Disusun oleh :
AgroekoteknologiB
Dosen :
DEPARTEMEN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik
dalam rangka memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan laporan penelitian ini telah melibatkan
berbagai pihak. Maka dengan kerendahan hati yang terdalam, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Prof. . selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. Tanpa
beliau, penulis tidak akan bisa menyelesaikan laporan ini.
Penulis dengan sekuat tenaga telah melakukan upaya yang terbaik untuk menyusun
makalah ini. Namun demikian, hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu tak lepas
dari kekurangan dan keterbatasan penulis baik dalam pengalaman dan pengetahuan. Untuk
itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan kata. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan bagi pembaca dan utamanya bagi penulis sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan gambut merupakan lahan yang sangat subur dan memiliki ketersediaan
air yang baik. Lahan ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan hasil produksi
tanaman. Di Indonesia, lahan gambut umumnya dapat ditemukan di wilayah Sumatera
dan Kalimantan.
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
Usaha ekstensifikasi pertanian di lahan basah lebih efektif daripada di lahan kering.
Hal ini dikarenakan lahan kering umumnya memiliki tingkat kesuburan rendah, kelerengan
curam, dan kedalaman tanah yang dangkal. Lahan kering berlereng curam sangat peka
terhadap erosi, terutama apabila diusahakan untuk tanaman pangan semusim. Keterbatasan
air pada lahan kering juga mengakibatkan usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.
Faktor penting dalam pembukaan lahan kering adalah ketersediaan air. Lahan sawah
membutuhkan pasokan air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman padi. Jika
tidak ada sumber air yang cukup, maka pembukaan lahan kering tidak akan efektif. Penting
untuk memastikan adanya sumber air yang memadai seperti sungai, danau, atau sistem irigasi
yang dapat menyediakan air secara terus-menerus.
Lahan gambut adalah ekosistem lahan basah yang terbentuk dari tanah gambut, yaitu
tanah yang sebagian besar terdiri dari bahan organik yang membusuk. Tanah gambut
terbentuk dalam kondisi tergenang air dan kekurangan oksigen. Pembukaan lahan gambut
untuk tanaman padi tidak selalu efektif karena lahan gambut memiliki karakteristik khusus
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Karakteristik tersebut antara lain:
● Sifat pengairan/drainase: Lahan gambut memiliki sifat hidrolik yang unik, yaitu dapat
menyerap dan menahan air dalam jumlah besar. Hal ini dapat menyebabkan genangan
air yang berlebihan, yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman padi.
● Daya dukung tanaman: Lahan gambut memiliki daya dukung yang rendah, sehingga
mudah ambles. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi.
● Ketebalan dan tingkat kematangan: Ketebalan dan tingkat kematangan lahan gambut
akan mempengaruhi sifat kimia lahan gambut. Lahan gambut dengan ketebalan yang
lebih besar dan tingkat kematangan yang lebih tinggi memiliki sifat kimia yang lebih
asam, yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman padi.
Pemanfaatan lahan gambut untuk sektor pertanian sangat ditentukan oleh karakteristik
tersebut. Lahan gambut umumnya lebih sesuai untuk tanaman yang memiliki masa tanam
lama (tahunan), seperti tanaman perkebunan (Syahza et al., 2020).
● Hilangnya habitat: Hutan merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan
hewan. Pembukaan hutan dapat menyebabkan penyusutan habitat alami ini,
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem yang unik.
● Pelepasan karbon: Hutan berperan penting dalam mengatur iklim global. Mereka
menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen melalui proses fotosintesis.
Pembukaan hutan kemudian dapat menyebabkan pelepasan karbon yang disimpan
dalam pohon dan tanah, serta mengurangi kemampuan penyerapan karbon dioksida,
yang berkontribusi pada perubahan iklim.
● Erosi tanah: Pembukaan hutan dapat menyebabkan hilangnya vegetasi dan sistem akar
yang stabil, meningkatkan risiko erosi tanah yang dapat mengurangi kesuburan dan
produktivitas tanah.
● Perubahan fungsi ekosistem gambut: Pembukaan lahan gambut dilakukan dengan cara
mengeringkan lahan gambut. Hal ini dapat menyebabkan perubahan fungsi ekosistem
gambut, yang berdampak negatif ke masyarakat sekitar.
● Kekurangan air: Lahan gambut memiliki kemampuan menyimpan air yang tinggi.
Pembukaan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya kemampuan ini, sehingga
dapat menyebabkan kekeringan.
● Kebakaran lahan: Lahan gambut yang kering rentan terhadap kebakaran. Kebakaran
lahan gambut dapat menyebabkan kerugian materi dan lingkungan yang besar.
Ekstensifikasi lahan memiliki dampak buruk bagi ekosistem. Oleh karena itu, perlu dilakukan
studi dampak lingkungan yang komprehensif sebelum keputusan ekstensifikasi lahan
dilakukan.
Dampak ekstensifikasi hutan, seperti hilangnya habitat, pelepasan karbon, dan erosi tanah,
dapat menjadi signifikan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan alternatif lain seperti
intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian. Intensifikasi pertanian dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti penggunaan teknologi pertanian yang tepat,
perbaikan sistem irigasi, dan penerapan pertanian organik. Intensifikasi pertanian dapat
menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan untuk meningkatkan produksi pertanian, karena
dapat dilakukan tanpa merusak ekosistem
Lahan kering memiliki karakteristik yang berbeda dengan lahan basah, sehingga
memerlukan pengelolaan yang khusus. Terdapat beberapa upaya penting dalam pengelolaan
lahan kering, antara lain:
● konservasi tanah dan air. Konservasi tanah dan air bertujuan untuk mengurangi erosi
dan kehilangan unsur hara, yang merupakan masalah utama pada lahan kering.
Menurut Syekhfani (1991), konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain:
Pola tumpangsari atau tumpang gilir dapat membantu mengurangi risiko kegagalan
panen.
Tanaman yang toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik akan memiliki
peluang panen yang lebih besar.
Ektensifikasi lahan gambut yang berdampak pada ekosistem dan lingkungan dapat
ditanggulangi dengan hal-hal berikut:
Page, S. E., & Baird, A. J. (2016). Peatlands and global change: Response and resilience. Annual Review
of Environment and Resources, 41, 35–57
Anggraini, F., A. Suryanto, N. Aini. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada
tanaman padi sawah (Oryza Sativa L.) varietas inpari 13. J. Produksi Tanaman, 1
(2) : 52 – 60.
Cole, L. E. S., Bhagwat, S. A., & Willis, K. . (2015). Long-term disturbance
dynamics and resilience of tropical peat swamp forests. Journal of Ecology, 103,
16–30
Rizki Angga Kurniawan, 0914013049 (2015) UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN
KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN KACANG TANAH(Arachis hypogaea L.) PADA TANAH ULTISOL NATAR. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Lampung
Rustiadi E. 2001. Alih Fungsi Lahan dalam Perspektif Lingkungan Perdesaan. Lokakarya Penyusunan
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Perdesaan. 10-11 Mei. Bogor
Kamilah A. 2013. Analisis Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kota Bekasi: Kasus Kecamatan Bekasi
Utara dan Gebang. J. Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 5(1) : 36-49.
Hidayati, F., Yonariza, Y., Nofialdi, N., & Yuzaria, D. (2019). Intensifikasi Lahan Melalui Sistem Pertanian
Terpadu: Sebuah Tinjauan. Unri Conference Series: Agriculture and Food Security, 1, 113–119
Sarasutha, I. G. P. (2002). Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi. Jurnal Litbang
Pertanian, 21(2), 39–47.
Syahza, A., Suwondo, Bakce, D., Nasrul, B., & Mustofa, R. (2020). Utilization of peatlands based on local
wisdom and community welfare in Riau Province, Indonesia. International Journal of Sustainable
Development and Planning, 15(7), 1119–1126
Purwansyah, T. S., D. Rosanti, T. Kartika. 2021. Morfometri beberapa varietas tanaman padi
(Oryza sativa L.) di Kecamatan Pulau Rimau Banyuasin. J. Indobiosains. 3(2) : 28-38.
Badan Penyuluh Pertanian. 2012. Program Penyuluh Pertanian, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan
Kecamatan Padang Batung: Padang Batung 2012.
Mustopa Z. 2011,Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten
Demak, Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro