang cocok ditanam pun berbeda.
Tanaman yang dapat ditanam pada zona iklim sedang antara lain adalah padi,
tembakau, teh, kopi, coklat, kina, dan sayur-sayuran seperti kol, sawi, bayam,
selada, dan sayur lainnya.
Zona Sejuk
Zona iklim sejuk terletak antara ketinggian 1500m hingga 2500m diatas
permukaan laut.
Suhu udara zona sejuk berkisar pada 11 hingga 17 derajat celsius. Karena suhu
yang sudah tergolong cukup dingin pada wilayah ini, tidak banyak tumbuhan yang
dapat tumbuh dengan subur.
Tumbuhan yang umumnya ditanam pada zona sejuk adalah teh, kopi, kina, dan
sayur sayuran. Selain itu, zona sejuk juga umumnya ditanami pohon kayu seperti
jati mahoni (mahogany) serta pinus.
Contoh wilayah yang masuk kedalam zona iklim sejuk adalah Bandung, Lembang,
dan Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah.
Zona Dingin
Zona dingin adalah zona iklim tertinggi di dalam klasi kasi Junghuhn. Semua
daerah yang memiliki ketinggian diatas 2500m dikategorikan sebagai zona iklim
dingin.
Di dalam zona iklim dingin, suhu udara yang kita rasakan berkisar diantara 6,2
hingga 11 derajat celsius, sangat dingin bukan!
Karena suhu yang sangat dingin, sulit bagi tanaman untuk hidup pada wilayah ini.
Manusia saja sulit, apalagi tanaman bukan?
Mayoritas tanaman yang dapat tumbuh adalah lumut, tanaman kayu seperti jati
dan pinus, serta semak belukar seperti yang sering kita temui di pegunungan
Apakah Iklim Junghuhn Bisa dipakai di Negara Lain?
Kalian pernah gak sih bertanya-tanya, kira-kira iklim junghuhn bisa dipakai di
negara lain gak ya? Kan faktor yang mempengaruhinya cuma ketinggian toh?
Well, jawabannya tidak semudah itu. Kita sudah pelajari sebelumnya bahwa
terdapat iklim sis dan iklim matahari yang juga mempengaruhi iklim dunia.
Oleh karena itu, ketinggian 1000m di Indonesia belum tentu sama dengan
ketinggian 1000m di Ethiopia, dan ketinggian 2000m di Indonesia belum tentu
sama dengan ketinggian 2000m di Norwegia.
Bahkan, ketinggian 1000m di Pulau Jawa, tempat Junghuhn meneliti, belum tentu
sama dengan ketinggian 1000m di Pulau Papua atau Pulau Kalimantan.
Jadi, apakah klasi kasi iklim Junghuhn dapat digunakan di negara lain? Jawabannya
adalah kemungkinan besar tidak. Iklim Junghuhn saja sulit untuk digunakan di
pulau lain selain pulau Jawa, apalagi di negara lain.
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson
Schmidt dan Ferguson mengembangkan sistem klasi kasi iklim pada tahun 1950
karena mereka merasa bahwa sistem yang ada pada saat itu tidak representatif
terhadap kondisi iklim Indonesia.
Sistem klasi kasi iklim yang populer pada saat itu adalah Koppen dan Thornwaite.
Namun, kedua sistem ini dirasa kurang cocok untuk Indonesia, terutama dalam
menilai bulan basah dan kering.
Dalam melakukan klasi kasi iklim, dikenal 3 jenis bulan, yaitu bulan basah, bulan
kering, dan bulan lembab.
Berdasarkan klasi kasi diatas, dihitung nilai Q dari sebuah wilayah, yaitu nilai
banyaknya bulan kering dibagi banyaknya bulan basah.
Dari perhitungan nilai Q, kita dapat mengetahui kondisi iklim suatu wilayah.
Diagram iklim Schmidt Ferguson
(Geograph88)
Berdasarkan nilai Q nya, suatu wilayah dapat digolongkan kedalam tipe tipe
berikut.
Klasifikasi iklim Oldeman
Oldeman mengklasi kasikan iklim suatu wilayah berdasarkan jumlah bulan basah
atau bulan kering yang berturut-turut. Selain itu, iklim oldeman juga umumnya
dihubungkan dengan zonasi komoditas.
Karena memiliki hubungan yang erat dengan pola penanaman komoditas, iklim
oldeman kerap pula disebut sebagai iklim agroklimat.
Tipe Iklim dalam Klasifikasi Oldeman
Tipe iklim dalam klasi kasi Oldeman ada dua, yaitu tipe utama dan sub-tipe. Tipe
utama ditandai dengan huruf sedangkan sub tipe ditandai dengan angka.
