Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN PETA POLA TANAM DAN JADWAL TAMAN PADI DAN JAGUNG

DI SUMATERA BARAT SAAT KONDISI RATA-RATA DAN PADA SAAT TERJADI


EL NIÑO DAN LA NIÑA

Febiola Harisa1, Munawar Ali2


1,2
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Email : Febiolaharisa1994@gmail.com

ABSTAK

Pola dan Jadwal tanam sangat dibutuhkan oleh petani untuk menghindari risiko kegagalan panen dan
meningkatkan produktivitas hasil pertanian. El Niño dan La Niña adalah salah satu fenomena iklim
yang berpengaruh terhadap curah hujan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh El Niño tahun 1997 dan La Niña tahun 1998 terhadap perubahan pola dan jadwal tanam
padi dan jagung di provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rata-rata curah hujan dan rata-rata suhu udara tahun 1995 sampai dengan 2014, data curah hujan
tahun 1997 saat terjadi El Niño strong, data curah hujan tahun 1998 saat terjadi La Niña moderate
dan data fisik tanah. Metode yang digunakan adalah perhitungan neraca air lahan pada setiap tipe
iklim Oldeman di Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi rata-
rata (1995 – 2014) seluruh wilayah di Provinsi Sumatera Barat dapat ditanami padi atau Jagung
sepanjang tahun, namun saat terjadi El Niño wilayah Tipe Iklim A1 dan C1 dapat ditanami padi atau
jagung sepanjang tahun, wilayah dengan tipe iklim B1 dapat ditanami satu kali musim tanam padi
dan dua kali musim tanam jagung, wilayah dengan tipe iklim D1 dapat ditanami satu kali musim
tanam padi, satu kali musim tanam jagung, dan satu kali lahan dikosongkan. Saat terjadi La Niña
seluruh wilayah di Provinsi Sumatera Barat kembali dapat ditanami padi atau jagung sepanjang
tahun.

Kata Kunci : Pola dan jadwal tanam, Jadwal tanam, El Niño , La Niña.

ABSTACT

Pattern and planting schedule are very much required by the farmers to mitigate crop failure risk
and to improve farming outcome productivity. El Niño and La Niña are two climate phenomena
affecting rainfall in Indonesia. This study is aimned at evaluating the effects of El Niño and La Niña
on the variation of paddy and maize pattern and planting schedule in West Sumatera Province. The
data used in this study are the mean rainfall and mean air temperature from 1995 up to 2014, rainfall
data from 1997 when strong El Niño occurred, rainfall data from 1998 when moderate La Niña
occurred, and soil physical properties. The method used is crop area water banlance Oldeman
calculation for each climate type in West Sumatera Province. The study result suggest that on
average condition (1995 – 2014) all parts of west Sumatera Province can be planted with paddy and
maize troughout the year. However, when El Niño occurs, areas with climate type A1 and C1 can
be planted with paddy or maize troughout the year, areas with climate type B1 can be planted with
paddy in one cropping season and with maize in two cropping season, areas with climate type D1
can be planted with paddy in one cropping season and with maize in one cropping system, and one
time not planted land. When La Niña occurs, all areas in West Sumatera Province can be planted
with paddy or maize troughout the year once again.

Keywords : Pattern and planting schedule, El Niño, La Niña.


