Anda di halaman 1dari 8

Pembaruan Manajemen Pertanian Melalui Budidaya Tanaman

Hidroponik Untuk Mengatasi Keterbatasan Lahan


“Proposal Kuantitatif” 

Disusun Oleh
Nama : Ulin Nikmatul Haya
NIM : 215040200111244
Kelas : 7DD
Dosen Pengampu : Dr. Lilik Wahyuni, M.Pd.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 
MALANG 

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang dikenal dengan tingkat
kesuburan tanahnya yang tinggi. Hal inilah yang menjadikan sebagian besar
masyarakat kita menggantungkan hidupannya pada bidang pertanian. Namun,
seiring berjalannya waktu populasi masyarakat semakin meningkat, sehingga
banyak lahan pertanian yang terdesak menjadi area pemukiman terutama pada
daerah perkotaan. Dan jika hal tersebut terus berlanjut, dapat menyebabkan lahan
pertanian semakin berkurang dan berakibat pada meningkatnya harga kebutuhan
pangan. Apabila para petani tetap menjalankan manajemen pertanian seperti
sebelumnya di tengah keterbatasan lahan saat ini, maka dapat dipastikan bahwa
kebutuhan pangan nasional tidak akan terpenuhi.
Permasalahan demikian sudah dapat kita jumpai pada Daerah Istimewa
Yogyakarta, dimana banyak lahan pertanian yang telah dialihfungsikan menjadi
gedung-gedung tinggi dan juga perumahan penduduk. Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan sebuah manajemen budidaya pertanian baru yang mampu
tetap bertahan di tengah kondisi himpitan lahan saat ini. Salah satunya yaitu
dengan menerapkan budidaya pertanian dengan sistem hidroponik. Sepertihalnya
yang dikemukakan oleh (Sudarmo, 2019), lahan pekarangan yang sempit serta
halaman rumah dapat dimanfaatkan menjadi produktif melalui budidaya
hidroponik.
Dengan hadirnya sistem hidroponik pada budidaya pertanian, maka
keterbatasan lahan dapat diatasi, bahkan sistem ini dapat diterapkan pada lahan
yang tidak subur. Keunggulan lainnya yakni tanaman akan lebih subur karena
nutrisinya tetap terjaga, dapat memanfaatkan bahan bekas sebagai medianya, serta
tanaman hasil hidroponik memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Berikut merupakan rumusan masalah yang menjadi dasar dari penelitian
kali ini:
a. Bagaimanakah manajemen lahan pertanian yang dilakukan petani dalam
mengatasi keterbatasan lahan?
b. Bagaimanakah budidaya tanaman hidroponik dalam mengatasi keterbatasan
lahan?
c. Bagaimanakah efektivitas budidaya tanaman hidroponik dalam mengatasi
keterbatasan lahan?
C. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan yang menjadi dasar dari penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan Umum: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan mengenai pembaharuan manajemen lahan pertanian melalui
budidaya tanaman hidroponik untuk mengatasi keterbatasan lahan.
b. Tujuan Khusus:
 Manajemen lahan pertanian yang dilakukan petani dalam mengatasi
keterbatasan lahan.
 Budidaya tanaman hidroponik dalam mengatasi keterbatasan lahan.
 efektivitas budidaya tanaman hidroponik dalam mengatasi keterbatasan
lahan.
D. Kegunaan Penelitian
Berikut merupakan kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan penelitian ini:
a. Manfaat Teoritis: Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan secara
hidroponik mampu menjadi solusi bagi masalah keterbatasan lahan yang ada
di Indonesia serta mampu meningkatkan kualiats hasil produksi pertanian.
b. Manfaat Praktis:
 Bagi Responden: Menambah pengetahuan tentang teknologi pertanian
yang up to date serta mendapatkan keuntungan dari penjualan tanaman
hasil budidaya hidroponik.
 Bagi Pedagang Pasar Tradisional: Memperoleh sayuran dengan harga
relatif murah dengan kualitas tinggi.
 Bagi Pemerintah Daerah: Meningkatkan laju perekonomian serta
pendapatan daerah.
E. Asumsi Penelitian
Berikut asumsi penelitian yang menjadi anggapan-anggapan dasar dan
pijakan dalam penulisan proposal ini:
a. Banyak masyarakat yang mulai merubah pola pikirnya untuk menerapkan
manajemen pertanian yang lebih modern dan efisien.
b. Budidaya hidroponik akan sangat digemari oleh petani, dikarenakan cara
pembudidayaannya yang mudah dengan hasil produk berkualitas tinggi.
c. Lahan yang tersedia di Indonesia akan semakin berkurang pada beberapa
tahun ke depan, sehingga menyebabkan area pertanian akan terus menurun
diakibatkan banyaknya alih fungsi menjadi tempat industri, perumahan, jalan
tol, dan masih banyak lagi.
F. Definisi Operasional
Berikut merupakan definisi operasional yang menjadi ukuran dari variabel
penelitian kali ini:
 Dimensi/aspek:
 Modern
 Efisien
 Digemari petani
 Pembudidayaan mudah
 Hasil produk berkualitas
 Mengatasi keterbatasan lahan
 Skor kepuasan:
1: hasil lebih buruk dari harapan (tidak puas)
2: hasil sama dengan harapan (puas)
3: hasil leih baik dari harapan (sangat puas)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Perkembangan Manajemen Pertanian
Saat ini perubahan lingkungan mulai dapat dirasakan pada seluruh
aspek fundamental manusia, salah satunya dalam bidang pertanian. Hal
tersebut menyebabkan manajemen pertanian secara terus menerus mengalami
perubahan atau evolusi dengan cukup drastis. Di Indonesia, praktik
manajemen pertanian di sektor pemerintah masih menitikberatkan pada
orientasi pengembangan ilmu pengetahuan dan riset dasar. Namun selama ini
manajemen pertanian di Indonesia masih belum optimal dalam
pelaksanaannya. Hal ini diakibatkan karena negara berkembang masih
mempunyai ketidakpastian yang tinggi dengan tingkat pengembalian yang
belum jelas.
Jika dibandingkan dengan pertanian di negara maju, terlihat
bahwasannya mereka telah berhasil dalam melaksanakan komersialisasi
teknologi baru secara cepat dan tepat. Akibatnya, mereka memiliki
kemungkinan untuk menguasai pasar dengan lebih besar, menetapkan harga
yang lebih bersaing, serta memperoleh keunggulan kompetitif yang lebih
tajam. Hal tersebut telah menunjukkan bahwasannya pertanian telah
mengalami perubahan selama bertahun-tahun, bergerak dari model yang
berpusat pada teknologi menjadi berpusat pada interaksi yang lebih terfokus
(Hermawati, 2013).
2. Sistem Hidroponik
Menurut (Irianto, 2021) Hidroponik (bahasa Inggris: hydroponic)
merupakan salah satu metode dalam budidaya pertanian yang memanfaatkan
air sehingga tidak menggunakan media tanah dan dilakukan dengan cara
menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman.
Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada
budidaya dengan tanah, sehingga sistem ini lebih efisien jika diterapkan pada
daerah yang memiliki pasokan air terbatas.
Sedangkan menurut pendapat (Suharto., dkk, 2016) teknik budidaya
secara hidroponik merupakan salah satu upaya yang dilakukan pada budidaya
peranian untuk memperoleh produk pertanian yang berkualitas, sehat, bebas
pestisida, seragam dan dapat dilakukan secara kontinyu.
3. Keterbatasan Lahan di Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan (Mulyani dan Agus,
2017) mengenai kebutuhan dan ketersediaan lahan pertanian di Indonesia
menunjukkan bahwasannya dari sekitar 29,8 juta ha lahan telantar, hanya
sekitar 7,9 juta ha yang berpotensi tersedia untuk ekstensifikasi pertanian masa
depan. Luas lahan potensial tersedia ini jauh lebih rendah dari kebutuhan
lahan untuk memenuhi target swasembada dan mewujudkan Indonesia sebagai
lumbung pangan dunia menjelang 2045 yaitu 5,3 juta ha untuk padi sawah,
bawang dan tebu dan sekitar 10,3 juta ha untuk padi gogo, jagung, kedelai,
kacang hijau, kacang tanah, tebu, bawang merah, ubi jalar, ubi kayu.
Keterbatasan lahan di Indonesia salah satunya disebabkan karena
terjadinya proses degradasi lahan atau proses penurunan produktivitas lahan,
baik sementara maupun tetap. Di Indonesia sendiri lahan yang telah
terdegradasi berat dan menjadi lahan kritis luasnya sekitar 48,3 juta ha atau
25,1% dari luas wilayah Indonesia. Untuk lahan gambut dari sekitar 14,9 juta
ha lahan gambut di Indonesia, ± 3,74 juta ha atau 25,1 % dari total luas
gambut telah terdegradasi dan ditumbuhi semak belukar (Sumber:
https://dlhk.bantenprov.go.id/).
Selain itu, konvensi lahan pertanian menjadi daerah industry maupun
perumahan selama periode 1979-1999 telah mencapai 1.627.154 ha. Dari
jumlah tersebut, sekitar 61,57 % konvensi lahan terjadi di Jawa. Hal tersebut
berarti bahwasannya jika tidak dilakukan upaya pengendalian akan
menyebabkan turunnya kapasitas Pulau Jawa dalam memproduksi pangan
nasional (Isa, 2004).
B. Kerangka Berpikir (bagan hubungan antar variabel dan pejelasan singkat)

C. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Pengumpulan Data
E. Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai