Pendahuluan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 63
Lahan kering iklim kering tergolong dalam salah satu jenis lahan
suboptimal yang didefinisikan sebagai lahan yang kurang dapat
mendukung produksi pangan karena kekurangan satu atau lebih unsur
atau komponen pendukungnya. Di Indonesia, sebaran lahan suboptimal
didominasi oleh lahan kering masam dan lahan rawa (lahan pasang surut
dan lahan rawa). Sementara itu, menurut Hidayat dan Mulyani (2002)
mendefinisikan lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah
digenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun.
Selanjutnya, lahan kering dapat dibagi dalam dua golongan yaitu lahan
kering dataran rendah yang berada pada ketinggian antara 0 – 700 m di
atas permukaan laut (dpl) dan lahan kering dataran tinggi yang berada
pada ketinggian diatas 700 m dpl. Lahan kering beriklim kering dicirikan
dengan curah hujan rendah 1. 000-1. 500 mm/th selama 3-4 bulan
dengan distribusi tidak teratur. Fluktuasi curah hujan sangat tinggi, pada
suatu saat bisa mencapai 100 mm/hari atau bisa berhenti sama sekali
selama 2-3 minggu (Nasiu 2012).
Ditinjau dari luasan, lahan kering memiliki potensi yang
menjanjikan karena tersebar sangat luas yaitu sekitar 140 juta hektar dan
sekitar 56 juta hektar (di luar Maluku dan Papua) sudah digunakan untuk
pertanian (Hidayat dan Mulyani 2002). Dari luasan tersebut, lahan kering
iklim kering seluas 7,8 juta hektar dimana pada saat ini sebagian dari
lahan-lahan suboptimal ini sudah dimanfaatkan untuk budi daya tanaman
dan ternak dalam bentuk usaha tani integrasi tanaman-ternak (Lakitan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
64 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 65
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
66 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 67
Siklus bahan organik dan unsur hara pada lahan kering iklim kering
Siklus bahan organik dan unsur hara merupakan proses yang sangat
penting bagi dinamika dan keseimbangan hara yang diperlukan oleh
tanaman, lebih-lebih untuk pengelolaan usaha tani pada lahan kering
iklim kering dibawah pengaruh iklim ekstrim kering dan suhu yang tinggi.
Proses ini merupakan indikator dari berjalannya fungsi ekologi yang rumit
dan kompleks (Ratsele 2013). Pada usaha tani sistem tumpang sari dan
wanatani, siklus bahan organik dan unsur hara melibatkan beberapa pools
yang meliputi atmosfer, tanah, tanaman pangan, tanaman pakan, dan
ternak. Faktor-faktor kondisi iklim, jenis tanah, jenis tanaman pangan,
jenis tanaman pakan, dan pengelolaannya berpengaruh nyata terhadap
dinamika siklus bahan organik dan unsur hara tersebut (Silveira et al.
2013).
Siklus bahan organik kurang menarik perhatian bagi pemangku
kepentingan pengelola sumber daya lahan pertanian karena pada saat ini
hampir semua sumber daya lahan pertanian mempunyai status bahan
organik sangat rendah-rendah. Di lain pihak, bahan organik tanah
berperan sangat penting bagi mekanisme penyerapan unsur hara oleh
tanaman melalui perbaikan sifat-sifat kimia, fisika, dan biologi tanah
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
68 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 69
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
70 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 71
di atas tanah berupa sisa pakan. Kehilangan unsur hara dari pool
tanaman terbesar melalui penguapan karena pembakaran sisa panen
maupun sisa pakan ternak.
Pool tanah merupakan media siklus unsur hara yang paling dinamis
dimana unsur hara diikat oleh bahan organik, hara mineral, dan partikel
liat. Terdapat korelasi yang erat antara bahan organik tanah dengan hara
dalam bentuk mineral. Unsur hara dalam bahan organik tanah akan diikat
oleh mineral melalui proses mineralisasi dan sebaliknya unsur hara dalam
mineral bisa diikat oleh bahan organik melalui proses imobilisasi. Kedua
proses tersebut melibatkan aktivitas fauna tanah sehingga faktor-faktor
yang mempengaruhi aktivitas mikroba tanah akan mempengaruhi laju
imobilisasi ataupun mineralisasi. Selanjutnya, unsur hara dalam bahan
organik tanah bisa hilang melalui proses erosi.
Unsur hara dalam mineral tanah mengalami keseimbangan antara
pengikatan dan pelepasannya dengan partikel liat dan pelapukan bahan
induk tanah. Di daerah tropis dengan suhu dan kelembapan tinggi
memacu pelapukan bahan induk tanah dan melepaskan unsur hara ke
dalam mineral dan selanjutnya tersedia untuk tanaman atau diikat oleh
partikel liat kemudian melepas secara pelan-pelan untuk tanaman. Selain
pelapukan bahan induk tanah, unsur hara di dalam mineral juga
diperkaya oleh proses hujan dan debu dari udara dan masukkan pupuk
kimia dari luar sistem tanah-tanaman. Namun demikian, unsur hara di
dalam mineral bisa hilang melalui penguapan (volatilisasi), erosi, dan
pencucian. Di daerah tropika, ketiga proses ini berlangsung intensif
sehingga perlu masukkan unsur hara dari pupuk kimia dalam jumlah
banyak untuk mengimbangi laju kehilangan melalui ketiga proses
tersebut.
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
72 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 73
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
74 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Gambar 3. Pola tanam tumpang sari ubi kayu + kacang tanah (Foto:
Anonimus)
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 75
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
76 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Tabel 2. Analisis finansial pola tanam tumpang sari pada lahan kering
iklim kering di Nusa Tenggara Barat.
Produksi
Parameter jagung kacang hijau jagung
monokultur
Produksi (t/ha) 2,04 0,58 1,55
Total biaya (Rp) 821.036 394.000 761.376
Penerimaan (Rp) 1.738.250 1.750.800 1.320.050
Profit (Rp) 917.214 1.356.800 558.674
Sumber: Zairin (2006)
Pola tanam sistem wanatani (agroforestry) merupakan usaha tani
lainnya yang banyak dilakukan oleh petani lahan kering iklim kering.
Secara sederhana wanatani didefinisikan sebagai bentuk usaha tani yang
menggabungkan tanaman tahunan dengan 1 atau 2 jenis tanaman
semusim dalam hamparan lahan yang sama (Anonimus 2012).
Keuntungan yang diharapkan dari sistem wanatani adalah meningkatnya
produksi tanaman dan pelayanan lingkungan. Dari aspek pelayanan
lingkungan, wanatani dapat menggantikan fungsi ekosistem hutan
sebagai pengatur siklus hara dan perbaikan kondisi iklim mikro. Umumnya
petani menanam tanaman pangan di sela-sela tanaman perkebunan
seperti jambu mete, mahahoni, atau gaharu sebagai tanaman sela.
Seperti dilaporkan oleh Sudarto dan Suriadi (2006) bahwa hasil tanaman
sela pada perkebunan jambu mete lebih tinggi baik fisik maupun aspek
ekonominya (Tabel 3). Secara fisik, produksi tanaman jagung dan kacang
tanah lebih tinggi pada sistem wanatani dibandingkan non wanatani,
kecuali produksi padi sedikit lebih rendah. Analisis finansial menunjukkan
keuntungan pola tanam wanatani lebih tinggi pada semua model.
Tabel 3. Produksi dan analisis finansial pola tanam sistem wanatani dan
non wana tani pada lahan kering iklim kering di Nusa Tenggara
Barat
Produksi (kg/ha)
Pola tanam B/C rasio
Padi Jagung Kc. tanah
Lahan dengan jambu mete
Padi + jagung + ubi kayu 759 2.804 0,67
Jagung + kc. tanah + ubi 2.711 572 1,03
kayu
Lahan tanpa jambu mete
Padi + jagung + ubi kayu 833 1.583 0,27
Jagung + kc. tanah + ubi 1.500 450 0,55
kayu
Sumber: Sudarto dan Suriadi (2006)
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 77
Berbeda dengan sifat kimia tanah, kondisi iklim mikro pada pola
tanam sistem wanatani lebih baik dibandingkan dengan kebun monokultur
yang diindikasikan oleh beberapa parameter iklim mikro yaitu suhu udara,
suhu tanah, dan kelembapan udara relatif (relative humidity, RH) (Tabel
5). Suhu udara dan suhu tanah pada pola tanam sistem wanatani
masing-masing dengan kisaran antara 25,6-28,90C, lebih rendah
dibandingkan dengan pola tanam sistem kebun monokultur sekitar
30,50C. Berlawanan dengan itu, kelembapan udara relatif (relative
humidity, RH) lebih tinggi pada pola tanam sistem wanatani dengan
kisaran 81-91% dibandingkan dengan sistem kebun monokultur sekitar
72%. Perbaikan kondisi iklim mikro ini berpengaruh terhadap perbaikan
pertumbuhan dan produksi tanaman (Balai Penelitian Kehutanan Kupang
2011).
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
78 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
(me/100g)
Kebun 6,7 1,13 22,76 0,87 2,18
monokultur
Kebun+jagung 6,95 0,93 17,76 0,68 2,14
Kebun+ubi kayu 6,50 1,19 20,61 0,77 2,19
Kebun+coklat 6,20 1,25 24,67 0,98 2,21
Sumber: Balai Penelitian Kehutanan Kupang (2011)
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 79
Tatabotani SIAGA
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣ *************************************************************** ♣♣
♣♣ *************************************************************** ♣♣
Keterangan: ♣♣** Tanaman pangan **♣♣
♣♣** **♣♣
♣ = Tanaman hutan, ♣♣** **♣♣
leguminosa pohon ♣♣** **♣♣
(Turi, lamtoro gung, ♣♣** **♣♣
mahahoni, angsana, ♣♣** **♣♣
dll.) ♣♣** Tanaman pangan **♣♣
♣♣** **♣♣
♣♣** **♣♣
• = Tanaman leguminosa ♣♣** **♣♣
menyemak (gamal,
♣♣** **♣♣
♣♣** Tanaman pangan Embung **♣♣
rumput gajah, rumput ♣♣** **♣♣
raja, dll) ♣♣** **♣♣
♣♣** **♣♣
♣♣** **♣♣
♣♣** **♣♣
= pematang, diperkuat ♣♣** Kandang Tanaman pangan **♣♣
♣♣ ** **♣♣
dengan rumput ♣♣** **♣♣
pakan (BH, BD, ♣♣** **♣♣
Setaria, Phaspalum, ♣♣** **♣♣
dll.) ♣♣** **♣♣
♣♣** Tanaman pangan **♣♣
♣♣** **♣♣
♣♣** **♣♣
♣♣ ****************************************************** ********** ♣♣
♣♣ ******************************************************** ******** ♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣ ♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
80 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
timbulnya penyakit grass tetany di Prov. Jambi diduga kuat oleh adanya
kekurangan mineral pada air minum serta kualitas rumput yang
kekurangan kalsium dan magnesium. Sarana lainnya yang tidak kalah
penting adalah kandang sebagai tempat sapi melahirkan anak, berteduh
waktu hujan. Selain itu, untuk merekam perubahan iklim mikro, dipasang
alat pengukur sederhana suhu udara, alat pengukur suhu tanah, alat
pengukur defisit tekanan uap jenuh, dan penangkar curah hujan yaitu
Ombrometer.
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 81
Tanaman Pakan
Tanaman pakan pada usaha tani model SIAGA, terdiri atas 2 jenis yaitu
jenis semak dan rumput. Jenis semak (rumput raja, rumput gajah,
Flemingia congesta, dan Glyresidea) ditanam di sebelah dalam barisan
tanaman hutan. Untuk tanaman rumput raja, rumput gajah, dan
glyresidea, ditanam dengan jarak tanam 0,5 m x 0,5 m, disusun dalam 2-
4 barisan. Sedangkan jika memakai Flemingia congesta, ditanam dalam
bentuk tanaman pagar, 2-4 larikan dengan jarak antara larikan 0,5 meter.
Hasil penelitian pemanfaatan Flemingia congesta dan Glyresidea sebagai
tanaman pagar pada lahan kering di Sumatera memberikan kontribusi
nyata terhadap ketersediaan pakan (Soepandi et al. 1994). Selain
penghasil pakan, tanaman semak ini berfungsi sebagai:
1. Penangkal/pemecah angin yang merusak tanaman pangan.
2. Jika dipakai Flamengia congesta, pangkasannya bisa sebagai pupuk
organik.
3. Pada lahan berlereng, dapat mencegah erosi tanah.
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
82 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 83
Tanaman Pangan
Tanaman pangan ditanam pada areal tanaman pangan, mengikuti pola
tanam yang sudah terbukti cocok dengan kondisi agroekosistem setempat
antara lain: pola curah hujan, periode kekeringan dan kebanjiran,
gangguan hama/penyakit, dan selera masyarakat terhadap rasa nasi
(pera, pulen, dan harum). Selain itu, pengelolaan tanah-tanaman juga
dipertimbangkan agar produksi tanaman optimum seperti benih,
pemupukan, pengendalian hama/penyakit, pengelolaan pupuk organik
sisa panen, dll.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, beberapa pola tanam yang
memungkinkan dikembangkan di areal tanaman pangan pada usaha tani
sistem SIAGA antara lain:
1. Padi – jagung – bera/tanaman penyubur tanah (kacang benguk,
kacang tunggak, dll. ). Kacang benguk/kacang tunggak dipanen saat
pertumbuhan vegetatif maksimum, dibenamkan ke petakan sawah.
2. Padi – tanaman penyubur tanah (kacang benguk dan kacang
tunggak). Kacang benguk/kacang tunggak dipanen saat pertumbuhan
vegetatif maksimum, dibenamkan ke petakan sawah.
3. Padi/sayuran – jagung – rumput pakan campuran leguminosa dan
rumput lokal, ternak ruminansia diberi pakan dengan sistem kandang.
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
84 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 85
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
86 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 87
cocok untuk berbagai jenis rumput karena adanya perbaikan sifat kimia
dan fisika tanah. Untuk rumput introduksi jenis Paspalum sp., daya
adaptasinya lebih baik dibandingkan rumput lainnya karena mampu
tumbuh baik pada tanah yang masih kurang subur maupun yang subur
dengan nilai Indeks Dominansi yang sama. Dalam introduksi rumput
pakan pada lahan kering iklim kering, kemampuan adaptasi ini yang
dijadikan salah satu pertimbangan agar produksi pakan bisa tersedia
sepanjang tahun.
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
88 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Tabel 7. Populasi fauna tanah usaha tani sistem SIAGA dan non SIAGA
pada lahan kering iklim kering, Nusa Tenggara Barat
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 89
Penutup
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
90 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Daftar Pustaka
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 91
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
92 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering
Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 93
Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada Lahan
Kering Iklim Kering