Zona Agroklimat Oldeman
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, klasi kasi iklim Oldeman sangat erat
kaitannya dengan pertanian. Berikut ini adalah klasi kasi zona pertanian
berdasarkan iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Mohr
Klasi kasi iklim Mohr hampir sama dengan klasi kasi Oldeman diatas. Hanya saja
Mohr memiliki patokan yang berbeda mengenai tipe iklim dibandingkan dengan
Oldeman.
Curah hujan dan temperatur digunakan sebagai acuan karena merupakan salah
satu faktor penentu iklim. Persebaran vegetasi dijadikan acuan karena merupakan
dampak langsung dari iklim tersebut.
m (muson)
w (Savana,
musim panas basah)
s (Savana,
musim panas kering)
B (Kering) W (Gurun)
S (Stepa)
h (Panas)
k (Dingin)
s (Musim panas
C (sedang)
kering)
w (Musim panas
kering)
a (Musim panas
panas)
b (Musim panas
hangat)
c (Musim panas
dingin)
s (Musim panas
D (Kontinental)
kering)
w (Musim dingin
kering)
f (Tanpa musim
kering)
a (Musim panas
panas)
b (Musim panas
hangat)
c (Musim panas
dingin)
d (Musim dingin
sangat dingin)
E (Kutub) T (Tundra)
F (Es)
Iklim Tropis (A)
Iklim ini memiliki suhu rata-rata tahunan diatas 18’C serta memiliki curah hujan
yang signi kan.
Daerah AF memiliki curah hujan yang tinggi, diatas 60mm tiap bulannya. Contoh
wilayah AF adalah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi Utara, dan Brazil.
Daerah AM memiliki curah hujan yang tinggi, namun terdapat musim kering
dimana curah hujannya dibawah 60mm.
Wilayah ini dipengaruhi oleh efek muson, sehingga curah hujannya pun
dipengaruhi oleh pola muson.
Contoh wilayah yang tergolong kedalam AM adalah Jawa Tengah, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Pantai Selatan Papua, dan Sebagian Wilayah India.
Wilayah AW/AS memiliki curah hujan yang sedikit. Jumlah curah hujan pada musim
hujan tidak dapat mengimbangi kekurangan air saat musim kemarau.
Vegetasi pada wilayah AW/AS antara lain adalah rerumputan dan beberapa pohon
yang tahan pada daerah semi-kering.
Contoh wilayah AW/AS adalah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.
Iklim Kering (B)
Daerah pada iklim kering terkenal dengan curah hujannya yang sangat sedikit.
Untuk mengetahui apakah sub iklim suatu wilayah bersifat BW atau BS, digunakan
metode perhitungan sebagai berikut.
Rata-rata Temperatur X 20
280 jika => 70% curah hujan total jatuh pada musim panas dan semi
140 jika 30-70% curah hujan total jatuh pada musim panas dan semi
0 jika curah hujan yang jatuh pada musim panas dan semi < 30%
Jika curah hujan tahunan daerah tersebut kurang dari 50% angka yang didapatkan
dari perhitungan, maka daerah tersebut tergolong BW, sedangkan jika lebih maka
daerah tersebut tergolong BS.
Huruf ketiga dapat ditambahkan untuk menjelaskan suhu dari wilayah ini.
Huruf h digunakan jika bulan terdingin memiliki suhu diatas 0’C sedangkan k
digunakan jika terdapat setidaknya satu bulan dengan suhu dibawah 0’C
Stepa sendiri merupakan padang rumput yang gersang dan tidak terdapat banyak
pepohonan. Contoh stepa yang cukup terkenal adalah pontic steppes di timur
tengah dan daerah padang rumput di Sahel, Afrika serta sekitar California, Amerika
Serikat.
Iklim Sedang (C)
Black Forest di Austria merupakan salah satu contoh daerah beriklim sedang
Iklim sedang memiliki suhu rata-rata bulan terdingin diatas 0’C hingga 18’C. Selain
itu, setidaknya terdapat satu bulan dimana suhu rata-ratanya lebih tinggi dari 10’C
Iklim sedang merupakan salah satu klasi kasi iklim koppen yang sulit untuk
dihafalkan. Oleh karena itu, lebih baik untuk mencoba memahami dibandingkan
dengan menghafal.
jika huruf kedua setelah C adalah f, maka dapat dipastikan bahwa wilayah tersebut
sangat basah karena tidak terdapat musim kering.
Jika hurufnya adalah w maka musim kering akan terjadi pada musim dingin,
sedangkan jika a maka musim kering akan terjadi pada musim panas.
Jika huruf ketiga setelah C adalah a, maka musim panas wilayah tersebut akan
sangat panas.
Jika hurufnya adalah b, maka musim panas wilayah tersebut akan cenderung
hangat, sedangkan jika hurufnya adalah c, maka musim dingin akan cenderung
dingin.
Berikut ini adalah semua jenis kombinasi klasi kasi yang dapat terjadi pada zona
iklim sedang.
Cfa = Subtropis Basah; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, setidaknya satu
bulan dengan suhu > 22’C. Tidak terdapat kekeringan saat musim panas,
curah hujan rata antar bulan.
Cfb = Iklim Maritim; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, semua bulan
memiliki suhu < 20’C. Curah hujan rata antar bulan.
Cfc = iklim maritim sub-kutub; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, terdapat
1-3 bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan rata antar bulan.
Cwa = Iklim muson; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C, setidaknya satu
bulan memiliki suhu < 20’C, dan setidaknya 4 bulan dengan suhu > 10’C. 70%
curah hujan pada 6 bulan terhangat.
Cwb = Iklim dataran tinggi sub-kutub; Bulan terdingin dengan suhu > 0’C,
semua bulan memiliki suhu < 20’C, dan setidaknya 4 bulan dengan suhu >
10’C. 70% curah hujan pada 6 bulan terhangat.
Cwc = Iklim dataran tinggi sub-kutub dingin; Bulan terdingin dengan suhu >
0’C, setidaknya 1-3 bulan dengan suhu > 10’C. 70% curah hujan pada 6 bulan
terhangat.
Csa = Iklim mediterania dengan musim panas yang panas; Bulan terdingin
dengan suhu > 0’C, setidaknya satu bulan dengan suhu > 20’C, setidaknya 4
bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan musim dingin basah 3x musim
kemarau kering, dengan curah hujan musim kemarau kering < 30mm.
Csb = Iklim mediterania dengan musim panas yang hangat; Bulan terdingin
dengan suhu > 0’C, semua bulan memiliki suhu < 20’C, setidaknya 4 bulan
dengan suhu > 10’C. Curah hujan musim dingin basah 3x musim kemarau
kering, dengan curah hujan musim kemarau kering < 30mm.
Csc = Iklim mediterania dengan musim panas yang dingin; Bulan terdingin
dengan suhu > 0’C, terdapat 1-3 bulan dengan suhu > 10’C. Curah hujan
musim dingin basah 3x musim kemarau kering, dengan curah hujan musim
kemarau kering < 30mm.
Iklim Kontinental (D)
Ciri khas dari iklim kontinental adalah terdapat setidaknya satu bulan dengan suhu
< 0’C dan setidaknya satu bulan dengan suhu > 10’C.
Berikut ini adalah seluruh kombinasi klasi kasi yang terdapat dalam iklim
kontinental.
Iklim Kutub (E)
Daerah beriklim kutub seperti tundra identik dengan adanya lapisan permafrost.
Iklim kutub meliputi daerah-daerah yang secara geogra s terletak sangat dekat
dengan kutub. Karena kedekatannya dengan kutub, daerah ini memiliki iklim yang
sangat dingin.
Contoh daerah dengan iklim kutub antara lain adalah Kanada, Rusia, Islandia,
Greenland, dan bagian utara Skandinavia (Norwegia, Swedia, Finlandia).
Wah, banyak ya ternyata cara mengklasi kasikan iklim. Oleh karena itu, jangan
lupa untuk berlatih mengerjakan soal agar tidak lupa dan semakin paham!
Share on Facebook
Tweet
Follow us
Meteorologi
iklim
Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Sistem Informasi Geogra s
Angin Muson: Penentu Musim Daerah Tropis
Apa Perbedaan Cuaca dan Iklim
10 Unsur yang
Mempengaruhi
Cuaca dan Iklim
Proses Terjadinya
Hujan: Pemberi
Kehidupan di Muka
Bumi
Angin Muson:
Penentu Musim
Daerah Tropis
Tinggalkan komentar
Nama *
Surel *
Situs web
Kirim Komentar
Kategori
Ekonomi (9)
Geogra (52)
Geogra Ekonomi (12)
Geogra Fisik (7)
Geogra Kependudukan (6)
Geogra Kota (11)
Geogra Lingkungan (4)
Meteorologi (9)
Sumber Daya Alam (3)
Pengetahuan Umum (14)
Perencanaan (1)
Perpetaan (7)
Artikel Terbaru
Arsip
September 2019
Agustus 2019
Februari 2019
Januari 2019
November 2018
Oktober 2018