NIM : 41035003171006
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
1. Tuliskan contoh dua (2) masalah akibat pertanian industrial/konvensional yang ada
di lingkungan tempat tinggal saudara atau tempat asal saudara atau tempat yang
saudara ketahui (tuliskan nama tempatnya), kemudian bahas jalan keluarnya
menurut pendapat saudara sendiri sesuai dengan topik pertanian berkelanjutan.
Jawab :
a. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan mengakibatkan kegagalan
hasil panen di Karawang.
Sebetulnya masalah ini sudah umum dijumpai di Indonesia hingga saat
ini, alasannya selalu sama terkait dengan minimnya ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh petani setempat. Titik permasalahannya berawal dari sebagian
besar petani yang belum mampu mengukur pH tanah dan mengerti jenis obat –
obatan apa saja yang dapat digunakan, disusul dengan ketidakmampuan petani
dalam memilih bibit unggul. Pemerintah tentu khawatir karena akan banyak
dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut. Salah satunya sisi produktivitas
lahan mulai mengalami penurunan. Selama ini kita hanya memperhatikan sifat
fisika dan kimia, sementara aspek biologi jarang dipikirkan. pada saat intensif
menggunakan pupuk justru laju produksi akan menurun sehingga terjadi gagal
panen.
Menurut saya, jalan keluarnya yaitu petani harus mampu bekerja sama
dengan pemerintah setempat baik dengan adanya sarana dan fasilitas yang
diberikan, semua pihak harus memiliki pikiran terbuka untuk memajukan usaha
di bidang pertanian ini. Apabila ada yang terasa janggal maka petani baik
pemerintah harus mampu bermusyawarah demi tercapainya tujuan pasti terkait
masalah yang dihadapi. Disini pemerintah perlu secara serius melaksanakan
perbaikan lahan tanam secepatnya melalui program pembugaran tanah dengan
memperbaiki sifat dari biologi tanah. Selanjutnya dapat diimbangi dengan upaya
petani dalam pengelolaan lahan tersebut hingga panen.
3. Apa yang saudara ketahui mengenai LEISA ?. Apa tujuannya?. Mengacu kepada
apa saja LEISA ? Jelaskan
Jawab :
LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) yang merupakan
penyangga dari konsep pertanian terpadu dan pertanian yang berkelanjutan.
Konsep ini mengedepankan pemanfaatan sumber daya lokal sebagai bahan baku
pola pertanian terpadu, sehingga nantinya akan menjaga kelestarian usaha
pertanian agar tetap eksis dan memiliki nilai efektifitas, efisiensi serta produktifitas
yang tinggi. Tujuannya ialah menghasilkan tingkat produksi stabil dan memadai
dalam jangka panjang.
LEISA mengacu pada konsep yang mengedepankan dua hal : yang pertama adalah
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal seperti memanfaatkan limbah
pertanian terutama sisa budidaya menjadi pakan ternak dan yang kedua adalah
pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan, seperti mengubah limbah peternakan
menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali dalam proses budidaya
tanaman. Konsep LEISA merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agro-ekologi
serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat/tradisional.
4. Jelaskan satu persatu peranan “a. rotasi tanaman, b. tumpang sari, c. tanaman
penutup tanah (cover crop), d. mulsa, dan e. kompos” dalam kaitannya dengan
Pertanian Berkelanjutan.
Jawab :
(a) Rotasi Tanaman
Rotasi tanaman ini merupakan metode yang diterapkan untuk mencegah
penyebaran hama dan penyakit di lahan tersebut. Selain itu metode ini dapat
menjaga kesuburan tanah dengan menyediakan unsur hara dan sifat fisik bagi tanah
pun dapat mengurangi erosi lahan. Bentuk praktik yang dilakukan yaitu dengan
penanaman berbagai jenis tanaman secara bergilir dalam suatu musim tertentu
pada sebidang lahan.
Maknanya terhadap pertanian berkelanjutan dimana sistem pergiliran tanaman ini
dapat memberikan dampak positif pada tanah di lahan tersebut dan lingkungan
sekitarnya. Rotasi tanaman dapat meningkatkan kualitas struktur tanah dan
mempertahankan kesuburan dengan melakukan pergantian antara tanaman berakar
dalam dengan tanaman berakar dangkal.
(b) Tumpang sari
Pola pertanaman tumpang sari dapat memaksimalkan fungsi lahan dibandingkan
pola monokultur karena, hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali
dengan usia panen dan jenis tanaman berbeda. Kemudian petani mendapat hasil
jual yang saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda
dan risiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman. Hal tersebut
sejalan dengan indikator pertanian berkelanjutan, terkait produktivitas, stabilitas,
sustainabilitas dan ekuitabilitas.
(c) Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah berperan dalam menahan atau mengurangi daya perusak
butir – butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah. Selain itu
menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh
dan melakukan transpirasi yang mengurangi kandungan air tanah. Kaitannya
dengan pertanian berkelanjutan ialah tanaman penutup tanah dapat mengurangi
erosi, memiliki fungsi pengendalian air, gulma serta hama dan penyakit pada
tanaman tersebut.
(d) Mulsa
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik. Mulsa dapat bersifat permanen
seperti serpihan kayu, atau sementara seperti mulsa plastik. Mulsa dapat
diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah tanaman muncu. Mulsa
organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami yang
melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada
berbagai aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten, berkebun, hingga
pertanian industri.
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa
organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah
terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik
diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan
lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang/
jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan
lainnya. Maka dari itu secara berkelanjutan pertanian organik memanfaatkan proses
alami di dalam lingkungan untuk mendukung produktivitas pertanian.
(e) Kompos
Pupuk hijau / kompos dalam bidang pertanian merupakan pupuk yang berasal dari
tumbuhan atau tanaman. Pupuk ini dalam penggunaanya yaitu untuk menambah
unsur hara tanah, terutama nitrogen karena pupuk hijau banyak mengandung unsur
tersebut.Tanaman yang dapat dijadikan pupuk hijau biasanya yaitu tanaman yang
tergolong dalam keluarga Leguminosae (polong-polongan) karena tanaman dari
kelurga Leguminosae mempunyai akar yang ditempeli oleh bakteri Rhizobium yang
dapat mengikat nitrogen dari udara. Ada beberapa tanaman yang dapat dijadikan
pupuk hijau seperti tanaman yang memiliki ciri-ciri yaitu sistem perakaran dangkal
dan memiliki akar serabut, daun lebat tetapi batang tidak terlalu keras, bagian daun
lunak sehingga mudah terurai oleh mikro organisme. Sumber pupuk hijau yang
biasanya digunakan petani yaitu tanaman pagar atau tanaman sela, gulma atau
tumbuhan liar, dan tanaman penutup tanah atau yang lebih dikenal dengan legume
cover crop (LCC). Pupuk hijau selain menambah unsur nitrogen dalam tanah juga
bermanfaat untuk menambah bahan organik dalam tanah, mengembalikan unsur
hara yang hilang serta mendukung kehidupan jasad renik di dalam tanah.Secara
berkelanjutan penggunaan pupuk kompos ini dengan mudah didapatkan di alam
sehingga prosesnya pun tidak akan mencemari lingkungan namun tetap dapat
memenuhi kebutuhan tanaman.
6. Jelaskan apa yang saudara ketahui mengenai SRI (System of Rice Intensification)
dan bagaimana kaitannya dengan Pertanian Berkelanjutan.
Jawab :
Usaha tani padi dengan sistem SRI (System of Rice Intensification) merupakan
usahatani yang dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air,
pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal.
Terdapat beberapa daerah di Indonesia yang telah menerapkan sistem usahatani
SRI. Khususnya di daerah Jawa Barat salah satunya adalah Kabupaten Cianjur.
Pengembangan pertanian organik khususnya padi yang dikembangkan pula di
berbagai daerah kecamatan.
SRI pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1980 oleh French priest dan Fr.
Henri de Laulanie, S.J di Madagascar. SRI mulai dikenal oleh beberapa negara di
dunia termasuk di Indonesia pada tahun 1997 yang diperkenalkan oleh seorang
yang ahli yaitu Norman Uphoff (Direktur dari Cornell International Institute for Food,
Agricultural and Development) dan pada tahun 1999 dilakukan percobaan SRI untuk
pertama kalinya di luar Madagascar.
Pada dasarnya teknologi SRI memperlakukan tanaman padi tidak seperti tanaman
air yang membutuhkan air yang cukup banyak, karena jika penggenangan air yang
cukup banyak maka akan berdampak tidak baik yaitu akan hancurnya bahkan
matinya jaringan kompleks (cortex, xylem dan phloem) pada akar tanaman padi, hal
ini akan berpengaruh kepada aktivitas akar dalam mengambil nutrisi di dalam tanah
lebih sedikit, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terhambat
dan mengakibatkan kemampuan kapasitas produksi akan lebih rendah.
Akibat yang ditimbulkan dari penggenangan air tersebut maka budidaya padi SRI
dapat diartikan sebagai upaya budidaya tanaman padi yang memperhatikan semua
komponen yang ada di ekosistem baik itu tanah, tanaman, mikro organisme, makro
organisme, udara, sinar matahari dan air sehingga memberikan produktivitas yang
tinggi serta menghindari berbagai pengaruh negatif bagi kehidupan komponen
tersebut dan memperkuat dukungan untuk terjadinya aliran energi dan siklus nutrisi
secara alami.
7. Andaikata saudara seorang Ketua Kelompok Tani yang beranggotakan para petani
yang sangat kompak pada lahan satu hamparan luas di lereng bukit yang tanahnya
subur dan gembur, namun agak curam. Uraikan rencana saudara bersama para
petani anggota kelompok dalam mengelola lahan pertanian tersebut sehingga
terlaksananya Pertanian Berkelanjutan.
Jawab :
Mengenai hal tersebut apabila saya diberi tanggung jawab sebagai ketua kelompok
tani, maka langkah pertama yang akan saya lakukan ialah mencari metode
pemanfaatan lahan yang cocok atau sesuai untuk lahan miring di lereng bukit.
Kemudian saya menemukan salah satu metode yaitu metode Sloping Agriculture
Land Technology (SALT) yang mana merupakan salah satu teknik untuk menata
lahan miring yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian. Selama ini pemanfaatan
lahan miring dalam bentuk kebun dan sawah berundak diketahui memiliki resiko
erosi dan tanah longsor yang tinggi. Sehingga banyak petani enggan memanfaatkan
lahan miring untuk tanaman pangan, mereka hanya memanfaatkannya untuk
tanaman keras. Di sisi lain, kebutuhan bahan pangan semakin tinggi, mengingat
jumlah populasi penduduk yang terus meningkat saban harinya. Oleh karena itu
ekstensifikasi lahan pertanian pangan menjadi salah satu pilihan yang tak bisa
dihindari. Sehingga pemanfaatan lahan miring untuk kegiatan pertanian menjadi
salah satu pilihan yang realistis ditengah keterbatasan lahan yang ada.
Pada tahun 1971, di Filipina diperkenalkan sebuah metode untuk menata lahan
miring oleh Mindanao Baptist Rural Life Center (MBRLC). Dikemudian hari, teknik
yang populer dengan nama SALT tersebut diakui sebagai salah satu metode terbaik
dalam menata lahan miring. Teknik SALT diyakini mampu meminimalkan erosi,
membantu mengembalikan struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan produksi
tanaman, mudah dipraktekkan karena menggunakan alat sederhana, membutuhkan
tenaga yang rendah sehingga cocok untuk petani berlahan sempit, dan tidak
membutuhkan modal besar. Setidaknya, ada 10 langkah untuk menerapkan teknik
menata lahan miring dengan metode SALT, berikut langkah-langkahnya :
Langkah 1. Membuat alat kerja
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menata lahan miring adalah membuat alat
kerja yang dinamakan Frame A. Sebuah alat yang berbentuk menyerupai huruf A,
terbuat dari kayu ataupun bambu. Alat ini bisa dibuat sendiri dengan mudah.
Caranya, pilih tongkat kayu atau bambu yang kuat tetapi jangan terlalu besar.
Potonglah tongkat tersebut dengan panjang 1,5 meter sebanyak 2 buah, yang
nantinya akan berfungsi sebagai kaki penopang. Kemudian buat lagi potongan
tongkat lain dengan panjang ½ meter, yang akan dipakai untuk bagian palang.
Satukan salah satu ujung dari kedua tongkat yang berfungsi sebagai kaki penopang,
bisa dengan cara diikat ataupun dipaku. Kemudian ujung lainnya letakkan ditanah
yang datar, beri jarak sejauh 1 meter antar ujung tersebut sehingga membentuk
segitiga. Pasang dan ikatkan, tongkat yang ketiga pada segitiga tersebut sehingga
membentuk huruf A. Paku atau ikat dengan kuat. Frame A ini akan digunakan untuk
membuat garis lintasan.
Garis-garis lintasan yang telah dibuat akan membentuk pola bedengan atau
terasering yang mengikuti kontur permukaan lereng gunung atau lahan miring.
Dengan mengikuti bentuk kontur asli, erosi dan resiko tanah longsor akibat
pengolahan tanah bisa ditekan minimal.
8. Apa yang disebut dengan pupuk hayati (biofertilizers) dan biofertilisasi. Jelaskan
pula keuntungan dan kelemahan penggunaan pupuk hayati dalam budidaya
pertanian.
Jawab :
Pupuk hayati (biofertilizers) adalah inokulan berbahan aktif organisme hidup yang
berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam
tanah bagi tanaman.
Biofertilisasi adalah pemanfaatan pupuk hayati (biofertilizers) untuk meningkatkan
ketersediaan hara, meningkatkan produktivitas tanaman dan kesehatan tanah (soil
quality and soils health).
Keuntungan menggunakan biofertilizers :
Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (hingga sekitar 25%)
Mensubstitusi pupuk anorganik (Terutama N hingga 50 % dan P hingga sekitar
25%)
Meningkatkan produksi dan mengurangi biaya pemupukan
Pupuk anorganik semakin mahal dan berdampak negatif terhadap lingkungan
dan tanah (Pemborosan energi fosil dan Penurunan kualitas dan kesehatan
tanah)
Restorasi kesuburan tanah secara alami dan menekan patogen tanah
Dapat diperbaharui (renewable) dan relatif murah
Menerapkan pertanian ramah lingkungan
Kelemahan biofertilizers :
Populasi mikroba dalam inokulan kurang dari standar
Inokulan tidak mampu berkompetisi dengan mikroba indigenous
Inokulan sudah tidak efektif
- Populasi rendah dan viabiltas rendah
- Banyak kontaminan
- Penyimpanan dan kemasan tidak baik
Kondisi lingkungan tidak sesuai dengan inokulan
- pH , Salinitas
- Bahan organik sangat rendah
9. Jelaskan yang saudara ketahui peranan mikroba dalam ketersediaan unsur hara
Nitrogen dan Phosphat dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman.
Jawab :
Mikroba berperan langsung didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan
mengubah konsentrasi fitohormon umtuk memacu pertumbuhan. Kemudian secara
tidak langsung yaitu berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas patogen
dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik.
Mikroorganisme mempunyai peran yang sangat penting dalam siklus hara karena:
- Ukurannya yang kecil sehingga mempunyai rasio permukaan:volume yang
sangat besar memungkinkan pertukaran material (hara) dari sel ke
lingkungannya dengan sangat cepat.
- Reproduksi yang sangat cepat (dalam hitungan menit)
- Distribusi keberadaan yang sangat luas.
Mikroba berguna sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi
penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui
berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik,
fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam aliran .pertanian input
organik., mikroba diposisikan sebagai produsen hara, tanah dianggap sebagai
media biosintesis, dan hasil kerja mikroba dianggap sebagai pensuplai utama
kebutuhan hara bagi tanaman.
10. Jelaskan yang saudara ketahui mengenai Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR), dan apa peranannya bagi budidaya tanaman dan proteksi tanaman.
Jawab :
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) adalah sejenis bakteri yang hidup di
sekitar perakaran (rhzosfer) tanaman. Bakteri itu hidupnya secara berkoloni
menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan bakteri ini akan sangat baik.
Bakteri akan memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan
pertumbuhannya. Rhizobakteria adalah kelompok bakteri yang menguntungkan
yang agresif mengkolonisasi rizosfer. PGPR dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dengan cara melepaskan metabolit sekunder dan memfasilitasi
ketersediaan dan serapan nutrisi tertentu dari lingkungan akar.
Peranan PGPR dalam budidaya pertanian ialah sebagai pupuk biologis (biofertilizer)
Biofertilizer fungsinya antara lain membantu penyediaan hara pada tanaman,
mempermudah penyediaan hara bagi tanaman membantu dekomposisi bahan
organik, meyediakan lingkungn rhizosfer sehingga pada akhirnya akan mendukung
pertumbuhan dan produksi peningkatan tanaman. Contoh : Rhizobium,
Pseudomonas sp. Bacillus sp. Azaosprillium, dapat dimanfaatkan sebagai
biofertilizer pada pertanian organik.
11. Jelaskan dengan lengkap yang saudara ketahui mengenai peranan mikroorganisme
pada pengelolaan masalah lingkungan (bioremediasi).
Bioremediasi merupakan strategi atau proses yang menggunakan mikroorganisme,
tanaman maupun enzim dari mikroba maupun tanaman untuk menetralkan sifat
beracun dari kontaminan di dalam tanah maupun lingkungan lainnya.
Masing – masing mikroorganisme berperan aktif dalam proses penanganan limbah
secara hayati sebagai berikut :
Bakteri: aerob dan anaerob
Jamur benang: aktif dalam pengomposan
Ganggang atau algae
Protozoa: berperan dalam penjernihan effluen.
Strategi bioremediasi :
Berdasarkan tempat dimana bioremediasi ini dijalankan maka bioremediasi dapat
dibagi atas 2 teknik yaitu teknik In situ dan Ex situ. Teknik insitu merupakan teknik
yang diaplikasikan pada tanah maupun air bawah tanah di tempat dengan sedikit
gangguan.Teknik Ex situ merupakan teknik yang diaplikasikan dengan terlebih
dahulu memindahkan tanah (ekskavasi) maupun air (pompa) ke tempat lainnya
(gangguan besar).
Strategi bioremediasi secara teknik Insitu :
1. Bioventing
Dilakukan penambahan udara dan hara melalui sumur ke dalam tanah yang
terkontaminasi tujuannya untuk menstimulasi bakteri alami tempatan
(indigeneous). Bioventing memberikan udara pada kecepatan aliran yang rendah
dan hanya diperlukan oksigen dalam jumlah sedikit untuk biodegradasi
sementara volatilisasi diminimumkan dan melepaskan kontaminan ke atmosfer.
2. Biosparging
Injeksi udara ke air dalam tanah yang tujuannya untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen dan mempercepat laju degradasi kontaminan oleh mikroba/bakteri alami.
Melalui biosparging akan meningkat kontak tanah dengan air dalam tanah. Cara
yang paling murah dan mudah melaksanakan biosparging adalah dengan
membuat instalasi pipa berdiameter kecil tempat menginjeksikan gas.
3. Biostimulasi
Penambahan hara seperti nitrogen dan fosfor bahkan adakalanya penambahan
elemen mikro atau pemberian bahan untuk meningkatkan/menurunkan pH yang
kesemuanya bertujuan menstimulasi populasi dan aktivitas mikroorganisme
tanah setempat.
Strategi bioremediasi secara teknik Exsitu :
1. Landfarming
Aplikasi dan pencampuran kontaminan atau limbah ke permukaan tanah yang
tidak terkontaminan. Daerah yang dipilih memiliki ciri tanah yang memiliki
lapisan liat yang dapat menghalangi pencucian yang dapat menyebabkan
pencemaran air minum/air dalam tanah. Tanah tersebut dilakukan plowing dan
disking yang bertujuan untuk memecahkan bongkahan dan mencampur supaya
seragam sehingga kondisi kelembaban dan aerasi menjadi baik. Selain itu
pengolahan tanah (plowing dan disking) dapat mengakibatkan konsentrasi
kontaminan menjadi lebih rendah.
2. Composting
Composting merupakan teknik dengan menggabungkan tanah terkontaminasi
dengan bahan organik yang tidak berbahaya seperti kotoran hewan atau limbah
pertanian. Kehadiran bahan organik ini akan mendukung perkembangan dari
mikroorganisme dan menaikkan temperatur.
3. Biopiles
Merupakan hybrid dari landfarming dan composting. Piles tempat melaksanakan
bioremediasi didesain untuk melakukan pengomposan aerob. Biasanya biopiles
digunakan untuk mengatasi kontaminasi permukaan akibat hidrokarbon
petroleum dan merupakan versi landfarming yang lebih modern yang bertujuan
untuk mengontrol pencucian dan volatilisasi dari limbah. Biopiles menyediakan
lingkungan yang sesuai untuk mikroorganisme aerobik dan anaerobik dan
indigenous.
12. Andaikata saudara diangkat menjadi Menteri Pertanian Republik Indonesia, apakah
yang akan saudara rencanakan berkaitan dengan Pertanian Berkelanjutan yang
berhubungan dengan Pembangunan Berkelanjutan.
Jawab :
Sesuai dengan apa yang telah saya pelajari pada mata kuliah pertanian
berkelanjutan disertai evaluasi lahan dan perencanaan wilayah, maka langkah
pertama yang akan saya coba terapkan ialah mengacu pada Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Yang mana pengertian kota hijau secara umum
ialah kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien
sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menjamin kesehatan lingkungan,
mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan
perancangan yang berpihak pada prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kota hijau memiliki 8 atribut kota yang diantaranya :
1. Green planning and design
Indikatornya meliputi perencanaan kota, perancangan kota, penetapan RTR dan
rancang kota.
2. Green openspace
Indikatornya meliputi kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau (RTH) dan
perlindungan dan restorasi habitat dan cagar alam.
3. Green waste
Indikatornya meliputi pengurangan dan pendaurulangan limbah serta
peningkatan nilai tambah limbah.
4. Green transportation
Indikatornya meliputi transportasi umum dan kendaraan bebas polusi
5. Green water
Indikatornya meliputi kualitas, kuantitas dan kontlunitas air.
6. Green energy
Indikatornya meliputi efisiensi energi, energi terbarukan.
7. Green building
Indikatornya meliputi bangunan hemat energi dan air, material bangunan.
8. Green community
Indikatornya meliputi kepekaan komunitas, inisiatif komunitas dan kemitraan.
Dari ke-8 atribut kota hijau tersebut dapat dibentuk rencana aksi yang masing – masing
tertuju pada pembangunan kota dan pertanian secara berkelanjutan. Seperti salah satu
contohnya pada atribut green open space dimana untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas ruang terbuka hijau maka perlu seimbang antara ruang dalam kebutuhan
masyarakat berupa segi bangunan dengan ruang terbuka hijau alami dan buatan
seperti sawah, kebun, danau, hutan, dll, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (sumber
sandang, pangan, papan).
Maka secara garis besarnya kota hijau adalah kota dimana semua konstruksi buatan
manusia seperti jalan dan bangunan berpadu dalam harmoni yang seimbang dengan
lingkungan, masyarakat dan perekonomian, dan kesemuanya itu dikelola oleh
pemerintahan yang bertanggung jawab, terbuka kepada rakyatnya serta bekerja sama
dengan masyarakat melalui proses partisipatif.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------