Anda di halaman 1dari 5

Planet Bumi adalah salah satu planet di tata surya dan satu- satunya planet yang bisa

dihuni oleh makhluk hidup. Hanya planet Bumi yang bisa dijadikan tempat tinggal karena
planet Bumi memiliki keadaan yang paling cocok dengan keadaan yang dibutuhkan makhluk
hidup. Keadaan di Bumi sangat cocok dengan makhluk hidup baik malam dan siang harinya.
Meskipun demikian keadaan di Bumi ini berbeda- beda antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya. Bahkan di setiap periode keadaan di suatu wilayah juga bisa berbeda- beda. Keadaan
di suatu wilayah permukaan bumi ini sering kita sebut sebagai cuaca. Cuaca bisa berupa
keadaan langit seperti cerah atau mendung dan bahkan hujan. Selain langit, cuaca juga bisa
menggambarkan jenis- jenis angin.

Sementara cuaca adalah keadaan udara di suatu wilayah, maka jika wilayah yang
diliputi lebih besar kita akan menyebutnya sebagai iklim. Jadi, jika cuaca hnaya meliputi
wilayah sempit, misalnya Bogor, maka iklim meliputi wilayah yang lebih besar yakni
Indonesia. Iklim dipengaruhi oleh letak suatu wilayah berdasarkan astronomisnya yakni garis
lintang dan garis bujur. Iklim biasanya berbeda- beda antara satu negara dengan negara lain,
seperti Indonesia yang berbeda iklim dengan Malaysia.

Kegiatan pertanian di Asia memegang peranan penting, terutama bagi negara agraris.
Pertanian menjadi salah satu sumber devisa negara yang penting melalui ekspor hasil
pertanian, khususnya padi dan tanaman CGPRT (palawija). Oleh karena itu, berbagai upaya
dilakukan untuk meningkatkan keunggulan produk pertanian agar mencapai hasil yang
maksimal sesuai dengan target yang diharapkan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mewujudkan keunggulan di bidang pertanian adalah dengan mengenali pola tanam yang
sesuai berdasarkan indikator iklim di masing-masing daerah. Iklim ada banyak sekali
jenisnya seperti iklim tropis, iklim sub tropis, iklim sedang, iklim dingin dan lain sebagainya.

Iklim Oldeman merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan pada kriteria bulan-
bulan  basah dan bulan- bulan kering (bulan turun hujan) secara berturut- turut. Klasifikasi
iklim oldeman ini tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia, bahkan di beberapa hal masih
memerlukan diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. namun klasifikasi ini
tetap berguna untuk keperluan praktis klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan Indonesia.
Oldeman membuat sisutem baru di dalam pengklasifikasian iklim yang dihubungkan dengan
pertanian menggunakan unsur iklim hujan.

Pengklasifikasian iklim oldeman memang tergolong baru di Indonesia. Meskipun


demikian pengklasifikasian iklim oldeman ini banyak dimanfaatkan oleh para petani di
Indonesia. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sebagian besar penduduk Indonesia
bermata pencaharian sebagai petani dan pertanian memegang peranan penting bagi
perekonomian Indonesia. Maka dari itulah pengklasifikasian oldeman ini menjadi sangat
penting. Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman- tanaman pangan seperti padi dan
juga golongan palawija. Dibandingkan dengan metode pengklasifikasian iklim yang lainnya,
metode ini sudah lebih modern karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti
radiasi matahari yang dikaitkan dengan kebutuhan air oleh tanaman.

Konsepnya adalah:
1. Padi sawah membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam musim hujan.
2. Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm dalam musim kemarau.
3. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% sama dengan 0,82 kali
hujan rata-rata bulanan dikurangi 30.
4. Hujan efektif untuk sawah adalah 100%.
5. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat adalah 75%.
Iklim oldeman merupakan iklim yang digunakan untuk tanaman pangan atau pertanian di
Indonesia. Pengklasifikasian iklim oldeman ini didasarkan pada kriterian bulan- bulan basah
dan juga bulan- bulan kering menurut iklim hujan. Kriteria dalam klasifikasi iklim ini
didasarkan pada perhitungan Bulan Basah (BB), Bulan Lembab (BL), dan Bulan Kering (BK)
dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.

 Bulan Basah (BB), merupakan bulan dengan rata- rata curah hujan lebih dari 200 mm
 Bulan Lembab (BL), merupakan buloan dengan rata- rata curah hujan 100 hingga 200
mm
 Bulan Kering (BK), merupakan bulan dengan rata- rata curah hujan kurang dari 100
mm

Kemudian dalam mengklasifikasikan iklim oldeman menggunakan ketentuan penjang periode


bulan basah dan bulan kering berturut- turut. Tipe pengklasifikasin iklim oldeman ini ada 5
macam (didasarkan pada bulan basah berturut- turut), sementara sub divisinya dibagi menjadi
empat macam (didasarkan bulan kering berturut- turut).

Pengklasifikasian iklim oleh Oldeman ini dibagi menjadi 5 kategori. Kategori- kategori iklim
Oldeman antara lain sebagai berikut:

1. Tipe A, bulan- bulan basah secara berturut- turut lebih dari 9 bulan
2. Tipe B, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 7 sampai 9 bulan
3. Tipe C, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 5 sampai 6 bulan
4. Tipe D, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 3 sampai 4 bulan
5. Tipe E, bulan- bulan basah secara berturut- turut kurang dari 3 bulan

Lebih lanjut, iklim ini dikelompokkan menjadi 17 wilayah Agroklimat Oldeman mulai dari
A1 sampai E4 seperti berikut:
1. Subtipe 1, panjang bulan kering adalah kurang dari 2 bulan berturut2
2. Subtipe 2, panjang bulan kering adalah 2-3 bulan berturut2
3. Subtipe 3, panjang bulan kering adalah 4-6 bulan berturut2
4. Subtipe 4, panjang bulan kering adalah 7-9 bulan berturut2
5. Subtipe 5, panjang bulan kering adalah lebih dari 9 bulan berturut2

Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim Oldeman untuk suatu
daerah tertentu yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos hujan. Data yang dipergunakan
adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun atau lebih yang diperoleh dari sejumlah
stasiun/pos hujan yang kemudian dihitung rata-ratanya.
Berdasarkan 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat
dikelompokkan menjadi 17 wilayah agroklimat Oldeman mulai dari A1 sampai E4
sebagaimana tersaji pada gambar segitiga Oldeman. Oldeman mengeluarkan penjabaran tiap-
tiap tipe agroklimat sebagai berikut :

Tipe iklim A1, A2 : Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada
umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah sepanjang tahun.

Tipe iklim B1 : Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal musim tanam
yang baik. Produksi tinggi bila panen musim kemarau

Tipe iklim B2 : Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan musim
kering yang pendek cukup untuk tanaman palawija

Tipe iklim C1 : Tanam padi dapat sekali dan palawija 2 kali setahun

Tipe iklim C2, C3, C4 : Tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun. Tetapi
penanaman palawija yang kedua harus hati-hati, jangan jatuh pada bulan kering

D1 : Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan
fluks radiasi tinggi. Waktu tanam palawija

Tipe iklim D2, D3, D4 : Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun,
tergantung pada adanya persediaan air irigasi

Tipe iklim E : Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija,
itupun tergantung adanya hujan.

Manfaat Iklim Oldeman :

Manfaat yang terdapat pada iklim oldeman ini tergolong adalah sebagai berikut :

 Untuk bertempat tinggal di sebuah wilayah yang beriklim baik karena memiliki udara
yang nyaman
 Dapat melakukan kegiatan dalam bidang perikanan dan pertanian
 Berpengaruh pada perbedaan dalam hal perumahan, pakaian, makanan, kegiatan dan
keprluan hidup lainya
 Kehidupan manusia lebih senang hidup karena tidak terlalu panas
 Dapat melakukan usaha perhubungan yang banyak karena cuacanya sangat diperlukan
bagi manusia
 Dapat mempengaruhi produksi pertanian
 Cocok untuk tanaman seperti karet, pala, cengkeh, dan kelapa sawit.
 Membantu dalam penentuan masa tanam
 Membantu dalam penentuan pola tanam
 Membantu dalam penentuan intensitas pertanaman

Daerah – daerah di Indonesia sesuai klasifikasi Oldeman :

Zona agroklimat B1 tersebar di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Parakan Salak, Ciamis.
Daerah dengan tipe iklim ini merupakan daerah yang sangat basah karena tingginya curah
hujan yang turun di wilayah tersebut serta didukung oleh kondisi topografinya yang terletak
di dataran tinggi

Zona agroklimat B2 tersebar di Kabupaten Sukabumi bagian Utara, sebagian Kabupaten


Bogor bagian Selatan, Pagelaran dan Cibitu. Daerah dengan tipe iklim ini merupakan daerah
yang sangat basah karena tingginya curah hujan yang turun di wilayah tersebut serta
didukung oleh kondisi topografinya yang terletak di dataran tinggi. Selain itu apabila dilihat
dari letak geografisnya daerah dengan tipe iklim ini terletak di daerah aliran sungai (DAS),
sehingga faktor konveksi sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya hujan di daerah ini.

Zona iklim C1 tersebut tersebar di Kabupaten Bogor bagian Timur Laut, Kabupaten Bekasi
Bagian Barat Daya, Lengkong, dan Panjalu. Daerah dengan tipe iklim ini merupakan daerah
dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Tipe agroklimat C2 tersebar di Kota Sukabumi, sebagian besar Kabupaten Sukabumi,


Kabupaten Cianjur bagian Utara, bagian Selatan Kabupaten Bekasi, sebagian Kota Bekasi,
Kota Depok, dan Barat Daya Kabupaten Karawang, sebagian Kabupaten Sumedang, Kota
Cirebon, sebagian Kabupaten Garut bagian Timur, Kabupaten Tasikmalaya, Kota
Tasikmalaya, bagian Barat Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran bagian Selatan
Panglejar, dan Sumedang. Daerah dengan tipe iklim ini merupakan daerah dengan curah
hujan yang cukup tinggi. Apabila dilihat dari peta topografinya daerah dengan tipe iklim ini
berada di daerah landai, faktor orografis sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya hujan
di daerah ini.

Tipe agroklimat C3 tersebar di Kabupaten Cianjur bagian Timur, Kabupaten Bandung bagian
Selatan, Kabupaten garut bagian Barat, sebagian besar Kabupaten Sumedang, Cirebon,
Kuningan, Majalengka, Kota Cirebon, bagian Timur Kabupaten Ciamis, Cimalaka, dan
Tanjungsari. Daerah dengan tipe iklim ini merupakan daerah dengan curah hujan yang cukup
tinggi. Apabila dilihat dari peta topografinya daerah dengan tipe iklim ini berada di daerah
landai, faktor orografis sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya hujan di daerah ini.

Zona agroklimat D2 tersebar di sebagian besar Kota Bekasi, sebagian kecil Kabupaten
Karawang, Bekasi, Purwakarta, dan Bandung.
Zona agroklimat D3 di Jawa Barat meliputi sebagian besar Kabupaten Indramayu bagian
Utara, sebagian besar Kabupaten Subang, bagian Barat Daya Kabupaten Sumedang, Kota
Bandung, Kota Cimahi, bagian Timur Kabupaten Bandung Barat, sebagian besar Kabupaten
Purwakarta, sebagian Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pengandaran
bagian Utara, dan sebagian kecil Kabupaten Sukabumi bagian Utara.

Zona agroklimat E3 meliputi Kabupaten Karawang dan Bekasi.

Zona agroklimat dapat berubah dari waktu ke waktu. Pengaruh perubahan iklim yang terjadi
menyebabkan potensi terjadinya pergeseran zona agroklimat.

Anonim. 2020. 5 Kategori Klasifikasi Iklim Oldeman. https://ilmugeografi.com/ilmu-


bumi/meteorologi/klasifikasi-iklim-oldeman#:~:text=Iklim%20oldeman%20merupakan
%20iklim%20yang,bulan%20kering%20menurut%20iklim%20hujan. Terakhir diakses Pada
TnggL 27 September 2020.

Dadang. 2020. Iklim Oldeman. https://rumus.co.id/iklim-oldeman/. Terakhir diakses Pada


TnggL 27 September 2020.

Fadholi, Akhmad dan Dina Supriatin. 2012. SISTEM POLA TANAM DI WILAYAH
PRIANGAN BERDASAKAN KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN. Jurnal Pendidikan
Geografi, Volume 12, Nomor 2, Oktober 2012, halaman 61-70.

Khairullah. 2009. Klasifikasi Iklim Oldeman : Teori dan Penerapannya.


https://ustadzklimat.blogspot.com/2009/07/klasifikasi-iklim-oldeman-teori-dan.html.
Terakhir diakses Pada TnggL 27 September 2020.

Munandar. Ai dan Sumiati. 2017. The Classification of Cropping Patterns Based on Regional
Climate Classification Using Decision Tree Approach. Journal of Computer Science 2017, 13
(9): 408.415

Prabaningrum, Ratna. IDENTIFIKASI PERUBAHAN ZONA AGROKLIMAT METODE OLDEMAN DI


PROVINSI JAWA BARAT. E-Jurnal. https://media.neliti.com/media/publications/228805-identifikasi-
perubahan-zona-agroklimat-m-8d360f91.pdf. Terakhir diakses Pada TnggL 27 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai