DI SULAWESI TENGGARA
ABSTRAK
Untuk mengantisipasi dinamika dan perubahan iklim, maka Badan Litbang Pertanian,
Kementerian Pertanian telah menerbitkan Kalender Tanam (Katam) Terpadu untuk tanaman
pangan utamanya padi. Katam terpadu ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi pengguna utamanya berkaitan waktu tanam, rujukan varietas dan rekomendasi
pemupukan spesifik lokasi. Untuk meningkatkan akurasinya maka penting dilakukan validasi di
lapangan. Untuk memberikan informasi dalam mendukung perbaikan sistem informasi Katam
Terpadu, maka dilakukan kajian pada sentra padi sawah. Tujuan survey adalah memperoleh data
dan informasi waktu tanam dan pola tanam eksisting. Pengkajian menggunakan metode survei
terstruktur terhadap 20 orang petani di Kab.Konawe, Kolaka Timur, Konawe Selatan dan
Bombana. Data primer yang diamati meliputi penerapan waktu tanam padi, pola tanam dan
penerapan teknologi usahatani padi khususnya penggunaan varietas dan aplikasi pemupukan. Data
sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait di daerah. Hasil kajian menujukkan waktu tanam
terbaik pada MT-I tahun 2013 bervariasi yaitu bulan Maret di Langgomea (Kab. Konawe) dan
Lakomea (Kab. Bombana), pada bulan Januari di Lalosingi (Kab.Kolaka Timur), dan bulan
Pebruari di Kec. Konda (Kab. Konawe Selatan). Selanjutnya waktu tanam terbaik pada MT-II
adalah Juli di Lalosingi (Kab. Kolaka), Juni di Cialam Jaya, Masagena dan Wonua (Kab. Konawe
Selatan). Pola tanam pada empat lokasi adalah umumnya padi-padi-bera, namun terdapat peluang
untuk padi-padi-palawija/sayuran di Langgomea (Kab.Konawe) dan Wonua (Kab.Konawe Selatan)
dengan penerapan jadwal tanam yang tepat. Adanya perbedaan waktu tanam dan pola tanam pada
masing-masing lokasi kajian memberikan indikasi pentingnya penetapan waktu dan pola tanam
spesifik lokasi sehingga mengurangi resiko kegagalan panen akibat cekaman biotik (serangan OPT)
dan abiotik (terjadinya banjir atau kekeringan). Apabila kedua faktor ini bisa dihindari, maka akan
berdampak terhadap capaian produksi yang optimal.
PENDAHULUAN
Luas panen padi di Sulawesi Tenggara Tahun 2011 yaitu 118.916 ha yang tersebar di 11
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka, Kolaka Utara, Bombana,
Konawe Utara, Buton, Muna, Buton Utara, Kota Kendari dan Kota Bau-Bau, dengan produktivitas
rata-rata sekitar 4,13 t/ha (Distan Sultra, 2012). Angka produktivitas tersebut dinilai masih rendah,
mengingat hasil pendampingan SLPTT BPTP Sultra tahun 2011 sudah mampu diperoleh nilai
produktivitas antara 6-7 t/ha (BPTP Sultra, 2011). Melihat masih senjangannya hasil tersebut
antara lain disebabkan penerapan teknologi usahatani padi di tingkat petani masih belum optimal,
selain hambatan lahan dan iklim.
Permasalahan utama dalam penerapan teknologi usahatani padi yaitu teknologi yang
diterapkan belum utuh yaitu bersifat parsial, dimana petani baru menerapkan sebagian dari
komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) Padi Sawah. Disisi lain para petani dalam
penerapan jadwal tanam masih menggunakan acuan waktu tanam yang lama dengan rumus tanam
1/2 (Januari atau Pebruari) dan bulan 6/7 (Juni atau Juli). Padahal saat ini telah terjadi pergeseran
pola hujan akibat perubahan iklim dunia. Kondisi ini menuntut perlunya pihak-pihak yang terkait
untuk merumuskan ulang mengenai jadwal tanam yang tepat sesuai kondisi wilayah. Beberapa
tahun terakhir, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian
Pertanian telah mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap usaha pertanian khususnya
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Lahan sawah umumnya didominasi oleh pertanaman padi yang kebutuhan airnya lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian lainnya, karena kebutuhannya tidak hanya untuk
―consumptive use‖ tetapi juga untuk pengolahan tanah, perkolasi, dan kebutuhan air statis untuk
penggenangan lahan (Irsal Las, et al., 1998). Berdasarkan jumlah air yang hilang, kebutuhan air
padi sawah berkisar antara 5,6 - 20,4 mm/hari yang setara dengan 56 - 204 m3/hari/ha, terdiri dari
transpirasi (1,5 - 9,8 mm/hari), evaporasi (1,0 - 6,2 mm/hari), perkolasi (0,2 - 15,6 mm/hari).
Sedangkan berdasarkan penggunaannya, kebutuhan air di lapang sekitar 900 -1.240 mm/musim
yang terdiri dari 40 mm untuk pembibitan, 200 mm untuk pengolahan lahan dan 700 - 1000 mm
untuk penggenangan petak selama pertumbuhan. Kebutuhan air tersebut setara dengan 60 -80
m3/ha/hari (Las, Hidayat, Sarnita, 1998). Mengingat kebutuhan air yang cukup besar untuk
tanaman padi, maka wilayah-wilayah non irigasi memerlukan berbagai patokan bulan basah, bulan
kering yang didukung dengan teknologi prakiraan iklim. Prakiraan iklim di Indonesia berupa
prakiraan sifat hujan musiman yang telah dilakukan sejak awal abad ke 20, sebagaimana dilaporkan
dalam serie Verhan-detingen BMG yang terbit sejak tahun 1911 hingga 1958. Dari segi laporan
Hasil-Hasil Penelitian/Pengkajian
Sejak tahun 2010 mulai dikenal dengan adanya Katam, kemudian disusul dengan Katam
Terpadu (2012). Katam adalah peta yang menggambarkan potensi pola waktu tanam untuk
tanaman pangan, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan air. Peta
ini secara khusus disusun untuk keperluan program ketahanan pangan. Peta kalender tanam
diharapkan juga menjadi salah satu informasi yang operasional dalam menghadapi 154perubahan
iklim. Untuk mengantisipasi perubahani klim yang tidak menentu dan tak mudah diprediksi, maka
kalender tanam tidak hanya disusun berdasarkan kondisi periode tanam yang dilakukan oleh
petanisaat ini, tapi juga berdasarkan tiga kejadian iklim, yaitu tahun basah (TB), tahun normal
(TN), dan tahun kering (TK). Dengan demikian kalender dan pola tanam yang akan diterapkan
dapat disesuaikan dengan masing-masing kondisi iklim tersebut.
Katam merupakan system informasi yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam
untuk tanaman pangan (padi dan palawija) yang disusun berdasar potensi dan dinamika sumber
daya iklim dan ketersediaan air. Tujuan kalender tanam yaitu untuk memberikan informasi spasial
dan tabular pola tanam dan potensi luas areal tanam pada tanaman pangan di lahan sawah berdasar
variabilitas dan perubahan iklim sampai ke wilayah kecamatan (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Selain menampilkan informasi mengenai prediksi curah hujan, awal musim tanam, pola tanam, luas
tanaman potensial dan intensitas tanam, juga menghadirkan informasi tentang rekomendasi dosis
pupuk, kebutuhan pupuk, varietas padi eksisting, rekomendasi varietas padi dan potensi serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT), informasi banjir dan kekeringan yang dapat dilihat untuk
tiap daerah di Indonesia. Dengan adanya Katam Terpadu yang telah dibuat untuk setiap kabupaten,
diharapkan petani dapat melihat kapan waktu terbaik untuk melakukan penanaman pada musim
tanam ke depan sekaligus rekomendasi penggunaan varietas, pemupukan yang rasional, serta
informasi banjir dan kekeringan.
METODE PENELITIAN
Metode Pelaksanaan
Penelitian menggunakan metode survei terstruktur dengan menggunakan daftar isian
(kuisioner) pada 20 orang petani pada sentra padi sawah. Data yang dikumpulkan selama musim
tanam meliputi musim tanam pertama (MT-I) dan tanam kedua (MT-II). Data primer yang
dikumpulkan meliputi: waktu tanam diterapkan petani; penerapan pola tanam setahun dalam
indeks pertanaman (IP); Penggunaan varietas unggul baru /benih unggul bermutu; Tingkat
Lokasi Penelitian
Kajian Katam dilaksanakan di Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Timur dan
Bombana. Tiap kabupaten dipilih 1 desa dengan pilihan desa yang melaksanakan tanam minimal 2
Musim Tanam dalam setahun. Jumlah responden adalah 80 yang mewakili masing-masing lokasi
seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama Kabupaten, Kecamatan Dan Desa Yang Merupakan Lokasi Penelitian Serta Jumlah
Responden
Jumlah Responden
No Kabupaten Kecamatan Desa
(org)
1 Konawe Uepay Langgomea 20
2 Kolaka Timur Lalolae Lalosingi 20
3 Konawe Selatan Konda Cialam Jaya dan Masagena 20
4 Bombana Rarowatu Lakomea 20
Penerapan Waktu dan Cara Tanam, Varietas serta Produktivitas Musim Tanam pertama
(MT-I)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2, diketahui bahwa waktu tanam pertama (MT-I)
di Langgomea (Kab. Konawe) yaitu bulan Pebruari - Maret. Cara Tanam yang umum digunakan
petani adalah tanam pindah (tapin) atau tanam benih langsung (tabela) menggunakan atabela
paralon. Varietas yang dominan adalah Mekongga, Ciherang, Cisantana, dan Inpari 6.
Produktivitas yang dicapai apabila menanam pada Pebruari adalah 3,94 kg GKP/ha, sedangkan
pada bulan Maret adalah 3,96 kg GKP/ha.
Penanaman pada MT-I di Lalosingi (Kab. Kolaka Timur) adalah pada bulan Januari atau
Pebruari dengan cara tabela menggunakan atabela paralon ataupun cara hambur benih langsung
(habela). Sebagian besar varietas yang digunakan adalah Cigeulis, Mekongga, Inpari 3 dan
Panther. Nama varietas yang terakhir ini merupakan nama ditingkat petani namun dalam deskripsi
varietas menyerupai varietas Inpari 11. Rata-rata produktivitas yang dicapai petani apabila waktu
tanam bulan Januari adalah 3,43 kg/ha, sedangkan penanaman bulan Pebruari diperoleh
produktivitas 3,37 kg/ha.
Waktu tanam pada MT-I di Cialam Jaya, Masagena dan Wonua Raya (Kab. Konawe
Selatan) yaitu bulan Januari - Pebruari. Cara tanam yang dilakukan petani yaitu tapin ataupun
tabela. Varietas yang digunakan yaitu Mekongga dan Inpari 14. Produktivitas yang dicapai petani
dengan waktu tanam bulan Januari yaitu 4,37 kg/ha, sedangkan penanaman bulan Pebruari
diperoleh produktivitas 4,54 kg/ha.
Waktu tanam pada MT-I di Lakomea (Kab. Bombana), yaitu Pebruari, Maret, dan April.
Cara tanam yang umum dilakukan petani yaitu tapin dan tabela. Varietas yang digunakan yaitu
Apabila disandingkan dengan Katam Terpadu Balitbangtan maka waktu tanam MT-II di 4
lokasi tersebut terdapat pergeseran dimana untuk kecamatan Uepay, Lalolae, Konda yaitu berkisar
bulan Mei - Juni, sedangkan untuk Poleang yaitu bulan Juni - Agustus. Khusus untuk Kabupaten
Konawe, waktu tanam MT-I maupun MT-II cenderung mengacu pada SK Bupati Konawe No 767
Tahun 2012 yang mengatur waktu pengolahan tanah, hambur benih, tanam, tutup tanam, penutupan
air dan masa panen.
Pola tanam setahun di Cialam Jaya, Masagena dan Wonua (Kab. Konawe Selatan) ada 2
pola tanam 1 yaitu padi - padi - bera yang dilaksanakan bulan Januari - Mei, Juli-Oktober; pola
tanam 2 yaitu padi - padi - sayuran Januari - Mei, Juli – Oktober dan Nopember - Desember.
Penerap pola tanam 1 yaitu 70 % dan Penerap pola tanam 2 yaitu 30 %.
Pola tanam setahun di Lakomea (Kab. Bombana) ada 2 pola tanam 1 yaitu padi - bera yang
dilaksanakan bulan April-Juli; pola tanam 2 yaitu padi - padi - bera yang dilaksanakan bulan April-
Juli, Pebruari Juni. Penerap pola tanam 1 yaitu 50 % dan penerap pola tanam 2 yaitu 50 %.
Ditinjau dari curah hujan bulanan tahun 2013 yang diambil dari stasiun iklim terdekat
dengan lokasi kajian (Stasiun Iklim Asole), maka terlihat bahwa bulan Januari curah hujan
mencapai 200 mm, kemudian bulan April – Mei mencapai 300 mm, dan puncaknya bulan Juli
mencapai 500 mm, kemudian menurun pada bulan Agustus sampai Oktober.
Grafik 1. Curah Hujan pada Stasiun Iklim Asole, Kab. Konawe Selatan
Kesimpulan
Hasil kajian kebijakan kalender tanam padi sawah tahun 2013 disimpulkan sebagai
berikut:
1. Waktu tanam padi terbaik menunjukkan variasi antar lokasi yaitu penanaman MT-I di
Langgomea (Kab. Konawe) dan Lakomea Kabupaten Bombana yaitu pada bulan Maret.
Berikutnya di Lalosingi (Kab.Kolaka Timur) maju 2 bulan yaitu Januari, sedangkan di Cialam
Jaya, Masagena dan Wonua (Kab. Konawe Selatan) pada bulan Pebruari.
Saran
Untuk memperoleh waktu tanam yang terbaik, maka perlu dilakukan validasi waktu tanam
yang direkomendasikan oleh sistem informasi Katam Terpadu dan dibandingkan dengan waktu
tanam eksisting pada sentra padi sawah di Sulawesi Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2012a. Pedoman Kalender Tanam Terpadu. BBSDL. Badan Litbang
Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2012b. Teknik dan Analisis Katam Rawa. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
BPS Sultra. 2010. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Sulawesi
Tenggara
BPTP Sultra. 2012. Acuan Kalender Tanam Wilayah Sulawesi Tenggara.
BPTP Sultra. 2011. Laporan Hasil Pendampingan SLPTT, BPTP Sulawesi Tenggara 2011.
Distan Sultra. 2011. Laporan Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari.
Las,I. dan R. Boer. 1988. Ramalan Iklim dan Pranatamangsa dalam Prosiding Seminar―
Meningkatkan Prakiraan dan Pemanfaatan Iklim untuk Mendukung Pengembangan
Pertanian Tahun 2000. Perhimpi
Las,I., Hidayat P, Sarnita AS. 1998. Ketersediaan dan Potensi Sumberdaya Air dan Perairan Umum
Untuk Pengembangan Pertanian Pangan. Prosiding Analisis Ketersediaan Sumberdaya
Pangan dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian 1997-1998.
Surat Keputusan Bupati Konawe. 2013. Surat Keputusan Bupati Konawe tentang Pedoman Pola
Tanam, Rencana tata tanam dan Rencana Pemberian Air Irigasi Tahun 2013.