Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“BERCOCOK TANAM DENGAN SISTEM HIDROPONIK”


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Urban Farming

Disusun oleh :
Kelompok 4
Dhiya Nisrina (4442210045)
Muhammad Nabil (4442210068)
Aqsha Albaihaqi (4442210107)
Achmad Fachrurijal Baihaqi (4442210133)
Alya Zahra Khoirunnisa (4442210151)
Siti Dea Septiani (4442210161)
Andi Rahmadani (4442210167)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
memberikan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Urban
Farming.
Sebagai penyusun, tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Andi Apriany Fatmawati,M.P. dan Ibu
Yayu Romdhonah,S.TP.,M.Si.,Ph.D; sebagai dosen pengampu mata kuliah
Urban Farming dan juga terimakasih kepada orang tua, sahabat, kerabat, dan
pihak-pihak lainnya yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Demikian makalah dengan judul “Bercocok Tanam Dengan Sistem

Hidroponik” disusun. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk


membangun agar makalah ini dapat lebih disempurnakan. Semoga laporan ini
bisa bermanfaat bagi semua. Kami ucapkan terima kasih.

Serang, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusn Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Hidroponik ............................................................................. 3
2.2 Metode Hidroponik ................................................................................. 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sistem Hidroponik ..................................... 5
2.4 Keunggulan Hidroponik .......................................................................... 7
2.5 Contoh Tanaman yang Menerapkan Sistem Hidroponik ........................ 8
2.6 Media Tanam Hidroponik ....................................................................... 9
2.7 Pengaturan Air Hidroponik ...................................................................11
2.8 Teknik Sistem Hidroponik ....................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidroponik adalah salah satu media tanam yang dalam penanamannya tidak lagi
menggunakan tanah. Media hidroponik dapat diganti dengan air, gel, serbuk kelapa,
pasir dan lain-lain. Teknik hidroponik tidak di kembangkan dalam sekala yang besar
tetapi dengan skala yang kecil. Tanaman hidroponik ini berguna untuk mengganti
tanah yang tersedia di daerah tersebut dengan media tanam lain. Tanaman
hidroponik apabila di jual harganya di atas rata-rata harga umumnya. Media
hidroponik sangat mudah dikembangkan sebagai suatu hobi. Dalam pertanian
hidroponik banyak di tekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesuburan
pada tanamannya.

Penanaman hidroponik yang di lakukan tanpa menggunakan tanah masih asing


dalam kalangan masyarakat. Penanaman secara hidroponik terhambat karena
banyak yang meragukan tentang hasil dari tanaman hidroponik. Menanam secara
hidroponik biasanya memang cocok untuk di tanam pada tanaman budidaya. Dalam
penggunaan media tanam hidroponik, media tanam yang di gunakan juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Bahan-bahan
sebagai media tumbuh juga akan mempengaruhi sifat lingkungan media tanam yang
ada. Budidaya dengan tanaman hidroponik ini juga di lakukan pada lahan-lahan
yang sempit. Yang biasanya di gunakan sebagai tanaman hidroponik adalah
semacam tanaman holtikultura, tetapi biasanya yang di tanam adalah tanaman
semusim. Sebenarnya semua jenis tanaman juga bisa di budidayakan dengan
menggunakan cara hidroponik

Pada tanaman hidroponik juga dapat memberikan kesan design interior yang
bagus dan menarik untuk di gunakan sebagai hiasan di rumah. Banyak sebagian
orang tidak mengetahui tentang apa itu hidroponik, dan bagaimana cara
menanamnya. Dalam sistem penanaman hidroponik nutrisi pada pupuk hidroponik
harus mengandung unsure makro dan unsure mikro yang banyak di butuhkan oleh
tanaman. dalam mena nam hidroponik juga ada aspek-aspek yang perlu di
perhatikan untuk menunjang tanaman hidroponik seperti air, media tanam, unsure
hara dan oksigen. penanaman secara hidroponik ini juga sangat ramah lingkungan,

1
tidak menggunakan pestisida yang dapat merusak tanah dan tidak menimbulkan ba
nyak polusi. Biaya dalam penggunaan media tanam ini memeng sangat mahal, tetapi
juga sebanding dengan hasil yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dirumuskan, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan Hidroponik?
2. Apa sajakah metode penanaman yang digunakan dalam hidroponik?
3. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi sistem hidropronik?
4. Sebutkan keunggulan dan kelemahan dari bercocok tanam metode
hidroponik!
5. Sebutkan contoh tanaman yang menerapkan sistem hidroponik!
6. Apa saja media tanam pada hidroponik?
7. Bagaimana pengaturan air pada hidroponik?
8. Jelaskan teknik Sistem Hidroponik!

1.3 Manfaat
1. Mengetahui definisi hidroponik
2. Mengetahui metode dalam penanaman dengan metode hidroponik
3. Mengetahui Faktor yang dapat mempengaruhi sistem hidropronik
4. Mengetahui kelemahan serta kelebihan dari hidroponik
5. Mengetahui jenis tanaman yang menggunakan system hidroponik
6. Mengetahui media tanam dalam hidroponik
7. Mengetahui pengaturan air dalam hidroponik
8. Mengetahui Teknik system dalam hidroponik

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hidroponik


Hidroponik diambil dari bahasa yunani, yaitu “Hydroponos” dimana hydro yang
artinya air dan ponos yang berarti daya. Hidroponik merupakan tanaman yang
ditanam dengan memanfaatkan sirkulasi air tanpa adanya tanah sebagai media tanam
bisa diganti dengan menggunakan sekam bakar, rockwoll dan lain lain. Pengertian
hidroponik secara umum adalah tanaman yang ditanam tanpa menggunakan media
tanah dan hanya memanfaatkan sirkulasi air yang telah diberi nutrisi sebagai
pemenuh kebutuhannya. Sekalipun dalam media tanam hidroponik memanfaatkan
sejumlah air tapi air yang digunakan hanya dalam jumlah kecil saja. Hal yang harus
diperhatikan dalam proses menanam menggunakan media tanam hidroponik adalah
nutrisi yang terlarut dalam air (Singgih et al., 2019).

Pada tanaman yang ditanam dengan cara hidroponik tanaman dapat berkembang
dengan baik dalam larutan nutrisi sebagai pengganti tanah dimana tanaman
menerima oksigen dan semua komposisi yang tidak meracuni. Komposisi dari
larutan nutrisi menjadi hal yang penting dalam menentukan pertumbuhan tanaman.
Pengganti nutrisi yang ada di tanah dapat menggunakan larutan ABMix 1 dan
Larutan ABMix 2 karena memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap baik
ketersediaan unsur makro maupun mikronya. Apabila tanaman mengalami
kekurangan nutrisi maka dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terhambat (Romalasari dan Sobari, 2019).

Hidroponik sudah banyak dikenal oleh masyarakat karena alasan seperti a.)
kebutuhan sayuran semakin meningkat; seiring dengan peningkatan penduduk, b.)
keterbatasan lahan; c.) media tanah yang telah tercemar; d.) efisiensi penggunaan
lahan; f.) pertumbuhan gulma sedikit (Madusari et al., 2020). Di sisi lain, hidroponik
sangat bermanfaat bagi masyarakat karena dengan Hidroponik masyarakat dapat
mengkonsumsi buah dan sayur yang sehat tanpa menggunakan produk-produk
kimia, tidak perlu bersusah payah mencari lahan untuk bercocok tanam, dapat
memanfaatkan barang-barang bekas di rumah, tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk berhidroponik, dan tidak menggunakan tanah seperti pertanian konvensional
(Sutarni et al., 2018).

3
2.2 Metode Hidroponik
Untuk pertanian modern, penanaman media tanpa tanah dapat menjadi solusi yang
baik. Tanam hidroponik adalah salah satu metode penanaman yang tidak
membutuhkan tanah. Hidroponik menggunakan air sebagai sumber nutrisi yang akan
diserap langsung oleh tanaman untuk mendorong pertumbuhan. Hidroponik dapat
dilakukan di area perkotaan yang terbatas. Dalam hidroponik, pupuk AB Mix adalah
campuran antara cairan A dan B. Karena permintaan pasar untuk kualitas sayur yang
lebih baik, kondisi lingkungan dan iklim yang tidak mendukung pertumbuhan
tanaman, dan minimnya lahan yang ada, teknik hidroponik telah menjadi sangat
prospektif di Indonesia dan disukai oleh penggiat pertanian diperkotaan. Selain itu,
sistem ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk sayuran yang bebas
dari hama dan penyakit serta memiliki nilai mutu yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil produksi sayuran melalui metode konvensional (Qhoiriyah et al, 2022).

Secara umum, bertanam secara hidroponik dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode hidroponik dengan menggunakan media padat (substrat) dan metode
hidroponik yang hanya menggunakan air sebagai media tanamnya (non-substrat).
Metode hidroponik yang menggunakan media padat sebagai media tanamnya dapat
disebut dengan istilah hidroponik substrat. Menurut Abror dan Pavi (2018)
mengatakan bahwa metode hidroponik substrat merupakan metode budidaya
tanaman di mana akar tanaman dapat tumbuh pada media porus selain tanah yang
dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan
oksigen secara cukup. Hidroponik ini dapat memakai media padat seperti pasir,
arang sekam, kerikil, dan lainnya untuk menggantikan fungsi tanah sebagai media.
Media padat yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya suatu tanaman. selanjutnya
dibuat irigasi untuk menyalurkan air yang dicampurkan oleh nutrisi penting bagi
tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Metode kedua yaitu metode hidroponik
yang hanya menggunakan air atau biasa disebut dengan hidroponik non-substrat.
Metode ini dapat dilakukan dengan cara meletetakkan akar tanaman pada air yang
telah dicampur nutrisi tanpa menggunakan media padat. Biasanya tanaman dibuat
dengan cara digantung disebuah talang atau pipa yang telah diisi oleh air nutrisi,
dengan bantuan net pot. Net pot adalah suatu wadah kecil yang berlubang-lubang,
biasanya berfungsi sebagai tempat keluarnya akar tanaman (Abror dan Pavi, 2018).

4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sistem Hidroponik
Tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh secara optimum apabila sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman tersebut sehingga disebut sebagai faktor
penentu. Faktor yang mempengaruhi tanaman secara hidroponik dibedakan menjadi
faktor utama dan lingkungan. Berikut faktor utama yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman secara hidroponik berdasarkan pendapat Endang et al.,
(2017).
a) Air Baku
Air baku yang ada pada hidroponik merupakan air yang belum tercampur dengan
nutrisi serta menggunakan air yang bersih tanpa adanya kotoran, lumpur, zat
tercemar, sampah atau patogen. Air baku yang baik digunakan pada tanaman
secara hidroponik diantaranya memiliki ppm dibawah 100 ppm. Nilai ppm tidak
boleh lebih dari 150 ppm, dan dapat diukur menggunakan alat yaitu TDS meter.
Contoh air baku yang sering digunakan dalam sistem hidroponik yaitu air sumur,
air tanah, air hujan dan air AC. Air baku yang banyak digunakan para petani yaitu
air hujan karena air hujan lebih berkualitas dan mengandung mineral yang
berlimpah serta memiliki ppm yang rendah.
b) Nutrisi atau Pupuk dan Mineral
Nutrisi atau juga disebut sebagai pupuk dalam sistem hidroponik berbentuk cair
dan dapat larut dalam air. Nutrisi sangat dibutuhkan oleh tanaman hidroponik
karena hanya dapat memperoleh hara dari nutrisi yang diberikan. Manfaat nutrisi
dapat menginduksi pertumbuhan tanaman lebih cepat secara langsung. Tanaman
memiliki ketersediaan unsur hara pada pH 5.5-7.5, dan pada kondisi yang
optimum yaitu pada pH 6.5. Unsur hara mikro dan makro merupakan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman hidroponik. Tanaman memerlukan unsur hara makro
dengan jumlah besar dan konsentrasi yang tinggi diantaranya mencakup unsur
Mg, S, N, P, dan K. Sedangkan unsur hara mikro yang diperlukan tanaman
berjumlah sedikit dan konsentrasinya rendah. Cakupan unsur hara mikro yaitu Cl,
Cu, Mo, e, Mn, Zn dan B. Unsur hara yang umumnya diperlukan tanaman
berbeda-beda sesuai dengan jenis dan pertumbuhan tanaman tersebut. Nutrisi
yang diperlukan juga harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air kemudian
diaplikasikan pada tanaman hidroponik.
c) Media Tanam
Media tanam digunakan sebagai penopang tanaman dan agar larutan nutrisi atau

5
air dapat tersalurkan dengan baik. Tanaman yang ditanam secara hidroponik
sangat bergantung pada jenis medianya karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Media tanam yang sesuai
dapat mempengaruhi unsur lainnya seperti unsur hara yang tercukupi, drainase
baik, serta kelembapan tanaman terjamin. Media tanam memiliki karakteristik
atau sifat bahan yang beragam yang dapat mempengaruhi lingkungan media,
aerasi, suhu atau kelembapan tanaman, sehingga media tanam harus dapat
memenuhi kebutuhan tanaman dan tidak adanya kandungan zat beracun. Media
tanam yang sesuai dengan jenis atau karakteristik tanaman akan berpengaruh baik
pada tanaman.
d) Ketersediaan Oksigen
Oksigen sangat diperlukan tanaman hidroponik agar dapat mengambil nutrisi dari
akar tanaman karena peningkatan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat
dipengaruhi oleh oksigen yang cukup. Sedangkan apabila kebutuhan oksigen
tidak tercukupi maka tanaman akan layu karena akar tanaman tidak mampu
menyerap air dan hara secara optimal sesuai kebutuhan. Pada larutan nutrisi
tanaman hidroponik sebaiknya memiliki ppm diatas 6 ppm pada oksigen terlarut
yang dapat diketahui dengan alat bantu yaitu DO meter.
e) Kualitas Benih
Kualitas benih dapat menentukan optimalnya pertumbuhan tanaman secara
hidroponik. Benih yang akan digunakan sebaiknya dilakukan semaian terlebih
dahulu serta benih yang memiliki kualitas baik. Tingkat kualitas benih yang baik
memiliki tingkat pertumbuhan cepat, bebas hama dan penyakit, pertumbuhan
seragam serta tingkatan germinasi bernilai 80% atau lebih.

Berikut faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman


secara hidroponik berdasarkan pendapat Endang et al., (2017).
a) Suhu
Suhu yang terdapat pada sistem hidroponik dapat dibedakan menjadi suhu larutan
nutrisi dan lingkungan. Suhu yang diperlukan tanaman hidroponik berbeda-beda
sesuai dengan jenis tanaman yang dibudidayakan. Suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan larutan oksigen yang dibutuhkan menurun atau hilang,
pertumbuhan tanaman juga dapat terhambat, serta mempengaruhi rasa pahit pada
sayuran.

6
b) Cahaya
Cahaya yang dibutuhkan tanaman dapat melalui cahaya secara outdoor atau
indoor. Cahaya dari hidroponik outdoor dapat diperoleh dari cahaya matahari
langsung, sedangkan pada hidroponik indoor dapat diperoleh dari cahaya lampu
HID, fluoresens atau cahaya LED.
c) Kelembapan
Tanaman hidroponik dapat tumbuh secara optimal pada kelembapan 70%.
Apabila kelembapan diatas 70% atau lebih dapat menyebabkan terjadinya
evapotranspirasi serta kemampuan akar dalam menyerap unsur hara akan
berkurang. Sedangkan apabila kelembapan dibawah 70% atau lebih rendah dapat
menyebabkan tanaman hidroponik layu.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Hidroponik


Tanaman yang ditanam secara hidroponik memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan meskipun sering disebut sebagai sistem bercocok tanam yang
revolusioner. Budidaya metode hidroponik memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan tanaman yang ditanam pada media tanah. Namun terdapat juga
kekurangan sehingga masih banyak yang meragukan metode hidroponik. Berikut
keunggulan metode hidroponik berdasarkan pendapat Ramdhani (2022).
a) Tidak memerlukan tanah sebagai media tanam, sehingga area atau lingkungan
bercocok tanam lebih bersih.
b) Pertumbuhan tanaman yang diperlukan lebih cepat karena kebutuhan hara
tanaman yang terserap berbentuk cair.
c) Tidak diperlukan penyiraman karena hidroponik sudah menggunakan air
sebagai medianya.
d) Tenaga yang diperlukan dalam olahan hidroponik lebih sedikit dan efisien.
e) Proses panen lebih mudah dan praktis.
f) Hasil panen lebih banyak.
g) Hemat tempat tanpa memerlukan lahan yang luas
h) Hasil panen seperti buah dan sayur lebih steril karena tanpa pestisida atau
herbisida.
i) Tanaman lebih sehat dan resiko terserang penyakit atau hama lebih kecil.
j) Tanaman dapat ditanam pada semua kondisi cuaca.
k) Media yang telah digunakan dapat digunakan lagi berulang kali.

7
Berikut kelemahan metode hidroponik berdasarkan pendapat Ramdhani (2022).
a) Modal lebih besar.
b) Perangkat pemeliharaan masih kurang dan sulit didapatkan.
c) Tingkat ketelitian ekstra seperti pada saat pengontrolan pemberian nutris.
d) Investasi tinggi
e) Memerlukan keterampilan khusus

2.5 Contoh Tanaman yang Menerapkan Metode Hidroponik


Dari waktu ke waktu, teknologi pertanian terasa semakin maju. Hidroponik,
yang secara sederhana menggunakan media tanam air sebagai pengganti tanah,
sekarang menjadi pilihan baru untuk metode tanam konvensional. Metode ini
dianggap efisien, menghemat ruang, dan memungkinkan pertumbuhan tanaman
lebih cepat. Menurut Swastika et al (2018) bahwa terdapat beberapa jenis tanaman
yang dapat diterapkan dengan metode hidroponik diantaranya sawi, bayam, selada,
kailan, kangkong darat, tomat ceri, seledri, pakcoy, melon, dan timun. Selada dapat
tumbuh dengan baik dalam hidroponik. Untuk media tanam benih, yang akan
digunakan yaitu kubus rockwool yang biasanya terbuat dari serat basal pintal dengan
pH yang tinggi. Selada dipindahkan ke tempat permanen setelah empat hingga enam
daun tumbuh dan akarnya keluar dari media tanam. pH ideal berkisar antara 6,0 dan
7,0. Selada hidroponik dapat dipanen setelah 45 hingga 85 hari (Swastika et al,
2018).

Kedua yaitu bayam, menur ut Swastika et al (2018) bahwa jika akar bayam
sudah keluar dari media perkecambahan dan memiliki minimal 5-7,6 cm tinggi dan
memiliki 3-4 daun sejati, bibit bayam baru dapat dipindah ke sistem hidroponik.
Pada siang hari, suhu ideal untuk pertumbuhan bayam adalah 18 − 21℃, dan pada
malam hari, 16 − 18℃. Bayam menjadi lebih pahit ketika suhunya lebih hangat.
Untuk mendorong pertumbuhan daun, hindari cahaya yang berlebihan. Setelah
ditanam, bayam hidroponik dapat dipanen dalam waktu 5,5 minggu. Ketiga, kailan,
adalah salah satu jenis sayur daun dengan memiliki rasa yang enak dan banyak
kandungan gizi yang diperlukan oleh manusia. Karena kandungan gizinya yang
tinggi dan rasanya yang enak, kailan menjadi salah satu produk pertanian yang
disukai oleh masyarakat, yang menunjukkan bahwa ia memiliki banyak potensi dan
nilai komersial. (Abror dan Pavi, 2018).

8
Ke empat yaitu kangkung darat, juga dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir,
adalah sayuran yang memiliki nilai ekonomi dan tersebar luas di Asia Tenggara.
Pupuk organik cair yang dievaluasi dapat mengatasi kekurangan unsur hara secara
cepat dan mampu menyediakan hara secara cepat, dan merupakan teknologi yang
membantu kemajuan pertanian yang ramah lingkungan. Menurut Angraeni et al,
(2018), salah satu alternatif bahan dasar pupuk organik cair dapat berasal dari rebung
bambu. Kuncup bambu muda muncul dari dalam tanah dari buku-buku dan akar
rhizoma. Ini disebut dengan rebung bambu. Larutan POC rebung bambu dapat
digunakan sebagai dasar untuk membuat pupuk organik cair (POC). Larutan ini
memiliki kandungan C organik dan giberelin yang sangat tinggi, yang memungkinkan
untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu, larutan POC rebung bambu juga
mengandung organisme Azotobacter dan Azospirillum, yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. (Angraeni et al, 2018).

2.6 Media Tanam Hidroponik


Bertanam dengan teknik hidroponik juga membutuhkan sebuah media tanam,
media tanam yang digunakan dalam hidroponik lebih difungsikan untuk menyangga
tanaman agar tanaman tidak mudah roboh. Selain untuk menyangga tanaman media
tanam juga berfungsi untuk menjaga kelembaban , menyimpan air, dan bersifat kapiler
(Setiawan: 2019). Adapun jenis media tanam yang cocok untuk sistem hidroponik
sebagai berikut:
a. Arang Sekam
Arang sekam adalah arang yang terbuat dari sekam. Adapaun sekam adalah
bagian dari bulir padi-padian (serealis) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan
tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio).
Selain padi, sekam juga dihasilkan oleh tanaman jagung dan gandum. Jadi, arang
sekam adalahsekam padi kering yang dibakar sampai menjadi arang.
b. Spons
Media tanam hidroponik kedua yang menggantikan peran tanah adalah spons,
yaitu bahan atau alat yang bisa digunakan untuk mencucipiring atau membersihkan
kaca jendela. Pertumbuhan tanaman lebih prima jika menggunanakan spons. Spons
juga bisa menyimpan airsampai 2 minggu, ditambah daya tahannya terhadap jamur.
Selain itu, sifat spons yang ringan dan mudah dipindahkan serta ditempatkan di mana

9
pun membuat media ini menjadi pilihan banyak orang.
c. Expandel Clay
Media tanam expandel clay, yaitu sejenis tanah liat berisi mineral penting bagi
pertumbuhan tanaman muda, sangat cocok untuk penyemaian.
d. Rockwool
Media tanam hidroponik rockwool atau meneral wool. Media ini tergolong bahan
anorganik, sehingga tidak mudah melapuk serta tidak mengandung benih hama dan
penyakit. Media ini juga bahannya kecil dan ringan, tetapi mampu menyimpan
air dalam jumlah yang cukup banyak. Rockwool juga memiliki rongga udara yang
sangat banyak, sehingga akar tanaman bisa bernapas dengan sangat baik. Rockwool
berasal dari olahan batu gunung vulkanik dan diproses menjadi serat dengan ukuran
0,006-0,01 mm. Biasanya, rockwool berbentuk lembaran yang dijual oleh pabrik-
pabrik pembuatnya. Media ini sangat baik digunakan karena memiliki pori- pori
yang seragam. Rockwool bisa didaur ulang, sehingga tidak perlu membeli atau
membuatnya lagi.
e. Cocopeat
Media tanam selanjutnya adalah cocopeat, yaitu bahan yang terbuat dari serbuk
kelapa. Cocopeat merupakan media tan am organik yang diperoleh dari hasil
pengolahan limbah serabut kelapa. Cocopeat cukup stabil serta memiliki pH antara
5,0-6,8 dan memiliki daya serap air yang tinggi. Cocopeat adalah media tanam
ramah lingkungan karena berasal dari bahan organik yang aman. Dalam aplikasinya,
cocopeat dicampur dengan arang sekam ; meningkatkan aerasi dan pasokan oksigen.
f. Perlite
Media tanam perlite, yakni kaca vulkanik amorf yang memiliki kandungan air
relatif tinggi yang biasanya dibentuk oleh hidrasi obsidan. Media ini cocok untuk
penetasan telur hewan dan mempercepat pertumbuhan tanaman dari bijinya.

Pada media tanam memang penting untuk memperhatikan jenis dari tanaman,
karena setiap tanaman memiliki media yang berbeda untuk perawatanya, Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari hal-hal yang merugikan pada saat bercocok
tanam dengan teknik hidroponik (Murniaseh, 2020).

10
2.7 Pengaturan Air Hidroponik
a. Kepekatan Air Pada Hidroponik
Keseimbangan dan kecukupan nutrisi merupakan faktor penting dari keberhasilan
hasil pertanian setiap tanaman. Pada dasarnya, nutrisi yang diperlukan tanaman
terbagi menjadi dua, yakni unsur hara makro dan unsur hara makro. Kedua jenis
nutrisi tersebut berisikan unsur hara yang berperan penting bagi tanaman. Berikut
merupakan beberapa nutrisi yang terkandung dalam tanaman hidroponik :
1. Nitrogen (N)
Unsur hara berupa nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan atau
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar.
2. Fosfor (P)
Fosfor atau phosphorus merupakan nutrisi hidroponik yang diperlukan tanaman
dalam jumlah besar, dianggap sebagai kunci keberlangsungan setiap tanaman.
Unsur hara fosfor berasal dari bahan organik, pupuk buatan, dan mineral-mineral
di dalam tanah.
3. Kalium (K)
Setelah nitrogen dan fosfor, ada kalium yang menjadi nutrisi hirodoponik alami
nomor tiga. Unsur hara makro berupa kalium biasa dibuat pupuk dengan
menggabungkan kedua unsur penting lain dengan tujuan untuk mempercepat
dan meningkatkan kualitas hasil tanaman, yakni nitrogen dan fosfor.
4. Magnesium (MG)
Magnesium merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
proses metabolisme fosfat, pembentukan klorofil, respirasi tanaman, dan
aktivitas enzim.
5. Kalsium (Ca)
Kalsium juga termasuk nutrisi hidroponik yang tergabung dalam unsur hara
makro bagi tanaman. Unsur kalsium biasanya tidak dianggap sebagai unsur
pupuk, sehingga tidak mengherankan bila jumlah kalsium dalam pupuk tidak
sebanyak seperti unsur N, P, dan K.
6. Sulfur (S)
Belerang atau sulfur merupakan hara makro yang bakal diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion sulfat. Ion sulfat sendiri merupakan bagian dari protein yang
tercipta dalam cystein, methionin, dan thiamine.

11
7. Boron (B)
Boron dapat membantu siklus hidup tanaman dengan meningkatkan mobilitas
gula dan kalsium. Pada proses penyerbukan, pembentukan bunga, buah, dan biji,
semua mempunyai ketergantungan atau setidaknya memperoleh pengaruh besar
dari unsur boron.
8. Tembaga (Cu)
Tembaga menjadi komponen esensial yang mengaktifkan enzim-enzim
pendukung pertumbuhan seperti diamin oksidase, askorbat oksidase, sitokrom-c
oksidase, dan sebagainya.
9. Mangan (Mn)
Mangan diperlukan oleh setiap tanaman sebagai nutrisi hidroponik dalam reaksi
respirasi dan proses sintesis vitamin riboflavin dan asam askorbin. Pada kegiatan
fotosintesis, mangan juga berperan dalam pengurangan zat karbondioksida.
10. Natrium (Na)
Unsur kimia dengan simbol Na dan nomor atom 11, Natrium, merupakan zat
hara bagi tanaman yang berperan dalam pembukaan stomata, pembentukan
umbi, dan mencegah busuk bagian tengah ubi. Natrium mempunyai kemampuan
untuk mengganti peranan unsur kalium.
b. Keasaman Air P ada Hidroponik
Setidaknya ada 6 faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
hidroponik, yaitu kualitas air yang digunakan, cahaya, oksigen, nutrisi, suhu dan pH
larutan nutrisi hidroponik. Larutan nutrisi yang baik adalah yang memiliki skala pH
ideal yang sesuai dengan jenis tanamannya. Jika pH larutan nutrisi sesuai dengan
yang diinginkan tanaman hidroponik bisa tumbuh subur dan berproduksi dengan
baik hingga usia maksimal. Sebaliknya, jika pH larutan nutrisi tidak sesuai, terlalu
asam atau terlalu basa tanaman hidroponik tidak akan tumbuh dengan baik bahkan
cepat mati.
Ph larutan nutrisi hidroponik adalah derajat keasamaan atau kebasaan yang
dimiliki suatu larutan nutrisi hidroponik. Rata-rata tanaman membutuhkan larutan
nutrisi yang ber pH netral, yaitu skala pH dalam rentang 6.0 hingga 6,5. Jika skala
pH suatu larutan nutrisi dbawah atau melebihi angka tersebut sudah dapat dipastikan
tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi. Hanya beberapa jenis tanaman yang
mampu tumbuh dengan baik pada pH dibawah 6.0 (asam) dan pH diatas 7.0 (basa).

12
2.8 Teknik Sistem Hidroponik
Budidaya hidroponik saat ini sangat terkenal, sehingga banyak cara ataupun
teknik yang digunakan dalam budidaya hidroponik, mulai dari teknik wick, DFT
(Deep Flow Technique), NFT (Nutrient Film Technique), aeroponics, drip system,
fertigasi, bubbleponics dan bioponik merupakan teknik yang paling sering dipakai
oleh petani (Darmawaningsih et al., 2022).
a) Sistem NFT (Nutrient Films Technique)
NFT Sistem merupakan tehnik hidroponik yang mempunyai aliran air dangkal
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, larutan nutrisi
mengalir melalui saluran kedap air seperti pipa paralon, dengan kedalam sirkulasi
aliran larutan nutrisi yang dangkal. sistem NFT dirancang menggunakan kemiringan
saluran air yang tepat, panjang saluran air yang tepat serta laju aliran yang tepat.
Keuntungan dari sistem NFT adalah akar tanaman akan terkena cukup pasokan nutrisi,
oksigen dan pasokan air. penggunaan sirkulasi nutrisi dapat digunakan berulang-ulang
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Akar tanaman akan tumbuh tumbuh diatas larutan
nutrisi dan sebagian terendam didalam. Sistem NFT dapat menghasilkan lebih
tanaman dengan sedikit ruang, air, dan sedikit nutrisi (Setiawan, 2018).
Salah satu teknik hidroponik yang dapat digunakan yaitu teknologi hidroponik
sistem NFT (Nutrient Films Technique). Model budidaya dengan mengguankan
sistem hidrooponik NFT yaitu dengan meletakkan perakaran tanaman pada lapisan air
yang tipis. Air yang mengandung nutrisi akan mensirkulasikan alirannya sesuai
dengan kebutuhan tanaman, sehingga perakaran dapat berkembang di dalma larutan
nutrisi karena di sekeliling perakaran terdapat larutan nutrisi yang tipis, sehingga
sistem ini dikenal dengan nama nutrient film techniques (NFT) (Lingga, 2011).
Teknik hidroponik sistem NFT dapat mengalirkan nutrisi pada tinggi ± 3 mm dari
perakaran tanaman hidropoik. Sistem NFT dapat dirangkai menggunakan pipa PVC
atau talang air dan pompa listrik yang berfungsi membantu sirkulasi nutrisi. Faktor
penting sistem NFT terletak pada kemiringan pipa PVC atau talang air dan kecepatan
nutrisi yang mengalir pada tanaman. Penggunaan sistem NFT akan mempermudah
untuk pengendalian perakaran pada tanaman dan kebutuhan tanaman dapat terpenuhi
dengan cukup (Sari et al., 2016).
b) Sistem DFT (Deep Flow Technique)
Deep Flow Technique (DFT) merupakan salah satu sistem hidroponik dimana akar
tanaman diletakkan dalam lapisan air dengan ketinggian 3 – 4 cm. Air tersebut

13
tersirkulasi karena adanya dorongan dari pompa dan mengandung nutrisi sesuai
kebutuhan tanaman. Beberapa model hidroponik DFT yang sudah dikembangkan
diantaranya adalah model meja, model piramida, dan model anak tangga, dan ketiga
model tersebut digunakan dalam penelitian ini (Wibowo, 2020).
Deep Flow Technique (DFT) adalah salah satu metode hidroponik yang
menggunakan sistem tertutup yang memiliki kelebihan yaitu larutan nutrisi masih
tersedia bagi tanaman apabila listrik padam (Fitmawati et al., 2018). Sistem DFT
cocok untuk pemula dalam usahatani hidroponik, walaupun sistem ini memiliki
kekurangan karena membutuhkan jumlah nutrisi yang lebih banyak dibandingkan
dengan sistem Nurtrient Film Technique (NFT) (Aini dan Azizah, 2018).
Prinsip kerja sistem hidroponik DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman
secara terus menerus selama 24 jam. Teknik hidroponik ini dikategorikan sebagai
sistem hidroponik tertutup. Umumnya penerapan teknik hidroponik ini digunakan
pada budidaya tanaman daun dan sayuran buah. Pada teknik DFT system pipa, aliran
nutrisi dengan kedalaman 2-3 cm mengalir pada pipa PVC berdiamaeter 10 cm dan
pada pipa tersebut dikletakkan tanaman dalam pot plastik, sehingga tanaman akan
menerima nutisi yang mengalir tersebut (Prasetyo et al., 2018).
c) Sistem Wick
Teknik hidroponik sistem wick merupakan salah satu sistem hidroponik yang
paling sederhana dan digunakan oleh kalangan pemula. Sistem ini menggunakan
tangki yang berisi larutan nutrisi yang besar. Nutrisi mengalir ke dalam media
pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu yang biasanya adalah
kain flanel. Prinsip yang diterapkan pada sistem ini adalah kapilaritas. Keuntungan
dari tipe ini adalah semua tanaman mampu menyerap nutrisi yang sama dengan
kualitas nutrisi yang sama karena tanaman berada pada wadah hidroponik yang sama
(Puspasari dan Triwidyastuti, 2018).
d) Sistem Aeroponik
Aeroponik merupakan teknik penanaman hidroponik. Aeroponik berasal dari kata
aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya, jadi aeroponik adalah sistem
tanaman dengan memberdayakan udara dalam pemberian nutrisi ke tanaman. Cara
kerja dari sistem Aeroponic yaitu larutan nutrisi diberikan ke tanaman dalam berupa
kabut yang langsung menuju ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap
nustrisi yang banyak mengandung oksigen. Sistem Aeroponik ini memungkinkan
tanaman untuk bernafas dengan lancar dikarenakan akar dibiarkan dalam keadaan

14
terbuka sehingga oksigen dapat dihirup oleh tanaman secara langsung. Dengan sistem
aeroponik tanaman tidak rentan terkena hama, dan lebih mengemat air dan nutrisi
(Perteka et al., 2020).
e) Sistem Drip
Hydroponic Drip System menggunakan sistem irigasi tetes (Drip Irrigation System)
merupakan sistem irigasi tetes dengan cara meneteskan secara perlahan – lahan menuju
akar tanaman dengan tujuan untuk menghemat air sehingga kebutuhan air menjadi lebih
efektif melalui permukaan tanah atau langsung menuju akar tanaman dengan melalui
permukaan tanah atau langsung menuju akar tanaman dengan melalui jaringan katup,
pipa dan emitter (Huwaida, 2020).
f) Sistem Fertigasi
Fertigasi merupakan istilah pemberian nutrisi dalam larutan pada sistem tanam
hidroponik yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Terdapat beberapa
faktor dalam fertigasi sistem tanaman hidroponik agar kebutuhan dari tanaman dapat
terpenuhi secara maksimal yaitu seperti kualitas air, Electircal Conductivity (EC), pH,
dan unsur hara tanaman. Fertigasi memiliki beberapa manfaat yaitu seperti peningkatan
dalam penyerapan nutrisi, pengurangan pupuk, bahan kimia, dan konsumsi air yang
dibutuhkan, meminilalisir risiko tertularnya penyakit, mengurangi biaya operasional,
mengatur frekuensi pemberian larutan sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan
produktivitas dan kualitas serta meningkatkan efisiensi waktu penanaman. Selain itu
fertigasi juga memiliki kelemahan seperti konsentrasi larutan menurun, penggunaan
pupuk kimia yang berkelanjutan, dan ketergantungan akan pasokan air (Suryani, 2019).
g) Sistem Bubbleponics
Bubbleponics (Sistem Gelembung). Metode tanaman hidroponik yang dikenal
sebagai Deep Water Culture yaitu menumbuhkan tanaman secara mengambang diatas
larutan nutrisi. Tanaman ditahan menggunakan jaring dengan akar tanaman didalam
air. Larutan nutrisi aliri gelembung udara yang memperkaya oksigen dalam larutan
yang berguna bagi akar untuk tumbuh. Pada masa awal pertumbuhan akar, larutan
nutrisi dipompakan melalui pembentuk gelembung untuk memperkaya kandungan
oksigen di dalam larutan yang terbukti membantu pertumbuhan akar dari tanaman.
Inilah yang dikenal sebagai metode Bubbleponic (Layaman et al., 2020).
h) Sistem Bioponik
Bioponik. Metode tanam bioponik merupakan metode budidaya tanaman hybrid
yang menggabungkan antara sistem tanam hidroponik dengan sistem pertanian

15
organik. Metode ini ditemukan untuk mengatasi masalah-masalah dan
menggabungkan keuntungan dari dua metode tanam tersebut. Jadi, metode bioponik
adalah sistem hidroponik yang menggunakan nutrisi organik yang berasal dari bahan-
bahan alami (Layaman et al., 2020).

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tanaman hidroponik adalah suatu metode bercocok
tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan
mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut
kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan sekam. Hidroponik,
yang secara sederhana menggunakan media tanam air sebagai pengganti tanah,
sekarang menjadi pilihan baru untuk metode tanam konvensional. Untuk media
tanam benih, yang akan digunakan yaitu kubus rockwool yang biasanya terbuat dari
serat basal pintal dengan pH yang tinggi. Pada dasarnya, nutrisi yang diperlukan
tanaman terbagi menjadi dua, yakni unsur hara makro dan unsur hara makro. Kedua
jenis nutrisi tersebut berisikan unsur hara yang berperan penting bagi
tanaman. Untuk mendorong pertumbuhan daun, hindari cahaya yang berlebihan.
Untuk media tanam benih, yang akan digunakan yaitu kubus rockwool yang
biasanya terbuat dari serat basal pintal dengan pH yang tinggi. Untuk mendorong
pertumbuhan daun, hindari cahaya yang berlebihan.Bertanam dengan teknik
hidroponik juga membutuhkan sebuah media tanam, media tanam yang digunakan
dalam hidroponik lebih difungsikan untuk menyangga tanaman agar tanaman tidak
mudah roboh. Tanaman hidroponik dapat tumbuh secara optimal pada kelembapan
70%. Sedangkan apabila kelembapan dibawah 70% atau lebih rendah dapat
menyebabkan tanaman hidroponik layu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abror, M., dan Pavi, H. R. 2018. Efektifitas Pupuk Organik Cair Limbah Ikan dan
Trichoderma sp. Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica
oleraceae sp.). Jurnal Agrosains dan Teknologi. Vol. 3(1): 3.
Aini, N., dan Azizah, N. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Hidroponik. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Angraeni, F., Pauline, D. K., Suaedi., dan Saiful, S. 2018. Pemanfaatan Pupuk
Organik Cair Rebung Bambu Untuk Pertumbuhan Kangkung Secara
Hidroponik. Jurnal Biology Science & Education. Vol. 7(1): 43-44.
Darmawaningsih, S., Pamungkas, A. G., Suryaman, A. L., Prastiwi, L., Akbarita,
R., Naharin, S. N. M., ... dan Zahro, Z. W. 2022. Sistem Pengairan Otomatis
pada Budidaya Hidroponik dengan Teknik Nutrient Film Technique. J-
Dinamika: Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol. 7(2): 347-350.
Endang, D.P., W. Slamet, dan F. Kusmiyati. 2017. Hydroponic Bertanam Tanpa
Tanah. Semarang : EF Press Digimedia.
Fitmawati, F., Isnaini, I., Fatonah, S., Sofiyanti, N., dan Roza, R. M. 2018.
Penerapan Teknologi Hidroponik Sistem Deep Flow Technique sebagai Usaha
Peningkatan Pendapatan Petani di Desa Sungai Bawang. Riau Journal of
Empowerment. Vol. 1(1): 23 29.
Huwaida, N. 2020. Pemanfaatan Solar Cell Sebagai Sumber Energi Listrik
Hydroponic Drip System. ELECTRICES. Vol. 2(2): 49-56.
Layaman, L., Nasichah, N. A., dan Hanim, T. F. 2020. Pemberdayaan Remaja
Melalui Budidaya Tanaman Hidroponik Kampung Kertasemboja, Kelurahan
Pegambiran, Kota Cirebon. Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat2. Vol. (2): 191-203.
Lingga. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Madusari, S., Astutik, D., dan Sutopo, A. 2020. Inisiasi Teknologi Hidroponik
Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Masyarakat Pesantren. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Teknik. Vol. 2(2): 45-52.

18
Prasetyo, A., Nurhasan, U., dan Lazuardi, G. 2018. Implementasi Iot Pada Sistem
Monitoring Dan Pengendali Sirkulasi Air Tanaman Hidroponik. Jurnal
Informatika Polinema. Vol. 5(1): 31-36.
Puspasari, I., dan Triwidyastuti, Y. 2018. Otomasi sistem hidroponik wick
terintegrasi pada pembibitan tomat ceri. Jurnal Nasional Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi. Vol. 7(1): 97-104.
Qhoiriyah, C. R., Heny, A., dan Ahmad, R. F. 2019. Pengaruh Metode Penanaman
Hidroponik dan Konvensional Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada
Romaine dan Pakcoy. Jurnal Bioindustri. Vol. 4(2): 110.
Ramdhani, M. 2022. Sistem Otomatisasi Penanaman Hidroponik. Purbalingga :
CV. Eureka Media Aksara.
Romalasari, A., dan Sobari, E. 2019. Produksi selada (Lactuca sativa L.)
menggunakan sistem hidroponik dengan perbedaan sumber nutrisi. Agriprima,
Journal of Applied Agricultural Sciences. Vol. 3(1): 36-41.
Sari, E. Kitty, Y. Dwiranti, dan Astari. 2016. “Sistem Hidroponik Nutrient Film
Technique (NFT) Dan Wick Pada Penanaman Bayam Merah,” Surya Octag.
Interdiscip. J. Technol. Vol. 1(2).
Setiawan, N. D. 2018. Otomasi Pencampur Nutrisi Hidroponik Sistem NTF
(Nutrient Film Technique) Berbasis Arduino Mega 2560. Jurnal Teknik
Informatika UNIKA Santo Thomas. Vol. 3(2): 78-82.
Singgih, M., Prabawati, K., dan Abdulloh, D. 2019. Bercocok Tanam Mudah
Dengan Sistem Hidroponik NFT. Jurnal Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian
Dosen dan Mahasiswa. Vol. 3s(1).
Suryani R. 2019. Hidroponik Budi Daya Tanaman Tanpa Tanah. Yogyakarta:
ARCITRA.
Sutarni, S., Irawati, L., Unteawati, B., dan Yolandika, C. 2018. Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Sayuran Hidroponik Di Kota Bandar Lampung. Journal
of Food System and Agribusiness.
Swastika, S., Yulfida, A., dan Sumitro, Y. 2018. Budidaya Sayuran Hidroponik.
Riau: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Wibowo, S. 2020. Pengaruh aplikasi tiga model hidroponik DFT terhadap tanaman
pakcoy (Brassica rapa L.). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem.
Vol. 8(3), 245-

19
20

Anda mungkin juga menyukai