ABSTAK
Pola dan Jadwal tanam sangat dibutuhkan oleh petani untuk menghindari risiko kegagalan panen dan
meningkatkan produktivitas hasil pertanian. El Niño dan La Niña adalah salah satu fenomena iklim
yang berpengaruh terhadap curah hujan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh El Niño tahun 1997 dan La Niña tahun 1998 terhadap perubahan pola dan jadwal tanam
padi dan jagung di provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rata-rata curah hujan dan rata-rata suhu udara tahun 1995 sampai dengan 2014, data curah hujan
tahun 1997 saat terjadi El Niño strong, data curah hujan tahun 1998 saat terjadi La Niña moderate
dan data fisik tanah. Metode yang digunakan adalah perhitungan neraca air lahan pada setiap tipe
iklim Oldeman di Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi rata-
rata (1995 – 2014) seluruh wilayah di Provinsi Sumatera Barat dapat ditanami padi atau Jagung
sepanjang tahun, namun saat terjadi El Niño wilayah Tipe Iklim A1 dan C1 dapat ditanami padi atau
jagung sepanjang tahun, wilayah dengan tipe iklim B1 dapat ditanami satu kali musim tanam padi
dan dua kali musim tanam jagung, wilayah dengan tipe iklim D1 dapat ditanami satu kali musim
tanam padi, satu kali musim tanam jagung, dan satu kali lahan dikosongkan. Saat terjadi La Niña
seluruh wilayah di Provinsi Sumatera Barat kembali dapat ditanami padi atau jagung sepanjang
tahun.
Kata Kunci : Pola dan jadwal tanam, Jadwal tanam, El Niño , La Niña.
ABSTACT
Pattern and planting schedule are very much required by the farmers to mitigate crop failure risk
and to improve farming outcome productivity. El Niño and La Niña are two climate phenomena
affecting rainfall in Indonesia. This study is aimned at evaluating the effects of El Niño and La Niña
on the variation of paddy and maize pattern and planting schedule in West Sumatera Province. The
data used in this study are the mean rainfall and mean air temperature from 1995 up to 2014, rainfall
data from 1997 when strong El Niño occurred, rainfall data from 1998 when moderate La Niña
occurred, and soil physical properties. The method used is crop area water banlance Oldeman
calculation for each climate type in West Sumatera Province. The study result suggest that on
average condition (1995 – 2014) all parts of west Sumatera Province can be planted with paddy and
maize troughout the year. However, when El Niño occurs, areas with climate type A1 and C1 can
be planted with paddy or maize troughout the year, areas with climate type B1 can be planted with
paddy in one cropping season and with maize in two cropping season, areas with climate type D1
can be planted with paddy in one cropping season and with maize in one cropping system, and one
time not planted land. When La Niña occurs, all areas in West Sumatera Province can be planted
with paddy or maize troughout the year once again.
Pemanfaatan Sumberdaya Air (Pawitan, dkk, c) Menghitung ETP baku memakai rumus :
1996). Data fisik tanah (KL) dan titik layu 10𝑡 𝑎
permanen (TLP) merupakan komponen- 𝐸𝑇𝑃 = 16 ( )
𝐼
kompenen neraca air lahan yang akan Ket:
digunakan dalam analisis kadar air tanah yang ETP = ETP baku rata-rata bulanan (mm)
dibutuhkan oleh tanaman padi dan jagung untuk a = 675 x 10-9 I3 - 771 x 10-7I2 + 1792 x
menentukan pola dan jadwal tanam. 10-5 I + 0,49239
2.3.4 Data ONI (Oceanic Nino Index) d) Koreksi ETP baku memakai panjang hari
Data ONI (Oceanic Nino Index) (untuk lintang 0, 1 hari = 12,1 jam siang)
merupakan data indeks El Niño di wilayah dan jumlah hari per bulan = 30 hari, maka :
Niño 3.4 digunakan untuk memilih tahun 𝑋 𝑌
perwakilan El Niño dan La Niña strong. 𝐸𝑇𝑃 = ( ) ( ) 𝐸𝑇𝑃𝑏𝑎𝑘𝑢
30 12.1
Pemilihan berdasarkan kriteria indeks El Niño Ket: X = Jumlah hari dalam satu bulan
dan La Niña , dimana . El Niño lemah jika Y = Panjang hari dalam jam
indeks lebih besar dari +0.5 sampai +1.0, El
Niño sedang jika indeks lebih besar dari +1.0 b. Tahap perhitungan neraca air lahan
hingga +1.4, dan El Niño kuat jika indeks nya (Thorntwaite dan Matter)
mencapai +1.5 atau lebih. Pengelompokkan Tahapan perhitungan neraca air lahan sebagai
yang sama dilakukan terhadap La Niña lemah, berikut :
sedang hingga kuat. 1. Kolom curah hujan (CH)
Data CH rata-rata bulanan atau CH dengan
2.4 Analisis Data peluang tertentu.
2.4.1 Penentuan pola dan jadwal tanam padi 2. Data suhu udara
dan jagung di Provinsi Sumatera Barat Perhitungan neraca air lahan memerlukan nilai
Langkah perhitungan metode neraca air lahan evapotrasnpirasi potensial (ETP). Parameter
adalah sebagai berikut : cuaca yang digunakan untuk menghitung ETP
1. Perhitungan ketersediaan air tanah adalah suhu udara. Namun karena sebaran data
Potensi masa tanam untuk padi sawah suhu udara yang tidak rapat dan merata di
adalah pada periode terjadinya kelebihan air wilayah Sumatera Barat, maka digunakan
atau surplus. Ketersediaan air tanah dihitung sebuah rumus untuk mengestimasi nilai suhu
menggunakan metode neraca air tanah udara berdasarkan ketinggian. Dengan
Thorntwaite dan Matter (1957 dalam Malino,
demikian, bisa diperoleh nilai yang mendekati Jika CH > ETP maka ETA = ETP. Pada
keadaan sebenarnya dan bisa lebih dipercaya. bulan-bulan terjadi APWL (CH < ETP)
Suhu udara mengalami penurunan seiring maka ETA = CH+│dKAT│.
bertambahnya ketinggian sebesar 0.6oC/100 m. 9. Kolom defisit (D)
Rumus estimasi suhu udara berdasar ketinggian D = ETP - ETA.
oleh Braak (1928) adalah sebagai berikut: 10. Kolom surplus (S)
Surplus terjadi saat tidak ada D, maka S =
𝑇 = 𝑇𝑟 − (0.01 × ∆ℎ × 0.6)
CH - ETP - dKAT.
Dimana:
c. Tahap penentuan ketersediaan air
T : Suhu udara yang dicari (°C)
Tr : Suhu udara stasiun referensi (°C) tanah untuk beberapa komoditas
Prinsip perhitungan ketersediaan air
∆h : Selisih ketinggian dengan stasiun
referensi (meter) tanah untuk neraca air lahan dan untuk beberapa
jenis tanaman adalah sama, yaitu menggunakan
3. Kolom evapotranspirasi potensial (ETP). tahapan seperti di atas, perbedaan perhitungan
Nilai ETP standar (vegetasi rumput) ketersediaan air tanah untuk lahan dan tanaman
dengan urutan prioritas sebagai berikut : adalah terletak pada nilai evapotranspirasi,
ETP lisimeter, evaporasi kelas A dikali yaitu ETC (evapotranspirasi tanaman) yang
tetapan, ETP hasil perhitungan/estimasi diperoleh dengan menggunakan rumus:
menurut rumus Penman, Thorntwaite, 𝐸𝑇𝑐 = 𝐸𝑇𝑃 × 𝐾𝑐
Blaney Criddle dan seterusnya. Keterangan:
4. Kolom CH – ETP ETC = Evapotranspirasi Tanaman
Selisih nilai curah hujan dan ETP = Evapotranspirasi Potensial
evapotranspirasi potensial. Kc = Konstanta, untuk padi nilai Kc = 1.13,
5. Kolom akumulasi potensial untuk dan jagung nilai Kc= 0.84 (FAO,
penguapan (APWL) 1998).
Hasil-hasil negatif pada langkah 3 Nilai Kc tanaman padi dan jagung merupakan
diakumulasikan bulan demi bulan sebagai nilai Kc rata-rata masing-masing tanaman pada
nilai Accumulation Potensial of Water tiap-tiap fase pertumbuhan.
Loss (APWL) dan diisikan pada kolom
yang bersangkutan. d. Penentuan pola dan jadwal tanam padi
6. Kolom kandungan air tanah (KAT) dan jagung melalui analisis neraca air
Pertama tentukan kapasitas lapang (KL). lahan
Pengisian kolom KAT dimulai bulan Penentuan pola dan jadwal tanam
pertama terjadi APWL berdasarkan ditinjau melalui analisis neraca air lahan dengan
hitungan rumus sebagai berikut: melihat ketersediaan air tanah yang memenuhi
kebutuhan air tanaman padi dan jagung untuk
KAT = KL x k │APWL│ masa pertumbuhannya. Pola dan jadwal tanam
yang baik adalah terpenuhinya kebutuhan air
k = p0 + p1/KL; p0 = 1.000412351; untuk tanaman padi dan jagung selama masa
p1 = -1.073807306 pertumbuhannya. Pola dan jadwal tanam
Kolom KAT bulan pertama dimana ditentukan berdasarkan perhitungan neraca air
CH-ETP bernilai positif diisi dengan : tanaman padi dan jagung.
(KAT = KATterakhir + CH - ETP). Begitu
seterusnya hingga nilai KAT = KL III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tercapai. Sejak bulan tersebut selama
hujan masih berlebihan nilai KAT tetap 3.1 Hasil Identifikasi Pola dan Jadwal
konstan yaitu sama dengan KL. Tanam Kondisi Rata-rata Tahun 1995
sampai dengan 2014 (20 Tahun) untuk
7. Kolom perubahan KAT (dKAT) Tanaman Padi dan Jagung di Sumatera
Nilai KAT dari suatu bulan tersebut Barat.
dikurangi KAT bulan sebelumnya.
8. Kolom evapotranspirasi aktual (ETA)
Provinsi Sumatera Barat didominasi ditanami padi sepanjang tahun, Musim tanam
oleh tipe iklim Oldeman dengan klasifikasi A1 pertama padi dapat dilakukan pada bulan
yang terletak di Sumatera Barat bagian barat November sampai dengan Februari, Musim
dengan luasan 21.703 Km² atau 50,98 %. tanam kedua pada bulan Maret sampai dengan
Sumatera Barat bagian tengah didominasi oleh Juni, dan musim tanam ketiga pada bulan Juli
klasifikasi tipe iklim Oldeman B1 dengan sampai dengan Oktober (Tabel. 1).
luasan 13.855 Km² atau 32,54 %. Klasifikasi
tipe iklim Oldeman C1 dan D1 terdapat di Tabel. 1 Jadwal Tanam pada Setiap Tipe Iklim
wilayah Sumatera Barat bagian timur dengan Oldeman Kondisi Rata-rata (1995 - 2014)
luasan wilayah masing-masing 3.972 Km² atau
9.33 % dan 2.698 Km² atau 6.34% (Gambar.2).