I. PENDAHULUAN terhadap penurunan dan peningkatan curah
Padi dan jagung merupakan tanaman hujan di Indonesia. Dalam kasus El Niño dan
pangan yang paling banyak ditanami oleh La Niña strong akan berdampak sampai ke
masyarakat untuk kebutuhan pangan di wilayah Sumatera Barat.
Indonesia. Penanaman padi dan jagung perlu Berubahnya kondisi curah hujan di
melihat kondisi curah hujan disuatu wilayah, Sumatera Barat akan mengubah kondisi
padi ditanam pada saat kondisi curah hujan ketersediaan air tanah yang berpengaruh
relatif tinggi yang umumnya terjadi pada saat terhadap produktivitas padi dan jagung,
musim hujan sedangkan jagung ditanam saat sehingga perlu dilakukan perencanaan pola dan
curah hujan relatif rendah yang umum terjadi jadwal tanam untuk mengurangi resiko
saat musim kemarau, hal ini dikarenakan padi kegagalan panen.
membutuhkan kondisi ketersediaan air tanah Klasifikasi iklim Oldeman dibuat
yang lebih banyak dibandingkan jagung. memakai unsur curah hujan berdasarkan
Sumatera Barat merupakan salah satu kriteria bulan basah dan bulan kering yang
provinsi di Indonesia yang sebagian besar berguna untuk mengetahui kondisi iklim
masyarakatnya hidup dengan bercocok tanam, terutama kondisi curah hujan di suatu wilayah.
karakteristik iklim di Sumatera Barat yang Dalam penentuan klasifikasi iklimnya,
memiliki tipe hujan ekuatorial dengan dua Oldeman menggunakan panjang periode bulan
puncak musim hujan dalam setahun yang terjadi basah (BB) dan bulan kering (BK) “berturut-
pada bulan Maret dan September serta curah turut”. Bulan basah (BB) adalah bulan dengan
hujan yang relatif tinggi menjadikan wilayah rata-rata curah hujan lebih besar dari 200 mm,
Sumatera Barat dapat ditanami dengan berbagai sedangkan bulan kering (BK) adalah bulan
macam tanaman pertanian dan holtikultura dengan rata-rata curah hujan kecil dari 100 mm.
seperti padi dan jagung. Setelah penentuan klasifikasi iklim Oldeman,
Sumatera Barat adalah salah satu maka akan diperoleh beberapa tipe iklim
provinsi yang berada di sepanjang persisir barat Oldeman di wilayah Sumatera Barat. Masing-
Pulau Sumatera yang berbatasan dengan empat masing tipe iklim Oldeman tersebut akan
provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, diwakilkan oleh satu pos hujan untuk dianalisis
dan Bengkulu. Luas wilayah Provinsi Sumatera kandungan air tanahnya menggunakan neraca
Barat dari utara ke selatan adalah 42.297,30 km² air lahan. Kajian tentang neraca air lahan pada
yang setara dengan 2,17% luas Indonesia masing-masing tipe iklim Oldeman di Provinsi
dengan Padang sebagai ibukotanya. Dari luas Sumatera Barat sangat penting guna
tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan mengetahui kondisi ketersediaan air tanah yang
yang masih ditutupi hutan lindung. Iklim dibutuhkan oleh tanaman padi dan jagung
Sumatera Barat secara umum sehingga dapat menentukan pola dan jadwal
bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tanam yang tepat untuk tanaman padi dan
tinggi, yaitu antara 22,6 °C sampai 31,5 °C. jagung.
Provinsi ini juga dilalui oleh garis khatulistiwa, Kondisi curah hujan dipengaruhi oleh
tepatnya di Bonjol, Pasaman. fenomena iklim global yaitu El Niño dan La
Pola dan jadwal tanam di Sumatera Niña , pengaruhnya berupa penurunan dan
Barat menjadi sangat penting karena lahan- peningkatan curah hujan. Maka selanjutnya
lahan pertanian di Sumatera Barat umumnya dilakukan Analisis neraca air lahan pada tahun
adalah lahan tadah hujan yang sistem kejadian fenomena El Niño dan La Niña.
pengairannya bergantung pada curah hujan. Biasanya, fenomena El Niño dan La Niña lebih
Banyak faktor yang dapat merubah kondisi mempengaruhi wilayah Jawa, Sulawesi,
curah hujan, diantaranya adalah fenomena- Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan
fenomena iklim. El Niño dan Papua, namun pada kasus El Niño dan La Niña
La Niña adalah suatu fenomena iklim global pada indeks strong pengaruhnya terhadap curah
yang ditandai dengan memanas atau hujan akan sampai ke wilayah Sumatera Barat.
mendinginnya suhu muka laut di wilayah Analisis neraca air lahan akan
ekuator Pasifik bagian timur yang dilakukan pada tahun terjadinya fenomena El
mengakibatkan berubahnya tekanan dan pola Niño dan La Niña strong untuk mengetahui
angin yang membawa massa uap air ke seberapa besar pengaruh El Niño dan La Niña
Indonesia, kondisi ini akan berdampak
terhadap penurunan dan peningkatan curah akan dilakukan analisis neraca air lahan dan
hujan yang akan berpengaruh terhadap pola dan jadwal tanam di beberapa pos hujan
ketersediaan air tanah dan berpotensi merubah terpilih yang menjadi perwakilan tipe iklim
jadwal dan pola dan jadwal tanam di Provinsi Oldeman tersebut.
Suamatera Barat dari kondisi rata-ratanya.
Penentuan pola dan jadwal tanam padi 2.2 Alat dan Data Penelitian
dan jagung yang tepat dapat meningkatkan Peralatan yang digunakan pada
keberhasilan usahatani, sehingga meningkatkan penelitian ini adalah berupa software yang
produktivitas pertanian untuk tanaman padi dan digunakan untuk pemetaan yaitu ArcGIS 9.3
jagung di Sumatera Barat. dan software pengolah angka.
Tujuan yang diharapkan dari penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
ini adalah untuk mengetahui Pola dan jadwal sebagai berikut :
tanam kondisi rata-rata di Sumatera Barat a. Data curah hujan rata-rata bulanan periode
menggunakan metode neraca air lahan serta 1995 – 2014 di 34 titik pos hujan kerja
untuk mengetahui pengaruh El Niño dan La sama dan stasiun BMKG di Provinsi
Niña terhadap perubahan pola dan jadwal Sumatera Barat. (Sumber: Stasiun
tanam di Provinsi Sumatera Barat. Klimatologi Sicincin)
b. Data temperature selama periode 20 tahun
II. DATA DAN METODE (1995-2014) di Stasiun Klimatologi
Sicincin. (Sumber :
2.1 Wilayah Penelitian http://dataonline.bmkg.go.id/)
Sumatera Barat adalah suatu provinsi c. Data sifat fisik tanah Provinsi Sumatera
yang berada di sepanjang persisir barat pulau Barat yaitu kapasitas lapang (KL, dan titik
Sumatera yang berbatasan dengan empat layu permanen (TLP) pada setiap
provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, kabupaten. (Sumber: Pawitan, dkk, 1996)
dan Bengkulu. Luas wilayah Provinsi Sumatera d. Data koordinat dan ketinggian 34 titik pos
Barat dari utara ke selatan adalah 42.297,30 km² hujan kerjasama yang diperoleh dari
yang setara dengan 2,17% luas Indonesia Stasiun Klimatologi Sicincin yang akan
dengan Padang sebagai ibukotanya. Dari luas digunakan untuk keperluan pendugaan
tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan suhu udara pada wilayah titik pos
yang masih ditutupi hutan lindung. kerjasama yang mewakili tipe iklim
Oldeman sebagai wilayah penelitian.
e. Data ONI (Oceanic Nino Index)
merupakan Indeks El Niño di wilayah
Niño 3.4 untuk memilih tahun perwakilan
El Niño dan La Niña strong yang akan
digunakan melihat pengaruh El Niño dan
La Niña terhadap perubahan pola dan
jadwal tanam di Provinsi Sumatera Barat.
(Sumber : http://www.cpc.noaa.gov

2.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan


Data

Gambar. 1 Peta wilayah penelitian Provinsi 2.3.1 Data curah hujan


Sumatera Barat Data curah hujan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data curah hujan
Pos hujan kerjasama yang tersebar di bulanan 34 pos hujan kerjasama yang tersebar
wilayah Sumatera Barat akan dibagi menurut di Provinsi Sumatera Barat selama periode
klasifikasi iklim Oldeman dan menghasilkan waktu 20 tahun (1995 – 2014). Curah hujan
beberapa tipe iklim. Masing-masing tipe iklim yang terdapat di suatu wilayah dianggap
tersebut akan diwakili oleh satu pos hujan, sebagai gambaran curah hujan yang mewakili
sehingga akan terpilih beberapa pos hujan yang wilayah kabupaten sekitarnya.
akan dijadikan lokasi penelitian. Selanjutnya
2.3.2 Data suhu udara 2015) yang disusun dalam skala waktu
Data suhu udara pos hujan pengamatan bulanan (klimatologis). Tahapan analisis
yang dijadikan sebagai perwakilan tipe iklim sebagai
Oldeman diduga dengan teori Braak (1928) berikut :
dengan menjadikan suhu dan ketinggian a. Tahap perhitungan evapotranspirasi
Stasiun Klimatologi Sicincin sebagai stasiun (Thornthwaite & Mather)
referensi, yaitu : Metode Thornthwaite dan Matter
digunakan jika tidak terdapat data
𝑇 = 𝑇𝑟 − (0.01 × ∆ℎ × 0.6) evapotranspirasi (ETP), tahapan perhitungan
metode thornthwaite dan Matterr sebagai
dengan T = suhu udara yang dicari, Tr= suhu
berikut :
stasiun referensi, ∆h : selisih ketinggian dengan
a) Menghitung indeks panas ( i ) bulanan :
stasiun referensi (meter).untuk wilayah di 𝑡
Sumatera Barat digunakan Stasiun Klimatologi 𝑖 = (5) 1.514
Sicincin sebagai stasiun referensi. Keterangan : t = Suhu udara rata-rata
b) Menghitung jumlah indeks panas tahunan (
2.3.3 Data fisik tanah I ) dari Januari – Desember
𝐷𝑒𝑠
Data kapasitas lapang (KL) dan titik
layu permanen (TLP) di Provinsi Sumatera 𝐼 = ∑𝑖
Barat diperoleh dari data sekunder dalam buku 𝐽𝑎𝑛

Pemanfaatan Sumberdaya Air (Pawitan, dkk, c) Menghitung ETP baku memakai rumus :
1996). Data fisik tanah (KL) dan titik layu 10𝑡 𝑎
permanen (TLP) merupakan komponen- 𝐸𝑇𝑃 = 16 ( )
𝐼
kompenen neraca air lahan yang akan Ket:
digunakan dalam analisis kadar air tanah yang ETP = ETP baku rata-rata bulanan (mm)
dibutuhkan oleh tanaman padi dan jagung untuk a = 675 x 10-9 I3 - 771 x 10-7I2 + 1792 x
menentukan pola dan jadwal tanam. 10-5 I + 0,49239
2.3.4 Data ONI (Oceanic Nino Index) d) Koreksi ETP baku memakai panjang hari
Data ONI (Oceanic Nino Index) (untuk lintang 0, 1 hari = 12,1 jam siang)
merupakan data indeks El Niño di wilayah dan jumlah hari per bulan = 30 hari, maka :
Niño 3.4 digunakan untuk memilih tahun 𝑋 𝑌
perwakilan El Niño dan La Niña strong. 𝐸𝑇𝑃 = ( ) ( ) 𝐸𝑇𝑃𝑏𝑎𝑘𝑢
30 12.1
Pemilihan berdasarkan kriteria indeks El Niño Ket: X = Jumlah hari dalam satu bulan
dan La Niña , dimana . El Niño lemah jika Y = Panjang hari dalam jam
indeks lebih besar dari +0.5 sampai +1.0, El
Niño sedang jika indeks lebih besar dari +1.0 b. Tahap perhitungan neraca air lahan
hingga +1.4, dan El Niño kuat jika indeks nya (Thorntwaite dan Matter)
mencapai +1.5 atau lebih. Pengelompokkan Tahapan perhitungan neraca air lahan sebagai
yang sama dilakukan terhadap La Niña lemah, berikut :
sedang hingga kuat. 1. Kolom curah hujan (CH)
Data CH rata-rata bulanan atau CH dengan
2.4 Analisis Data peluang tertentu.
2.4.1 Penentuan pola dan jadwal tanam padi 2. Data suhu udara
dan jagung di Provinsi Sumatera Barat Perhitungan neraca air lahan memerlukan nilai
Langkah perhitungan metode neraca air lahan evapotrasnpirasi potensial (ETP). Parameter
adalah sebagai berikut : cuaca yang digunakan untuk menghitung ETP
1. Perhitungan ketersediaan air tanah adalah suhu udara. Namun karena sebaran data
Potensi masa tanam untuk padi sawah suhu udara yang tidak rapat dan merata di
adalah pada periode terjadinya kelebihan air wilayah Sumatera Barat, maka digunakan
atau surplus. Ketersediaan air tanah dihitung sebuah rumus untuk mengestimasi nilai suhu
menggunakan metode neraca air tanah udara berdasarkan ketinggian. Dengan
Thorntwaite dan Matter (1957 dalam Malino,
demikian, bisa diperoleh nilai yang mendekati Jika CH > ETP maka ETA = ETP. Pada
keadaan sebenarnya dan bisa lebih dipercaya. bulan-bulan terjadi APWL (CH < ETP)
Suhu udara mengalami penurunan seiring maka ETA = CH+│dKAT│.
bertambahnya ketinggian sebesar 0.6oC/100 m. 9. Kolom defisit (D)
Rumus estimasi suhu udara berdasar ketinggian D = ETP - ETA.
oleh Braak (1928) adalah sebagai berikut: 10. Kolom surplus (S)
Surplus terjadi saat tidak ada D, maka S =
𝑇 = 𝑇𝑟 − (0.01 × ∆ℎ × 0.6)
CH - ETP - dKAT.
Dimana:
c. Tahap penentuan ketersediaan air
T : Suhu udara yang dicari (°C)
Tr : Suhu udara stasiun referensi (°C) tanah untuk beberapa komoditas
Prinsip perhitungan ketersediaan air
∆h : Selisih ketinggian dengan stasiun
referensi (meter) tanah untuk neraca air lahan dan untuk beberapa
jenis tanaman adalah sama, yaitu menggunakan
3. Kolom evapotranspirasi potensial (ETP). tahapan seperti di atas, perbedaan perhitungan
Nilai ETP standar (vegetasi rumput) ketersediaan air tanah untuk lahan dan tanaman
dengan urutan prioritas sebagai berikut : adalah terletak pada nilai evapotranspirasi,
ETP lisimeter, evaporasi kelas A dikali yaitu ETC (evapotranspirasi tanaman) yang
tetapan, ETP hasil perhitungan/estimasi diperoleh dengan menggunakan rumus:
menurut rumus Penman, Thorntwaite, 𝐸𝑇𝑐 = 𝐸𝑇𝑃 × 𝐾𝑐
Blaney Criddle dan seterusnya. Keterangan:
4. Kolom CH – ETP ETC = Evapotranspirasi Tanaman
Selisih nilai curah hujan dan ETP = Evapotranspirasi Potensial
evapotranspirasi potensial. Kc = Konstanta, untuk padi nilai Kc = 1.13,
5. Kolom akumulasi potensial untuk dan jagung nilai Kc= 0.84 (FAO,
penguapan (APWL) 1998).
Hasil-hasil negatif pada langkah 3 Nilai Kc tanaman padi dan jagung merupakan
diakumulasikan bulan demi bulan sebagai nilai Kc rata-rata masing-masing tanaman pada
nilai Accumulation Potensial of Water tiap-tiap fase pertumbuhan.
Loss (APWL) dan diisikan pada kolom
yang bersangkutan. d. Penentuan pola dan jadwal tanam padi
6. Kolom kandungan air tanah (KAT) dan jagung melalui analisis neraca air
Pertama tentukan kapasitas lapang (KL). lahan
Pengisian kolom KAT dimulai bulan Penentuan pola dan jadwal tanam
pertama terjadi APWL berdasarkan ditinjau melalui analisis neraca air lahan dengan
hitungan rumus sebagai berikut: melihat ketersediaan air tanah yang memenuhi
kebutuhan air tanaman padi dan jagung untuk
KAT = KL x k │APWL│ masa pertumbuhannya. Pola dan jadwal tanam
yang baik adalah terpenuhinya kebutuhan air
k = p0 + p1/KL; p0 = 1.000412351; untuk tanaman padi dan jagung selama masa
p1 = -1.073807306 pertumbuhannya. Pola dan jadwal tanam
Kolom KAT bulan pertama dimana ditentukan berdasarkan perhitungan neraca air
CH-ETP bernilai positif diisi dengan : tanaman padi dan jagung.
(KAT = KATterakhir + CH - ETP). Begitu
seterusnya hingga nilai KAT = KL III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tercapai. Sejak bulan tersebut selama
hujan masih berlebihan nilai KAT tetap 3.1 Hasil Identifikasi Pola dan Jadwal
konstan yaitu sama dengan KL. Tanam Kondisi Rata-rata Tahun 1995
sampai dengan 2014 (20 Tahun) untuk
7. Kolom perubahan KAT (dKAT) Tanaman Padi dan Jagung di Sumatera
Nilai KAT dari suatu bulan tersebut Barat.
dikurangi KAT bulan sebelumnya.
8. Kolom evapotranspirasi aktual (ETA)
Provinsi Sumatera Barat didominasi ditanami padi sepanjang tahun, Musim tanam
oleh tipe iklim Oldeman dengan klasifikasi A1 pertama padi dapat dilakukan pada bulan
yang terletak di Sumatera Barat bagian barat November sampai dengan Februari, Musim
dengan luasan 21.703 Km² atau 50,98 %. tanam kedua pada bulan Maret sampai dengan
Sumatera Barat bagian tengah didominasi oleh Juni, dan musim tanam ketiga pada bulan Juli
klasifikasi tipe iklim Oldeman B1 dengan sampai dengan Oktober (Tabel. 1).
luasan 13.855 Km² atau 32,54 %. Klasifikasi
tipe iklim Oldeman C1 dan D1 terdapat di Tabel. 1 Jadwal Tanam pada Setiap Tipe Iklim
wilayah Sumatera Barat bagian timur dengan Oldeman Kondisi Rata-rata (1995 - 2014)
luasan wilayah masing-masing 3.972 Km² atau
9.33 % dan 2.698 Km² atau 6.34% (Gambar.2).

Sumber : Hasil Pengolahan (2017)


Keterangan :
MT = Musim Tanam
= Padi

3.2 Hasil Identifikasi Pengaruh El Niño


Dan La Niña Terhadap Perubahan
Gambar. 2 Peta Klasifikasi Iklim Oldeman Pola dan Jadwal Tanam di Provinsi
Sumatera Barat (Hasil Pengolahan, 2017)
Sumatera Barat.
A. Pola dan jadwal tanam saat terjadi El
Pola tanam padi dan jagung kondisi rata- Niño 1997.
rata tahun 1995 sampai dengan 2014 dapat Pola tanam pada setiap tipe iklim
di petakan untuk mengetahui sebaran Oldeman saat El Niño tahun 1997 tersebut dapat
wilayahnya (Gambar.3). Berdasarkan peta dipetakan untuk mengetahui sebaran
tersebut dapat diketahui bahwa seluruh wilayahnya (Gambar.4). Berdasarkan peta
wilayah Sumatera Barat pada setiap tipe tersebut dapat diketahui bahwa wilayah dengan
iklim Oldeman dapat ditanami padi tipe iklim A1 dan C1 dapat ditanami padi
sepanjang tahun, hal ini dikarenakan sepanjang tahun, wilayah dengan tipe iklim B1
kandungan air tanah untuk tanaman padi dapat ditanami satu kali musim tanam padi dan
dan jagung selalu berada di kondisi satu dua kali jagung, sedangkan wilayah dengan
tipe iklim D1 dapat ditanami satu kali musim
optimum sepanjang tahun.
tanam padi, satu kali musim tanam jagung dan
satu kali bera atau lahan dikosongkan.

Gambar.3 Peta Pola Tanam Kondisi Rata-rata


(1995 – 2014) pada Setiap Tipe Iklim Oldeman
di Provinsi Sumatera Barat
(Hasil Pengolahan, 2017) Gambar.4 Pola Tanam Saat Terjadi El Niño
tahun 1997 Pada Setiap Tipe Iklim Oldeman
Berdasarkan seluruh kandungan air tanahnya, di Provinsi Sumatera Barat
maka dapat ditentukan bahwa seluruh wilayah (Hasil Pengolahan, 2017)
Sumatera Barat kondisi rata-ratanya dapat
1. Jadwal tanam tipe iklim A1 Jadwal tanam pada kondisi El Niño
wilayah tipe iklim A1 cocok untuk dilakukan dengan jadwal yang berbeda untuk tiap-
ditanami padi sepanjang tahun. Musim tanam tiap tipe iklim Oldeman yaitu :
pertama dapat dimulai pada bulan November, Tabel. 4 Jadwal Tanam pada Tipe Iklim
musim tanam kedua dapat dimulai pada bulan Oldeman C1 saat El Niño tahun 1997
Maret dan musim tanam ketiga dapat dimulai
pada bulan Juli (Tabel.2).

Tabel. 2 Jadwal Tanam pada Tipe Iklim


Oldeman A1 saat El Niño tahun 1997
Sumber : Hasil Pengolahan (2017)
Keterangan :
MT = Musim Tanam
= Padi

Sumber : Hasil Pengolahan (2017) 3. Jadwal tanam tipe iklim D1


Keterangan : Wilayah tipe iklim D1 cocok untuk
MT = Musim Tanam ditanami padi dan jagung dengan jadwal yaitu
= Padi penanaman jagung pada musim tanam pertama
yang dimulai pada bulan November,
2. Jadwal tanam tipe iklim B1 dilanjutkan dengan penanaman padi pada
Wilayah tipe iklim B1 dapat ditanami musim tanam kedua yang dimulai pada bulan
padi dan jagung dengan jadwal yaitu dilakukan Maret, sedangkan untuk bulan Juli sampai
penanaman jagung musim tanam pertama pada dengan Oktober dilakukan periode bera atau
bulan November, dilanjutkan dengan padi pada lahan dikosongkan (Tabel. 5).
musim tanam kedua yang dimulai pada bulan
Maret, serta dilakukan penanaman jagung Tabel. 5 Jadwal Tanam Pada Tipe Iklim
kembali pada bulan Juli (Tabel. 3). Oldeman D1 saat El Niño tahun 1997

Tabel. 3 Jadwal Tanam Pada Tipe Iklim


Oldeman B1 saat El Niño tahun 1997

Sumber : Hasil Pengolahan (2017)


Keterangan :
MT = Musim Tanam
= Padi
Sumber : Hasil Pengolahan (2017) = Jagung
Keterangan : = Bera
MT = Musim Tanam
= Padi
B. Pola dan jadwal tanam saat terjadi La
= Jagung
Niña 1998.
3. Jadwal tanam tipe iklim C1 Pola tanam padi dan jagung saat La
wilayah tipe iklim C1 cocok untuk Niña tahun 1998 seluruh wilayah Sumatera
ditanami padi sepanjang tahun. Musim tanam Barat pada setiap tipe iklim Oldeman dapat
pertama dapat dimulai pada bulan November, ditanami padi sepanjang tahun
musim tanam kedua dapat dimulai pada bulan (Gambar.5). Skenario pola tanam lain yang
Maret dan musim tanam ketiga dapat dimulai memungkinkan adalah dua kali penanaman
pada bulan Juli (Tabel. 4). padi dilanjutkan satu kali jagung, atau satu kali
padi dilanjutkan dua kali jagung. pola tanam
tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan
petani.
bagian timur dan menghangatnya suhu muka
laut di wilayah Indonesia, hal ini menyebabkan
wilayah Pasifik ekuator bagian timur
mengalami penurunan curah hujan sedangkan
wilayah Indonesia merupakan tempat
pembentukan awan-awan konvektif sehingga
banyak hujan.
Mulyana (2002) mengatakan bahwa
curah hujan di Sumatra Barat, Riau, Sumatra
Utara dan Aceh tidak terpengaruh oleh
Gambar. 5 Pola Tanam Saat Terjadi perubahan nilai SOI (-0.3 < r < +0.3). SOI
La Niña tahun 1998 pada Setiap Tipe Iklim adalah indeks osilasi selatan yang apabila
Oldeman di Provinsi Sumatera Barat indeksnya bernilai negatif merupakan kejadian
(Hasil Pengolahan, 2017) El Niño sedangkan indeks bernilai positif
merupakan kejadian La Niña. Namun ternyata
Berdasarkan grafik kandungan air pada kasus El Niño tahun 1997 dengan kategori
tanah saat terjadi La Niña tahun 1998, maka strong berpengaruh terhadap curah hujan di
dapat ditentukan jadwal tanam padi dan jagung Sumatera Barat. Pengaruh tersebut berupa
yang sesuai dengan pola tanamnya, yaitu penurunan curah hujan dibawah nilai rata-rata.
penanaman padi dan jagung musim tanam Menurunnya curah hujan mengakibatkan
pertama dimulai pada bulan November, musim berkurangnya kandungan air tanah yang
tanam kedua dimulai pada bulan Maret dan menyebabkan perubahan pola tanam padi dan
musim tanam ketiga dimulai pada bulan Juli jagung di Sumatera Barat. Perbedaan pola
(Tabel. 6) tanam ini ternyata tidak sama untuk setiap tipe
iklim Oldeman dikarenakan perbedaan jumlah
Tabel. 6 Jadwal Tanam pada Setiap Tipe Iklim curah hujan, bulan basah, dan bulan kering.
Oldeman SaatTerjadi La Niña Tahun 1998 Provinsi Sumatera Barat dapat diklasifikasikan
menjadi empat tipe iklim Oldeman yaitu A1,
B1, C1 dan D1.
Fenomena El Niño tahun 1997 merubah
kondisi curah hujan yang menyebabkan
berubahnya pola dan jadwal tanam di Sumatera
Sumber : Hasil Pengolahan (2017) Barat dibandingkan kondisi rata-ratanya. Setiap
Keterangan : tipe iklim Oldeman memiliki pola dan jadwal
MT = Musim Tanam tanam yang berbeda yaitu wilayah dengan tipe
= Padi iklim A1 dapat ditanami padi sebanyak tiga kali
musim tanam. Musim tanam pertama dimulai
3.3 Pembahasan Pengaruh El Niño dan pada bulan November, musim tanam kedua
La Niña Terhadap Perubahan Pola dimulai pada bulan Maret dan musim tanam
dan Jadwal Tanam Di Provinsi ketiga dimulai pada bulan Juli. Wilayah dengan
Sumatera Barat. tipe iklim B1 dapat ditanami satu kali musim
El Niño dan La Niña merupakan salah tanam padi pada bulan Maret, dilanjutkan dua
satu fenomena iklim yang menjadi salah satu kali penanaman jagung yang dimulai pada
faktor pengendali iklim di Indonesia. El Niño bulan Juli untuk musim pertama dan bulan
ditandai dengan memanasnya suhu muka laut di November untuk musim tanam kedua. Wilayah
ekuator pasifik bagian timur dan mendinginnya dengan tipe iklim C1 memiliki pola dan jadwal
suhu muka laut di wilayah Indonesia. tanam yang sama dengan tipe iklim A1 yaitu
Fenomena El Niño menyebabkan banyak hujan dapat ditanami padi sepanjang tahun. Pengaruh
di wilayah Pasifik ekuator bagian timur karena El Nino 1997 terhadap tipe iklim C1 tidak
banyaknya pembenttukan awan-awan mempengaruhi kadar air tanah karena nilai air
konvektif, sedangkan wilayah Indonesia secara tersedia masih optimum atau mencapai 50 %
umum mengalami penurunan curah hujan. sepanjang tahun, sedangkan wilayah dengan
La Niña ditandai dengan mendinginnya tipe iklim D1 dapat ditanami satu kali musim
suhu muka laut di wilayah Pasifik ekuator tanam padi yang dimulai pada bulan Maret, satu
kali periode bera atau lahan tidak ditanami padi DAFTAR PUSTAKA
yaitu pada bulan Juli sampai dengan Oktober, Braak, C, 1928, The Climate of The Netherlands
dilanjutkan satu kali musim tanam jagung pada Indies. Proc. Royal Mogn.
bulan November. Meteor.Observ, Batavia, nr. 14, Pp.
Fenomena La Niña tahun 1998 kembali 192.
menambah kondisi kandungan air tanah karena FAO. 1998. Crop Evapotranspiration
curah hujan meningkat. Pola dan jadwal tanam Irrigation and Draignase Paper. Food
saat La Niña tahun 1998 sama dengan keadaan and Agricultural Organization of the
rata-ratanya. Seluruh wilayah Sumatera Barat United Nation.
pada setiap tipe iklim Oldeman dapat ditamami Malino, C.R. 2015. Analisis Ketersediaan Air
padi sepanjang tahun. Musim tanam pertama Tanah dan Awal Musim untuk
dimulai pada bulan November, musim tanam Penentuan Kalender Tanam Padi dan
kedua dimulai pada bulan Maret dan musim Jagung di Kabupaten Maros. Skripsi.
tanam ketiga dimulai pada bulan Juli. Sekolah Tinggi Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.
KESIMPULAN Mulyana, E. 2002. Hubungan Antara ENSO
dengan Variasi Curah Hujan di
Berdasarkan penelitian yang telah
Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
Cuaca, Vol. 3, No. 1, 2002: 1-4.
yaitu :
Oldeman, L.R. dan Frere, M. 1982. A Study of
1. Pola tanam di seluruh wilayah Provinsi
the Agrometeorology of the Humid
Sumatera Barat pada kondisi rata-rata
Tropic of South East Asia. WMO No.
tahun 1995 sampai dengan 2014 dapat
597. Technical Note No. 179.
ditanami padi sepanjang tahun. Jadwal
Thornthwaite, C.W. dan Mather, J.R. 1957.
tanam dapat dilakukan serentak di seluruh
Instruction and tables for Computing
wilayah untuk setiap tipe iklim Oldeman,
Potensial Evapotranspiration and the
yaitu untuk musim tanam pertama
Water Balance. Drexel Institute of
dilakukan pada bulan November, musim
Technology. Laboratory of
tanam kedua dilakukan pada bulan Maret
Climatology. New Jersey. USA.
dan musim tanam ketiga dilakukan pada
bulan Juli.
2. Pengaruh El Niño tahun 1997 dan La Niña
tahun 1998 adalah perubahan pola dan
jadwal tanam dari kondisi rata-ratanya di
Provinsi Sumatera Barat untuk setiap tipe
iklim Oldeman dengan jadwal tanam yang
tidak serentak untuk setiap tipe iklim. Pada
saat El Niño tahun 1997 wilayah dengan
tipe iklim A1 dan C1 dapat ditanami padi
dan jagung sepanjang tahun, wilayah
dengan tipe iklim B1 dapat ditanami satu
kali musim tanam padi dan dua kali musim
tanam jagung, sedangkan wilayah dengan
tipe iklim D1 dapat ditanami satu kali
musim tanam padi, satu kali musim tanam
jagung dan satu kali periode bera atau
lahan dikosongkan. Pada saat La Niña
tahun 1998 pola dan jadwal tanam sama
dengan kondisi rata-ratanya, yaitu dapat
ditanami padi sepanjang tahun dengan
jadwal tanam yang serentak untuk seluruh
wilayah Provinsi Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai