Anda di halaman 1dari 15

UAS BUDA LAHAN KERING, PARAWISATA DAN KEPULAUN

NAMA: YOHANA ARINI C. BOY TADON

NIM :2206060059

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

PRODI FISIKA

KUPANG

2023

1
1. Metode apa saja yang dapat dikembangkan dalam Pengelolaan Kesuburan Tanah
Berkelanjutan pada daerah tropis di NTT

Jawaban:Lahan kering di Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai potensi yang lebih
besardibandingkan lahan sawah karena peluang pengembangan lahan kering sangat terbuka
untuk mengembangkan berbagai komoditas unggulan lahan kering. Gambaran ini memberikan
arti bahwa lahan kering di NTT merupakan sumber mata pencaharian penting bagi sebagian
besar penduduk di wilayah ini. Potensi pengembangan pertanian lahan kering cukup besar
dibandingkan dengan lahan sawah karena: (1) sangat dimungkinkan untuk pengembangan
berbagai macam komoditas pertanian untuk keperluan eksport, (2) dimungkinkan untuk
pengembangan pertanian terpadu antara ternak dan tanaman, perkebunan/kehutanan serta
tanaman pangan, (3) dimungkinkan dapat membuka peluang kerja yang lebih besar dengan
investasi yang relatif lebih kecil dibandingkan membangun fasilitas irigasi untuk lahan sawah,
dan (4) dimungkinkan untuk pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan sebagian besar
penduduk yang saat ini menggantungkan hidupnya di lahan kering (Utomo, 2002). Hanya saja
selama ini potensi tersebut masih belum dikelola secara serius. Kemungkinan hal ini disebabkan
oleh masih kurangnya 530 PARTNER, TAHUN 22 NOMOR 2, HALAMAN 529 -
541pemahaman tentang potensi lahan kering dan masih terbatasnya penelitian yang
komprehensif dan terpadu untuk mengembangkan pertanian lahan kering.

Manipulasi terhadap kondisi biofisik lahan untuk meningkatkan ketangguhan


agroekosistem, seperti perbaikan kualitas tanah, peningkatan sistem pertanaman dan teknologi
rain harvesting yang dipadukan dengan paket teknologi budidaya, serta perbaikan infrastruktur
ekonomi menjadi strategi esensial dalam pengelolaan pertanian lahan kering. Teknologi
budidaya lahan kering yang dikembangkan harus bersifat adaptif untuk suatu wilayah. Adaptik,
dalam arti bahwa paket teknologi tersebut berwawasan lingkungan dan cocok untuk kondisi
agroekosistem suatu wilayah, serta secara teknis dan social dapat diterapkan oleh masyarakat
setempat dan berimplikasi ekonomi. Hal ini sangat mendasar karena sebagian besar kemiskinan
yang ada di daerah ini ada di lahan kering. Di samping itu lahan kering adalah tumpuan harapan
hidup sebagaian besar masyarakat petani di provinsi NTT serta merupakan wilayah penyangga
(green belt) untuk mempertahankan kualitas lingkungan.

Makalah ini merupakan hasil review yang dimaksudkan untuk membahas upaya dan
strategi pengelolaan pertanian lahan kering yang berkelanjutan di Propinsi NTT. Managemen
praktis dari pendekatan ini merupakan iptek yang berwawasan lingkungan dengan
penerapanpaket teknologi budidaya tepat guna, termasuk didalamnya upaya perbaikan kualitas
tanah guna pengembangan pertanian lahan kering jangka panjang.

2 .Bagaimana Cara yang tepat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Lahan Kering dan Sawah
di NTT

2
Jawaban:Pengolahan lahan kering adalah menciptakan lingkungan perakaran yang dalam,
mempertahankan kemampuan tanah menyimpan air dan mengedarkan udara. Tindakan yang
harus dilakukan dalam pengelolaan lahan kering adalah memperkaya tanah dengan zat hara
untuk ketersediaan akar. Lingkungan perakaran yang dalam mensyaratkan pembuangan
kelebihan air melalui rembesan dalam dan melalui aliran permukaan untuk memantapkan
zarah-zarah (hara) tanah. Humus sebagai sala satu hasil perombakan zat organik membentuk
zarah majemuk dan mantap.

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 22 kabupaten/kota, sala satu Provinsi di
Indonesia yang sebagian besarnya wilayahnya merupakan daerah yang potensi pertanian di
dominasi lahan kering. Menurut data laporan penggunaan lahan, Dinas Pertanian Provinsi NTT
tahun 2017, lahan pertanian bukan sawah (terdiri dari :tegal/kebun,ladang/huma, perkebunan,
hutan rakyat,padang rumput/padang pengembalaan, hutan negara,
lainnya:tambak,kolam,empang), berjumlah 3.638,029,7 ha. Selanjutnya lahan sawah menurut
data tahun 2017, berjumlah 215.796,1 ha. Lahan sawah terdiri dari : Irigasi, tadah hujan, rawa
pasang surut dan rawa lebak.

Pertanian Konservasi merupakan sistem pertanian yang menerapkan 3 perinsip yakni,


pengolahn lahan terbatas, penutupan permukaan tanah , serta rotasi tanaman. Istilah
Konservasi telah lama dikenal di dunia pertanian, namun pada praktiknya pertanian konservasi
(PK) tidak dapat langsung diterima oleh petani. Karena pada umumnya petani melihat dulu hasil
PK dan diyakini dengan contoh, dan setelah itu, petani baru mau menerapkan PK.

Berkenaan dengan berakhirnya kerjasama tersebut, FAO menyelenggarakan workshop


bertajuk "Promoting Conservation Agriculture for Productivity, Production and Climate
Resilience in Indonesia" di Kupang pada 7 Februari 2019. Workshop membahas berbagai hal
dan pemaparan pengalaman penerapan PK di masing-masing kabupaten. Acara diawali dengan
kunjungan lapangan bertempat di kelompok Tunas Muda, Desa Camplong II, Kecamatan
Fatuleu, Kabupaten Kupang, tanggal 6 Februari 2019..

3. Jelaskan Teknologi apa saja yang dapat dikembangkan terhadap Lahan Kering di NTT
menjelaskan teknologi Badan Litbang Pertanian yang telah diterapkan dalam
pengelolaan lahan kering masam untuk meningkatkan basa dan untuk meningkatkan P
tanah sehingga dapat mengurangi jumlah pemakaian pupuk. Teknologi tersebut antara
lain: pemberian kapur/dolomit, pemberian fosfat alam reaktif, serta pemberian pupuk
kandang. Selain itu diterapkan juga budidaya jagung dengan pola zig zag , penggunaan
pembenah tanah, pemberian bahan organik; serta pengelolaan hara tanah.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balitklimat, Hermanto, menjelaskan dalam
pengelolaan pertanian di lahan kering, air menjadi kunci utama. Guna meningkatkan
produktivitas di lahan kering beberapa teknologi pengelolaan air telah diperkenalkan.

3
Misalnya, teknologi panen air seperti pembuatan embung, dam parit, sumur dangkal, long
storage, serta teknologi hemat air seperti mengurangi banyaknya air yang diberikan;
mengurangi kebocoran-kebocoran saluran irigasi; meningkatkan produktivitas; pergiliran
pemberian air; dan pemberian air secara terputus. Tidak kalah penting pengelolaan air
(rekayasa petani) terutama pada wilayah lahan kering iklim kering dan lahan tadah hujan.
Melalui pemanfaatan informasi dan teknologi pengelolaan lahan kering ini
diharapkan Kementerian Pertanian akan saling bersinergi dan saling support untuk
melakukan optomalisasi lahan kering. Pengolahan lahan dapat dikembangkan dengan
cara melakukan pengelolaan air dan penerapan teknologi untuk lahan kering.
Kementerian Pertanian juga akan mengoptimalkan hasil produksi komoditas
unggulan,seperti padi, jagung, tembakau, tebu dan cabai. (BBSDLP/SB/LQ)

4. Sejauh mana peran ilmu fisika terhadap Perkembangan Lahan Kering Di NTT
Ilmu Fisika dalam Bidang Pertanian
ini salah satu info yang pas. emang apa sihhubungan ilmu fisika sama pertanian? nah jadi
gini, bisa dibilang hampir semua alat pertanian itu menggunakan hukum fisika guys, dari
yang sederhana sampe yang modern,misalnya cangkul, kenapa mata cangkul terbuat dari
baja dan runcing? nah itu pake prinsiptekanan, semakin kecil bidang permukaan gaya
maka semakin besar tekanannya dan semakinefektif kerjanya. Ada lagi nih, pernah liat ga
saluran irigasi yang sawahnya lebih tinggi darisungainya? itupun juga pake prinsip fisika
keseimbangan gaya dan tekanan air. Sistem sawahterasering? kenapa harus dibikin
seperti tangga? selain mempermudah kerja petani, jugauntuk mengurangi tingkat
kecuraman tanah yang bermanfaat untuk mengurangi laju air (pergerakan air dari tempat
tinggi ke tempat rendah), mencegah mengalirnya pupuk danunsur hara, dan mencegah
erosi. nah apalagi di pasca panennya ilmu fisika yang digunakanlebih banyak lagi,
misalnya edible coating (prinsip permeabilitas gas), penyulingan(perbedaan titik didih),
penyaringan (perbedaan molekul), mesin2 modern semua pasti pake prinsip fisika.
Intinya mah fisika mempermudah pekerjaan manusia.
pertanian lahan kering di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan menggunakan
data sekunder, untuk mengetahui daya dukung produksi pertanian lahan kering di NTT
dan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap daya dukung produksi pertanian lahan kering
di NTT dan secara keseluruhan wilayah. Daya dukung didasarkan pada : produksi aktual
lahan kering, jumlah penduduk/ tanggungan keluarga, tingkat konsumsi penduduk
perkapita. Analisa daya dukung dilakukan dengan kebutuhan kalori standar dipakai angka
2100 kalori per orang per hari. Untuk itu seluruh produksi aktual bahan makanan pangan
pokok dikonversi menjadi kalori dengan menggunakan tabel konversi tetapan departemen
kesehatan Republik Indonesia tahun 1993. Hasil penelitian diketahui bahwa pertanian
lahan kering di NTT selama 15 tahun (1982-1996) memiliki daya dukung yang fluktuatif,
produktivitas pertanian lahan kering tertinggi 3,19 x 107 kalori/ha/tahun, dayadukung
tertinggi dicapai tahun 1996 dengan daya dukung per hektar adalah 416 orang/ km2 (42

4
orang/ha/tahun) atau sekitar 8,4 kepala keluarga (KK) atau 2.884.850 jiwa (576.970 kk)
dan terendah adalah tahun 1982 dengan produktivitas 2,23x 107 kalori/ha/tahun,
dayadukung 291 orang/km2 (29 orang/ha/tahun) atau 5,8 KK atau 1.991.920 jiwa
( 398.384 kk) dengan rata-rata dayadukung tahun 1982-1996 adalah 341 orang/km2 (34
orang/ha/tathun) sekitar 6,8 KK atau 2.335.350 jiwa ( 398.070.kk). Dengan dayadukung
rerata ini, jika total lahan kering yang ada 1.510.500 ha diusahakan seluruhnya, maka
NTT dapat dihuni oleh 51.357.000 jiwa atau sekitar 10.357.000 kk, tetapi karena hingga
saat ini baru sekitar 45,47 % lahan kering diusahakan ( 686.868 ha )dengan tingkat
produktivitas reratanya selama 15 tahun 73,46 % dan dayadukung rerata pertanian lahan
kering di NTT 2.335.350 jiwa atau 467.070 kk. Jadi produktivitas lahan kering di NTT
cukup tinggi, tetapi distribusi produk pertanian lahan kering rendah, maka
produktivitasnya belum berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat, untuk itu
masyarakat mensiasati dengan : 1). Pola Konsumsi minimal, 2). Pengelolaan pendapatan,
3). Ikatan sosial, 4). Konsumsi bertingkat. Selain itu dari penelitian ini diketahui bahwa
nilai 1 (satu) kalori pertanian lahan kering di NTT bernilai Rp 0,018 sedangkan beras
yang didatangkan Rp.0,69 ( 1 kg beras seharga Rp.2500), sehingga untuk memenuhi
kebutuhan kalori 2100 setiap orang di NTT jika mengkonsumsi produk pertanian lahan
kering hanya mengeluarkan Rp.47,5 dari beras yang didatangkan dari luar daerah sebesar
Rp. 2.452,5 dengan demikian jika mengandalkan konsumsi kalori pada pangan impor
(beras), setiap orang NTT harus mensubsidi Rp.2.452,5 ke wilayah sumber beras tersebut
didatangkan. Rendahnya produktivitas lahan kering di NTT disebabkan beberapa hal
antara : Tingginya seranga n hama dan penyakit, kendala iklim ( curah hujan, distribusi
hujan tidak merata), rendahnya tingkat penerapan teknologi di pertanian lahan kering
baik pada tingkat penemuan inovasi maupun pada tingkat penggunaan inovasi pertanian
lahan kering, pendidikan petani tidak menjawab persoalan di bidang pertanian lahan
kering, biasnya kebijakan pembangunan pertanian. Untuk itu dibutuhkan adanya
kebijakan pemerintah untuk pengembangan pertanian lahan kering, memacu distribusi
produk pertanian lahan kering, membangun kebanggaan dalam mengkonsumsi pangan
produk pertanian lahan kering, pendidikan petani yang berbasis pertanian lahan kering,
penentuan harga produk pertanian lahan kering yang berbeda dari produk pangan lainnya
bila di kaitkan dengan pembangunan pertanian berkelanjutan, selain itu guna memacu
petani meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering di NTT, maka upaya reformasi
agraria yang berpihak masyarakat petani perlu diberi prioritas sehingga memberi
kepastian kepemilikan atas lahan pertanian dan petani terpacu untuk meningkatkan
produksi pertanian yang akhirnya mendorong peningkatan daya dukung yang selanjutnya
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarga pada khususnya dan mengurangi tingkat
kemiskinan masyarakat di NTT.
5. Teori Fisika apa saja yang dapat digunakan terhadap Pengembanangan Pariwisata di NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu dari bagian wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam, sosial

5
dan budaya sebagai asset utama bagi untuk membangunan daerah melalui sektor
pariwisata. Sejalan dengan pesatnya perkembangan sektor pariwisata nasional, sektor
pariwisata NTT juga berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini baik
dalam jumlah kunjungan wisatawan serta kontribusinya pada PDRB dan perluasan
kesempatan kerja. Namun demikian, potensi sumberdaya pariwisata yang besar di NTT
belum dimanfaatkan secara optimal, ibarat ‘intan yang masih terbungkus lumpur’. Riset
ini bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi pariwisata NTT yang dilakukan dengan
sistimatika bauran 5-A yaitu atraksi, akomodasi, aksesibilitas, amenitas dan awareness
yang bersifat sine-qua-non dalam dunia pariwisata. Riset ini juga bertujuan untuk
mendeskripsikan dinamika pembangunan pariwisata di NTT. Penelitian ini dilakukan di
sepuluh kabupaten/kota yang tersebar di delapan pulau yaitu Pulau Timor, Pulau Kera,
Pulau Semau, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Sumba, Pulau Alor, Pulau Flores, dengan
melakukan observasi di 43 lokasi objek/atraksi wisata. Desain penelitian ini adalah
kualitatif dengan narasumber para pemangku kepentingan pariwisata di NTT. Data
diperoleh dari wawancara, focus group discussion, serta penelusuran data primer dari
Dinas Pariwisata Provinsi maupun Kabupaten. Hasil penelitian menunjukkan hanya
komponen atraksi saja yang sudah menjadi kekuatan pariwisata NTT. Komponen
akomodasi terpenuhi tetapi masih jauh dari memadai. Sedangkan komponen aksesibilitas,
amenitas dan awareness masih sangat kurang dan bahkan merupakan penghambat dalam
upaya pembangunan sektor pariwisata di NTT. Riset ini mengusulkan perlu suatu
rancangan pembangunan (grand design) sektor pariwisata yang bersifat komprehensif
selain adanya dukungan regulasi dan komitment politik baik dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Selain itu, dukungan faktor amenitas, pemenuhan aspek
aksesibilitas merupakan prasyarat kunci bagi pembangunan pariwisata NTT.

7. Jelaskan pengertian pariewisata dan pariwisata apa saja yang ada di daerah anda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi para perajin dan peran
pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan tenun ikat Kupang di Kota
Kupang, Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan yaitu
pengamatan di sentra-sentra kerajinan tenun ikat;Â wawancara mendalam dengan
narasumber, dari unsur perajin, pengusaha tenun ikat, dan pemerintah daerah; studi
pustaka; dan focus group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
yang dilakukan para perajin untuk mengembangkan tenun ikat Kupang dimulai dari
upaya penyediaan bahan baku yang murah dan mudah diperoleh, diversifikasi
(pengayaan)Â produk, pengembangan teknologi pembuatan, peningkatan organisasi
pengelolaan, sampai dengan upaya pemasarannya, yang dinilai dapat meningkatkan
hasil yang lebih baik. Dalam menjalankan strateginya dengan baik, para perajin
juga harus mendapatkan dukungan dan pembinaan dari pemerintah daerah. Melalui
Dinas Industri dan Perdagangan, dukungan dan pembinaan dilakukan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan; pemberian bantuan alat produksi;Â pemberian pinjaman

6
modal; mengikutsertakan dalam pameran; perlindungan hak paten; dan peningkatan
kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan dari daerahnya. Hambatan danÂ
tantangan dalam pengembangan tenun ikat yang dihadapi para perajin, yaitu
keterbatasan modal, kesulitan memperoleh bahan baku, dan kesulitan dalam
pemasaran.

8. Jenis-jenis alat musik tradisional apa saja yang sudah dikembangkan secara
elektrik di NTT
Sasando
Sasando merupakan alat musik petik yang cara memainkannya kurang lebih
hampir sama seperti harpa. Sasando dimainkan dengan dipetik menggunakan kedua
tangan.
Alat musik daerah ini memiliki jumlah senar atau dawai yang berbeda. Ada
yang berjumlah 28, tetapi ada juga yang jumlahnya 58. Sasando terbuat dari bambu
sebagai tempat resonansinya dan dikelilingi bantalan kayu untuk menahan senarnya.
Tatabuang
Alat musik daerah ini berasal dari Lamanole, Flores Timur. Menurut
kepercayaan warga sekitar, alat musik ini dibawa oleh Suku Maluku ke Flores Timur,
sehingga tatabuang memiliki kemiripan dengan alat musik daerah Maluku, yakni
totobuang.
Tatabuang dimainkan dengan cara dipukul. Cara meletakannya pun bisa
digantung lalu dipukul atau diletakkan di pangkuan pemain sambil dipukul. Alat
musik ini terbuat dari kayu sukun yang bagian tengahnya dihilangkan untuk
resonansi.
Tambur Terompet
Tambur terompet berasal dari Desa Armaba, Kecamatan Pantar Tengah. Walau
bernama tambur terompet, namun alat musik ini dimainkan dengan cara
dipukul.Tambur terompet terbuat dari kayu lai (kurma hutan), rotan serta kulit rusa.
Alat musik ini sering digunakan dalam upacara adat serta untuk mengiringi tarian
daerah Lego-Legi
1.Sejauh mana peran masyarakat alam pengelolaan Kesuburan Tanah
Berkelanjutan pada daerah tropis di daerahmu masing-masing ?

Tropis dan Persebaran Iklim Tropis – Iklim adalah suatu keadaan di mana terdapat
kondisi cuaca rata-rata di suatu daerah dengan jangka waktu yang panjang (minimal 30 tahun).
Iklim dipengaruhi oleh atmosfer, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, sinar matahari,
dan tentunya garis khatulistiwa.Pada belahan bumi yang dekat dengan khatulistiwa akan
memiliki iklim tropis dan subtropis. Sedangkan pada bagian bumi yang jauh dari khatulistiwa
akan memiliki iklim sedang dan kutub. Iklim tropis adalah suatu daerah yang terletak di antara
garis isoterm pada bumi bagian utara dan bagian selatan.

7
2. Apa yang harus dilakukan mahasiswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Lahan
Kering dan Sawah diNTT

Kekeringan mungkin sudah menjadi keseharian saat musim kemarau di Nusa


Tenggara Timur (NTT). Seperti lahan tepat di belakang rumah dinas Gubernur NTT di Kota
Kupang, yang mengering dengan rekahan tanah selebar 5 – 10 centimeter. Irigasi kering, hanya
terlihat rumput ilalang. Di lain tempat, di beberapa kecamatan di Kabupaten Kupang Barat dan di
Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang Timur hal serupa juga terlihat.Ia mengatakan
kekeringan sudah terjadi berulang kali disetiap musim kemarau. Rata-rata pertanian hanya bisa
dilakukan ketika musim hutan tiba. Belum ada upaya pemerintah daerah untuk mencari solusi
kekeringan. Tidak ada juga bantuan untuk petani.

3. Bagaimana perkembangan Pemanfaatan Teknologi terhadap Lahan Kering di NTT

Suatu penelitian tentang dayadukung produksi pertanian lahan kering di Nusa


Tenggara Timur (NTT) dengan menggunakan data sekunder, untuk mengetahui daya
dukung produksi pertanian lahan kering di NTT dan faktorfaktor yang berpengaruh
terhadap daya dukung produksi pertanian lahan kering di NTT dan secara keseluruhan
wilayah. Daya dukung didasarkan pada : produksi aktual lahan kering, jumlah penduduk/
tanggungan keluarga, tingkat konsumsi penduduk perkapita. Analisa daya dukung
dilakukan dengan kebutuhan kalori standar dipakai angka 2100 kalori per orang per hari.
Untuk itu seluruh produksi aktual bahan makanan pangan pokok dikonversi menjadi
kalori dengan menggunakan tabel konversi tetapan departemen kesehatan Republik
Indonesia tahun 1993. Hasil penelitian diketahui bahwa pertanian lahan kering di NTT
selama 15 tahun (1982-1996) memiliki daya dukung yang fluktuatif, produktivitas
pertanian lahan kering tertinggi 3,19 x 107 kalori/ha/tahun, dayadukung tertinggi dicapai
tahun 1996 dengan daya dukung per hektar adalah 416 orang/ km2 (42 orang/ha/tahun)
atau sekitar 8,4 kepala keluarga (KK) atau 2.884.850 jiwa (576.970 kk) dan terendah
adalah tahun 1982 dengan produktivitas 2,23x 107 kalori/ha/tahun, dayadukung 291
orang/km2 (29 orang/ha/tahun) atau 5,8 KK atau 1.991.920 jiwa ( 398.384 kk) dengan
rata-rata dayadukung tahun 1982-1996 adalah 341 orang/km2 (34 orang/ha/tathun)
sekitar 6,8 KK atau 2.335.350 jiwa ( 398.070.kk). Dengan dayadukung rerata ini, jika
total lahan kering yang ada 1.510.500 ha diusahakan seluruhnya, maka NTT dapat dihuni
oleh 51.357.000 jiwa atau sekitar 10.357.000 kk, tetapi karena hingga saat ini baru sekitar
45,47 % lahan kering diusahakan ( 686.868 ha )dengan tingkat produktivitas reratanya
selama 15 tahun 73,46 % dan dayadukung rerata pertanian lahan kering di NTT
2.335.350 jiwa atau 467.070 kk. Jadi produktivitas lahan kering di NTT cukup tinggi,
tetapi distribusi produk pertanian lahan kering rendah, maka produktivitasnya belum
berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat, untuk itu masyarakat mensiasati dengan : 1).
Pola Konsumsi minimal, 2). Pengelolaan pendapatan, 3). Ikatan sosial, 4). Konsumsi
bertingkat. Selain itu dari penelitian ini diketahui bahwa nilai 1 (satu) kalori pertanian

8
lahan kering di NTT bernilai Rp 0,018 sedangkan beras yang didatangkan Rp.0,69 ( 1 kg
beras seharga Rp.2500), sehingga untuk memenuhi kebutuhan kalori 2100 setiap orang di
NTT jika mengkonsumsi produk pertanian lahan kering hanya mengeluarkan Rp.47,5
dari beras yang didatangkan dari luar daerah sebesar Rp. 2.452,5 dengan demikian jika
mengandalkan konsumsi kalori pada pangan impor (beras), setiap orang NTT harus
mensubsidi Rp.2.452,5 ke wilayah sumber beras tersebut didatangkan. Rendahnya
produktivitas lahan kering di NTT disebabkan beberapa hal antara : Tingginya seranga n
hama dan penyakit, kendala iklim ( curah hujan, distribusi hujan tidak merata), rendahnya
tingkat penerapan teknologi di pertanian lahan kering baik pada tingkat penemuan
inovasi maupun pada tingkat penggunaan inovasi pertanian lahan kering, pendidikan
petani tidak menjawab persoalan di bidang pertanian lahan kering, biasnya kebijakan
pembangunan pertanian. Untuk itu dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah untuk
pengembangan pertanian lahan kering, memacu distribusi produk pertanian lahan kering,
membangun kebanggaan dalam mengkonsumsi pangan produk pertanian lahan kering,
pendidikan petani yang berbasis pertanian lahan kering, penentuan harga produk
pertanian lahan kering yang berbeda dari produk pangan lainnya bila di kaitkan dengan
pembangunan pertanian berkelanjutan, selain itu guna memacu petani meningkatkan
produktivitas pertanian lahan kering di NTT, maka upaya reformasi agraria yang
berpihak masyarakat petani perlu diberi prioritas sehingga memberi kepastian
kepemilikan atas lahan pertanian dan petani terpacu untuk meningkatkan produksi
pertanian yang akhirnya mendorong peningkatan daya dukung yang selanjutnya
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarga pada khususnya dan mengurangi tingkat
kemiskinan masyarakat di NTT.
4. Teori fisika apa saja yang berkaitan terhadap Perkembangan Lahan Kering Di NTT

Wilayah Nusa Tenggara memiliki iklim kering dengan curah hujan kurang dari
2.000 mm/tahun. Sekitar 72% wilayahnya berbukit dan bergunung dengan solum tanah
dangkal dan berbatu. Kondisi ini menjadi tantangan dalam pengembangan pertanian.
Oleh karena itu, Balitbangtan melaksanakan kegiatan percepatan pengembangan
pertanian di lahan kering beriklim kering sejak tahun 2010 sampai sekarang. Hasil
identifikasi sumber daya alam dan sosial ekonomi menunjukkan permasalahan utama
yang dihadapi dalam pengembangan pertanian ialah curah hujan rendah, ketersediaan air
terbatas, serta produktivitas dan indeks pertanaman rendah (IP < 100). Di beberapa lokasi
terdapat sumber air permukaan (sungai, embung, dam parit, mata air) dan air tanah yang
belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, Balitbangtan melakukan eksplorasi sumber air dan
desain distribusinya dengan sistem gravitasi untuk dimanfaatkan pada musim kemarau
untuk area 5-15 ha. Selanjutnya, masyarakat diperkenalkan dengan inovasi teknologi
varietas unggul, pengelolaan hara (pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah),
pembuatan kandang komunal, dan pengelolaan limbah menjadi kompos. Pembelajaran
yang dapat diambil dari kegiatan ini ialah sulitnya mengubah etos kerja dan kebiasaan

9
petani untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal. Ke depan, selain
teknik budi daya, diperlukan pendampingan dan pembinaan kelembagaan secara intensif,
termasuk memotivasi petani dalam pengembangan pertanian di wilayahnya.
5. Sejauh mana pentingnya peranan ilmu Fisika Terhadap Pengembanangan Pariwisata
di NTT
Diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha bagi
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)masyarakat local sehingga harapan agar masih
dihadapkan pada berbagai masalah pariwisata menjadi salah satu solusi dalam sosial dan
salah satunya adalah masalah mengatasi permasalahan sosial di NTT seperti kemiskinan.
Sektor pariwisata dipilih sebagai kemisikinan dan gizi buruk bukan mustahil sektor yang
dapat diandalkan untuk mengatasi untuk diwujudkan. permasalahan kemiskinan tersebut
(Laiskodat, Pembangunan merupakan perubahan yang berguna menuju suatu sistem
sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Sedangkan
(Subandi, 2011) pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya
direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan perubahan
yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya; Di
Indonesia, pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi melalui UMKM dikembangkan
sebagai sektor yang menjanjikan mendatangkan pendapatan besar bagi negara terlebih di
daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam maupun sumber daya budaya yang
melimpah. Labuan Bajo dengan Pesona binatang Purba Komodo, keindahan alam serta
tebaran pulau-pulau kecil disekitarnya adalah salah satu destinasi wisata di Provinsi Nusa
Tenggara Timur bahkan Indonesia. Labuan Bajo mulai ramai dikunjungi wisatawan
setelah Pulau Komodo masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia Baru (New 7 Wonder
of the World). Labuan Bajo telah terpilih sebagai destinasi kelas dunia bersama dengan 3
destinasi wisata lainnya yaitu Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika. Labuan Bajo
sendiri telah ditetapkan menjadi Badan Otoritas Pariwisata (BOP).
6. Jelaskan pengertian dari pariwisata dan pariwisata apa saja yang ada di daerah anda.
7.
Pengertian pariwisata tercantum dalam konstitusi yaitu pada Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan pasal 1 butir 3 yaitu:

“pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk objek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut”pariwisata adalah
fenomena sosial, budaya, dan ekonomi yang melibatkan perpindahan orang ke negara
atau tempat di luar lingkungan biasanya untuk tujuan pribadi atau bisnis atau
professional.
8. Sejauh mana peran serta mahasiswa maupun masyarakat dalam pengembanangan
Teknologi terhadap tenun ikat di NTT secara nasional maupun internasional
9.

10
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi para perajin dan peran
pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan tenun ikat Kupang di Kota Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengamatan di sentra-
sentra kerajinan tenun ikat; wawancara mendalam dengan narasumber, dari unsur perajin,
pengusaha tenun ikat, dan pemerintah daerah; studi pustaka; dan focus group discussion.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan para perajin untuk
mengembangkan tenun ikat Kupang dimulai dari upaya penyediaan bahan baku yang
murah dan mudah diperoleh, diversifikasi (pengayaan) produk, pengembangan teknologi
pembuatan, peningkatan organisasi pengelolaan, sampai dengan upaya pemasarannya,
yang dinilai dapat meningkatkan hasil yang lebih baik. Dalam menjalankan strateginya
dengan baik, para perajin juga harus mendapatkan dukungan dan pembinaan dari
pemerintah daerah. Melalui Dinas Industri dan Perdagangan, dukungan dan pembinaan
dilakukan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan; pemberian bantuan alat produksi;
pemberian pinjaman modal; mengikutsertakan dalam pameran; perlindungan hak paten;
dan peningkatan kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan dari daerahnya.
Hambatan dan tantangan dalam pengembangan tenun ikat yang dihadapi para perajin,
yaitu keterbatasan modal, kesulitan memperoleh bahan baku, dan kesulitan dalam
pemasaran.
10. Selain pengembangan secara elektrik , secara apa lagi yang kamu ketahui dalam
pengembangan Sains dan Teknologi terhadap alat musik tradisional di NTT
Knobe Khabetas

Knobe Khabetas adalah alat musik tiup tradisional masyarakat Dawan yang berbentuk
seperti busur panah, dengan semacam tali pengikat seperti tali busur panah. Memainkan
alat musik ini dapat dilakukan dengan cara meniup salah satu ujung busur sambil
menggetarkan tali busurnya.

Masyarakat dawan biasanya memainkan alat musik ini saat bercocok tanam ataupun
menggembala ternak. Knobe Khabetas tidak hanya digunakan untuk hiburan pribadi,
tetapi juga digunakan untuk berbagai upacara adat.Masyarakat dawan biasanya
memainkan alat musik ini saat bercocok tanam ataupun menggembala ternak. Knobe
Khabetas tidak hanya digunakan untuk hiburan pribadi, tetapi juga digunakan untuk
berbagai upacara adat.
Foy Pay
Foy Pay merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang
hampir identik dengan alat musik Foy Doa karena kedua alat musik tiup tersebut berjenis
seruling.Pada awalnya, Foy Pay berfungsi sebagai pengiring lagu tandak seperti halnya
alat musik Foy Pay. Namun dalam perkembangannya, Foy Pay juga sering dipentaskan
secara berpasangan dengan Foy Doa dalam iringan musik tradisional daerah, di berbagai

11
acara adat dan hiburan. Adapun nada-nada yang dihasilkan Foy Pay adalah do, re, mi, fa,
dan sol.
Foy Doa
Foy Doa merupakan alat musik tradisional dalam kategori aerofon. Dengan kata
lain, alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup, serta suaranya dihasilkan dari
hembusan.Alat musik tradisional ini sering dimainkan oleh remaja dari masyarakat
sekitar, baik laki-laki maupun perempuan. Lagu-lagu yang dimainkan umumnya adalah
lagu yang berisi nasehat atau kehidupan.

12
I

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai