Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian modern yang terus
dikembangkan dalam bidang pertanian yang menonjol pada pengolahan,bibit,pupuk dan menggunakan teknologi mesin. Tujuan dari sistem pertanian konvensional yaitu untuk meningkatkan hasil produktivitas pertanian dengan cara menambahkan unsur-unsur eksternal seperti pupuk dan pestisida. Teknologi dalam sistem pertanian konvensional yaitu : a. Pengolahan tanah yang intensif b. Pengaplikasian pupuk sintetik c. Menggunakan budidaya monokultur d. Pemuliaan tanaman e. Menggunakan pestisida untuk menanggulangi hama dan penyakit Pertanian konvensional dapat berjalan dengan lancar apabila : a. Modalnya besar sehingga dapat menerapkan teknologi pertanian b. Menggunakan pupuk dan pestisida secara intensif c. Menggunakan penanaman varietas unggul d. Menggunakan tenaga kerja mesin e. Menerapkan prinsip-prinsip agroekosistem Sistem pertanian konvensional jika diterapkan secara terus-menerus akan mengakibatkan penurunan produktivitas hasil pertanian dan akan merusak keseimbangan ekosistem yang ada. Pertanian konvensional juga dapat menghabiskan energi dari sumber daya alam. Kondisi ekosistem persawahan semakin kritis sehingga kegiatan pertanian tidak dapat berjalan dengan efisien. Pertanian konvensional disebut juga sebagai pertanian modern karena pertanian ini menggunakan produksi berupa teknologi yang modern seperti pupuk buatan dan pestisida. Pertanian konvensional juga disebut pertanian industri karena kegiatan-kegiatan produksinya dianggap sebagai pabrik yang memproses input produksi contohnya benih, pupuk dan proses keluaran yang meliputi pangan dan hasil lainnya. Menurut Gliessman (2007), dampak dari penggunan sistem pertanian konvensional yaitu : a. Terjadinya degradasi lahan dan kesuburan tanah mulai hilang b. Mengalami kerusakan dalam sistem hidrologi dan penggunaan air yang berlebihan c. Banyak terjadi pencemaran lingkungan seperti bahan-bahan berbahaya dan beracun di lingkungan d. Petani banyak bergantung pada input-input eksternal e. Kehilangan diversitas genetik f. Kesenjangan global semakin meningkat g. Kehilangan pengendalian komunitas lokal terhadap produksi pertanian Sistem pertanian konvensional sangat bergantung pada bahan-bahan kimia yang harganya relatif mahal dan berbahaya. Bahan-bahan kimia yang sering digunakan dalam pertanian konvensional contohnya seperti pupuk buatan pabrik, pestisida sintetis dan lain-lain untuk meningkatkan produksi pangan yang tinggi, tetapi tidak baik bagi unsur hara dan lingkungan yang ada disekitar tanah maupun didalam tanah. Unsur hara yang ada didalam tanah tersebut akan hilang dan ekosistem yang ada juga akan punah. Produktivitas pertanian akhirnya mengalami penurunan dan harga jual semakin relatif menurun. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian berkelanjutan demi berlangsungnya produktivitas hasil pertanian (ebook bertanam sayuran organik).
Sistem pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture merupakan pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.(Kasumbogo Untung,1997). Pertanian berkelanjutan harus memiliki konsep untuk mencapai keberhasilan yaitu produktivitas, stabilitas, keberlanjutan dan keseimbangan. Produktivitas disini bermakna sesuai dengan daya dukung agroekosistem yaitu pengelolaan lahan pertanian dan sumber daya alam dipengaruhi oleh daya tahan alami terhadap lingkungan misal pangan ,tempat berlindung dll. Stabilitas yaitu produksi dari tahun ketahun tetap konstan ataupun meningkat secara bertahap. Maksud dari keberlanjutan yaitu produksi harus terus ditingkatkan dengan memperhatikan daya dukung agroekosistem. Keseimbangan disini maksudnya yaitu berbuat adil dalam kebutuhan lingkungan baik lingkungan ekonomi sosial dan budaya. Berbuat adil dalam pengertian tidak membeda-bedakan suku,ras golongan dan yang lainnya (Hand Out Pak Sudrajat). Pertanian berkelanjutan dapat berjalan dengan baik apabila : a. Melakukan pemupukan dengan pupuk kompos dan pupuk kandang. b. Menggunakan pupuk hijau,contohnya orok-orok, aneka kacang serta turi c. Menggunakan pupuk kandang dan mempertahankan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur. Menurut Salikin (2013), Pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan menggunakan berbagai model di antaranya yaitu pertanian organik, integrated farming,pengendalian hama terpadu dan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Pertanian organik yaitu sistem pertanian yang di dalam pengelolahan dan bercocok tanam tidak menggunakan bahan- bahan kimia berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan masih banyak lagi. Prinsip pertanian organik yaitu tidak mencemarkan dan merusak lingkungan (ebook bertanam sayuran organik). Di dalam pertanian organik terdapat berbagai teknik pertanian meliputi sistem tumpangsari dan penanganan pangan hingga pasca panen. Ciri pertanian organik yaitu penggunaan barang sintetik mulai menurun. Dalam sistem pertanian berkelanjutan sudah banyak menerapkan konsep-konsep dan prinsip ekologi. Pertanian berkelanjutan merupakan cara untuk melakukan perubahan dengan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan untuk meningkatkan pendapatan petani. Jika pertanian berkelanjutan lebih menekankan pada lingkup ekonomi maka akan menimbulkan dampak negatif bagi sumber daya alam dan lingkungan. Agar pertanian berkelanjutan tetap berjalan seperti yang diinginkan, diperlukan strategi maupun kebijakan mengenai pertanian berkelanjutan ini (Nainggolan,dkk 2012).