Anda di halaman 1dari 12

MATERI IV

KALENDER TANAM (KATAM)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian akan bermanfaat jika sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan disampaikan secara cepat dan tepat waktu. Salah
satu pendekatan yang sering digunakan masa kini adalah pengembangan sistem
teknologi informasi yang telah diaplikasikan di berbagai bidang khususnya
pertanian. Salah satu hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pertanian (Balitbang Pertanian) adalah informasi kalender tanam
tanaman padi tingkat kecamatan seluruh Indonesia. Informasi dikemas secara
konvensional yaitu dalam bentuk atlas skala 1:250.000, yaitu: Jawa (Runtunuwu et
al., 2011a), Sumatera (Runtunuwu et al., 2011b), Kalimantan (Runtunuwu et al.,
2012a), Sulawesi (Runtunuwu et al., 20012b), dan Bali, Maluku, Nusa Tenggara,
dan Papua (Las et al., 2011)

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 45/ 2011 tentang Tata Hubungan
Kerja Antara Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan
Pertanian dalam Mendukung Pening-katan Produksi Beras Nasional (P2BN)
menjelaskan bahwa Badan Litbang Pertanian bertanggung jawab antara lain dalam
pengembangan dan penerapan kalender tanam, baik dalam penyusunan, sosialisasi,
validasi lapang, maupun upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Sejalan
dengan Permentan No. 45/ 2011, Badan Litbang Pertanian mengembangkan Sistem
Informasi Kalender Tanam Terpadu (selanjut-nya disingkat SI Katam Terpadu)
yang menjadi rujukan bagi pengambil kebijakan dalam penyusunan rencana
pengelolaan pertanian tanaman pangan skala kecamatan (Ramadhani et al. 2012;
Runtunuwu et al. 2012a). SI Katam Terpadu dapat diakses melalui alamat situs web
litbang.deptan.go.id, deptan.go.id, epetani. deptan.go.id, cybex.deptan.go.id,
balitklimat. litbang. deptan.go.id, dan katam.info

32
33

1.2 Tujuan

1. Untuk mendapatkan informasi dari KATAM


2. Untuk mengetahui beberapa dari lahan sekitar dan menyesuaikannya
dengan KATAM
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut FAO, kalender tanam (cropping calendar) merupakan jadwal


penanaman tanaman tertentu selama setahun di suatu wilayah, yang meliputi masa
persiapan tanah, penanaman, dan panen. Manfaat dari penentuan waktu tanam ini
sangat bervariasi. Lee et al. (2015) menggunakan penentuan waktu tanam sebagai
salah satu cara untuk mengatasi masalah keterbatasan air dengan menggunakan data
curah hujan, air sungai dan kebutuhan air irigasi. Shrestha et al. (2011) menyatakan
bahwa penentuan awal waktu tanam yang tepat dapat mengatasi kehilangan nutrisi
tanaman, terutama pada saat transisi dari musim kering ke musim hujan. Tirczka
dan Ferencsik (2016) dan Chen et al. (2012) menggunakan data kegiatan usaha tani
tanaman pangan untuk menentukan strategi kegiatan adaptasi perubahan iklim
mendatang.

Perubahan iklim memberikan dampak terhadap kehidupan di Bumi.Pada


pertanian, perubahan iklim menyebabkan pergeseran musim tanam. Petani
dihadapkan pada perubahan iklim yang ekstrim, baik kering (El nino) maupun
basah (La nina). Pada beberapa kasus perubahan iklim mendorong berkembangnya
hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen. perubahan pola curah hujan
menjadi perhatian dalam mengatur kalender dan pola tanam untuk menjaga
kesinambungan produksi pertanian. Kalender tanam dibuat dengan tujuan untuk
dijadikan acuan bagi petani dalam bercocok tanam tanaman semusim. Kalender
tanam dibuat dengan menggabungkan peta prakiraan iklim, ketersediaan air dan
penggolongan tanam.Kalender tanam kemudian dicocokkan dengan pola tanam
yang dilakukan petani di lapangan sehingga memiliki ketepatan yang tinggi
(Subagyono, 2014). Peta kalender tanam adalah peta yang menggambarkan potensi
pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan terutama padi, berdasarkan potensi
dan dinamika sumberdaya iklim dan air

34
35

Upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan atau adaptasi kegiatan,


teknologi, dan pengembangan pertanian yang toleran terhadap perubahan iklim,
antara lain melalui penyesuaian waktu dan pola tanam, penggunaan varietas yang
adaptif, tahan terhadap organisme penganggu tanaman (OPT), dan pengelolaan air
secara efisien. Agar para pemangku kebijakan, penyuluh, petani, dan pengguna
inovasi lainnya dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat), Balai Penelitian Tanah (Balittanah), dan
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) yang didukung oleh seluruh
BPTP, telah menyusun Peta dan Tabel Kalender tanam (KATAM) terpadu untuk
sentra padi di Indonesia. Kalender Tanam tersebut merupakan pedoman bagi Dinas
Pertanian, penyuluh, dan petani dalam menetapkan pola dan waktu tanam yang
tepat, sesuai dengan kondisi iklim di setiap kecamatan dan kabupaten, yang kini
telah dipadukan dengan rekomedasi penggunaan varietas, pemupukan, dan
kebutuhan sarana produksi hingga tingkat kecamatan. Sosialisasi penggunaan
Kalender tanam (KATAM) terpadu ini diyakini dapat menekan dampak perubahan
iklim, termasuk anomali iklim, terhadap produksi padi nasiona Sebagai suatu
inovasi yang dinamis, pada tahap awal penyusunan Kalender tanam (KATAM)
terpadu lebih difokuskan pada agroekosistem lahan sawah irigasi, dan saat ini
sedang dipersiapkan Kalender tanam (KATAM) terpadu untuk agroekosistem lahan
rawa (BBSDLP, 2011).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan pukul 09.20 WIB sampai 11.00 WIB pada
hari Selasa tanggal 09 November 2021 yang dilakukan di rumah masing-masing
praktikan melalui metode Daring (Dalam Jaringan) (Dalam Jaringan)

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah internet dan
Kalender Tanam (KATAM)

3.3 Langkah Kerja

1. Mencari dan membuka KATAM


2. Mencari lahan pertanian di sekitar tempat tinggal
3. Melakukan wawancara kepada petani di lahan tersebut
4. Menyesuaikan hasil wawancara dengan KATAM
5. Mencatat hasil pengamatan

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4 Hasil Pengamatan Wawancara Mengenai Katam
No. Keterangan Uraian
1 Lahan Lahan kering dengan luas 20m x 15m (300m2 )
2 Komoditas Tanaman jagung manis Bimmo
3 Waktu tanam Pertengahan Oktober (sekitar dasarian 2)
4 Pemupukan Pupuk yang digunakan ialah pupuk NPK
5 Hama dan Hama yang ditemukan ialah Penggerek batang dan
Pengendalian Ulat grayak jagung dengan intensitas rendah.
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida.
6 Alat dan Sarana Alat yang digunakan masih bersifat konvensional yaitu
pertanian dengan cangkul. Untuk pengairannya menggunakan
tadah hujan dan bantuan dari rawa sekitar dengan
menggunakan pompa
7 Pengetahuan Petani tidak mengetahui tentang KATAM
petani tentang
KATAM

4.2 Pembahasan
Pengamatan praktikum dilakukan dengan melakukan wawancara pada
petani lahan sekitar di daerah Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten dan
menyesuaiaknnya dengan KATAM. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dari
mulai komoditas hingga alat dan sarana pertanian dapat ditarik kesimpulan bahwa
secara garis besar petani telah menerapkan KATAM meskipun secara tidak
langsung (petani tidak mengetahui tentang KATAM).

37
38

Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman atau alat bantu
yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal waktu
tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan kekeringan dan banjir,
potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas yang
sesuai (pada lahan sawah irigasi, tadah hujan dan rawa) berdasarkan prakiraan
iklim. Katam Dinamaik terpadu memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Dinamis: disusun berdasarkan prediksi iklimmusiman dan tahunan.


2. Operasional dan spesifik lokasi: didasarkan pada potensisumberdaya iklim
dan air, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT)
tingkatkecamatan.
3. Terpadu: diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih,
PHT).
4. Mudah diperbaharui.
5. Mudah dipahami pengguna: disusun secara spasialdan tabular yang
dilengkapi manual cara menggunakan sistem
6. Informatif: dikomunikasikan dengan sistem informasi website yang dapat
diunduh setiap saat (Syahbuddin, dkk, 2014)

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian, Kementerian


Pertanian sejak tahun 2007 telah menyusun informasi kalender tanam tanaman padi
setiap kecamatan untuk seluruh Indonesia dalam bentuk atlas. Setiap atlas kalender
tanam berisi informasi estimasi awal waktu tanam dan potensi luas tanam tanaman
padi setiap musim tanam (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2011). Estimasi dilakukan
berdasarkan kondisi curah hujan pada saat berlebih (basah), normal, ataupun kurang
(kering). Pengelompokan curah hujan ini mengikuti kriteria sifat hujan yang
dirumuskan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG, 2012).

Syarat utama menggunakan informasi kalender tanam adalah pengguna


perlu mengetahui musim tanam (MT) ke depan (MT I atau MT II atau MT III), dan
sifat hujan musim tersebut (basah atau normal atau kering). Kelompok musim
tanam kedepan dapat ditetapkan dengan mudah menggunakan periode waktu. MT
I mulai September III/Oktober I sampai dengan Januari III/Februari I, MT II mulai
Februari II/III sampai dengan Mei III/Juni I, dan mulai Juni II/III sampai September
39

I/II. Di sisi lain, sifat hujan dapat diketahui dari BMKG yang mengeluarkan
prakiraan sifat hujan bulanan dan musiman secara reguler setiap tahun (BMKG,
2012). Atlas kalender tanam belum memuat informasi prakiraan sifat hujan ini
sehingga pengguna belum dapat secara langsung menentukan awal waktu tanam
musim tanam kedepan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Pengamatan praktikum dilakukan dengan melakukan wawancara pada


petani lahan sekitar di daerah Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang,
Banten dan menyesuaiaknnya dengan KATAM.
2. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dari mulai komoditas hingga alat dan
sarana pertanian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar petani
telah menerapkan KATAM meskipun secara tidak langsung (petani tidak
mengetahui tentang KATAM).
3. Kalender Tanam (cropping calendar) merupakan jadwal penanaman
tanaman tertentu selama setahun di suatu wilayah, yang meliputi masa
persiapan tanah, penanaman, dan panen.
4. Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman atau alat bantu yang memberikan
informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal waktu tanam,
pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan kekeringan dan banjir,
potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk,
varietas yang sesuai (pada lahan sawah irigasi, tadah hujan dan rawa)
berdasarkan prakiraan iklim

40
DAFTAR PUSTAKA

BBSDLP. 2011. Penyusunan Kalender Tanam Lahan Sawah Irigasi Seluruh


Wilayah Indonesia.

BMKG. 2012. Analisis Hujan Desember 2011 dan Prakiraan Hujan Februari, Maret
dan April 2012. Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika (BMKG).
Tahun XXIV. No. 4

Chen, C., C. Qian, A. Deng, and W. Zhang. 2012. Progressive and active
adaptations of cropping sistem to climate change in Northeast China.
European Journal of Agronomy 38:94- 103.

Las, I., A. Unadi, H. Syahbuddin, dan E. Runtunuwu. 2010. Atlas kalender tanam
Bali, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000.
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Bogor.

Lee, T.S., M.A. Haque, and M.M.M. Najim. 2015. Scheduling the cropping
calendar in wet-seeded rice schemes in Malaysia. Agricultural Water
Management 71(1):71-84.

Ramadhani, F. 2012. Petunjuk penggunaan aplikasi sistem informasi kalender


tanam terpadu Ver 1.3. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 35 hlm.

Runtunuwu, E., dan H, Syahbuddin. 2011. Atlas kalender tanam tanaman pangan
nasional untuk menyikapi variabilitas dan perubahan iklim. Jurnal
Sumberdaya Lahan 5(1):1-10.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin , I. Amien, dan I. Las. 2011a. New cropping


calendar map development for paddy rice field in Java island. Ecolab 5(1):1-
14.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, dan F. Ramadhani. 2012a. Dinamika waktu tanam


tanaman padi pulau Kalimantan. Jurnal Agronomi 40(1):8-14.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, dan W. T. Nugroho. 2011b. Deliniasi kalender


tanam tanaman padi sawah untuk antisipasi anomali iklim mendukung

41
42

program peningkatan produksi beras nasional. Majalah Pangan 20(4):341-


356

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, F. Ramadhani, dan W.T. Nugroho. 2012b.


Dinamika kalender tanam padi di Sulawesi. Submitted to Majalah Pangan. In
press.

Shrestha, S.F., M.D. Asch, and M. Becker. 2011. Cropping calendar options for
rice-wheat production sistems at highaltitudes. Field Crops Research 121(1):
158-167.

Subagyono, K. 2014. Kalender Tanam Lahan Sawah. Sinar Tani. Edisi 7.

Syahbuddin, H., E. Runtunuwu, A. Pramudia. 2014. Identifikasi dan Delineasi


Kalender dan Pola Tanam PadaLahan Sawah Terhadap Anomali Iklim di
Pulau Jawa. Laporan Tengah Tahun. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi

Tirczka, I. and I. Ferencsik. 2016. Establishment of crop production database for


natural regions and its role in cropping. Landscape and Urban Planning
41(2):99- 105.

Anda mungkin juga menyukai