Anda di halaman 1dari 16

KLASIFIKASI IKLIM

o
l
e
h
Ramerson J. Sumbayak
Pembagian Iklim
Iklim di tiap wilayah berbeda-beda. Ada banyak faktor yang menentukan iklim. Ada
beberapa jenis pembagian iklim:

 Iklim Matahari
Pembagian iklim ini berdasarkan posisi suatu wilayah terhadap matahari, terbagi atas:
 Iklim Tropis: terletak di 23,5° LU - 23,5° LS.
 Iklim Subtropis: terletak di 23,5° LU – 40° LU dan 23° LS – 40° LS.
 Iklim Sedang: terletak di 40° LU - 66,5° LU dan 40° LS - 66,5° LS.
 Iklim Dingin: terletak di 66,5° LU – 90° LU dan 66,5° LS - 90° LS.
 Iklim Junghuhn
Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, ahli tanaman asal Jerman membagi iklim
berdasarkan ketinggian tempat. Pembagian ini merupakan hasil temuannya
terhadap jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di wilayah dengan ketinggian
berbeda-beda.
Ia membagi iklim menjadi lima zona yakni:
 Zona iklim panas: Ketinggian 0-700 meter, suhu rata-rata tahunan lebih 22° Celsius.
Jenis tanaman padi, jagung, tebu dan kelapa.
 Zona iklim sedang: Ketinggian 700-1.500 meter, suhu rata-rata tahunan antara 15-22°
Celsius. Jenis tanaman kopi, teh, kina dan karet.
 Zona iklim sejuk: Ketinggian 1.500-2.500 meter, suhu rata-rata tahunan 11-15°
Celsius (cocok tanaman holtikultura).
 Zona iklim dingin: Ketinggian 2.500-4000 meter, suhu rata-rata tahunan 11° Celsius.
Tanaman yang tumbuh lumut.
 Zona iklim salju tropis: Ketinggian lebih dari 4.000 meter dari permukaan laut, di
daerah ini tidak terdapat tumbuhan.
Iklim Köppen
Klimatolog keturunan Jerman-Rusia Wladimir Köppen membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur.

Ada lima tipe iklim menurut Köppen:


 Iklim A (iklim hujan tropis): Temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18° Celsius, suhu tahunan 20-25° Celsius,
curah hujan bulanan lebih dari 60 milimeter.
 Iklim B (iklim kering/gurun): Curah hujan lebih kecil dari pada penguapan. Terbagi menjadi Iklim stepa dan
iklim gurun.
 Iklim C (iklim sedang basah): Temperatur bulan terdingin -3-18° Celsius.
Terbagi menjadi: Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering), Cw (iklim sedang laut dengan musim
dingin yang kering), dan Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan).
 Iklim D (iklim dingin): Temperatur bulan terdingin kurang dari 3 derajat celsius, temperatur bulan terpanas lebih
dari 10° Celsius. 
Terbagi menjadi Dw (iklim sedang di darat dengan musim dingin yang kering), dan Df (iklim sedang di darat
dengan musim dingin yang lembab).
 Iklim E (iklim kutub): Bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10° Celsius.
Terbagi menjadi Et (Iklim tundra), dan Ef (Iklim salju).
Gambar. Maps iklim Koppen
Iklim Schmidt dan Ferguson
Seperti Köppen, Schmidt dan Ferguson juga membagi iklim berdasarkan curah hujan. Namun
dalam klasifikasi Schmidt-Ferguson, curah hujan yang digunakan adalah bulanan dengan rumus: Q
= jumlah rata-rata bulan kering : jumlah rata-rata bulan basah × 100 %.

Berdasarkan rumus itu, maka pembagian iklimnya yakni:


kategori sangat basah, nilai Q = 0-14,3 %
kategori basah, nilai Q = 14,3-33,3 %
kategori agak basah nilai Q = 33,3-60 %
kategori sedang, nilai Q = 60-100 %
kategori agak kering, nilai Q = 100-167 %
kategori kering, nilai Q = 167-300 %
kategori sangat kering, nilai Q = 300-700 %
kategori luar biasa kering, nilai Q = lebih dari 700 %.
Gambar. Segitiga Iklim Schmidt and Ferguson
Iklim Oldeman
Oldeman juga membagi iklim berdasarkan curah hujan bulanan atau bulan basah.
Namun kriterianya berbeda dengan Koppen dan Schmidt-Ferguson. Bulan basah
yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan
lebih dari 200 milimeter. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 milimeter.
Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 milimeter.
Berdasarkan perhitungan itu, Oldeman membagi iklim menjadi lima tipe iklim yaitu :
Iklim A: bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut
Iklim B: bulan basah 7-9 kali berturut-turut
Iklim C: bulan basah 5-6 kali berturut-turut
Iklim D: bulan basah 3-4 kali berturut-turut
Iklim E: kurang dari 3 bulan basah berturut-turut.
Gambar. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Oldeman sangat erat kaitannya dengan pertanian. Berikut ini adalah
klasifikasi zona pertanian berdasarkan iklim Oldeman, yaitu :
A1, A2 = Sesuai untuk penanaman padi terus menerus namun produktivitas agak
rendah karena sinar matahari lebih sedikit
B1 = Sesuai untuk penanaman padi terus menerus
B2 = Tanam padi dua kali setahun, namun varietas umur pendek
C1 = Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun.
C2, C3, C4 = Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun. Namun penanaman
palawija harus hati-hati karena bertepatan pada bulan kering/musim kemarau
D1 = Panen tanaman padi berumur pendek satu kali karena kerapatan sinar matahari
tinggi
D2, D3, D4 = Memungkinkan untuk satu kali menanam padi dan satu kali menanam
palawija, tergantung dengan irigasi
E = Wilayah kering dan tandus, tanaman palawija belum tentu dapat tumbuh di daerah
ini
Pengaruh Iklim Terhadap Pertanian
Iklim merupakan salah satu komponen ekosistim dan factor produksi yang sangat
dinamik dan sulit untuk dikendalikan. Bahkan, iklim/cuaca sering menjadi factor
pembatas produksi pertanian, karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka. Agar
dapat berguna dalam bidang pertanian, diperlukan pemahamannya yang lebih dalam
terhadap karakteristik iklim.
Pengaruh kegagalan panen, bangkrutnya petani dan harga pangan yang makin
meningkat dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi. Semakin rawannya
ketahanan pangan di Indonesia, merupakan akibat semakin menurunnya luas lahan
pertanian dan akibatnya tidak akan dapat meningkatkan produkstivitas lahan. Artinya
upaya-upaya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian sudah tidak ekonomis lagi.
Untuk itu, peningkatan kebutuhan terhadap produksi pertanian menuntut perlunnya
penggunaan sumberdaya pertanian terutama lahan dan air secara optimal. Selain tanah,
ketersediaan air dan beberapa unsur iklim turut mempangaruhi produktivitas pertanian.
Pendekatan yang paling efektif untuk pemanfaatan sumberdaya iklim adalah
menyesuaikan system usahatani dan paket teknologi dengan kondisi iklim setempat.
Peranan Iklim Bagi Tanaman Padi

Hasil akhir proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya tanaman padi adalah pertumbuhan
dan produksi. Fotosintesis merupakan awal kehidupan tanaman yang dasarnya adalah proses
fisiologi dan fisika dengan mengkoversi energy surya (matahari) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Selain radiasi surya proses
fotosintesis bulir padi sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara.
Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara nyata dipengaruhi
oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lainnya, sedangkan proses transpirasi tanaman sangat
ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi matahari, kelembaban nisbi
dan angin.
Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah
tanaman padi sangat dipangaruhi juga oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu
udara, kelembaban nisbi dan juga angin. Karena itu, produktivitas mutu hasil tanaman padi yang
banyak ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah, sangat dipengaruhi oleh
berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi matahari dan suhu udara.
Pemanfaatan Informasi Iklim Dalam Budidaya Padi

Informasi iklim sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi potensi dan daya dukung wilayah untuk
penetapan srategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah, seperti pola tanam, (IP 200 padi-padi-
palawija) dan IP 300 (padi-padi-padi), cara pengairan (intermiten), pemwilayahan agroekologi dan
komoditi. Pemwilayahan komoditi pertanian dapat disusun berdasarkan agroklimat, karena masing-masing
tanaman mempunyai syarat tumbuh tertentu untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimal.
Kesesuaian iklim yang diperlukan untuk tanaman berproduksi maksimal, memungkinkan suatu wilayah
untuk dapat dikembangkan menjadi pusat produksi suatu komoditas pertanian.
Keadaan iklim (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan pola tanam, varietas, teknologi usahatani,
pertumbuhan, produksi tanaman, serangan hama/penyakit. Contoh, system usahatani lahan kering pada padi
gogo, berbagai unsur iklim terutama pola dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh terhadap produksi.
Efektivitas dan efesiensi pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman padi sawah juga sangat
ditentukan curah hujan, suhu udara dan kelembaban. Pengendalian hama terpadu (PHT) dengan
menggunakan musu alami bisa dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca,
suhu, curah hujan, kelembaban dan faktor lain dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian
hama penyakit, baik yang dilakukan secara kimia, hayati maupun kultur teknis.
Informasi Iklim dan Pengembangan Agribisnis

Pengaruh iklim sangat nyata dan beresiko pada bidang pertanian melalui dampak kekeringan,
kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “ frost”, angin, kelembaban tinggi dan lain-lain
yang dapat mengakibatkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga tidak
ketidakstabilan produksi secara nasional.
Dalam pembangunan pertanian yang bertujuan untuk optimalisasi dan efesiensi sumberdaya pertanian
dibutuhkan suatu sistem pertanian preskriptif (preskriptif farming). Sistem preskriptif adalah sistem
usaha pertanian yang sesuai (produktivitas tinggi dan efisien) dengan potensi sumberdaya, faktor sosial
ekonomi dan kelembagaan (makarim, sirman dan sarlan, 1999). Dalam sitem pertanian preskriptif
dibutuhkan informasi yang lengkap dan handal seluruh komponen dan sub komponen dalam system
produksi, termasuk iklim ( Bell and Doberman, 1997 dalam Surmaini, 2000). Berbeda dengan
komponen produksi lain peluang untuk memanipalisi factor iklim sangat kecil, sulit diduga tetapi
sangat menentukan produktivitas tanaman. Oleh sebab itu, informasi iklim sangat strategis dan menjadi
pertimbangan yang lebih dini dalam pengembangan pertanian perskriptif tersebut.
Konsep budidaya tanaman padi tangguh yang antara lain dicirikan oleh system agribisnis adalah
budidaya yang mampu menghasilkan produksi secara optimal, mantap (stabil) dan berkalanjutan yang
secara ekonomi menguntungkan serta mampu melestarikan sumberdaya dan lingkungan. Oleh sebab
itu, analsis resiko iklim tidak hanya ditujukan memproteksi tanaman dari deraan iklim, tetapi juga
memproteksi atau mengkoservasi sumberdaya lahan secara efektif dan antisipatif.
~The end~

Anda mungkin juga menyukai