Anda di halaman 1dari 148

ANALISIS EFISIENSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN


DAN MANDIRI DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR

HAYU WINDI HAPSARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Februari 2013

Hayu Windi Hapsari


H44080070

ii
RINGKASAN

HAYU WINDI HAPSARI. Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peran penting
dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan dalam bidang peternakan dapat
meningkatkan peran peternakan dalam tata ekonomi nasional, meningkatkan
pendapatan peternak dan menyediakan pangan bagi masyarakat.
Industri perunggasan di Indonesia diperkirakan memiliki prospek yang
baik. Ternak unggas memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi daging
nasional yaitu sebesar 60.73 persen (Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Salah
satu komoditas perunggasan yang prospektif untuk dikembangkan adalah ayam
ras pedaging atau broiler. Berdasarkan Direktorat Jendral Peternakan tahun 2008,
ayam ras pedaging memiliki kontribusi terbesar terhadap total daging unggas
nasional yaitu sebesar 67 persen, sedangkan 23 persen dari ayam bukan ras dan
sisanya dari ternak unggas lainnya. Berkembangnya industri ayam ras pedaging di
Indonesia, didukung oleh pertambahan penduduk, peningkatan pendidikan dan
pendapatan, serta kesadaran akan gizi seimbang.
Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi terbesar usahaternak ayam
ras pedaging di provinsi Jawa Barat dengan proporsi sebesar 19.01 persen
terhadap total produksi ayam ras pedaging di provinsi Jawa Barat (Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011). Kecamatan Gunung Sindur merupakan
daerah sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor, yang ditunjukan
oleh persentase populasi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur pada
tahun 2010 mencapai 9.65 persen dari total populasi ayam ras pedaging di
Kabupaten Bogor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011).
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur dapat
dikelompokan menjadi dua pola, yaitu pola kemitraan dan pola mandiri. Dalam
pelaksanaannya, terdapat perbedaan sistem produksi antara peternak kemitraan
dan peternak mandiri. Peternak kemitraan mendapat jaminan pasokan sarana
produksi dan pemasaran hasil produksi dari pihak inti, sehingga peternak plasma
memiliki resiko harga yang lebih rendah. Namun sebaliknya, peternak mandiri
dengan modal sendiri memiliki keleluasaan dalam memperoleh sarana produksi
dan pemasaran hasil produksi.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging dan menganalisis efisiensi produksi
ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan. Responden
dipilih dari tiga lokasi, yaitu Desa Padurenan, Desa Pabuaran, dan Desa
Pangasinan. Ketiga lokasi tersebut dipilih secara purposive karena ketiga desa
tersebut memiliki jumlah peternak kemitraan terbanyak dari desa lain yang ada di
Kecamatan Gunung Sindur. Responden peternak kemitraan diambil secara
purposive sejumlah 30 peternak dari data peternak kemitraan yang dipublikasikan
oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor tahun 2009. Peternak
mandiri diambil sebanyak 30 peternak dengan teknik snowball sampling. Model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb
Douglas dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan software

iii
Eviews 7. Analisis efisiensi ekonomi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM).
Hasil analisis menunjukan, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
ayam ras pedaging pada kedua pola peternak adalah pakan dan pemanas. Faktor-
faktor produksi yang berpengaruh nyata pada peternak kemitraan selain pakan dan
pemanas adalah sekam, kepadatan kandang, dan mortalitas. Pada peternak mandiri
faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata hanya pakan dan pemanas. Pada
peternak mandiri, penggunaan pakan lebih responsif dari peternak kemitraan,
sedangkan pada peternak kemitraan penggunaan pemanas lebih responsif dari
peternak mandiri.
Hasil analisis efisiensi ekonomi, menunjukan bahwa pada kedua pola
peternak belum mencapai efisiensi secara ekonomi. Hal ini ditunjukan dari rasio
Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) tidak
sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. Untuk mencapai efisiensi
ekonomi, faktor produksi yang perlu ditambah pada peternak mandiri adalah
pakan dan pemanas, sedangkan pada peternak kemitraan adalah pakan, pemanas,
dan sekam.

Kata kunci: Usahaternak ayam ras pedaging, fungsi produksi Cobb Douglas,
efisiensi ekonomi.

iv
ANALISIS EFISIENSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN
DAN MANDIRI DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR

HAYU WINDI HAPSARI


(H44080070)

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
v
Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Nama : Hayu Windi Hapsari
NRP : H44080070

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Ujang Sehabudin


NIP. 19680301 199303 1003

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T.


NIP. 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus :

vi
UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Ayahanda Drs. Suwondo dan Ibunda Dra. Dwi Sri Hardiningsih atas segala

doa, kasih sayang, dan dukungan baik moral maupun spiritual yang telah

diberikan selama ini, serta kepada kakak tercinta Prayogo, Ika Cahya H, Dwi

Rindra W, Dewi A, dan Ricahya W, yang selalu memberi semangat kepada

penulis.

2. Ir. Ujang Sehabudin yang senantiasa dengan penuh ketekunan dan kesabaran

membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi atas

kesediaannya menjadi dosen penguji dalam sidang skripsi.

4. Pini Wijayanti, SP, M. Si selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh

dosen serta staff pengajar Departemen ESL yang selalu memberikan saran dan

masukkan kepada penulis.

5. Peternak responden dan seluruh staf di Kecamatan Gunung Sindur yang telah

memberikan informasi selama penelitian kepada penulis.

6. Ayu F, Diani K, S. Fatimatus Z, Singgih W, Dita P, D. Sinta, Stevi P, Dwi

Panca, Sutowo, Yoppy, Nur Rizky dan teman-teman ESL 45 seperjuangan

lainnya yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama bimbingan

skripsi serta kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi besar

selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi

ini berjudul Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung

Sindur, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini berisi mengenai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan peternak mandiri, serta

bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut baik pada

peternak kemitraan maupun peternak mandiri. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih memiliki kekurangan. Akan tetapi, penulis berharap semoga karya

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung termasuk penulis pribadi. Selain itu, penulis juga mengharapkan adanya

penelitian lanjutan yang berusaha mengakomodir keterbatasan penelitian ini.

Bogor, Februari 2013

Hayu Windi Hapsari


H44080070

viii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi


DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1. Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging .......................................... 10
2.2. Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras
Pedaging .......................................................................................... 11
2.2.1 DOC (Day Old Chick) ......................................................... 11
2.2.2. Pakan ................................................................................... 12
2.2.3. Tenaga Kerja ....................................................................... 13
2.2.4. OVAC (Obat-obatan, Vitamin, dan Vaksin) ....................... 14
2.2.5. Pemanas ............................................................................... 15
2.2.6. Kandang............................................................................... 15
2.3. Konsep Kemitraan ........................................................................... 17
2.4. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 23
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................... 23
3.1.1. Analisis Usahaternak ........................................................... 23
3.1.2. Teori Fungsi Produksi ......................................................... 24
3.1.3. Fungsi Produksi Cobb Douglas ........................................... 26
3.1.4. Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi ....... 29
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional.................................................... 31
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 34
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 34
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 34
4.3. Penentuan Jumlah Responden ......................................................... 34
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................ 35
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas............................. 36
4.4.1.1. Uji Statistik ............................................................. 37
4.4.1.2. Uji Asumsi Klasik .................................................. 37
4.4.2. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-
Faktor Produksi ................................................................... 42

ix
4.4.3. Definisi Operasional ............................................................ 46
V. GAMBARAN UMUM ............................................................................ 47
5.1. Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur................................ 47
5.1.1. Letak Geografis ................................................................... 47
5.1.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................... 48
5.2. Karakteristik Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur ................................................................................ 49
5.3. Manajemen Budidaya Ayam Ras Pedaging .................................... 53
5.4. Karakteristik Responden ................................................................. 56
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 61
6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam
Ras Pedaging ................................................................................... 61
6.1.1. Analisis Model Fungsi Produksi ........................................... 61
6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap
Produksi Ayam Ras Pedaging............................................... 68
6.2. Analisis Efisiensi Ekonomi ............................................................. 79
VII. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 92
7.1. Simpulan.......................................................................................... 92
7.2. Saran . .............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94
LAMPIRAN ...................................................................................................... 97
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 130

x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

1. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola
Kemitraan dan mandiri di Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor” dengan Penelitian Sebelumnya……………. 22

2. Metode Analisis Penelitian.......................................................... 35


3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2011…………………………………………………………...... 48

4. Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di


Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010...…………….……….. 49

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di


Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010....……………….......... 49

6. Karakteristik Perkandangan Peternak Mandiri dan Peternak


Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012................ 50
7. Karakteristik Responden Peternak di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012....................................................................... 57

8. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi


Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012............................ 62

9. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi


Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012………….….….. 63

10. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi


Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012….…….……….. 64

Nil
11. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Nila
Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012…...……………………..……… 65

12. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan


Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012……….………………………………..……. 66

xi
13. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan
Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012……….………………………...………........ 67

14. Nilai Koefisien Produksi Pada Peternak Ayam Ras Pedaging di


Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan, Peternak
Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012………………………………….. 68

15. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi


Produksi Cobb Douglas Tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras
Pedaging secara Keseluruhan, Peternak Mandiri dan Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
Tahun 2012……………………………………………………... 79

16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan


Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan, Peternak
mandiri, dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012…………………………...……... 80

17. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi


Produksi Cobb Douglas Terestriksi Peternak Ayam Ras
Pedaging secara Keseluruhan, Peternak Mandiri dan Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
Tahun 2012…………………………………………………..…. 82

18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012………………………………….. 86

19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……. 87

20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012….… 88

21. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam


Ras Pedaging Peternak secara Keseluruhan (Peternak Mandiri
dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012……………………………………………… 89

22. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam


Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung
Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……...…………………... 89

xii
23. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam
Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012…….…………..……………...… 90

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Fungsi Produksi Neoklasik……………………………………… 25
2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional………………………….. 33

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. PDB Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2004-2011 (Miliar
Rupiah)…………………………………………………………..….. 98

2. Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun 2004-2009…..…. 99


3. Populasi Ayam Ras Pedaging Provinsi Jawa Barat Tahun 2010..….. 101
4. Pertumbuhan Rata-Rata Produksi Daging Unggas di Kabupaten
Bogor Tahun 2009-2011……………………………………………. 101
5. Populasi Ternak Peternak Ayam Ras Pedaging Kabupaten Bogor
Tahun 2010..……………..………………………………….............. 102
6. Populasi Peternak Plasma Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2009.….……..……………………………… 103

7. Data Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan


Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012..……………………. 105

8. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras


Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……........ 106

9. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas


Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012…….………………………………..…………… 106

10. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi


Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012..……………..……... 107

11. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas


Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012…….……………………………………..……… 107

12. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras


Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012……………………………….……… 108

13. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………...…..…….. 108

xv
14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 …...…………... 109
15. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2012 .……………………………………….. 109

16. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras


Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012…………………………………………………………………. 110

17. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………..………... 110

18. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi


Produksi Coob Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…...………… 111

19. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012………………………..…... 111

20. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak


Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun
2012………...……………………………………………………….. 112

21. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik


Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012……………………………….………………..… 112

22. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi


Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012…………….….…..... 113

23. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik


Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012……….………………………………………….. 113

24. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak


Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012………………………...……………………….. 114

25. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2012………………………………………… 114

xvi
26. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012….…………….. 115

27. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2012………………………………………… 115

28. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik Usahaternak


Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012….……………………………...……………..… 116

29. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………….…….... 116

30. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi


Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012……………... 117

31. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik


Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012……………………………. 117

32. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012…………...…………………..……… 118

33. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2012…………………….…………............... 119

34. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…………………….……… 120

35. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012………………………………………. 121

36. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012……………………………. 122

37. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012……………………………. 123

xvii
38. Analysis of Variance Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi dan Tidak Terestriksi pada Peternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan, Peternak Mandiri, dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……….... 124
39. Perhitungan NPM dan BKM Produksi Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…..………………………... 125
40. Perhitungan Input Optimal Produksi Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…...……………………….. 126

41. Dokumentasi Penelitian Usahaternak Ayam Ras Pedaging di


Kecamatan Gunung Sindur di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012…………………………………………………………............. 127

xviii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peran penting

dalam pembangunan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya kontribusi

peternakan pada perekonomian Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

(2011), sub sektor ini penyumbang ke-4 PDB pada sektor pertanian yaitu dengan

nilai rata-rata 11.51 persen dari tahun 2004 sampai tahun 2011 (Lampiran 1).

Pembangunan peternakan merupakan pembangunan nasional yang sangat penting.

Menurut Cahyono (1996), pembangunan dalam bidang peternakan dapat

meningkatkan peran peternakan dalam tata ekonomi nasional, meningkatkan

pendapatan peternak dan penyediaan pangan bagi masyarakat dalam jumlah yang

mencukupi dengan mutu yang baik.

Peternakan unggas di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam

pembangunan peternakan dalam pemenuhan kebutuhan pangan hewani. Saat ini

ternak unggas memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi daging nasional

yaitu 60.73 persen, kemudian daging sapi sebesar 21.94 persen. Kontribusi daging

unggas terhadap daging nasional tersebut, sebanyak 67 persen disediakan oleh

ayam ras, 23 persen dari ayam bukan ras dan sisanya dari ternak unggas lainnya

(Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Menurut Mulyantini (2010), masih terdapat

beberapa kendala yang dalam pengembangan perunggasan di Indonesia

diantaranya adalah tingginya harga pakan, hal tersebut dikarenakan bahan baku

pakan masih diimpor. Namun demikian, industri perunggasan di Indonesia

diperkirakan memiliki prospek yang baik karena masih terjadinya pertambahan

1
penduduk, peningkatan pendidikan dan pendapatan, serta kesadaran akan gizi

seimbang.

Pendapatan dan pertambahan penduduk di Indonesia memberikan

pengaruh yang nyata terhadap peningkatan asupan protein hewani masyarakat

Indonesia dari 12.46 gram/hari di tahun 2009 sampai 14.02 gram/hari di tahun

2011. Pendapatan perkapita nasional pada tahun 2009 yaitu Rp 8.9 juta, kemudian

meningkat menjadi Rp 9.8 juta di tahun 2011. Di sisi lain, antara tahun 2009

sampai tahun 2011, jumlah penduduk meningkat dari 227 juta jiwa menjadi 238

juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012).

Salah satu komoditas perunggasan yang prospektif untuk dikembangkan

adalah peternakan ayam ras pedaging atau broiler. Hal tersebut didukung oleh

karakteristik produknya yang banyak diminati oleh masyarakat yang memiliki

kandungan gizi dan vitamin yang cukup tinggi serta harganya yang relatif rendah

jika dibandingkan dengan daging lainnya. Selain itu, peternakan ayam ras

pedaging merupakan usaha yang sangat strategis karena kecepatan

pertumbuhannya yang relatif singkat. Ayam ras pedaging mampu menghasilkan

daging seberat 1.2-1.9 kg dalam usia 5 hingga 6 minggu (Mulyantini, 2011).

Berkembangnya usahaternak ayam ras pedaging bermula dari peternakan

yang dikelola secara mandiri dengan skala kecil yang tujuannya hanya digunakan

untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Seiring dengan berkembangnya teknologi

dan tuntutan ekonomi, usahaternak ayam ras pedaging mulai dikembangkan dari

skala menengah sampai skala besar. Usahaternak ayam ras pedaging berkembang

pesat di Indonesia dan salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun

2004-2009, Jawa Barat memiliki persentase produksi rata-rata terbesar yaitu 32.16

2
persen terhadap total produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia (Lampiran

2). Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi terbesar usahaternak ayam ras

pedaging di Jawa Barat. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada persentase populasi

ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 yang besarnya mencapai

19.01 persen, sedangkan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Subang memiliki

persentase sebesar 16.70 persen dan 7.94 (Lampiran 3).

Meningkatnya industri olahan ternak mendorong berkembangnya

usahaternak ayam ras pedaging, khususnya bagi daerah sentra produksi seperti

Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah industri pengolahan daging di Indonesia

dari 18 unit usaha menjadi 25 unit usaha dari tahun 2009 sampai tahun 20111.

Pertumbuhan rata-rata produksi daging ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor

dari tahun 2009 sampai tahun 2011 sebesar 30.35 persen. Pertumbuhan rata-rata

tersebut paling besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata produksi

daging ayam buras yaitu sebesar 21.17 persen dan pertumbuhan rata-rata produksi

daging itik sebesar 15.90 persen (Lampiran 4). Hal tersebut mengindikasikan

bahwa Kabupaten Bogor adalah daerah pengembangan usahaternak ayam ras

pedaging.

