Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara agraris, karena sebagian dari penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia kebanyakan masih menganut sistem pertanian konvensional yaitu sistem Revolusi Hijau yang dicirikan dengan tingginya input berupa pupuk kimia dan pestisidayang mengakibatkan rusaknya ekosistem. Padahal pola tani yang tidak tepat hanya akan mewariskan kesengsaraan bagi generasi mendatang, sedangkan kebutuhan masyarakat akan pangan semakin meningkat, disamping itu lahan pertanian semakin berkurang, keadaan ekonomi petani pun belum membaik. Hal itu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan petani Indonesia dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian Indonesi. Sehingga petani tetap menjalankan sistem pertanian yang tidak memperhatikan dampak buruk terhadap lingkungan tersebut, yaitu menggunakan bahan-bahan kimiawi yang berlebihan, penggunaan pestisida dalam memberantas hama.

B. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam pembahasan ini adalah permasalahan yang terjadi dalam pertanian yang membuat petani menjadi bingung dalam menentukan sistem pertanian yang terbaik, dan permasalahan yang paling besar adalah rusaknya ekosistem alam akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan pestisida dalam jumlah berlebihan. Sehingga ditemukanlah suatu pemecahan atas masalah tersebutyaitu dengan suatu sistem yang disebut Sistem Pertanian Terpadu.

C. Permasalahan Dalam Pertanian Masalah utama dalam sektor pertanian di Indonesia adalah kurang tepatnya pola pertanian di Indonesia. Penyebab timbulnya kesalahan dalam pola pertanian di Indonesia adalah : rendahnya tingkat pendidikan para petani di Indonesia dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian Indonesia. Karena rendahnya tingkat pendidikan petani Indonesia, menyebabkan pola pertanian yang digunakan petani tidak mempertimbangkan faktor lingkungan. Perhatian terhadap sektor pertanian kurang tepat, karena dalam memberikan bantuan,

pemerintah tidak memperhatikan spesifik lokasi, sehingga penggunaan bantuan pun tidak dapat digunakan secara maksimal. Kurang tepatnya pola pertanian yang dimaksud disini adalah bentuk sistem pertanian konvensional peninggalan sistem Revolusi Hijau, yaitu tingginya penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam pertanian, dan ketergantungan petani pada impor peralatan. Pola Revolusi Hijau yang masih diterapkan dalam pertanian mengakibatkan kerusakan lingkungan bahkan menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem alami. Selain itu pola pertanian yang demikian dapat mengganggu kesehatan manusia. Akibat yang ditimbulkan oleh sistem pertanian yang menggunakan bahan kimia dan pestisida yang berlebihan berdampak terhadap lingkungan maupun terhadap manusia. Akibat yang ditimbulkan antara lain : Terhadap lingkungan : 1. Keragaman spesies berkurang Dalam sistem monokultur, tanaman yang diusahakan hanya satu jenis, sehingga mengurangi keragaman spesies tanaman. Resistensi hama terhadap pestisida meningkat Penggunaan pestisida dalam kadar yang tinggi dapat meningkatkan resistensi hama terhadap pestisida itu sendiri. Pencemaran air tanah Penggunaan pupuk berbahan kimia dalam jumlah yang besar dapat mencemarkan air tanah maupun air sungai.

2.

3.

Terhadap manusia : Menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Penggunaan bahan-bahan kimia yang berlebihan dalam pertanian, dapat mencemarkan air tanah, kemudian air tanah akan dimanfaatkan oleh manusia, sehingga bahan kimia yang terkandung dalam air tanah tersebut ikut masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mengantisipasi berbagai dampak negatif tersebut agar tidak terus berkelanjutan, maka sangat dibutuhkan suatu sistem pertanian yang tidak merusak lingkungan tapi justru mampu meningkatkan keseimbangan ekosistem alam dengan memanfaatkan potensi sumberdaya setempat secara optimal dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani.

BAB II SISTEM PERTANIAN TERPADU

A. Sistem Pertanian Terpadu Sebagai Solusi Agar kerusakan ekosistem tidak terus berlanjut, maka dicarilah solusi bagi masalah tersebut. Solusi bagi permasalahan tersebut adalah sebuah sistem pertanian yang disebtu Sistem Pertanian Terpadu. Dalam Sistem Pertanian Terpadu, dilibatkan beberapa sektor usaha didalamnya. Jadi dalam sistem ini, petani tidak hanya mengembangkan satu sektor saja, tapi dapat mengambangkan sektor usaha lainnya, seperti perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Sehingga petani dapat lebih bjak dalam mengembangkan usaha pertaniannya, karena tidak lagi merusak ekosistem tapi justru membangun suatu ekosistem yang seimbang. B. Prinsip Pertanian Terpadu Pelaksanaan Sistem Terpadu adalah menggabungkan beberapa sektor usaha dalam satu kawasan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki dari tiap sektor secara maksimal tanpa ada energi yang terbuang. Maka, prinsip dalam pelaksanaan Sistem Pertanian Terpadu adalah memanfaatkan seluruh potensi sektor yang diusahakan secara optimal sehingga hasilnya dapat dipanen secara seimbang, namun tidak ada energi yang terbuang dan tidak merusak ekosistem untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan tanpa membutuhkan biaya yang sangat besar. Beberapa sektor usaha yang dapat dijalankan dalam Sistem Pertanian Terpadu banayak ragamnya, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Dalam Sistem Pertanian Terpadu untuk sektor pertanian sendiri, petani juga dapat menerapkan sistem polikultur, selain menanam padi, petani juga dapat menanam tanaman sayuran di sekitar tanaman padi, sehingga untuk sektor pertanian sendiri, petani bisa mendapatkan hasil yang bervariasi. Keberadaan beberapa sektor yang ditempatkan dalam satu kawasan ini dapat menciptakan suatu kawasan yang memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah, karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping itu akan terjadi peningkatan produksi, biaya produksi pun tidak terlalu tinggi, sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai dan hal ini menguntungkan petani.

B. Pengertian Sistem Pertanian Terpadu Sesuai prinsip Sistem Pertanian terpadu, yaitu menggabungkan beberapa sektor usaha,maka sektor-sektor usaha yang digabungkan harus memiliki ketergantungan satu sama lain. Jika tidak ada ketergantungan antara sektor-sektor tersebut, maka tidak ada keterpaduan di dalamnya. Sektor-sektor usaha yang banyak digabungkan dalam Sistem Pertanian Terpadu biasanya adalah sektor pertanian dengan sektor perkebunan serta peternakan. Jika dikaji lebih dalam, pertanian, perkebunan, serta peternakan, ternyata bersifat saling membutuhkan. Agar tanaman bertumbuh dengan baik, maka tanaman membutuhkan pupuk, sedangkan untuk tetap bertahan hidup, ternak butuh pakan ternak. Dari usaha peternakan, petani bisa mendapatkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan, sedangkan dari usaha pertanian dan perkebunan, petani bisa mendapatkan pakan ternak yang bisa didapatkan dari sisa-sisa pertanian dan perkebunan. Jadi, antara kedua sektor tersebut terjadi hubungan yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan dan tidak ada energi yang terbuang. Jika sektor-sektor usaha yang ada dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman atau kotoran dari ternak dapat menjadi limbah yang dapat menimbulkan masalah baru dan penanganannya butuh biaya yang tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan pangan pun tetap dapat terpenuhi. Jadi, Sistem Pertanian Terpadu adalah suatu sistem yang menyatukan beberapa sektor usaha dengan sektor pertanian dengan menciptakan saling ketergantungan antar sektor tersebut sehingga tidak ada energi yang terbuang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

C. Keuntungan Sistem Pertanian Terpadu Pada dasarnya pelaksanaan Pertanian Terpadu bertujuan agar pertanian berjalan dengan baik, namun tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Dan memang dalam pelaksanaannya sistem ini memberi dampak positif dan memberi keuntungan bagi petani. Beberapa keuntungan yang didapat dari Sistem Pertanian Terpadu antara lain meningkatnya kualitas pakan ternak, mengurangi penggunaan pupuk kimiawi, meningkatkan kesuburan tanah, menambah sumber penghasilan bagi petani, hasil pertanian lebih beragam.

1.

Meningkatnya kualitas pakan ternak Dalam sistem pertanian terpadu, diusahakan agar penggunaan bahan-bahan kimia menjadi seminimal mungkin, sehingga kualitas pertanian semakin tinggi, sisasisa pertanian pun kualitasnya semakin tinggi. Sisa-sisa pertanian tersebut dijadiakan pakan ternak, jadi ternak mendapatkan makanan yang memiliki kualitas yang baik.

2.

Mengurangi penggunaan pupuk kimiawi Dalam rangka meminimalisasi penggunaan pupuk kimiawi, petani dapat juga menggunakan sisa-sisa tanaman sebagai pupuk kompos. Selain itu, kotoran dari ternak juga dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Dengan demikian kebutuhan pupuk tersedia dari banyak sumber dan didapat dengan mudah serta sifatnya alami, jadi masukan bahan kimiawi ke tanah jumlahnya sedkit.

3.

Meningkatkan kesuburan tanah Dengan adanya pupuk kandang dan pupuk kompos yang bersifat alami dan tidak mengandung bahan kimia, maka kebutuhan tanah akan pupuk selalu tersedia, struktur tanah tidak rusak oleh bahan-bahan kimia, sehingga kesuburan tanah jadi meningkat.

4.

Hasil pertanian lebih beragam Dalam pertanian terpadu, petani dapat menggabungkan sektor pertanian dengan sektor perkebunan, jadi dalam satu lahan ditanam beberapa jenis tanaman (polikultur), misalkan dalam satu lahan pertanian ditanam tanaman padi dengan tanaman sayur. Jadi, petani tidak hanya mendapatkan hasil dari sektor pertanian, tapi juga mendapatkan hasil dari sektor peternakan seperti daging, telur, dan dari sektor perkebunan, yaitu sayuran. Dengan demikian, petani mendapatkan hasil yang lebih beragam.

5.

Menambah sumber penghasilan bagi petani Dengan beragamnya usaha yang dikerjakan petani, maka sumber penghasilan petani pun semakin banyak, dari sektor pertanian maupun dari sektor peternakan, serta dari sektor perkebunan, maka semakin banyak pula keuntungan yang mereka dapat.

6.

Kesehatan manusia tidak lagi terganggu Dengan sedikitnya bahan kimia yang digunakan, maka air tanah dan air sungai tidak tercemar, sehingga kesehatan manusia tidak tergganggu oleh bahan-bahan kimia.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sistem pertanian yang masih banyak dijalankan petani merupakan peninggalan Revolusi Hijau yang dicirikan dengan pemakaian pupuk kimia dan pestisida dalam jumlah yang besar. Hal ini memberikan dampak yang buruk terhadap alam dan terhadap kesehatan manusia. Dalam rangka memperbaiki sistem pertanian petani yang merusak lingkungan tersebut, maka dikembangkanlah suatu sistem yang lebih bijak yaitu dengan menggabungkan beberapa sektor usaha dengan menciptakan ketergantungan antar sektor-sektor tersebut sehingga tercipta suatu ekosistem yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan.

B. KOMENTAR Dasmian : Sistem Pertanian Terpadu merupakan cara yang baik untuk mengatasi permasalahan dalam sistem bertani di Indonesia. Karena rendahnya tingkat pendidikan petani di Indonesia, maka mereka cenderung menggunakan cara yang praktis dalam menjalankan pertanian yang mereka usahakan, karena itu sistem ini harus disosialisasikan lebih lanjut agar ada perubahan dalam sistem pertanian menuju lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai