i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, metode dalam
mengelola perkebunan ikut berkembang pula. Pada awalnya berkebun harus
memerlukan lahan yang luas, namun dengan adanya metode baru yaitu hidroponik,
masyarakat dengan lahan sempit kini juga dapat berkebun. Krisis pangan menjadi
salah satu pemicu terciptanya metode hidroponik dimana masyarakat dipaksa
mandiri dalam menghasilkan pangan dengan lahan yang ada untuk bertahan.
Hingga kini, berkebun dengan metode hidroponik lebih populer dibandingkan
metode konvensional, dimana potensi hidroponik yang jauh sangat
menguntungkan. Meski begitu, dengan terbatasnya lahan menjadi hal yang sulit
dilakukan terutama ketika hidup di perkotaan (Waluyo et al., 2021) Salah satu
metode dalam berkebun yaitu menggunakan metode hidroponik. Hidroponik itu
sendiri merupakan salah satu budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan nutrisi pada
tanaman, dengan begitu berkebun perlu lahan yang luas. Hal ini membuat beberapa
parameter seperti nutrisi, pengendalian hama dan pencahayaan mudah dikontrol
(Just My Hobby, 2014) Selain itu penempatan dari hidroponik ini sangat fleksibel,
bisa di perkotaan, pedesaan, perumahan, dan lain sebagainya. Tanaman yang dapat
tumbuh dengan metode hidroponik ini adalah sayuran atau buah-buahan dengan
akar serabut diantaranya sawi, kangkung, selada dan lain sebagainya.
Metode hidroponik sangat mudah untuk dilakukan, dengan memanfaatkan
sedikit pekarangan rumah dan beberapa barang bekas untuk penanamannya.
Keuntungan dari metode hidroponik adalah, air pada tanaman terus mengalir tanpa
harus mengeluarkan tenaga untuk menyiram tanaman setiap hari. Namun ternyata
dalam menggunakan metode tersebut, petani memerlukan ketelitian ekstra bahkan
kesulitan dalam menakar nutrisi yang harus dicampurkan untuk mengontrol
tanaman. Saat menanam, hal yang harus diperhatikan pada tanaman adalah
bagaimana menjaga kadar air dan nutrisi dengan baik yang sesuai dengan tanaman
yang ditanam. Apabila kekurangan atau kelebihan nutrisi, tanaman tidak akan
tumbuh dengan baik.
Dengan menggunakan metode hidroponik, tanaman dapat dengan cepat
memanfaatkan unsur hara dan nutrisi dalam larutan sehingga daun lebih lebar,
daging buah lebih besar dan kokoh (Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
2019) maka dari itu nutrisi yang harus diberikan kepada tanaman harus ditakar
dengan baik, jika tidak maka tanaman akan tumbuh dengan tidak optimal. Oleh
karena itu dalam penulis mengusulkan alat untuk mengontrol nutrisi air hidroponik
secara otomatis untuk mempermudah menstabilkan nutrisi dalam air tanpa harus
menakarnya secara manual, sekaligus memonitornya melalui smartphone dengan
IoT (Internet of Things) agar mempermudah dalam monitoring baik jarak dekat
maupun jarak jauh. Hal ini akan meningkatkan efisiensi dalam Hidroponik yang
akan digunakan, terutama di bagian tenaga, waktu dan biaya yang yang
2
dikeluarkan. Dengan diterapkan sistem IoT, petani tidak perlu melakukan secara
manual pengecekan berkala karena dapat dimonitor langsung dengan gawai
sehingga petani dapat melakukan aktivitas lain. Penekanan di bagian harga
dilakukan dengan penghematan di bagian pupuk nutrisi, ini bisa dilakukan karena
nutrisi dapat didistribusikan dengan optimal dan sesuai serta tidak kelebihan
sehingga pupuk akan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dan biaya yang
dikeluarkan akan lebih hemat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara membuat prototype alat yang dapat mengontrol nutrisi pada
tanaman hidroponik ?
2. Bagaimana membuat sistem otomatis untuk mengontrol nutrisi sesuai tanaman
yang dapat diakses internet menggunakan mikrokontroler esp?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah
membuat prototype alat Pengontrol Nutrisi Pada Tanaman Hidroponik dengan
bentuk yang kompak.
1.4 Target Luaran
Adapun target luaran yang diharapkan dari PKM-KC ini berupa luaran wajib
berupa:
1. Terciptanya prototype alat pengontrol nutrisi pada tanaman hidroponik.
2. Potensi hak paten dan hak cipta terhadap alat yang dibuat.
3. Publikasi artikel ilmiah.
4. Laporan kemajuan dan laporan akhir prototype alat yang dibuat.
5. Akun media sosial resmi dari Automatic Portable Hidroponik
1.5 Manfaat Program
Manfaat yang diperoleh dari terciptanya alat ini adalah sebagai berikut ini:
1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Perkembangan teknologi automatic control yang dapat diaplikasikan pada
tanaman hidroponik.
b. Menambah jenis produk automatic control yang dapat digunakan di
Indonesia, khususnya kontrol di bidang hidroponik.
2. Bagi Masyarakat dan Umum
Memudahkan masyarakat yang bercocok tanam dengan metode hidroponik
untuk mengontrol nutrisi tanaman secara otomatis sehingga lebih menghemat
waktu dan tenaga.
3
4. Perancangan perangkat dan sistem IoT, ketika rangka hidroponik telah selesai
maka dilakukan instalasi perangkat seperti pompa air, tempat distribusi air, alat
ukur nutrisi, rangkaian elektrik sekaligus instalasi sistem IoT pada
mikrokontroler yang akan dihubungkan ke perangkat lain.
5. Finalisasi dan uji coba prototype, dilakukan pada bulan yang sama setelah
prototype telah selesai.
3.5 Pengujian Alat
Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk memastikan alat yang telah dibuat
dapat bekerja sesuai dengan rancangan. Jika alat belum bisa bekerja seperti yang
diharapkan, maka kembali ke tahap pembuatan alat untuk mendapatkan hasil alat
yang sesuai. Tahap pengujian ini dilakukan secara luar jaringan (luring) dengan
tetap melaksanakan protokol kesehatan.
Dalam pengujian alat, dilakukan uji coba dimulai dengan melakukan tes
sensitivitas pada sensor TDS, apakah dapat mengirimkan sinyal pada
mikrokontroller atau tidak. Kemudian dilakukan pengamatan apakah alat ini sudah
bekerja sesuai sistem yang sudah dirancang. Jika masih terdapat error pada sistem
yang dirancang maka dilakukan peninjauan kembali dari perancangan sistem alat
ini.
3.6 Evaluasi Kerja Alat
Dalam proses evaluasi kinerja alat yang dilakukan adalah memastikan bahwa
prototype alat yang dibuat dapat bekerja dengan baik, dari segi hardware maupun
software, efisiensi alat serta nilai ekonomis. Evaluasi pada mikrokontroler
dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang pada program, evaluasi terhadap
penyesuaian sensitivitas sensor terhadap air, dan melakukan pengecekan apakah
baterai yang digunakan sudah sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan. Proses
evaluasi akan memakan waktu yang cukup lama dikarenakan terdapat beberapa
error yang harus diperbaiki dilanjutkan dengan melakukan pengamatan dan
pengujian kembali agar alat memiliki keakuratan yang tinggi. Perancangan dapat
dikatakan selesai apabila dispenser hidroton dalam sistem hidroponik dapat bekerja
dengan baik menghasilkan data nutrisi pada tanaman sehingga dapat mengontrol
proses pengairan dan nutrisi pada tanaman.
8
DAFTAR PUSTAKA
Just My Hobby. “Panduan PRAKTIS Cara Menanam Tanaman Hidroponik.” Just
My Hobby, Wordpress, 2014,
https://justmyhobby.wordpress.com/2014/02/19/cara-menanam-tanaman-
hidroponik-sederhana/. Accessed Minggu, 26 Februari 2023.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. “Hidroponik, Solusi Pertanian Lahan
Sempit.” Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, 2019,
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3186.
Accessed Minggu, 26 Februari 2023.
Lararenjana, Edelweiss. “Hidroponik adalah Budidaya Tanam Tanpa Tanah, Ini
Penjelasannya | merdeka.com.” Merdeka.com, 7 January 2023,
https://www.merdeka.com/jatim/hidroponik-adalah-budidaya-tanam-tanpa-
tanah-ini-penjelasannya-kln.html. Accessed 27 February 2023.
Lukyani, Lulu. “Menanam Hidroponik: Pengertian, Langkah, dan Faktor
Keberhasilan Halaman all.” Kompas.com, 26 August 2021,
https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/26/211500523/menanam-
hidroponik--pengertian-langkah-dan-faktor-keberhasilan?page=all.
Accessed 27 Februari 2023.
Oktafri, et al. “PEMBUATAN HIDROTON BERBAGAI UKURAN SEBAGAI
MEDIA TANAM HIDROPONIK DARI CAMPURAN BAHAN BAKU
TANAH LIAT DAN DIGESTATE THE MAKING O.” Neliti, 1 Desember
2015, https://media.neliti.com/media/publications/134537-ID-the-making-
of-hydroton-with-different-si.pdf. Accessed 28 February 2023.
Oktavia M, Nora. MEMBUAT HIDROTON SEBAGAI MEDIA TANAM SECARA
HIDROPONIK, 30 September 2019,
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/73860/MEMBUAT-
HIDROTON-SEBAGAI-MEDIA-TANAM--SECARA-HIDROPONIK/.
Accessed 28 February 2023.
Prayitno, W.A., Muttaqin, A. and Syauqy, D., 2017. Sistem Monitoring Suhu,
Kelembaban, dan Pengendali Penyiraman Tanaman Hidroponik
menggunakan Blynk Android. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi
Dan Ilmu Komputer E-ISSN, 2548, p.964X.
Putra, A.Y.H. and Pambudi, W.S., 2017. Sistem kontrol otomatis pH larutan nutrisi
tanaman bayam pada hidroponik NFT (nutrient film technique). Jurnal
Mikrotek, 2(4).
Siregar, M.H.F.F. and Novita, A., 2021. Sosialisasi Budidaya Sistem Tanam
Hidroponik Dan Vertikultur. Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1),
pp.113-117.
Waluyo, Mohammad Rachman, et al. “Pemanfaatan Hidroponik Sebagai Sarana
Pemanfaatan Lahan Terbatas Bagi Karang Taruna Desa Limo.” IKRAITH-
ABDIMAS, vol. 4, no. 1, 2021, p. 62. IKRAITH-ABDIMAS Universitas
10
Biodata Anggota 1
14
Biodata Anggota 2
15
16
Dosen Pendamping
17
18
19
3M 10 40.000 400.000