Kecamatan Gunung Sindur merupakan daerah sentra produksi ayam ras

pedaging di Kabupaten Bogor, hal tersebut dapat ditunjukan pada besarnya

persentase populasi ayam ras pedaging yang mencapai 9.65 persen dari total

populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor (Lampiran 5). Peternakan ayam

ras pedaging di Kecamata Gunung Sindur mengembangkan usahaternaknya

dengan dua pola, yaitu pola kemitraan dan pola mandiri. Kemitraan yang

1
IPB Convention Center. 2012. Prospek Industri Pangan di Indonesia 2012.
http://www.foodreview.biz [diakses pada tanggal 26 September 2012]
3
terbentuk merupakan kerjasama yang terjalin antara peternak rakyat dengan

perusahaan inti. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 3 No. 44

Tahun 1997, mengenai peraturan pemerintah tentang kemitraan menyatakan

bahwa perusahaan inti memiliki kewajiban dalam (1) penyediaan dan penyiapan

lahan, penyediaan sarana produksi, (2) pemberian bimbingan teknis manajemen

usaha dan produksi, (3) perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang

diperlukan, (4) pembiayaan, dan (5) pemberian bantuan lainnya yang diperlukan

bagi efisiensi dan produktivitas usaha. Kelompok mitra bertugas memenuhi

kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati (Hafsah,

2000). Peternak mandiri adalah peternak rakyat dimana modal yang digunakan

merupakan modal sendiri, keuntungan maupun risiko sepenuhnya ditanggung

sendiri dan bebas memasarkan hasil produksinya.

Adapun beberapa alasan dilakukannya kemitraan karena terkait masalah

distribusi DOC dan pakan yang kurang lancar, hal tersebut akan mempengaruhi

waktu dan masa berproduksi ayam ras pedaging atau tidak tepat waktu dalam

berproduksi dan menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih besar.

Selain itu, kepemilikan modal yang kecil dan pemasaran hasil yang kurang lancar

juga merupakan kendala bagi peternak rakyat untuk mengembangkan usahanya.

Menurut Hafsah (2000), bagi perusahaan inti masalah yang sering terjadi terkait

dengan inefisiensi penggunaan tenaga kerja atau pemborosan tenaga kerja.

Kelebihan dalam penggunaan tenaga kerja akan berpengaruh terhadap biaya

produksi yang dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu dengan bermitra, peternak

mempunyai pemasok sarana produksi dan terjaminnya pemasaran hasil produksi.

Bagi perusahaan inti, kemitraan mampu mengoptimalkan penggunaan tenaga

4
kerja. Namun, ada juga alasan peternak masih melakukan usahaternak secara

mandiri karena modal yang digunakan sepenuhnya modal sendiri, sehingga

keuntungan yang diperoleh juga akan sepenuhnya diterima oleh peternak.

Pendapatan yang diperoleh peternak merupakan selisih antara penerimaan

yang diperoleh dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang

diperoleh peternak akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan peternak

itu sendiri dalam mengalokasikan faktor-faktor yang dimilikinya. Kemampuan

peternak dalam mengelola usahanya merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapainya efisiensi ekonomis dan tingkat keuntungan optimal. Kemitraan yang

dilakukan diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi dalam hal penyediaan input

produksi atau modal usaha, namun peternak mandiri dengan modal sendiri akan

cenderung bertindak lebih efisien karena keterbatasan modal yang dimilikinya.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai bagaimana baik peternak mandiri

dan peternak kemitraan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang

dimilikinya dalam mencapai tingkat efisiensinya.

1.2. Perumusan Masalah

Modal menjadi syarat penting yang harus dipenuhi dalam melakukan

usahaternak, namun bagi sebagian peternak rakyat modal menjadi sebuah kendala

untuk mengembangkan usahaternaknya. Kepemilikan modal yang kecil

menyebabkan peternak rakyat tidak mampu bersaing dengan peternakan besar.

Peternakan besar memiliki modal yang besar dan mampu memasok pakan dan

DOC dalam jumlah banyak dari industri sapronak dengan harga yang lebih murah,

sehingga dengan biaya produksi yang lebih rendah peternakan besar mampu

menekan harga jual ayam di pasar.

5
Kemitraan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan peran peternak

rakyat dalam perekonomian dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan bagi

peternak rakyat. Menurut Hafsah (2000), tujuan yang ingin dicapai dalam

pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit adalah: (1) meningkatkan pendapatan

usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku

kemitraan, (3) peningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha

kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional,

(5) memperluas kesempatan kerja, dan (6) meningkatkan ketahanan ekonomi

nasional.

Kemitraan yang terbentuk di Kecamatan Gunung Sindur adalah bentuk

kemitraan inti plasma. Kemitraan inti plasma merupakan pola hubungan

kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti

yang bermitra. Menurut Hafsah (2000), melalui model inti plasma akan tercipta

saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan, pemberdayaan

peternak rakyat di bidang teknologi, modal, kelembagaan sehingga pasokan bahan

baku dapat lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas sesuai standar yang

diperlukan, serta beberapa peternak rakyat yang dibimbing oleh inti mampu

memenuhi skala ekonomi sehingga dapat dicapai tingkat efisiensi.

Prinsip pola kemitraan inti plasma pada dasarnya peternak plasma

menyediakan tenaga kerja dan kandang sedangkan sarana produksi seperti DOC,

pakan, obat-obatan disediakan oleh pihak inti dan semua biaya sarana produksi

tersebut diperhitungkan setelah panen dilakukan. Meskipun di Kecamatan Gunung

Sindur sebagian besar merupakan peternak kemitraan, namun masih terdapat

beberapa peternak yang mengusahakan ayam ras pedaging secara mandiri dan

6
beberapa peternak keluar dari kemitraan dan kembali sebagai peternak mandiri.

Hal tersebut dikarenakan kemitraan yang dilakukan tidak sesuai perjanjian yang

telah disepakati seperti kerugian yang seharusnya ditanggung bersama hanya

ditanggung oleh peternak selain itu harga sarana produksi dan harga jual ayam

masih bersifat transparan. Berbeda prinsip dengan peternak plasma, peternak

mandiri menjalankan kegiatan usahanya secara mandiri dimana sebagian besar

kebutuhan termasuk permodalan disusahakan sendiri oleh peternak dan segala

risiko juga ditanggung sendiri serta keuntungan yang diperoleh diterima

sepenuhnya oleh peternak. Dalam pemasaran hasil, peternak mandiri mempunyai

beberapa alternatif untuk menjual hasil produksinya, sedangkan peternak plasma

wajib menjual hasil produksinya kepada pihak inti.

Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik peternak palsma maupun

peternak mandiri sangat ditentukan oleh kombinasi faktor-faktor produksi yang

dimilikinya. Penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi yang serasi diharapkan

dapat meningkatkan tingkat efisiensi, sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan sistem produksi antara peternak

kemitraan dan peternak mandiri. Peternak kemitraan dengan ketersediaan modal

berupa suatu paket sarana produksi dari pihak inti sehingga mampu memenuhi

skala ekonomi, sedangkan peternak mandiri dengan keterbatasan modal apakah

mampu bertindak lebih efisien dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang

dimilikinya. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana efisiensi usaha

peternakan ayam ras pedaging pada pola kemitraan dan pola mandiri. Berdasarkan

penjelasan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

7
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahaternak ayam ras

pedaging pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Gunung Sindur?

2. Bagaimana efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak

ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Gunung

Sindur?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, adapun tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras

pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan di Kecamatan

Gungung Sindur.

2. Menganalisis tingkat efisiensi faktor-faktor produksi usahaternak ayam ras

pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan di Kecamatan

Gunung Sindur.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging

peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Gunung Sindur dan

tingkat efesiensinya. Adapun manfaat khusus dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi peternak ayam di

Kecamatan Gunung Sindur dan pihak yang berkepentingan dalam

pengembangan usahaternak ayam ras pedaging.

2. Memberikan informasi kepada pihak lain sebagai bahan rujukan dalam

penelitian selanjutnya.

8
3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Dinas Peternakan

setempat dan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan peternakan

yang berkaitan dengan pengembangan usahaternak ayam ras pedaging.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Padurenan, Desa Pangasinan, dan Desa

Pabuaran, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

2. Periode produksi usahaternak ayam ras pedaging yang diteliti merupakan

periode terakhir usahatenak pada bulan April 2012.

3. Peternak yang diwawancarai merupakan peternak plasma atau peternak

kemitraan dan peternak mandiri.

9
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging

Ayam ras pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil

budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas sebagai

penghasil daging. Pertumbuhannya cepat dengan konversi makanan yang irit, dan

siap dipotong pada usia yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu sudah dapat

dipanen, dengan berat badan antara 1.2-1.9 kg/ekor. Ayam ras pedaging yang baik

yaitu ayam yang sehat, berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan antara tulang,

dan daging seimbang (proporsional) (Mulyantini, 2011).

Mulyantini (2011) menyatakan bahwa, jenis ayam broiler merupakan jenis

ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam ras

pedaging dengan produktivitas yang baik beredar di pasaran, diantaranya adalah:

CP 707, Hyline, Hubbard, Missouri, Hybro, Shaver Starbo, Super 77, Arbor

Acress, Tegel 70, Cornish, ISA brown, Hypeco, Sussex, Cobb, Bromo, Kim

Cross, Wonokoyo, Ross Marshall, Lohman, dan Euribird. Ayam ras pedaging

baru dikenal di Indonesia sejak tahun 1980-an, dan telah dikembangkan dengan

pesat dibeberapa negara. Adapun manfaat memelihara ayam ras pedaging adalah:

(1) menyediakan kebutuhan protein hewani, (2) menyediakan tenaga kerja, (3)

investasi, (4) mencakupi kebutuhan keluarga, dan (5) sebagai hasil tambahan dari

usahaternak ayam ras pedaging berupa tinja yang dapat dimanfaatkan untuk

pupuk kandang.

10
2.2. Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging

Pengelolaan faktor-faktor produksi peternakan antara lain pengelolaan

tenaga kerja, bibit ayam (DOC), kandang, dan penanggulangan penyakit. Faktor-

faktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga harus diperhatikan oleh para

peternak (Rahardi dan Hartono, 2003). Menurut penelitian Yunus (2009), faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging antara lain DOC, pakan,

OVAC, tenaga kerja, listrik, bahan bakar dan luas kandang. Adapun menurut

penelitian Kusuma (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras

pedaging antara lain tenaga kerja, DOC, kandang, pakan, obat-obatan, dan vaksin.

2.2.1. DOC (Day Old Chick)

Bibit memegang peranan penting untuk menghasilkan produk, baik jumlah

maupun mutu produk. Ketersediaan bibit harus senantiasa ada untuk menjamin

kelangsungan produksi. Tidak hanya itu, kontinuitas pasokan bibit juga harus

dijaga dan dikontrol. Guna menjaga kelangsungan produksi ternak, sebaiknya

usaha peternakan memiliki pemasok bibit ternak tetap. Seperti usaha peternakan

ayam ras pedaging, diperlukan pasokan DOC secara kontinu untuk setiap periode

produksi (Rahardi dan Hartono, 2003).

Menurut Rahardi dan Hartono (2003), selain kontinuitas kualitas bibit juga

harus menjadi perhatian bagi para peternak. Kontribusi bibit dalam penampilan

produksi ternak yang bermutu baik sebesar 30 persen. Bibit yang berkualitas baik

dapat diketahui dari catatan produknya dan secara langsung dapat dilihat dari

penampilan fisiknya. Bibit DOC yang baik dapat dipilih berdasarkan

penampilannya secara umum dari luar (general appearance) adalah sebagai

berikut: (1) bebas dari penyakit (free diseases), (2) berasal dari induk yang matang

11
umur dan dari pembibit yang berpengalaman, (3) DOC terlihat aktif, (4) DOC

memiliki kekebalan tubuh yang tinggi, (5) kaki besar dan basah seperti

berminyak, (6) bulu cerah, tidak kusam, dan penuh, (7) anus bersih, tidak ada

kotoran atau pasta putih, (8) keadaan tubuh ayam normal, dan (9) berat badan

sesuai standar strain, biasanya diatas 37 gram.

2.2.2. Pakan

Pakan adalah campuran beberapa bahan pakan yang mengandung nutrient

yang lengkap dan disusun dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan zat

gizi unggas yang mengkonsumsinya (Mulyantini, 2010). Menurut Rahardi dan

Hartono (2003), pakan merupakan sapronak penting dalam produksi ternak.

Diperkirakan biaya pakan dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi.

Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian,

dan konsentrasi pakan yang diberikan ternak. Hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian pakan adalah tercukupinya kebutuhan protein, karbohidrat, lemak,

vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat tersebut bagi ternak sangat dibutuhkan untuk

perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan aktivitas. Pemberian pakan

dilakukan secara teratur dengan jumlah yang sesuai kebutuhan ternak. Kelebihan

atau kekurangan akan berdampak kurang baik pada ternak dan berdampak pada

efisiensi dalam produksi (Rahardi dan Hartono, 2003).

Pemberian pakan ayam ras pedaging terdapat dua fase yaitu, fase starter

(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Namun, beberapa

perusahaan juga menggolongkan pakan ras pedaging dalam tiga fase, yaitu pakan

starter ayam dari umur 1-18 hari, pakan grower 19-30 hari dan pakan finisher

(Mulyantini, 2011). Pada penelitian Kusuma (2005), peternak ayam ras pedaging

12
tidak menggunakan tiga jenis pakan (pakan starter, grower dan pakan finisher),

namun hanya menggunakan satu jenis pakan starter dari umur satu hari hingga 35

hari. Rata-rata pakan yang habis digunakan untuk setiap 1 000 ekor ayam non

probiotik adalah 1 413 kg.

2.2.3. Tenaga Kerja

Menurut Rahardi dan Hartono (2003), tenaga kerja dalam usaha

peternakan dapat berasal dari tenaga kerja sendiri dan tenaga kerja dari luar.

Tenaga kerja sendiri, terdiri dari tenaga kerja diri sendiri (peternak) dan keluarga,

seperti istri dan anak atau anggota keluarga lainnya. Tenaga kerja dari luar

merupakan tenaga kerja yang secara sengaja diambil dari luar dengan memberikan

kompensasi upah atau gaji. Tenaga kerja luar diukur dengan tingkat upah yang

berlaku dalam satu hari dengan jam kerja 8 jam sehari dengan konversi: (1) tenaga

kerja pria=1 HKP, (2) tenaga kerja wanita=0.8 HKP dan (3) tenaga kerja anak-

anak=0.5 HKP. Umumnya, usaha skala kecil (peternakan rakyat) tidak

menggunakan tenaga kerja luar (tenaga kerja upah). Sebaliknya, untuk usaha

industri yang memiliki orientasi usaha komersial keseluruhan tenaga kerja yang

digunakan berasal dari luar.

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu usaha peternakan

sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena akan berdampak pada biaya

produksi yang akan dikeluarkan. Pengorganisasian tenaga kerja penting

diperhatikan terutama pada skala usaha menengah dan besar untuk menciptakan

efisiensi kerja. Menurut hasil penelitian Dewiyanti (2007), rata-rata HKP dari

seluruh kegiatan tenaga kerja pada usahaternak ayam ras pedaging adalah 127.236

HKP, rata-rata HKP paling besar yaitu pada kegiatan pengelolaan ternak karena

13
kegiatan yang dilakukan secara penuh dalam 35 hari. Rata-rata HKP yang

dibutuhkan (jam) untuk persiapan kandang yaitu 4 jam 22 menit, rata-rata HKP

yang dibutuhkan untuk kegiatan pengelolaan ternak yaitu 7 jam 33 menit dan rata-

rata HKP yang dibutuhkan untuk kegiatan panen dan pembersihan kandang

setelah panen yaitu 44 jam. Menurut Rahardi dan Hartono (2003), peternakan

ayam ras pedaging diperlukan tenaga kerja sekitar 1-2 orang untuk 1000-1500

ekor ayam.

2.2.4. OVAC (Obat-Obatan, Vitamin dan Vaksin)

Mulyantini (2010), menyatakan bahwa manajemen pengendalian penyakit

merupakan salah satu manajemen yang sangat penting dalam pemeliharaan ternak

untuk mendapatkan produksi yang optimal dan secara ekonomi dapat

menguntungkan. Kegagalan dalam mengendalikan penyakit, akan menyebabkan

kerugian karena peternak harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan wabah

penyakit dalam kandang sehingga menyebabkan produksi ternak menurun bahkan

kematian. Manajemen kesehatan unggas yang efektif, harus bertujuan untuk:

1. Mencegah terjadinya penyakit dan parasit

2. Mengenal gejala timbulnya penyakit

3. Mengobati penyakit sesegera mungkin sebelum penyakit berkembang

serius atau menyebar ke kelompok lainnya.

Obat-obatan digunakan untuk pengobatan ayam ras pedaging yang

terserang penyakit dan vaksin diberikan untuk pencegahan penyakit serta

antibiotika. Vaksinasi yang penting dilakukan adalan vaksinasi ND/tetelo, karena

penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya dapat dicegah. Selain

vaksin, vitamin juga perlu diberikan pada ayam ras pedaging. Seringkali terlihat

14
tanda-tanda kekurangan vitamin pada ayam ras pedaging akibat

hilangnya/berkurangnya beberapa vitamin dalam pakan, seperti vitamin A, B12,

dan vitamin E karena terjadi reaksi dengan antibiotik sebagai akibat dari

penyimpanan pakan yang terlalu lama. Akibatnya ayam tidak dapat tumbuh dan

berkembang dengan optimal (Kartadisastra, 1994).

Fadilah (2004) menyatakan bahwa, biaya yang dikeluarkan untuk membeli

obat-obatan (termasuk desinfektan, vitamin, dan anti-biotik) serta vaksin

bergantung pada program yang diterapkan dalam usaha peternakan ayam ras

pedaging tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam sangat

bergantung pada kesehatan ayam, program khusus, atau progam pemeliharaan.

2.2.5. Pemanas

Ayam memerlukan alat pemanas tambahan (brooder) untuk memberi

kehangatan agar dapat menunjang keberhasilan pemeliharaan. Anak ayam yang

baru menetas tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Ayam tidak

dapat mempertahankan suhu tubuh yang konstan sampai umur antara 1-2 minggu.

Ketika umur 2 minggu sampai dipasarkan, ayam tidak membutuhkan lagi alat

pemanas buatan namun tetap digunakan pada keadaan dingin khususnya saat

musim penghujan serta suhu lingkungan diusahakan tetap 21 oC. Alat pemanas

bisa dari lampu pijar, petromaks atau lampu kap (Mulyantini, 2010)

2.2.6. Kandang

Kandang adalah bangunan yang dapat digunakan untuk melindungi ternak

mulai dari awal, masa produksi hingga dipasarkan (Mulyantini, 2011). Menurut

Rahardi dan Hartono (2003), dalam usaha peternakan komersial, kandang menjadi

salah satu faktor produksi yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada

15
dasarnya berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan

pengontrolan ternak. Konstruksi kandang harus mendukung kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan ternak, seperti kebutuhan cahaya, suhu, dan

sirkulasi udara tercukupi.

Bentuk kandang yang ideal untuk ayam ras pedaging adalah kandang

postal. Menurut Mulyantini (2011), kandang postal adalah kandang yang berlantai

rapat dan biasanya menggunakan alas litter, kandang dapat bertingkat atau tidak

dan pada suhu tinggi dindingnya sebagian besar terbuka. Guna mengatasi udara

yang panas khususnya di daerah tropis seperti Indonesia, kandang panggung lebih

baik untuk digunakan, namun biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang

panggung lebih mahal. Kandang panggung dibangun dengan ketinggian ± 1.75

cm, udara datang dari sela-sela lantai dan samping kandang, sehingga udara dalam

kandang lebih nyaman.

Kepadatan kandang juga perlu diperhatikan pada saat pengelolaan

kandang, karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan ternak. Semakin

berat bobot badan ayam atau semakin panas, kepadatan harus dikurangi. Selain

menyebabkan kekurangan oksigen, dalam kandang, kepadatan yang tinggi juga

mengakibatkan konsumsi pakan berkurang dan pertumbuhan terhambat. Menurut

Rasyaf (1995) dalam Yunus (2009), dataran rendah atau dataran pantai, kepadatan

yang baik adalah 8-9 ekor/m2 atau 0.12 m2/ekor dan untuk daerah pegunungan,

kepadatannya sekitar 11-12 ekor/m2 dengan rata-rata 10 ekor/m2 atau 0.1 m2/ekor.

Hasil penelitian Yunus (2009), rata-rata luas penggunaan kandang yang

digunakan peternak mandiri sebesar 0.06 m2/ekor dan 0.11 m2/ekor.

16
2.3. Konsep Kemitraan

Menururt Hafsah (2000), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang

dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih

keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling

membesarkan. Kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang

bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Semakin kuat pemahaman serta

penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan, maka semakin kuat pula fondasi

kemitraan yang dibangun dan pada akhirnya akan memudahkan pelaksanaan

kemitraan itu sendiri. Adapun enam dasar etika berbisnis tersebut adalah: (1)

karakter, integritas dan kejujuran, (2) kepercayaan, (3) komunikasi yang terbuka,

(4) adil, (5) keinginan pribadi dari pihak yang bermitra, dan (6) keseimbangan

antara insentif dan risiko.

Maksud dan tujuan dari kemitraan adalah „win-win solution partnership‟.

Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam

kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi

yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar. Tujuan yang ingin dicapai

dalam pelaksanaan kemitraan adalah: (1) meningkatkan pendapatan usahatani

kecil, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3)

meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dalam usaha kecil, (4)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional, dan (5)

meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000). Hafsah (2000), juga

menyatakan manfaat dari kemitraan adalah sebagai berikut: (1) kemitraan dapat

meningkatkan produktivitas baik pada perusahaan mitra maupun anggota mitra,

(2) efisiensi waktu dan tenaga kerja, (3) Jaminan Kualitas, Kuantitas dan

17
Kontinuitas, (4) meningkatkan peran peternak kecil dan menengah, sehingga

mengurangi kesenjangan diantara pelaku ekonomi, dan (5) terciptanya kesetaraan

dalam posisi tawar antar pelaku ekonomi.

Usaha peternakan rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras pedaging,

kebijakan yang ditempuh adalah mengutamakan usaha budidaya bagi peternak

rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi sesuai dengan Keppres No. 22

Tahun 1990 (Hafsah, 2000). Menurut Soehadji (1995) dalam Hafsah (2000),

menyatakan bahwa dalam kawasan industri, peternakan rakyat telah

dikembangkan beberapa model usaha kerjasama di bidang ayam ras pedaging,

model-model tersebut antara lain:

1. Kawasan industri peternakan-peternakan rakyat agribisnis

Model ini mengacu pada usaha peternakan rakyat yang telah ada. Dalam

model ini, peternak sebagai plasma menjalin kemitraan dengan perusahaan yang

bertindak sebagai penghela yang menjamin plasma untuk suplai sarana produksi

dan pemasaran hasil. Kemitraan dalam model ini belum begitu sempurna karena

belum ada keterkaitan antara hulu dan hilir.

2. Kawasan industri peternakan-perusahaan inti rakyat

Model kemitraan ini lebih maju dari model yang sebelumnya, karena telah

ada keterkaitan antara hulu dan hilir. Peternak sebagai plasma melaksanakan

budidaya dalam suatu kawasan tertentu sedangkan perusahaan inti membantu

plasma dalam hal sarana produksi budidaya, pemasaran hasil, bimbingan teknik

dan permodalan.

18
3. Kawasan industri peternakan-sentra usaha peternakan ekspor

Berbeda dengan model sebelumnya, kemitraan dalam model ini

mengkhususkan menjual produknya ke luar negeri. Dalam model ini, perusahaan

inti dapat melakukan budidaya untuk keperluan ekspor, namun sebagian besar

produksinya dikerjasamakan dengan plasma. Peternak dalam kemitraan ini juga

merupakan peternak binaan terutama dalam hal teknologi khususnya untuk

ekspor.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini,

dilakukan oleh Yunus (2009), Kusuma (2005), Purmiyanti (2002). Yunus (2009)

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan

Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi

Tengah”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis perbedaan

pendapatan rata-rata, menganalisis alokasi faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi produksi sekaligus tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga/alokatif

dan efisiensi ekonomi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan

mandiri.

Model analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier

Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model. Hasil analisis

menyatakan bahwa, variabel bibit ayam (DOC) dan pakan berpengaruh nyata pada

taraf α satu persen dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai

koefisien yang cukup besar, artinya bahwa pertambahan bibit ayam (DOC) atau

pakan akan meningkatkan produksi, sedangkan vaksin, obat dan vitamin juga

berpengaruh nyata, namun menunjukan hubungan yang negatif terhadap produksi,

19
artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin

terhadap produksi agar produksi bisa optimal. Selain itu, yang juga berpengaruh

nyata pada taraf α lima persen dan berhubungan positif dengan produksi adalah

tenaga kerja dan bahan bakar.

Analisis efisiensi yang dicapai peternak ayam ras pedaging secara

keseluruhan adalah sebesar 0.87. Pencapaian efisiensi harga/alokatif dan efisiensi

ekonomi pola kemitraan sebesar 1.82 dan 1.59, sedangkan efisiensi alokatif, harga

dan efisiensi ekonomis peternak mandiri adalah sebesar 1.84 dan 1.59. Secara

keseluruhan kedua usahaternak tersebut belum mencapai tingkat efisiensi.

Kusuma (2005), dalam penelitiannya menganalisis tentang pendapatan dan

efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternak probiotik dan non probiotik

pada usahaternak ayam ras pedaging. Model analisis yang digunakan adalah

model fungsi produksi Cobb Douglas dengan analisis model komponen utama.

Hasil penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam

ras pedaging peternak probiotik adalah bibit, pakan, pemanas dan obat-obatan,

sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras

pedaging. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi ayam ras

pedaging peternak non probiotik adalah bibit, pakan, tenaga kerja, dan obat-

obatan, sedangkan pemanas tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi

ayam ras pedaging.

Analisis efisiensi teknis yang dicapai peternak probiotik dan non probiotik

pada input produksi bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas diperoleh

nilai elastisitas produksi antara 0 sampai 1, yaitu masing-masing penggunaan

input produksi berada pada daerah rasional (daerah II). Penjumlahan seluruh

20
elastisitas produksi peternak probiotik diperoleh nilai 1.04, nilai penjumlahan

elastisitas produksi peternak non probiotik adalah 1.01. Hal tersebut menunjukan

bahwa skala usaha pada peternak probiotik dan non probiotik berada pada daerah

increasing return to scale. Setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor

produksi, secara bersama-sama akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging

peternak probiotik sebesar 1.04 dan peternak non probiotik sebesar 1.01. Nilai

FCR peternak probiotik sebesar 1.62, adapun peternak non probiotik sebesar 1.68.

Nilai FCR probiotik lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak non probiotik,

sehingga peternak probiotik lebih mampu mengefisiensikan penggunaan jumlah

pakan dan menekan biaya produksi. Hasil analisis efisiensi ekonomi kedua

peternak diperoleh nilai NPM/BKM tidak sama dengan satu, sehingga

penggunaan faktor-faktor produksi perlu untuk ditambahkan atau dikurangi dalam

mencapai tingkat efisiensi ekonomi.

Purmiyanti (2002), dalam penelitiannya menganalisis tentang produksi dan

daya saing bawang merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Salah satu tujuan

dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi bawang merah dan tingkat efisiensi penggunaan input produksi

bawang merah. Model fungsi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb

Douglas. Hasil analsis menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit bawang merah, pupuk P (TSP dan

DAP), pupuk K (KCL dan kamas), peubah dummy status garapan, dan peubah

dummy varietas. Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukan bahwa usahatani

bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Barat belum mencapai tingkat efisiensi

ekomoninya. Hal ini ditunjukan dari rasio NPM/BKM tidak sama denga satu.

21
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Purmiyanti (2002) dan

Kusuma (2005) adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah model

fungsi produksi Cobb Douglas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yunus

(2009) adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi

Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model,

sedangkan penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas.

Penjelasan lebih rinci mengenai persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan
mandiri di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor” dengan
Penelitian Sebelumnya
Penelitian
Persamaan Perbedaan
sebelumnya
Yunus (2009) Komoditas yang diteliti Menggunakan model fungsi
Stochastic Frontier Cobb
Douglas dengan opsi Technical
Efficiency Effect Model

Kusuma (2005) Komoditas yang diteliti, Menggunakan model fungsi


menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas dengan
produksi Cobb Douglas analisis komponen utama

Purmiyanti (2002) Menggunakan model fungsi Komoditas yang diteliti adalah


produksi Cobb Douglas bawang merah

22
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Teori dan konsep yang akan digunakan dalam

penelitian ini antara lain: Analisis Usahaternak, Analisis Fungsi Produksi,

Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas, Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-

Faktor Produksi.

3.1.1. Analisis Usahaternak

Keberhasilan usahaternak yang dikelola sangat ditentukan oleh

ketersediaan sumberdaya. Seperti usaha lain, usaha peternakan hanya dapat

berkembang jika didukung oleh ketersediaan sumberdaya yang cukup.

Sumberdaya peternakan terdiri dari peternak, modal, lahan dan lingkungan, serta

teknologi. Usaha peternakan umumnya dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan

skala usaha, yaitu usahaternak skala kecil dan menengah (usaha peternakan

rakyat) atau usaha besar dalam bentuk peternakan. Usaha peternakan skala kecil

dan menengah dapat dikelola secara sendiri tanpa badan hukum. Namun, untuk

usaha skala besar biasanya berbadan hukum karena melibatkan banyak pihak yang

terdiri dari modal dan pekerja. Beberapa bentuk badan hukum yang dapat dipilih

antara lain yayasan, koperasi, CV, atau perseroan terbatas (Hartono dan Rahardi,

2003).

Hartono dan Hardi (2003) juga menyatakan bahwa, kondisi peternakan

rakyat terutama skala kecil dan menengah masih menghadapi berbagai tantangan

untuk berkembang. Tantangan yang dihadapi tersebut antara lain keterbatasan

modal, usaha belum mencapai skala ekonomis, dan masih bersifat tradisional.

23
Selain itu, produktivitas ternak masih rendah, teknologi belum dapat dilaksanakan

secara terpadu, dan adanya persaingan global terhadap produk-produk impor

sejenis dari negara lain. Meskipun terdapat beberapa kendala, sektor peternakan

juga memiliki keuntungan jika dibandingkan dengan usaha pertanian, yaitu

usahaternak relatif tidak membutuhkan lahan terlalu luas

3.1.2. Teori Fungsi Produksi

Menurut Mubyarto (1994) fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang

menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor

produksi (input). Bentuk matematik sederhana fungsi produksi ini, dituliskan

sebagai berikut:

Y = f(X1 , X 2 , … … … … … Xn ) ..…………………..…………………….(3.1)

dimana:
Y = Hasil produk fisik (output)
Xi = Faktor-faktor produksi ke-i
i = 1,2,3,…..n

Soekartawi (1994), juga menyatakan bahwa fungsi produksi juga

didefinisikan sebagai output maksimum yang dapat dicapai dari seperangkat

vektor input. Input tersebut meliputi input tetap dan input variabel. Dalam

keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam

rumusan fungsi produksinya. Fungsi produksi yang popular digunakan untuk

menggambarkan hubungan produksi adalah fungsi produksi neoklasik. Fungsi

produksi neoklasik dapat ditunjukan pada Gambar 1.

24
Y
C

B
TPP

I II III

0
X1 X2 X3 Input (X)
APP/MPP

APP

0 X1 X2 Input (X)
X3 MPP

DP I DP II DP III

Gambar 1. Fungsi Produksi Neoklasik (Soekartawi, 1994)

Keterangan:
Titik A = Titik balik (inflection point)
Titik B = Perpotongan antara MPP dan APP dimana APP mencapai maksimum
Titik C = Tingkat produksi total maksimum dimana MPP sama dengan nol
DP = Daerah produksi

Berdasarkan Gambar 1, daerah I merupakan daerah irasional, karena

dalam daerah ini, peningkatan input akan meningkatkan produksi dengan

peningkatan lebih besar dari pada penambahan inputnya. Seorang pengusaha tidak

rasional apabila berhenti pada daerah ini, karena pendapatan masih dapat

ditingkatkan dengan menambah input yang digunakan. Daerah II merupakan

25
daerah rasional, karena dalam daerah ini peningkatan input akan meningkatkan

produksi tetapi dengan peningkatan yang semakin berkurang. Pengusaha yang

rasional akan memanfaatkan daerah ini dan masih memanfaatkan daerah ini untuk

berbisnis. Daerah III adalah daerah tidak rasional, karena peningkatan input akan

menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan sehingga penggunaan

faktor-faktor produksi tersebut tidak efisien. Daerah III merupakan daerah yang

tidak menguntungkan untuk berusaha.

Menurut Suratiyah (2009), elastisitas produksi adalah perbandingan

perubahan produksi dan perubahan input secara relatif. Dalam fungsi produksi,

elastisitas biasanya dibagi dalam tiga daerah, yaitu daerah I di sebelah kiri titik

APP maximum. Pada daerah II yang berada di antara APP maximum dan MPP=0,

elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1 (0≤εp ≤1). Daerah III berada

disebelah kanan MPP=0 (MPP<0) dan memiliki elastisitas produksi kurang dari

satu (𝜀𝑝 <1). Elastisitas produksi dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:

dy/y dy x MPP
εp = = . = …………………………………………….….……………(3.2)
dx/x dx y APP

3.1.3. Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan

variabel tidak bebas/dependent variable) (Soekartawi, 1994). Model fungsi

produksi Cobb Douglas adalah model yang umum digunakan dalam penelitian

ekonomi, sehingga dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb Douglas.

Terdapat lima alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb Douglas banyak

dipakai oleh para ahli:

26
1. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif mudah dibandingkan dengan

fungsi yang lain, misalnya lebih mudah ditransformasikan ke dalam

bentuk linier dalam log.

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan

menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukan besaran

elastisitas. Elastisitas ini sangat penting terutama dalam usaha mengadakan

perbaikan dari proses produksi atau efisiensi dan juga untuk meramalkan

misalnya dampak-dampak dari perubahan-perubahan dari faktor input.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukan tingkat besaran returns

to scale.

4. MPP dari masing-masing faktor input, yaitu perubahan pada output

sebagai akibat perubahan-perubahan pada input, yang memungkinkan

lebih mudah untuk menghitung produkstivitas masing-masing faktor

produksi.

5. Bagian dari input dapat dihitung dengan jelas, hal ini sangat penting

karena setiap proses produksi mempunyai dampak yang berbeda-beda

terhadap bagian-bagian tertentu. Selain itu, dengan pengetahuan mengenai

bagian-bagian dari input, juga dapat diketahui sejauh mana suatu proses

perubahan terhadap masing-masing input.

Menurut Soekartawi (1994), produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)

sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan

untuk menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu, untuk menghasilkan

suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan komoditas

(output). Hubungan antara input dan output disebut dengan Factor Relationship

27
(FR). Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi

produksi Cobb Douglas:

β β
Y=β0X11 ……………….Xi i eu …...……...…………….………………(3.3)

Pendugaan parameter dilakukan dengan mentransformasikan fungsi

produksi Cobb Douglas ke dalam bentuk double logaritme natural (ln), sehingga

merupakan bentuk liniear berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis

dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square).

Ln Y=Lnβ0 +β1LnX1 +β2LnX2 …….+βi LnXi + u…………………..….(3.4)

Keterangan:

Y = Produksi komoditas pertanian


β0 = Intercept/konstanta
βi = Koefisien regresi masing-masing variabel dependen
Xi = Faktor-faktor produksi pertanian
i = 1,2,3,…n
e = Bilangan natural (2.718)
u = Error
.
Menurut Soekartawi (2003), dalam penaksiran model linear berganda

digunakan model Ordinary Least Square (OLS). OLS merupakan salah satu cara

terbaik untuk mendapatkan garis penduga yang baik. Suatu persamaaan dikatakan

baik, jika persyaratan dan asumsi yang membentuk persamaan tersebut dapat

dipenuhi. Adapun asumsi-asumsi OLS yang harus dipenuhi:

1. Rata-rata kesalahan pengganggu (e) sama dengan nol

2. Kesalahan pengganggu berbentuk distribusi normal

3. Kesalahan pengganggu tidak berkorelasi dengan variabel independen

4. Tidak ada autokorelasi antar gangguan (e)

5. Tidak adanya multikolinearitas, dan

28
6. Varian kesalahan pengganggu tetap atau homoskedastisitas (tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.1.4. Konsep Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Setiap melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani

akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan input seefisien mungkin untuk

dapat memperoleh hasil yang maksimal (Daniel, 2002). Efisiensi adalah rasio

yang mengukur produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit input (Rahim

dan Hastuti, 2008). Menurut Daniel (2002), peningkatan keuntungan dapat dicapai

oleh petani dengan melakukan usahataninya secara efisien. Konsep efisiensi ini

dikenal dengan konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price

efficiency) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency).

Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor

produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Bila petani

mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya karena pengaruh harga,

maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara

efisiensi harga. Selanjutnya, jika petani mampu meningkatkan hasilnya dengan

menekan harga faktor produksi dan menjual hasil pada harga yang relatif tinggi,

maka petani tersebut telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara

bersamaan (Daniel, 2002).

Menurut Doll dan Orazem (1984), efisiensi ekonomi akan tercapai bila

dipenuhi dua syarat, yaitu: (1) syarat keperluan yang menunjukan hubungan fisik

antara input dengan output bahwa proses produksi harus berada pada daerah

rasional II, dimana nilai elastisitas berada pada kisaran 0 sampai 1 (0 ≤ εp ≤ 1) dan

(2) syarat kecukupan yang berhubungan dengan tujuan bahwa seorang produsen

29
diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungannya. Menurut Rahim dan Hastuti

(2008), keuntungan maksimum akan tercapai bila Nilai Produk Marjinal (NPM)

untuk suatu input sama dengan harga input (Px) atau Biaya Korbanan Marjinal

(BKM) atau dapat ditulis dengan rumus:

π= PY . f X - PX . X - TFC ………………………..………...………………..(3.5)

Keuntungan maksimum akan dicapai ketika turunan pertama fungsi keuntungan

sama dengan nol, sehingga:

dπ dY
= PY . - Px =0………………………...…..………………………………(3.6)
dx dx


= PY . MPP - Px =0 ……………………...……………………………..……(3.7)
dx

atau

PY . MPP= x ………….…………………………………..…………………...(3.8)

NPMx = Px ………………………………...…………………………………..(3.9)

NPMx
= 1 …………….………………………………………………………..(3.10)
Px

Penggunaan untuk faktor produksi lebih dari satu misalnya n faktor

produksi, maka efisiensi ekonomi dapat dicapai jika:

NPMx1 NPMx2 NPMx3 NPMxn


= = ………= =1……………….……………..(3.11)
BKMx1 BKMx2 BKMx3 BKMxn

Rahim dan Hastuti (2008), juga menyatakan untuk mengetahui tingkat

efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi komoditas pertanian

digunakan persamaan sebagai berikut:

PRxi= Y/Xi …..…………...………………………………….……………..…(3.12)

MPPxi= βi . PRxi……........................................................................................(3.13)

NPMxi= MPPxi . Py…..…………………………….....……...…..…………....(3.14)

dimana kondisi optimal:


30
NPMxi = Pxi ..................................................................................................... (3.15)

Y Xi . βi . Py = Pxi ..……..…………………………………………………....(3.16)

Persamaan bagi penggunaan faktor produksi pada kondisi optimal dapat

ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

βi .Y. Py
Xi = ……………………………………………………………..….(3.17)
Pxi

dimana:

βi = Elastisitas faktor produksi ke-i


Y = Jumlah hasil produksi
Py = Harga per unit produk yang dihasilkan
Xi = Jumlah faktor produksi ke-i
Px = Harga faktor produksi ke-i
i = 1,2,3,….n

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

362/kpts/TN. 120/1990, menyatakan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging

yang jumlah maksimum 15 000 ekor per siklus disebut peternak rakyat,

sedangkan usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu

tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang untuk tiap

jenis ternak jumlahnya lebih dari 15 000 ekor per siklus disebut sebagai

perusahaan peternakan.2 Peternak rakyat memiliki beberapa kendala dalam

mengembangkan usahaternaknya seperti ketersediaan sarana produksi yang tidak

kontinu, keterbatasan modal, dan risiko pemasaran cukup besar. Hal tersebut

merupakan alasan beberapa peternak rakyat untuk melakukan kerjasama dengan

perusahaan inti.

2
Keputusan Menteri Pertanian, 2002
www.scribd.com [diakses pada tanggal 9 Maret 2012]
31
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur umumnya

melakukan kerjasama dengan peternak setempat melalui pola kemitraan,

Kemitraan yang terbentuk meliputi kemitraan inti plasma, yaitu bentuk kerjasama

yang terjalin antara pihak inti dan peternak sebagai plasma. Prinsipnya,

perusahaan inti menyediakan sarana produksi seperti pakan, DOC, obat-obatan,

vaksin dan vitamin serta memasarkan hasil ternak. Adapun peternak plasma hanya

menyediakan kandang, tenaga kerja, dan mengelola ternaknya (budidaya) dengan

baik. Hasil kerjasama dari kemitraan tersebut yaitu, perusahaan inti memperoleh

keuntungan dari hasil penjualan sarana produksi dan selisih harga jual ternak

ayam, sedangkan peternak plasma mendapatkan keuntungan berupa tersedianya

sarana produksi dan memiliki kepastian dalam pemasaran hasil produksi.

Keberhasilan dalam usahaternak merupakan suatu harapan bagi setiap

peternak. Ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha

adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor

produksi secara efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging baik pola kemitraan

maupun pola mandiri dan untuk menganalisis efisiensi ekonomi usahaternak baik

pola kemitraan dan pola mandiri. Analisis yang digunakan adalah analisis faktor

produksi Cobb Douglas dan analisis efisiensi ekonomi. Analisis faktor produksi

Cobb Douglas digunakan untuk menggambarkan model produksi mengenai

bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi ayam ras pedaging.

Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi produksi ayam ras pedaging yaitu pakan, tenaga kerja, vaksin,

pemanas, sekam mortalitas dan kepadatan kandang. Kemudian dilakukan

32
pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah semua variabel independen

yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen. Guna memperoleh model yang baik, fungsi produksi tersebut dianalisis

dengan menggunakan OLS dengan syarat memenuhi asumsi-asumsi OLS.

Analisis efisiensi ekonomi dapat diketauhi apabila syarat kecukupan dan syarat

keharusan terpenuhi, yaitu ketika fungsi produksi berada pada elastisitas produksi

antara 0 sampa 1 atau berada pada daerah rasional dan ketika produk marjinalnya

sama dengan harga inputnya. Kerangka pemikiran konseptual secara sistematis

diperlihatkan pada Gambar 1.

Usahaternak ayam ras pedaging

Peternak mandiri Peternak kemitraan

Faktor-faktor Produksi:
- Pakan
- Tenaga kerja
Fungsi produksi
- Vaksin
Cobb Douglas
- Elastisitas - Pemanas
- Sekam
produksi
𝑁𝑃𝑀𝑥
- Mortalitas Pendugaan dan
- =1 - Kepadatan kandang Pengujian Model
𝐵𝐾𝑀𝑥
Fungsi Produksi:
- Uji Statistik F
Efisiensi ekonomi penggunaan - Uji t
-Koefisien
faktor-faktor produksi
Determinasi

Peningkatan pendapatan peternak Pemilihan Model:


ayam ras pedaging Pemeriksaan
asumsi OLS

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

33
BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

karena Kecamatan Gunung Sindur merupakan sentra populasi ayam broiler

terbesar di Kabupaten Bogor yang memiliki persentase populasi ayam sebesar

9.65% dari total populasi di Jawa Barat pada tahun 2011 (Lampiran 5).

Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April 2012 sampai Mei 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui pemberian kuisoner dan wawancara kepada peternak serta pihak-pihak

lain yang terkait dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi

yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Bogor, serta studi pustaka lainnya baik media cetak seperti buku,

skripsi, tesis maupun media elektronik.

4.3. Penentuan Jumlah Responden

Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 peternak yang ada di

Kecamatan Gunung Sindur. Peternak diantaranya adalah 30 peternak mandiri dan

30 peternak kemitraan. Responden dipilih dari tiga lokasi, yaitu Desa Padurenan,

Desa Pabuaran, dan Desa Pangasinan. Ketiga lokasi tersebut dipilih secara

purposive karena ketiga desa tersebut memiliki jumlah peternak kemitraan

terbanyak dari desa lain yang ada di Kecamatan Gunung Sindur. Responden

peternak kemitraan diambil secara purposive sejumlah 30 peternak dari data

34
peternak kemitraan yang dipublikasikan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Bogor tahun 2009 (Lampiran 6). Pengambilan responden tidak

dilakukan di Desa Cibadung karena sebagian besar peternak beralih menjadi

peternak ayam pejantan. Sebagai gantinya, responden diambil dari desa

Padurenan, karena banyak warga yang memulai melakukan usahaternak ayam ras

pedaging. Peternak mandiri diambil dengan teknik snowball sampling sebanyak

30 peternak.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh yaitu berupa data primer dan data sekunder yang

kemudian akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis

kualitatif akan diuraikan secara diskriptif, sedangkan analisis kuantitatif diolah

dan dianalisis menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb Douglas

dengan metode OLS dan analisis efisiensi ekonomi. Proses menganalisis data

yang dilakukan adalah dengan mentransfer data, mengedit dan mengolahnya

dengan menggunakan software Microsoft Excel, Eviews 7, dan SAS 9.0,

kemudian menginteprestasikan data dalam bentuk diskriptif. Metode analisis yang

digunakan dapat disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Metode Analisis Penelitian


No. Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Analisis
1 Menganalisis faktor-faktor yang Kuantitatif Analisis fungsi
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging Produksi Cobb
pola kemitraan dan mandiri Dougls dengan
metode OLS
2 Menganalisis tingkat efisiensi produksi Kuantitatif Analisis efisiensi
usahaternak ras ayam pedaging ekonomi
pada peternak kemitraan dan mandiri

35
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas

Model analisis yang digunakan untuk menduga fungsi produksi

usahaternak ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb Douglas,

model yang umum digunakan dalam penelitian ekonomi (Tasman, 2006). Model

fungsi produksi Cobb Douglas untuk usahaternak ayam ras pedaging yang

dipertimbangkan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan:

β β β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eu …………………………………...…(4.1)

Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri:

β β β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eu ………………………………...……(4.2)

Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan

(Peternak Mandiri dan Kemitraan):

β β β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eβ8D+U…………….…………..…....…(4.3)

Dimana:

untuk dummy:
1= peternak kemitraan
0= peternak mandiri

Penelitian ini, dipilih bentuk hubungan fungsional pada fungsi produksi,

yaitu fungsi Cobb Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk linier

logaritmik natural (Soekartawi, 1994). Model fungsi produksi tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Kemitraan:

Ln Y = Ln β0 +β1Ln X1 +β2Ln X2 +β3 Ln X3 +β4 Ln X4 +β5 Ln X5 +β6Ln X6

+β7 Ln X7 +u …………………………………..….…..….……………(4.4)

36
Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri:

Ln Y= Lnβ0 +β1Ln X1 +β2Ln X2 +β3 Ln X3 +β4 Ln X4 +β5 Ln X5 +β6 Ln X6

+β7 LnX7 + u …………….……………..……...………..…..………..(4.5)

Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan

Gunung Sindur secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan):

Ln Y= Ln β0 +β1 Ln X1 +β2Ln X2 +β3Ln X3 +β4 Ln X4 +β5 Ln X5 +β6 Ln X6

+β7 Ln X7 +β8 D+u ………………………..………………......…....…(4.6)

Keterangan:

Y = Produksi ayam ras pedaging (kg)


β0 = Intercept/konstanta
β1 .. β7 = Koefisien arah regresi masing-masing variabel X1…..X7
X1 = Pakan (kg)
X2 = Tenaga kerja (HKP)
X3 = Vaksin (ml)
X4 = Pemanas (kg)
X5 = Sekam (kg)
X6 = Mortalitas (persen)
X7 = Kepadatan kandang (ekor/m2)
D = Variabel dummy (dimana 1 untuk peternak kemitraan dan 0 untuk
mandiri).
e = Bilangan natural (2.718)
u = Error

Pendugaan parameter dari fungsi produksi di atas dilakukan dengan

menggunakan metode OLS, untuk memperoleh dugaan yang bersifat BLUE (Best,

Linier, Unbiased, dan Estimator). Hasil pendugaan akan diuji secara statistik

dengan menggunakan uji F, uji t dan uji determinasi (R 2), kemudian untuk

memenuhi kriteria ekonometrika dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji

normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.

4.4.1.1. Uji Statistik

Pengujian statistik dilakukan untuk hasil estimasi dari fungsi produksi

Cobb Douglas yang diperoleh dari pengolahan data. Terdapat dua pengujian yang
37
harus dilakukan untuk mengetahui nyatasi dari variabel independen, yaitu uji F

dan uji t. Adapun untuk mendapatkan model yang ‟best fit’, maka dilakukan uji

koefisien determinasi:

1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

(Juanda, 2009). Hipotesis dari pengujian ini adalah:

H0 : β1=β2=................=βi=0

H1 : Minimal terdapat satu βi≠0, i=1,2,3,....k

Statistik uji yang digunakan adalah:

R2 (k-1)
Fhitung = ............................................................................................. (4.7)
(1-R2 ) (n-k)

dimana:

R2 = Koefisien determinan
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah pengamatan

Kriteria keputusan:

Nilai Fhitung yang didapat akan dibandingkan dengan Fα(db1,db22), dengan

derajat bebas db1= n-k dan db2= n-k-1, dengan tingkat nyatasi α. Jika Fhitung >

Fα(db1,db2), maka Ho akan ditolak. Artinya, seluruh variabel independen dalam satu

persamaan secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen.

2. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari

masing-masing variabel independen terhadap varabel dependen (Juanda, 2009).

Hipotesis pengujian ini adalah:

38
H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0 (uji dua arah)

βi < 0 atau βi > 0 (uji satu arah)

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

bi-βi
thitung = ………………………….……………………………………….….(4.8)
Sbi

dimana:

bi = Koefisien regresi ke-i


Sbi = Standar deviasi koefisien regresi ke-i
βi = Parameter ke-i yang dihipotesiskan

Kriteria keputusan:

Nilai thitung yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t(α/2,n-k), dengan keputusan:

1. Jika nilai thitung > t(α/2,n-k), maka Ho akan ditolak. Artinya, variabel

independen ke-i memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel

dependen.

2. Jika nilai thitung < t(α/2,n-k), maka Ho akan ditolak. Artinya, variabel

independen ke-i tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

variabel dependen.

3. Koefisien Determinasi

Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) dihitung untuk mengetahui besar

keragaman yang diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel

dependen (Juanda, 2009). Kriteria keputusannya, jika nilai R2 semakin tinggi,

maka akan semakin baik model karena semakin besar keragaman yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus koefisien

determinasi dapat ditulis sebagai berikut:

39
jumlah kuadrat regresi
R2 = ……………………………………………….. (4.9)
jumlah kuadrat total

4.4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam ekonometrika digunakan untuk menunjukan

serangkaian asumsi-asumsi dasar yang dibutuhkan untuk menjaga agar OLS dapat

menghasilkan estimator yang paling baik pada model-model regresi (Sarwoko,

2005). Uji asumsi klasik yang akan dilakukan meliputi uji normalitas, uji

heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residualnya terdistribusi

secara normal atau tidak. Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat

dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Pengujian ini

dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera (JB) dengan

nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari taraf α, maka

residual terdistribusi normal. Jila nilai probabilitas JB lebih kecil dari taraf α,

maka residualnya tidak terdistribusi normal (Widarjono, 2007). Perumusan

hipotesa untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = Residual menyebar normal

H1 = Residual tidak menyebar normal

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

S2 (K-3)2
JB= n + ………………………………………………………….(4.10)
6 24

dimana:

n = Jumlah pengamatan
S = Koefisien skewness
K = Koefisien kurtosis

40
Kriteria keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut:

P-value uji JB > α, terima H0 artinya residual menyebar normal

P-value uji JB < α, tolak H0 artinya residual tidak menyebar normal

2. Uji Multikoliniearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi

atau hubungan yang kuat antar variabel independen. Uji multikolinier dapat

diduga dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor). Bila nilai

VIF lebih besar dari 10 maka terdapat hubungan antar variabel independen.

Multikolinier yang serius tidak dapat diabaikan, karena akan mengakibatkan bias

dalam model (Sarwoko, 2005). Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas

adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada multikolinearitas

H1 = Ada multikolinearitas

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

1
VIF= ………………………………………………………………..(4.11)
(1-R2 )

Kriteria keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:

Jika VIF > 10, maka tolak H0

Jika VIF < 10, maka terima H0

3. Uji Kehomogenan Ragam (Heteroskedastisitas)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linier kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu

pengamatan ke pengamatan lain. Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada

data cross section. Guna mendeteksi adanya heteroskedastisitas, salah satu uji

yang dapat digunakan adalah uji glejser. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari
41
nilai Chi-square, jika nilai P-value Chi-square lebih besar dari α, maka dapat

dinyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat, 1994).

Perumusan hipotesa untuk uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada heterokedastisitas

H1 = Ada heterokedastisitas

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

Ut = α + βXt +Vt …………………………………………………………… (4.12)

dimana:

Ut = Nilai absolute residual


Xt = Variabel independen

Kriteria keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Jika P-value > α, maka terima H0 (tidak ada heterokedastisitas)

Jika P-value < α, maka tolak H0 (ada heterokedastisitas)

4.4.2. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Menurut Doll dan Orazem (1984), dalam efisiensi ekonomi terdapat dua

syarat yang harus dipenuhi, yaitu syarat keperluan dan syarat kecukupan. Syarat

keperluan yaitu produksi harus berada pada daerah rasional yaitu daerah produksi

yang memiliki elastisitas produksi antara 0 sampai 1. Dalam fungsi produksi Cobb

Douglas satuan fisik, koefisien regresi telah menunjukan besaran dari elastisitas

produksi. Fungsi produksi Cobb Douglas yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi ekonomi usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur

adalah sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak

Kemitraan:

β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………………….…...…(4.13)
42
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Mandiri:

β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………….……..………(4.14)

Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras

Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan):

β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eβ6 D+U ………………..........…………......…(4.15)

dimana:

untuk dummy:
1= peternak kemitraan
0= peternak mandiri

Menurut Soekartawi (2003), ada kemungkinan tiga alternatif yaitu:

1. Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) < 1, maka fungsi produksi pada kondisi decreasing

return to scale.

2. Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) = 1, maka fungsi produksi pada kondisi constant

return to scale.

3. Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) > 1, maka fungsi produksi pada kondisi increasing

return to scale.

Guna menguji skala usaha dari usahaternak ayam ras pedaging di

Kecamatan Gunung Sindur, maka digunakan uji F (Juanda, 2009). Dalam

pengujian ini, digunakan model yang tidak terestriksi dan model terestriksi

dengan jumlah elastisitas sama dengan satu.

Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Kemitraan:

β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………………….…...…(4.16)

Jika: (β1+ β2+ β3+ β4+ β5=1)

43
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Mandiri:

β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu ……………………………..……….……(4.17)

Jika: (β1+ β 2+ β3+ β4+ β5=1)

Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Ayam Ras

Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan):

β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eβ6 Deu …………………...……………....…(4.18)

Jika: (β1+ β2+ β3+ β4+ β5=1)

dimana:

untuk dummy:
1= peternak kemitraan
0= peternak mandiri

Hipotesis yang digunakan:

H0 = β1 +β2+β3+β4+β5) = 1 (constant return to scale)

H1 = β1 +β2+β3+β4+β5) > 1 (increasing return to scale)

Kriteria pengujian:

(JKSR- JKSUR )q
F hitung = .....................................................................................(4.19)
JKSUR (n-k)

Keterangan:

JKSR = Jumlah kuadrat sisa restriksi


JKSUR = Jumlah kuadrat sisa tisak terestriksi
q = Jumlah koefisien terestriksi
n = Jumlah sample
k = Jumlah peubah bebas

Kriteria keputusan:

F hitung < Fα(db1,db2), terima Ho artinya skala usahaternak ayam ras pedaging

berada pada kondisi skala usaha constant return to scale.

44
F hitung > Fα(db1,db2), tolak Ho artinya skala usahaternak ayam ras pedaging berada

pada kondisi skala usaha increasing return to scale.

Syarat kecukupan tercapai jika Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan

harga input (Px) atau biaya korbanan marjinalnya (Doll dan Orazem, 1984).

Persamaan matematis dapat dilihat sebagai berikut:


y
(βi . ). Py = Pxi ..............................................................................................(4.20)
xi

MPPxi . Py = Pxi ................................................................................................(4.21)

NPMXi = Pxi ......................................................................................................(4.22)

NPMXi
PXi
= 1 ..........................................................................................................(4.23)

dimana BKMxi=Pxi, maka untuk penggunaan faktor produksi lebih dari

satu faktor produksi:


NPMx1 NPMx2 NPMx3 NPMx4 NPMx5
= = = = = 1 ……………………...………..(4.24)
BKMx1 BKMx2 BKMx3 BKMx4 BKMx5

Dalam prakteknya, nilai produk marjinal tidak selalu sama dengan harga

input atau biaya korbananya (Rahim dan Hastuti, 2008). Adapun kondisi yang

memungkinkan untuk nilai produk marjinal adalah:


NPMXi
1. >1 maka penggunaan faktor produksi belum efisien, sehingga
BKMXi

penggunaan faktor produksi harus ditambah.


NPMXi
2. < 1 maka penggunaan faktor produksi belum efisien, sehingga
BKMXi

penggunaan faktor produksi harus dikurangi.

45
4.4.3. Definisi Operasional

1. Ayam ras pedaging adalah ayam yang pertumbuhan badan sangat cepat

dengan masa panen yang relatif pendek yaitu 5-6 minggu dengan bobot

sekitar 1.6 kg

2. Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi hasil-hasil ternak dan hasil

ikutannya bagi konsumen.

3. Kemitraan adalah kerjasama antara perusahaan inti dan peternak rakyat

dengan tujuan yang saling menguntungkan.

4. Kemitraan inti plasma adalah salah satu bentuk pola kemitraan dimana

perusahaan sebagai inti yang menyediakan beberapa sarana produksi dan

peternak sebagai plasma sebagai penyedia tenaga kerja dan kandang.

5. Peternak rakyat adalah golongan peternak yang mengelola ternak dengan

skala kecil.

6. Peternak plasma adalah peternak rakyat yang melakukan kerjasama

dengan perusahaan inti yang melakukan budidaya usahaternak.

7. Peternak mandiri adalah peternak yang dalam melakukan usahaternaknya

menggunakan modal sendiri dan bebas memasarkan hasil ternaknya serta

seluruh risiko usahaternak sepenuhnya ditanggung sendiri.

8. DOC atau Day Old Chick adalah anak ayam umur sehari.

9. Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukan perbandingan antara

keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum, efisiensi

dapat tercapai jika efisiensi teknik dan efisiensi harga terpenuhi.

46
V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur

Kondisi umum Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari letak geografis serta

kondisi sosial dan ekonomi Kecamatan Gunung Sindur. Bagian ini juga akan

menjelaskan tentang karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian.

5.1.1 Letak Geografis

Kecamatan Gunung Sindur merupakan salah satu kecamatan dalam

wilayah Kabupaten Bogor. Daerah ini memiliki perbatasan dengan Kecamatan

Parung dan Kecamatan Depok di sebelah timur, Kecamatan Serpong dan

Kabupaten Tangerang di sebelah utara, Kecamatan Parung dan Kecamatan

Sawangan Kota Depok di sebelah barat serta Kecamatan Parung dan Kecamatan

Ciseeng di sebelah selatan. Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari 10 desa, yaitu

Desa Padurenan, Desa Curug, Desa Rawakalong, Desa Pengasinan, Desa Gunung

Sindur, dan Desa Pabuaran.

Kecamatan tersebut memiliki luas wilayah 4 881 ha dengan ketinggian

rata-rata daerahnya 125 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Gunung Sindur

terletak diantara Ibu Kota Propinsi Jawa Barat dengan jarak 180 km, dengan Ibu

Kota Negara RI berjarak 30 km dan Ibu Kota Kabupaten Bogor dengan jarak 30

km. Dilihat dari letak geografisnya, kecamatan tersebut memiliki daerah yang

relatif datar dan tidak berbukit-bukit dengan curah hujan rata-rata 2 044 mm yang

dipengaruhi oleh iklim dan angin musim yang umumnya basah dengan suhu

minimum/maximum 26-27oC.

Berdasarkan penggunaan lahan, Kecamatan Gunung Sindur, sebagian

besar lahan digunakan untuk perumahan, perkebunan dan pekarangan, dimana

47
sebagian besar pekarangan digunakan untuk peternakan terutama peternakan

ayam ras pedaging. Adapun pola penggunaan tanah secara secara garis besar

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2011


No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Sawah 307.10 6.30
2. Pekarangan 720.50 7.04
3. Perumahan 1 853.36 38.00
4. Perkebunan 1 680.39 42.40
5. Darat 318.15 3.07
6. Rawa/situ 1.50 0.99
Total 4 881.00 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2011

5.1.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Kecamatan Gunung Sindur memiliki jumlah penduduk sekitar 85 032

jiwa yang terdiri dari 43 674 laki-laki dan 41 358 perempuan. Kecamatan ini

memiliki kepadatan penduduk sebesar 17 jiwa/ha. Kondisi perekonomian pada

masyarakat Kecamatan Gunung Sindur, bertumpu pada sektor industri dan

pertanian. Sektor industri terdiri dari jenis: olahan pangan, serta makanan ringan

lainnya. Produk manufaktur terdiri dari produk-produk yang berkembang di

masyarakat sebagai pedagang pengecer. Adapun pada jenis kerajinan masyarakat

misalnya pakaian, mulai perajin sampai dengan pengusaha konveksi. Sektor

pertanian di masyarakat Kecamatan Gunung Sindur, dominan pada peternakan

ayam, tanaman hias dan perikanan (ikan konsumsi dan ikan hias). Sektor lain

yang juga sebagai mata pencaharian penduduk di kecamatan ini adalah sektor

jasa, yaitu yang meliputi jasa perbankan/keuangan, jasa angkutan, pariwisata dan

lainnya. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat

pada Tabel 4.

48
Tabel 4. Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Rumah Tangga Persentase (%)
1. Pertanian 5 001 11.32
2. Pertambangan dan penggalian 31 0.07
3. Industri 6 124 13.86
4. Listrik, gas, air 12 0.03
5. Konstruksi 568 1.29
6. Perdagangan, 3 982 9.01
Hotel dan restoran 1 863 4.22
7. Angkutan 67 0.15
8. Lembaga keuangan lainnya 2 143 4.85
9. Jasa-jasa 2 301 5.21
10. Lainnya 22 092 50.00
Total 44 184 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2010

Seluruh penduduk di Kecamatan Gunung Sindur mengalami tingkat

pendidikan formal. Mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan sampai

perguruan tinggi, yaitu sebanyak 17 023 orang dengan persentase sebesar 37.72

persen. Tingkat pendidikan SD dan SLTP sebesar 26.71 persen dan 19.81 persen.

Tingkat pendidikan terkecil ada pada SMA, yaitu hanya sebesar 15.77 persen.

Adapun jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel

5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan


Gunung Sindur Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk (orang) persentase (%)
1 SD 12 053 26.71
2 SLTP 8 940 19.81
3 SLTA 7 115 15.77
4 PT 17 023 37.72
Jumlah 45 131 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2010

5.2. Karakteristik Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan


Gunung Sindur

Karakteristik usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan

peternak mandiri yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jumlah populasi
49
ayam ras pedaging, kapasitas kandang, luas kandang, bentuk kandang, arah

kandang, mortalitas, FCR, bobot badan ayam, dan hasil produksi. Karakteristik

usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Perkandangan Peternak Mandiri dan Peternak


Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Tipe Peternak
No Karakteristik
Mandiri Kemitraan
1. Jumlah Populasi (ekor)
- Minimal 510 735
- Maksimal 5 100 6 120
- Rata-rata 1 945 2 325
2. Kapasitas Kandang (ekor) 1 809 2 653
5. Luas Kandang (m2) 165 167
4. Bentuk Kandang (%)
- Liter 66.67 83.33
- Panggung 33.33 16.67
5. Arah Kandang (%)
- U-S 76.67 36.67
- B-T 23.33 73.33
6. Mortalitas (%) 5.94 7.31
7. FCR 0.85 1.00
8. Bobot Badan Ayam (kg) 0.80 0.88
9. Hasil Produksi (kg) 1 455 1 904
Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah populasi ayam

ras pedaging peternak kemitraan lebih besar dari peternak mandiri. Peternak

mandiri memilik rata-rata populasi sebesar 1 945 ekor dan peternak kemitraan

memiliki rata-rata sebesar 2 305 ekor. Rata-rata luas kandang pada peternak

mandiri adalah 164.48 m2 dengan kapasitas kandang 1 809 ekor. Peternak mandiri

memiliki kepadatan kandang sebesar 11 ekor/m2, artinya setiap satu m2 ayam

dapat digunakan untuk menampung 11 ekor ayam ras pedaging. Peternak

kemitraan memiliki rata-rata luas kandang 167.30 m2 dengan rata-rata kapasitas

kandang 2 653 ekor, peternak kemitraan memiliki kapasitas kepadatan kandang

sebesar 13 ekor/m2 dengan rata-rata berat badan ayam 0.84 kg. Umumnya,
50
kepadatan pada kandang sekitar antara 8-10 ekor/m2 dengan berat badan kurang

lebih 1 kg (Fadilah, 2004). Semakin tinggi kepadatan ayam, mengakibatkan suhu

di dalam kandang semakin panas dan menyebabkan oksigen di dalam kandang

semakin berkurang sehingga menyebabkan ayam menjadi stres.

Bentuk kandang yang digunakan oleh peternak yaitu kandang panggung

dan kandang litter. Bentuk kandang dan lokasi kandang sangat mempengaruhi

sistem sirkulasi dan ventilasi di dalam kandang. Bentuk kandang dan lokasi

kandang yang digunakan peternak mandiri dan petenak kemitraan, sebesar 66.67

dan 83.33 persen adalah bentuk kandang litter. Sebanyak 33.33 persen bentuk

kandang panggung yang digunakan peternak mandiri dan 16.67 persen yang

digunakan oleh peternak kemitraan. Bentuk kandang panggung lebih baik jika

dibandingkan dengan kandang litter, sirkulasi udara lebih lancar karena dapat

diperoleh dari celah-celah bawah lantai dan dinding, selain itu dapat

meminimalkan penyebaran penyakit. Meskipun bentuk kandang panggung lebih

baik, namun biaya pembuatannya lebih mahal, oleh karena itu sebagian peternak

menggunakan kandang litter.

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa pada peternak mandiri terdapat

76.67 persen mendirikan kandang menghadap ke arah utara-selatan dan 23.33

persen mendirikan kandang menghadap ke arah timur-barat. Peternak kemitraan

terdapat 36.67 persen kandang dibangun dengan menghadap ke arah utara-selatan

dan 73.33 persen menghadap ke arah timur-barat. Lokasi kandang sebaiknya

menghadap ke arah timur-barat agar terhindar dari panas matahari secara langsung

dan matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.

51
Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu

usahaternak ayam ras pedaging. Rata-rata tingkat kematian atau mortalitas ayam

peternak mandiri sebesar 5.94 persen, sedangkan tingkat mortalitas peternak

kemitraan mencapai 7.31 peresen. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen

budidaya ayam ras pedaging pada peternak mandiri lebih baik jika dibandingkan

dengan peternak kemitraan.

Keberhasilan dalam pemeliharaan usahaternak ayam ras pedaging selain

dilihat dari besarnya tingkat kematian ayam, juga dapat diukur berdasarkan FCR

(Feed Conversion Ratio). FCR digunakan untuk menghitung efisiensi pakan,

artinya berapa pakan yang dihabiskan setiap ekor ayam untuk menghasilkan satu

kilogram berat badan. Nilai FCR dapat dihitung dari total pakan yang diberikan

dibagi dengan total ayam yang dipanen (Fadilah, 2004). Semakin kecil nilai FCR,

berarti penggunaan pakan semakin efektif.

Total rata-rata berat badan ayam pada peternak mandiri adalah 1 454 kg

dan total rata-rata berat badan ayam pada peternak kemitraan adalah 1 904 kg.

Total rata-rata pakan yang dihabiskan ayam dalam satu periode produksi pada

peternak mandiri adalah 1 485 kg dan total rata-rata pakan yang dihabiskan ayam

dalam satu periode produksi pada peternak kemitraan adalah 1 858 kg. Diperoleh

nilai FCR untuk peternak mandiri sebesar 0.85, artinya setiap kenaikan berat

badan ayam sebesar satu kilogram, dibutuhkan penggunaan pakan sebesar 0.85

kg. Nilai FCR untuk peternak kemitraan sebesar 1.00, artinya setiap kenaikan

berat badan ayam sebesar satu kilogram, dibutuhkan penggunaan pakan sebesar

satu kg. Berdasarkan penjelasan di atas, nilai FCR untuk peternak kemitraan lebih

besar dibandingkan dengan nilai FCR peternak mandiri, sehingga dapat

52
disimpulkan bahwa peternak mandiri lebih mampu mengefisiensikan penggunaan

pakan dari pada peternak kemitraan.

5.3. Manajemen Budidaya Ayam Ras Pedaging

Manajemen budidaya ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur

terdiri dari 1) masa kosong kandang atau persiapan kandang, 2) persiapan DOC

ketika tiba di kandang, 3) pemeliharaan ayam sampai dengan masa panen, dan 4)

masa panen.

1. Persiapan Kandang

Masa persiapan kandang atau masa kosong kandang dimulai dari

pembersihan kandang. Kandang dibersihkan setelah ayam dipanen dari segala

bentuk kotoran. Kandang dicuci bersih dengan menggunakan air mulai dari lantai,

dinding hingga bagian atas kandang dengan menggunakan campuran air deterjen,

namun ada juga sebagian peternak tanpa menggunakan deterjen untuk menghemat

biaya. Setelah dibilas dengan air hingga bersih, selanjutnya disemprot dengan

menggunakan disenfektan atau formalin untuk membunuh kuman dan segala jenis

penyakit yang mungkin tertinggal dari ayam pada periode sebelumnya. Kemudian

dilakukan pengapuran dibagian dalam, lantai, dinding dan langit-langit kandang.

Pengapuran dilakukan dengan tujuan mencegah dan membunuh mikroorganisme

termasuk jamur yang merugikan kesehatan ayam. Selanjutnya, peralatan kandang

seperti tempat pakan dan minum dicuci menggunakan air deterjen kemudian

dibilas dengan desinfektan seperti dosban atau anticept, selanjutnya dikeringkan

dan disimpan ditempat yang bersih.

Setelah melalui tahap pengapuran selama 2-3 hari, dilakukan penebaran

sekam dan pemasangan tirai. Sebelum sekam disebar sebagai alas kandang,

53
sebagian peternak kemitraan menggunakan desinfektan untuk disemprotkan pada

sekam secara merata. Selama satu minggu pertama, di atas sekam diletakan koran

yang diganti setiap hari untuk menghindari penyebaran mikroorganisme penyebab

penyakit. Tirai dipasang pada bagian luar kandang, 3 hari sebelum DOC datang.

Sekat dipasang bersama dengan tempat minum dan tempat makan/baki yang telah

bersih. Pemanas sudah terpasang 3-4 jam sebelum DOC datang. Penggunaan

pemanas pada awal pemeliharaan pada peternak mandiri adalalah 10 hari,

sedangkan peternak kemitraan selama 12 hari. Setelah 10 atau 12 hari penggunaan

pemanas dilakukan selama 24 jam, pemanas hanya diberikan ketika cuaca dingin

ketika turun hujan atau hanya diberikan pada malam hari.

2. Persiapan sebelum DOC Datang

Ketika DOC telah tiba di lokasi, sebelum disebar ke dalam kandang,

dilakukan perhitungan terhadap jumlah DOC yang datang dari poultry. Kemudian

dilakukan penanganan terhadap DOC yang mati atau dalam keadaan lemah,

kerdil, cacat dan tidak lincah agar diberikan perlakuan khusus. Strain DOC yang

digunakan merupakan jenis Cobb dimana jenis ini memiliki karakteristik lebih

banyak berproduksi daging dan memiliki sedikit bulu. Sebelum DOC datang,

peralatan seperti tempat makan dan tempat minum dalam keadaan bersih dan siap

pakai, sekat terpasang secara mengeliling. Setelah semua peralatan sudah siap,

DOC disebar ke dalam penyekat induk buatan atau sekat yang dapat terbuat dari

seng atau bambu yang ditutupi dengan karung atau terpal. Setelah DOC disebar,

pakan dan minum diberikan untuk mengenalkan pakan dan melatih ayam untuk

makan. Pakan dalam baki diberikan selama 2-5 hari pertama.

54
3. Pemeliharaan Ayam sampai Menjelang Panen

Pemeliharaan ayam dilakukan secara intensif oleh peternak mulai dari

DOC sampai masa panen ayam. Minggu pertama, pemanas dan lampu selama 23-

24 jam dipasang, tirai dalam keadaan tertutup. Pelebaran sekat disesuaikan dengan

penambahan berat badan atau kepadatan serta diiringi dengan penambahan tempat

makan dan minum. Pakan yang diberikan pada ayam merupakan jenis starter

dimana strukturnya lebih halus dan memiliki kandungan atau komposisi yang

bagus untuk pertumbuhan DOC. Pada hari pertama DOC, diberikan air gula untuk

mengurangi stres yang sering terjadi pada DOC setelah masa pengangkutan. Hari

selanjutnya, diberikan air minum yang dicampur dengan vitamin. Hari keempat

dilakukan vaksinasi NDLS-VAC melalui tetes mata untuk menghindari terjadinya

penyakit tetelo/ND. Umumnya vaksin NDLS diberikan sebanyak dua kali dalam

satu periode produksi yaitu pada hari keempat dan minggu kedua, namun sebagian

besar peternak hanya melakukan vaksinasi sekali selama periode produksi karena

rata-rata umur panen ayam 25 hari.

Minggu kedua, tirai dibuka sepertiga bawahnya dan pemanas hanya

dinyalakan pada saat malam hari atau dalam kondisi dingin/hujan. Pakan

diberikan sedikit demi sedikit namun sesering mungkin. Hal ini dilakukan untuk

menghindari pemborosan pakan karena terbuang dan menjaga kesehatan ayam

karena pakan yang diberikan selalu baru. Air minum diberikan secara tidak

terbatas. Air minum yang diberikan dicampur dengan vitamin seperti electrovit

atau vitachick selama tiga hari pada sore hari, pagi hari diberikan antibiotik seperti

colamox atau therapy. Pada umur ayam antara 9-12 hari dilakukan vaksin IBD-

VAC untuk mencegah penyakit gumboro.

55
Minggu ketiga dan keempat, tidak jauh berbeda dengan minggu kedua,

tirai sudah dibuka semua dan penerangan hanya dilakukan pada malam dan

pemanas dinyalakan hanya pada cuaca dingin. Ketika sekam dirasa sudah cukup

lembab, basah serta menimbulkan bau yang tidak sedap maka dilakukan

penambahan sekam dan penyemprotan disenfektan atau dilakukan penggantian

sekam. Pemantauan ayam dilakukan secara intensif dari minggu pertama hingga

pasca panen. Ketika ditemukan ayam yang sakit, ayam dipisahkan untuk diberikan

pengobatan. Masa terakhir pemeliharaan, dilakukan penimbangan ayam, untuk

melihat bobot ayam yang telah siap dipanen dan pemberian pakan, obat dan

vitamin dihentikan.

4. Masa Panen

Panen ayam biasanya dilakukan pada malam dan siang hari pada usia

sekitar 25-30 hari (ukuran ayam kecil) dengan bobot ayam 0.8-1.2 kg. Sebelum

ayam dipanen, 3-4 hari pemberian obat-obatan dihentikan tetapi air minum tetap

diberikan. Selama proses penangkapan, penimbangan dan pengangkutan hingga

penampungan dapat diberikan obat untuk mengatasi stres berlebihan, namun ada

juga sebagian peternak yang tidak memberikan obat selama 3-4 hari sebelum

panen dengan alasan ayam yang akan dikonsumsi tidak mengandung obat-obatan.

5.4. Karakteristik Responden

Responden dalam penilitian ini terdiri dari 30 peternak plasma dan 30

peternak mandiri yang dipilih dari tiga desa, yaitu Desa Padurenan, Desa

Pabuaran dan Desa Pangasinan. Ketiga desa tersebut dipilih secara purposive

karena desa tersebut memiliki peternak plasma terbanyak dari sepuluh desa yang

ada di Kecamatan Gunung Sindur.

56
Tabel 7. Karakteristik Responden Peternak di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Karakterstik Jenis Peternak
No Responden Mandiri Kemitraan
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 28 93.33 23 76.67
b. Perempuan 2 6.67 7 23.33
2 Usia
a. < 15 0 0.00 0 0.00
b. 15-64 29 96.67 29 96.67
c. > 64 1 3.33 1 3.33
3 Tingkat Pendidikan
a. SD 12 40.00 10 33.33
b. SLTP 10 33.33 10 33.33
c. SLTA 5 16.67 6 20.00
d. PT 3 10.00 4 13.33
4 Lama Usahaternak
a. ≤ 5 tahun 19 63.33 17 56.67
b. 6-15 tahun 8 26.67 11 36.67
c. >15 tahun 3 10.00 2 6.67
5 Status Usaha
a. Pekerjaan Utama 25 83.33 27 90.00
b. Pekerjaan Sampingan 5 16.67 3 10.00
Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

pengalaman beternak, status usahaternak, dan motivasi usahaternak peternak baik

peternak mandiri maupun peternak plasma. Motivasi beternak diikutsertakan,

untuk mengetahui keberhasilan budidaya usahaternak ayam ras pedaging. Semua

karaktesistik tersebut sangat penting karena berpengaruh terhadap usahaternak

ayam ras pedaging.

1. Jenis Kelamin dan Usia

Berdasarkan Tabel 7, baik pada peternak plasma dan peternak mandiri

sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 93.33 persen dan 76.67

persen, sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 6.67 persen dan

23.33 persen. Hal ini menunjukan bahwa, baik pada peternak mandiri dan

peternak plasma masih terdapat peran wanita dalam usahaternak. Usahaternak

yang dilakukan di Kecamatan Gunung Sindur, jika suami bekerja sebagai peternak

57
maka bersama-sama dengan istri mereka melaksanakan pekerjaan dibidang

peternakan dari sejak awal proses hingga pasca panen. Hal ini bertujuan

mengurangi tenaga kerja dan menekan biaya tenaga kerja.

Usia responden pada penelitian berkisar antara 20-72 tahun. Penggolongan

usia responden dibagi ke dalam tiga interval, yaitu usia antara kurang dari 15

tahun, 15-64 tahun dan lebih dari 64 tahun. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat

bahwa peternak mandiri dan plasma sebagian besar berada pada usia produktif

yaitu dengan rentan usia antara 15-45 tahun sebesar 96.67 persen. Hanya terdapat

3.33 persen peternak mandiri dan peternak plasma yang berada pada usia tidak

produktif, biasanya pada responden dengan usia tersebut dibantu oleh keluarga

seperti istri dan anak dalam menjalankan usahaternaknya. Rata-rata usia

responden pada penelitian adalah 42 tahun.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah berapa lama pendidikan formal

yang pernah diikuti oleh peternak. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara

berfikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, cenderung akan

memperhitungkan dan mempertimbangkan risiko dalam usahaternaknya dan lebih

cepat dalam mengadopsi inovasi dan teknologi. Responden dengan tingkat

pendidikan SLTA dan PT (Perguruan Tinggi) memperoleh informasi atau cara

mengatasi permasalahan yang ada dalam usahaternaknya dari buku. Peternak

dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP, cenderung mengelola usahaternaknya

secara turun temurun atau sekedar mendapat informasi dari orang lain.

Tingkat pendidikan responden bervariasi dari SD hingga perguruan tinggi.

Semua responden mengalami tingkat pendidikan formal. Mayoritas tingkat

58
pendidikan formal terakhir peternak mandiri adalah SD. Berdasarkan Tabel 6,

dapat dilihat bahwa peternak mandiri yang memiliki tingkat pendidikan formal

SD sebesar 40.00 persen, SLTP sebesar 33.33 persen, SLTA sebesar 16.67 persen

dan PT 10.00 persen. Peternak plasma sebagian besar memiliki tingkat pendidikan

formal SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 33.33 persen, peternak plasma

dengan tingkat pendidikan SLTA 20.00 persen dan PT sebesar 13.33 persen.

Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar peternak ayam ras pedaging di

Kecamatan Gunung Sindur masih berada pada tingkat pendidikan rendah.

3. Pengalaman Berusahaternak

Pengalaman berusahaternak yang dimaksud adalah mulai diperhitungkan

sejak seorang peternak mulai terlibat dalam usahaternak. Pengalaman

berusahaternak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

kemampuan bekerja dan berpikir peternak dalam mengelola usahaternaknya.

Pengalaman usahaternak dapat menentukan keberhasilan dari usaharternaknya,

karena dengan pengalaman tersebut menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan

selanjutnya. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak

responden memiliki pengalaman usahaternak di bawah lima tahun yaitu sebesar

63.33 persen peternak mandiri dan 56.67 persen peternak plasma. Artinya,

sebagian besar peternak belum cukup berpengalaman dalam melakukan

usahaternak ayam ras pedaging. Namun demikian, sebagian peternak sudah

berpengalaman dengan lama berusahaternak antara 6-15 tahun yaitu sebesar 26.67

persen untuk peternak mandiri dan peternak plasma sebesar 36.67 persen.

Sedangkan responden yang paling berpengalaman, yaitu lebih dari 15 tahun dalam

usahaternak ayam ras pedaging, hanya terdapat sebesar 10.00 persen peternak

59
mandiri dan 6.67 persen peternak kemitraan. Rata-rata lama peternak responden

melakukan usahanya adalah lima tahun, sehingga dapat disimpulkam bahwa

peternak ayam ras pedaging belum cukup berpengalaman dalam melakukan

usahaternaknya karena sebagian besar peternak baru memulai membangun

usahanya.

3. Status Usaha

Mayoritas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur

sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 83.67 persen peternak mandiri dan sebesar

90.00 persen peternak plasma. Status usaha peternak sebagai usahaternak

sampingan hanya sebesar 16.33 persen untuk peternak mandiri dan 10.00 persen

untuk peternak plasma. Status usaha berpengaruh terhadap keberlanjutan dari

usahaternak responden. Ketika terjadi risiko harga, seperti anjloknya harga ayam

ataupun kenaikan harga sarana produksi, responden dengan usahaternak sebagai

pekerjaan sampingan cenderung memilih untuk tidak berproduksi hingga harga

kembali stabil. Peternak dengan status usahaternak sebagai pekerjaan utama lebih

memilih tetap melanjutkan usahanya.

60
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras


Pedaging

6.1.1. Analisis Model Fungsi Produksi

Model analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb

Douglas yang diaplikasikan untuk peternak mandiri dan peternak plasma dan

peternak secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur. Variabel-variabel

bebas yang dimasukan ke dalam model ini adalah pakan (X1), tenaga kerja (X2),

vaksin (X3), pemanas (X4), sekam (X5), mortalitas (X6), dan kepadatan kandang

(X7). Setelah dilakukan analisis menggunakan metode OLS, hasil pendugaan

yang diperoleh untuk model Cobb Douglas adalah sebagai berikut:

Fungsi Produksi Peternak Mandiri:

Ln Y = -0.102 + 0.895 ln X1 + 0.023 ln X2 + 0.019 ln X3 + 0.168 ln X4


+ 0.0009 ln X5 + 0.005 ln X6 – 0.037 ln X7 ………………………..(6.1)
Fungsi Produksi Peternak Kemitraan:

Ln Y = -0.686 + 0.298 ln X1 + 0.190 ln X2 + 0.055 ln X3 + 0.194 ln X4

+ 0.262 ln X5 - 0.218 ln X6 + 0.696 ln X7 …………………………...(6.2)

Fungsi Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak

Mandiri dan Kemitraan):

Ln Y = 1.012 + 0.517 ln X1 + 0.108 ln X2 + 0.011 ln X3 + 0.261 ln X4


+ 0.139 ln X5 - 0.127 ln X6 + 0.145 ln X7 + 0.070 D ……...………(6.3)
Berdasarkan Tabel 8, hasil pendugaan model Cobb Douglas, untuk

peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan

diperoleh koefisien determinasi terkoreksi (Radj) sebesar 83.71 persen. Hal

61
tersebut menunjukan bahwa sebesar 83.71 persen dari variasi variabel dependen

dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 16.29 persen dijelaskan oleh

variabel lain di luar model. Berdasarkan uji F, faktor-faktor produksi seperti

pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas dan kepadatan kandang

secara bersama-sama dapat menjelaskan produksi ayam ras pedaging secara

keseluruhan pada taraf α satu persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor-faktor yang

berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pakan dan pemanas yaitu pada taraf α

satu persen. Sekam dan mortalitas nyatapada taraf α masing-masing sebesar lima

persen dan sepuluh persen. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi ayam ras pedaging adalah tenaga kerja, vaksin, kepadatan kandang, dan

variabel dummy (1=peternak kemitraan dan 0=peternak mandiri).

Tabel 8. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi


Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Variabel Koefisien Regresi Nilai t-hitung P-value
Koefisien 1.012 1.702 0.095
Pakan (X1) 0.517 5.814 0.000*
Tenaga kerja (X2) 0.108 0.862 0.393
Vaksin (X3) 0.011 0.339 0.736
Pemanas (X4) 0.261 4.006 0.000*
Sekam (X5) 0.139 2.062 0.044**
Mortalitas (X6) -0.127 -1.895 0.064***
Kepadata kandang (X7) 0.145 1.038 0.304
Dummy 0.070 0.925 0.359
R-sq (Adj) 83.706
F-hitung 38.889
P-value Uji F 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = Nyata pada α = 1 persen
** = Nyata pada α = 5 persen
*** = Nyata pada α = 10 persen

Berdasarkan hasil model fungsi produksi Cobb Douglas peternak ayam ras

pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa

62
peternak kemitraan dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan secara nyata.

Perbedaan produksi pada peternak kemitraan lebih besar 0.063 persen.

Tabel 9. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi


Cobb Douglas Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Variabel Koefisien Regresi Nilai t-hitung P-value
Koefisien -0.102 -0.186 0.854
Pakan (X1) 0.895 9.513 0.000*
Tenaga kerja (X2) 0.023 0.179 0.859
Vaksin (X3) 0.019 0.849 0.405
Pemanas (X4) 0.168 2.907 0.008*
Sekam (X5) 0.001 0.013 0.990
Mortalitas (X6) 0.005 0.085 0.933
Kepadata kandang (X7) -0.037 -0.340 0.737
R-sq (Adj) 93.398
F-hitung 59.610
P-value Uji F 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = Nyata pada α = 1 persen

Berdasarkan Tabel 9, hasil pendugaan model Cobb Douglas peternak

mandiri diperoleh koefisien determinasi terkoreksi (R adj) sebesar 93.40 persen.

Hal tersebut menunjukan bahwa pada peternak mandiri, sebesar 93.40 persen dari

variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 6.60

persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan uji F diperoleh

nilai probabilitas F sebesar 0.000, artinya faktor-faktor produksi seperti pakan,

tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas, dan kepadatan kandang secara

bersama-sama dapat menjelaskan produksi ayam ras pedaging peternak mandiri

pada taraf α sebesar satu persen. Guna mengetahui pengaruh masing-masing

variabel terhadap produksi dilakukan uji t. Berdasarkan hasil uji t, faktor-faktor

yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pakan dan pemanas pada taraf α

sebesar satu persen, sedangkan tenaga kerja, vaksin, sekam, mortalitas, dan

63
kepadatan kandang tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras

pedaging pada peternak mandiri.

Tabel 10. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi
Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Variabel Koefisien Regresi Nilai t-hitung P-value
Koefisien 0.686 0.686 0.504
Pakan (X1) 0.298 0.298 0.022**
Tenaga kerja (X2) 0.190 0.190 0.251
Vaksin (X3) 0.055 0.055 0.518
Pemanas (X4) 0.194 0.194 0.084***
Sekam (X5) 0.262 0.262 0.015**
Mortalitas (X6) -0.218 -0.218 0.036**
Kepadata kandang (X7) 0.696 0.696 0.011*
R-sq (Adj) 83.658
F-hitung 22.208
P-value Uji F 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = Nyata pada α = 1 persen
** = Nyata pada α = 5 persen
*** = Nyata pada α = 10 persen

Berdasarkan Tabel 10, nilai koefisien determinasi terkoreksi (Radj) pada

model fungsi produksi peternak kemitraan sebesar 83.66 persen, artinya sebesar

83.66 persen dari variasi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan 16.34 persen dijelaskan oleh variabel lain

di luar model. Nilai probabilitas pada uji F sebesar 0.000 dimana nilainya kurang

dari taraf α lima persen, hal ini menunjukan bahwa semua faktor produksi yang

dimasukan dalam model secara bersama-sama dapat menjelaskan produksi ayam

ras pedaging. Hasil uji t pada model fungsi produksi peternak kemitraan,

menunjukkan bahwa sekam dan kepadatan kandang berpengaruh secara nyata

pada taraf α sebesar satu persen, pakan dan mortalitas nyata pada taraf α sebesar

lima persen, serta pemanas berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras

pedaging pada taraf α sebesar sepuluh persen. Tenaga kerja dan vaksin tidak

64
berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak

kemitraan.

Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap model fungsi

produksi, selanjutya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat

masalah kenormalitasan, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Model fungsi

Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan (peternak mandiri

dan kemitraan), residual tidak terdistribusi secara normal, namun tidak ditemukan

masalah heterokedastisitas dan multikolinearitas yang serius.

Tabel 11. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Nilai
Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak
Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variabel VIF
(Constanta) -
Pakan (X1) 2.568
Tenaga kerja (X2) 1.192
Vaksin (X3) 1.268
Pemanas (X4) 1.800
Sekam (X5) 1.930
Mortalitas (X6) 1.575
Kepadatan kandang (X7) 1.880
Dummy 1.219
Jarque-Bera 18.829
P-value JB 0.000
Chi-Square 0.028
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 11, diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar

0.000 yang nilainya lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual tidak menyebar normal. Pengujian multikolinearitas

dapat dilihat dari VIF pada masing-masing variabel bernilai kurang dari sepuluh,

sehingga dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Pengujian

masalah heterokedastisitas diperoleh Chi-Square 0.028 yang nilainya lebih besar

dari taraf α satu persen, hal tersebut menunjukan bahwa model fungsi produksi

65
Cobb Douglas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur tidak

ditemukan masalah heterokedastisitas, artinya variabel dependen (pakan, tenaga

kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas dan kepadatan kandang) yang terdapat

dalam model tidak ada yang berpengaruh secara nyata terhadap residualnya.

Tabel 12. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-
Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri
di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variabel VIF
(Constanta) -
Pakan (X1) 3.561
Tenaga kerja (X2) 1.490
Vaksin (X3) 1.493
Pemanas (X4) 1.829
Sekam (X5) 3.043
Mortalitas (X6) 1.887
Kepadatan kandang (X7) 1.870
Jarque-Bera 5.539
P-value JB 0.063
Chi-Square 0.205
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 12, pada model fungsi produksi ayam ras pedaging

peternak mandiri, diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.063, nilai

tersebut lebih besar dari taraf α satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa

residual menyebar normal. Hasil uji mulikolinearitas, diperoleh nilai VIF pada

masing-masing variabel kurang dari sepuluh sehingga dapat disimpulkan tidak

terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Berdasarkan hasil regresi model

fungsi Cobb Douglas pada peternak mandiri tidak ditemukan masalah

heterokedastisitas, hal ini dapat ditunjukan dari nilai Chi-Square sebesar 0.205

yang nilainya lebih besar dari taraf α 15 persen.

66
Tabel 13. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-
Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variabel VIF
(Constanta) -
Pakan (X1) 2.350
Tenaga kerja (X2) 1.078
Vaksin (X3) 1.057
Pemanas (X4) 2.300
Sekam (X5) 1.546
Mortalitas (X6) 1.454
Kepadatan kandang (X7) 1.999
Jarque-Bera 0.099
P-value JB 0.951
Chi-Square 0.172
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 13, model fungsi Cobb Douglas peternak kemitraan

distribusi data menyebar normal, tidak ditemukan masalah heterokedastisitas dan

multikolinearitas yang serius. Nilai probabilitas Jarque-Bera pada uji

kenormalitasan sebesar 0.951, nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu persen.

Hal tersebut menunjukan bahwa pada model fungsi Cobb Douglas peternak

kemitraan, residual menyebar normal. Hasil uji multikolinearitas, diperoleh VIF

masing-masing variabel bernilai kurang dari sepuluh, sehingga dapat disimpukan

bahwa tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel dependen (pakan, luas

kandang, tenaga kerja, vaksin, pemanas, mortalitas, dan kepadatan kandang)

artinya tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Pengujian

heterokedastisitas diperoleh nilai Chi-Square sebesar 0.172 yang nilainya lebih

besar dari taraf α 15 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi masalah

heterokedastisitas pada model tersebut, artinya masing-masing variabel dependen

tidak berpengaruh secara nyata terhadap residualnya.

67
6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produksi Ayam
Ras Pedaging

Besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi Cobb

Douglas, dapat diketahui dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas

produksinya. Nilai koefisien masing-masing faktor produksi terhadap produksi

ayam ras pedaging peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur

secara keseluruhan dan peternak kemitraan, yang bernilai positif adalah pakan,

tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan kepadatan kandang, adapun peternak mandiri

adalah pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, dan mortalitas. Koefisien

regresi yang bernilai negatif pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan

dan peternak kemitraan adalah tingkat kematian atau mortalitas. Koefisien regresi

yang bernilai negatif pada peternak mandiri adalah kepadatan kandang. Nilai yang

negatif pada koefisien regresi menunjukan hubungan yang berkebalikan antara

faktor produksi dengan produksinya. Pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ayam ras pedaging secara adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Nilai Koefisien Produksi Pada Peternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan (Peternak Mandiri
dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Peternak secara Peternak Peternak
Faktor Produksi
Keseluruhan Mandiri Kemitraan
Koeisien 1.012 -0.102 0.686
Pakan (X1) 0.517* 0.895* 0.298**
Tenaga Kerja (X2) 0.108 0.023 0.190
Vaksin (X3) 0.011 0.019 0.055
Pemanas (X4) 0.261* 0.168* 0.194***
Sekam (X5) 0.139** 0.001 0.262**
Mortalitas (X6) -0.127*** 0.005 -0.218**
Kepadatan Kandang (X7) 0.145 -0.037 0.696*
Dummy 0.070 - -
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = Nyata pada α = 1 persen
** = Nyata pada α = 5 persen
*** = Nyata pada α = 10 persen
68
1. Pakan

Secara hipotesis koefisien variabel pakan bertanda positif. Artinya

semakin bertambahnya pakan, maka bobot ayam akan semakin meningkat,

sehingga produksi ayam ras pedaging juga akan semakin meningkat. Rata-rata

penggunaan pakan dalam satu periode produksi peternak mandiri adalah 1 485 kg

dan peternak kemitraan rata-rata penggunaan pakan sebesar 1 858 kg. Rata-rata

penggunaan pakan usahaternak ayam ras pedaging secara keseluruhan di

Kecamatan Gunung Sindur adalah 1 672 kg. Biaya pakan merupakan biaya

terbesar dalam usahaternak yaitu sebesar 46.65 persen dari total biaya variabel.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pakan berpengaruh positif

terhadap produksi dan nyata pada taraf α sebesar satu persen pada peternak ayam

ras pedaging peternak mandiri dan peternak secara keseluruhan (peternak mandiri

dan kemitraan), serta pakan berpengaruh nyata pada taraf α sebesar lima persen

pada peternak kemitraan. Nilai elastisitas produksi pakan yang bernilai positif

antara 0 sampai 1 menunjukan penggunaan pakan berada pada daerah rasional.

Nilai elastisitas pakan pada peternak mandiri sebesar 0.895, artinya setiap

penambahan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah produksi ayam

ras pedaging sebesar 0.895 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan pada

fungsi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan sebesar 0.298, artinya

setiap penambahan satu persen pakan akan meningkatkan produksi ayam ras

pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan dalam

fungsi produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara

keseluruhan sebesar 0.507, artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen

69
akan meningkatkan jumlah produksi ayam ras pedaging sebesar 0.507 persen

dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).

Berdasarkan Tabel 14, koefisien produksi pakan pada peternak mandiri

lebih responsif terhadap produksi daripada peternak kemitraan. Menurut

Mulyantini (2011), pertumbuhan ternak ditentukan oleh kuantitas dan kualitas

pakan. Pertumbuhan atau pertambahan berat badan juga merupakan interaksi

antara potensi genetik dengan faktor lingkungan. Jika semuanya berinteraksi

dengan baik, maka pertumbuhan ternak yang dipelihara akan optimal. Jenis strain

yang dikembangkan baik pada peternak mandiri ataupun kemitraan adalah Cobb.

Hal tersebut menunjukan tidak ada perbedaan pada strain ayam antara peternak

kemitraan dan mandiri, sedangkan perbedaan diperkirakan terdapat pada kualitas

pakan yang diberikan. Pakan yang diperoleh dari inti digunakan untuk awal

pemeliharaan ayam sampai dengan masa panen, sehingga diduga penyimpanan

pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada kualitas pakan yang

akan berdampak pada pertumbuhan ayam. Indonesia sebagai negara tropis

memiliki suhu dan kelembaban yang relatif tinggi dan sangat mempengaruhi daya

tahan pakan dan mempercepat proses ketengikan, sehingga pada akhirnya

mengurangi gizi dari pakan (Mulyantini, 2010). Pembuatan gudang pakan

merupakan hal penting dalam usahaternak karena dengan adanya tempat

penyimpanan yang baik, kualitas pakan dapat terjaga (Fadilah, 2006).

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah faktor produksi yang penting dalam

usahaternak. Peternak rakyat yang pada umumnya memiliki keterbatasan dalam

permodalan, sehingga peran tenaga kerja dalam keluarga sangat diperlukan. Jika

70
masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri tidak perlu mengupah

tenaga kerja dari luar, yang berarti dapat menghemat biaya produksi. Secara

hipotesis, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi. Berdasarkan hasil

pendugaan parameter, variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi

ayam ras pedaging. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien regresi tenaga kerja

yang bertanda positif, artinya setiap penambahan tenaga kerja akan meningkatkan

produksi ayam ras pedaging.

Penggunaan tenaga kerja pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan

peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur

tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini

disebabkan tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak ayam ras pedaging,

baik peternak mandiri maupun kemitraan merupakan tenaga kerja dalam keluarga,

dimana tidak terdapat pembagian kerja dalam pengelolaan usahaternak. Kegiatan

usahaternak biasanya dilakukan oleh suami yang dibantu oleh istri dan atau anak

yang tidak memiliki pengalaman dalam usahaternak, selain itu tenaga kerja pada

peternak kemitraan 63.33 persen dan peternak kemitraan sebesar 56.67 persen

memiliki pengalaman usahaternak di bawah lima tahun, sehingga belum cukup

berpengalaman dalam usahaternak.

Nilai elastisitas tenaga kerja peternak mandiri sebesar 0.023, artinya setiap

peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam sebesar

0.023 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas tenaga kerja peternak kemitraan

sebesar 0.190, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan

meningkatkan produksi ayam sebesar 0.190 persen (ceteris paribus). Nilai

elastisitas produksi tenaga kerja peternak ayam ras pedaging di Kecamatan

71
Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.108, artinya setiap peningkatan satu

persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.108

persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi tenaga kerja positif antara 0

sampai 1, menunjukan penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional.

3. Vaksin

Dalam usahaternak ayam ras pedaging, program pencegahan penyakit

harus dilaksanakan dengan baik. Ketika unggas terserang penyakit atau terinfeksi

parasit akan mengakibatkan produksi daging yang dihasilkan rendah,

pertumbuhan ayam menurun, konversi ransum tinggi dan mortalitas akan

meningkat. Kegiatan pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian

vaksin. NDLS-Vac merupakan vaksin yang wajib dilakukan pada usahaternak

ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur. Biaya yang dikeluarkan untuk

penggunaan vaksin tersebut sebesar 17.16 persen dari total biaya OVAC.

Secara hipotesis, vaksin merupakan variabel yang memiliki koefisien

bernilai positif sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi ayam ras

pedaging. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, penggunaan vaksin memang

berpengaruh positif, namun pada fungsi produksi peternak mandiri, peternak

kemitraan, dan peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan penggunaan

vaksin tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal

ini disebabkan vaksin NDLS pada dasarnya hanya digunakan sebagai pencegah

penyakit ND pada awal masa pertumbuhan ayam, namun bila vaksinasi ini tidak

dilakukan, dan ayam telah terjangkit serta menyebar maka akan menyebabkan

kematian masal karena penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya

72
dapat dicegah. Kerugian ekonomi akibat ND sangat besar karena angka kematian

yang ditimbulkannya sangat tinggi.

Nilai Elastisitas produksi vaksin peternak mandiri sebesar 0.019, artinya

setiap peningkatan satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam sebesar

0.019 persen (ceteris paribus). Elastisitas produksi vaksin peternak kemitraan

sebesar 0.055, artinya peningkatan sebesar satu persen vaksin akan meningkatkan

produksi ayam sebesar 0.055 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi

vaksin pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara

keseluruhan sebesar 0.011, artinya setiap peningkatan satu persen vaksin akan

meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.011 persen (cateris paribus).

Nilai elastisitas produksi yang bernilai positif antara 0 sampai 1 menunjukan

penggunaan vaksin pada usahaternak berada daerah rasional.

4. Pemanas

Pemanas merupakan faktor yang penting digunakan dalam usahaternak

ayam ras pedaging, terutama pada masa ayam umur 1-2 minggu karena pada umur

tersebut ayam belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Secara

hipotesis, penggunaan pemanas berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras

pedaging. Hal tersebut dikarenakan pemanas dapat membuat DOC tumbuh dan

berkembang dengan baik.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pemanas berpengaruh positif

terhadap produksi ayam ras pedaging dan berpengaruh secara nyata pada peternak

mandiri dan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara

keseluruhan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan peternak kemitraan

pemanas berpengaruh secara nyata pada taraf α sebesar sepuluh persen. Nilai

73
elastisitas produksi pemanas bernilai positif yaitu antara 0 sampai 1. Nilai

elastisitas pemanas pada peternak mandiri sebesar 0.168, artinya setiap

peningkatan satu persen penggunaan untuk pemanas akan meningkatkan produksi

ayam ras pedaging sebesar 0.168 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas

pemanas pada peternak kemitraan sebesar 0.194, artinya setiap peningkatan satu

persen penggunaan pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging

sebesar 0.194 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pemanas pada peternak

ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.261, artinya setiap peningkatan

sebesar satu persen pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging

sebesar 0.261 persen (ceteris paribus).

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa elastisitas produksi penggunaan

pemanas peternak kemitraan lebih responsif terhadap produksi dari pada peternak

mandiri karena rata-rata penggunaan pemanas pada awal pemeliharaan peternak

mandiri hanya dilakukan selama 10 hari, pemberian pemanas pada awal

pemeliharaan sangat penting untuk dilakukan, pemberian pemanas pada anak

ayam seharusnya dilakukan selama 18-21 hari (Fadilah, 2006). Menurut Fadilah

(2006), kurangnya pemberian pemanas akan mengganggu pertumbuhan ayam,

berat badan menjadi tidak merata dan proses pembentukan kekebalan menjadi

terganggu, akibatnya ayam banyak yang kerdil dan mudah terserang penyakit.

5. Sekam

Sekam merupakan faktor produksi yang penting terutama pada awal

pemeliharaan ayam. Selain berfungsi sebagai tempat tidur ayam, sekam berfungsi

sebagai tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam (Fadilah, 2004).

Sekam merupakan faktor penting karena sebagian besar peternak, baik pada

74
peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Gunung Sindur sebesar

66.67 persen dan 83.33 persen menggunakan kandang postal/litter. Dalam

usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur, biaya sekam

sebesar 1.67 persen dari total biaya variabel.

Secara hipotesis sekam berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras

pedaging, artinya setiap penambahan sekam akan meningkatkan produksi ayam

ras pedaging. Sekam berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging

peternak kemitraan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan pada peternak

mandiri sekam tidak berpengaruh secara nyata. Hal tersebut dikarenakan

berdasarkan kondisi lapang, jumlah sekam yang disebarkan di dalam kandang

tidak sesuai dengan aturan yang ada. Sekam hanya ditebar dengan ketebalan

kurang lebih 3-4 cm, menurut Fadilah (2004) umumnya sekam ditebar dengan

ketebalan kurang lebih 5-8 cm. Kurangnya penggunaan sekam menyebabkan

kandang menjadi lembab, apalagi jika sekam yang digunakan sebagian peternak

mandiri adalah sekam basah menyebabkan kadar amonia di dalam kandang

menjadi tinggi, sistem pernafasan pada ayam dapat terganggu dan menyebabkan

pertambahan berat badan ayam menjadi lambat. Penambahan sekam seharusnya

dilakukan seiring bertambahnya berat badan ayam. Menurut Fadilah (2006),

sekam harus dikontrol setiap hari, dan diusahkan dalam keadaan kering. Secara

keseluruhan, sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras

pedaging di Kecamatan Gunung Sindur pada taraf α sebesar lima persen.

Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak ayam ras pedaging secara

keseluruhan sebesar 0.139, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar

satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.139 persen

75
(ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak mandiri sebesar

0.001, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan

meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.001 persen. Nilai elastisitas

sekam pada peternak kemitraan sebesar 0.262, artinya setiap peningkatan

penggunan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras

pedaging sebesar 0.262 persen. Nilai elastisitas produksi sekam bernilai positif

yaitu antara 0 sampai 1 dan berada pada daerah rasional.

6. Mortalitas

Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu

usahaternak ayam ras pedaging. Tingkat kematian banyak terjadi pada minggu-

minggu pertama pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak umur 1-3 hari.

Tingkat kematian dapat dipengaruhi oleh iklim, bobot badan ayam, sanitasi

peralatan dan kandang, penyakit dan kebersihan lingkungan (Fadilah, 2004). Rata-

rata tingkat kematian atau mortalitas ayam peternak mandiri sebesar 5.94 persen,

adapun tingkat mortalitas peternak kemitraan mencapai 7.31 persen. Mortalitas

maksimum yang tidak merugikan adalah sebesar lima persen (North dalam

Iskandar et.al, 1999).

Secara hipotesis, tingkat kematian ayam berpengaruh negatif terhadap

produksi ayam ras pedaging artinya setiap ayam mati akan mengurangi produksi.

Pada peternak mandiri koefisien regresi mortalitas berpengaruh positif, namun

tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging, hal tersebut

tidak sesuai dengan hipotesis karena pada kondisi lapang diperkirakan dengan

kematian ayam tersebut menyebabkan tingkat kepadatan berkurang sehingga

persaingan makanan berkurang dan ayam dapat tumbuh dan berkembang dengan

76
baik. Besar pengaruh mortalitas terhadap produksi pada peternak mandiri adalah

sebesar 0.005, artinya setiap peningkatan mortalitas sebesar satu persen akan

meningkatkan produksi sebesar 0.005 persen. Mortalitas berpengaruh negatif dan

nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan pada taraf α

lima persen. Namun, secara keseluruhan mortalitas berpengaruh negatif dan nyata

terhadap produksi ayam ras pedaging pada taraf α sepuluh persen.

Nilai elastisitas mortalitas pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan

Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar -0.127, artinya setiap peningkatan

kematian ayam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging

sebesar 0.127 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas mortalitas peternak

kemitraan sebesar -0.218, artinya setiap peningkatan mortalitas ayam sebesar satu

persen akan menurunkan produksi ayam sebesar 0.218 persen (ceteris paribus).

7. Kepadatan Kandang

Rata-rata kepadatan kandang peternak mandiri adalah 11 ekor/m2 dan rata-

rata kepadatan kandang peternak kemitraan adalah 13 ekor/m2. Secara hipotesis

kepadatan kandang berpengaruh positif terhadap produksi, namun kepadatan

kandang yang melebihi batas maksimum akan berpengaruh negatif terhadap

produksi, artinya setiap peningkatan ayam per m 2 akan menurunkan produksi.

Semakin padat kandang ayam, akan cenderung meningkatkan konsumsi air

sehingga konsumsi pakan berkurang, pertumbuhan terhambat, dan meningkatnya

kanibalisme. Umumnya kepadatan kandang yang baik adalah maksimum

penggunaannya sebanyak 8-10 ekor/m2 untuk rata-rata berat badan ayam satu kg

(Fadilah, 2004). Menurut Mulyantini (2011), pada kandang dengan lingkungan

yang baik dengan ventilasi udara dan pendingin, kepadatan dapat ditingkatkan.

77
Sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur

menggunakan kandang litter dan berada dalam lingkungan pemukiman. Oleh

karena itu, diperlukan manajemen kandang yang baik sehingga sirkulasi udara

tetap lancar.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter, kepadatan kandang berpengaruh

negatif namun tidak nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri,

hal ini menunjukan bahwa kepadatan kandang pada peternak mandiri telah

melebihi batas maksimum kepadatan kandang. Adapun peternak kemitraan,

kepadatan kandang berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi pada taraf α

sebesar lima persen. Nilai koefisien yang bernilai positif pada model fungsi

produksi peternak kemitraan, berdasarkan kondisi lapang manajemen kandang

pada peternak kemitraan berbeda dengan peternak mandiri. Sistem perkandangan

pada peternak kemitraan memiliki ventilasi yang lebih baik dengan dilengkapi

kipas angin serta 73.33 persen kandang menghadap ke arah Barat-Timur sehingga

panas matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, oleh karena itu dengan

sistem manajemen kandang yang lebih baik dimungkinkan kepadatan kandang

dapat ditingkatkan. Secara keseluruhan, kepadatan kandang berpengaruh positif

namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada

seluruh peternak di Kecamatan Gunung Sindur.

Besar pengaruh kepadatan kandang terhadap produksi ayam ras pedaging

peternak mandiri adalah -0.037, artinya setiap kepadatan kandang meningkat

sebesar satu persen akan menurunkan produksi sebesar 0.037 persen (ceteris

paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang terhadap produksi ayam ras

pedaging peternak kemitraan adalah 0.696, artinya setiap peningkatan kepadatan

78
kandang satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.696 persen (ceteris

paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang pada peternak ayam ras pedaging

secara keseluruhan terhadap produksi sebesar 0.145, artinya setiap peningkatan

kepadatan kandang sebesar satu persen akan meningkat produksi ayam ras

pedaging adalah 0.145 persen (ceteris paribus).

6.2. Analisis Efisiensi Ekonomi

Analisis efisiensi dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi

Cobb Douglas dengan input-input satuan fisik (pakan, tenaga kerja, vaksin,

pemanas dan sekam) baik pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan

peternak secara keseluruhan. Hasil regresi pengaruh masing-masing faktor

produksi satuan fisik pada fungsi produksi Cobb Douglas adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi
Cobb Douglas Tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak
Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Peternak secara Peternak Pteternak
Variabel Keseluruhan Mandiri Kemitraan
Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value
Intercep 0.551 0.300 -0.121 0.785 0.147 0.903
Pakan (X1) 0.555 0.000* 0.889 0.000* 0.428 0.004*
Tenaga Kerja (X2) 0.066 0.600 0.038 0.742 0.131 0.527
Vaksin (X3) 0.014 0.647 0.017 0.411 0.078 0.476
Pemanas (X4) 0.294 0.000* 0.166 0.006* 0.316 0.021**
Sekam (X5) 0.200 0.003* -0.009 0.873 0.347 0.010*
Dummy 0.023 0.758 - - - -
R-sq (Adj) 82.66 93.91 72.95
F hitung 47.88 90.50 16.64
P-value Uji F 0.00 0.00 0.00
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = nyata pada taraf α = 1 persen
** = nyata pada teraf α = 5 persen

Setelah melakukan pendugaan terhadap model fungsi produksi,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat masalah

79
kenormalitasan, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Hasil uji

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-
Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam
Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan), Peternak mandiri, dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Peternak Peternak Peternak
Faktor Produksi Keseluruhan Mandiri Kemitraan
VIF VIF VIF
(Constanta) - - -
Pakan (X1) 2.319 3.425 1.801
Tenaga kerja (X2) 1.134 1.303 1.048
Vaksin (X3) 1.110 1.225 1.046
Pemanas (X4) 1.691 1.763 1.973
Sekam (X5) 1.618 2.314 1.473
Dummy 1.061 - -
Jarque-Bera 42.128 5.032 0.182
P-value JB 0.000 0.081 0.913
Chi-Square 0.016 0.095 0.088
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 16, diperoleh nilai VIF pada masing-masing model

fungsi produksi bernilai kurang dari sepuluh, hal tersebut mengindikasikan bahwa

tidak ditemukan adanya masalah multokolinearitas yang serius. Uji

heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai Chi-Square masing-masing fungsi

sebesar 0.016, 0.095 dan 0.088 dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu

persen sehingga dapat disimpulkan pada ketiga fungsi tersebut tidak ditemukan

masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan uji kenormalitasan pada fungsi produksi

peternak ayam ras pedaging peternak kemitraan dan peternak mandiri, ditemukan

bahwa distribusi data menyebar normal. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf α satu persen. Adapun pada

fungsi produksi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan (peternak

kemitraan dan mandiri), diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera yang nilainya

80
lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat dikatakan residual tidak

menyebar normal.

Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila syarat kecukupan dan keharusan

terpenuhi. Syarat kecukupan terjadi apabila peternak berproduksi pada daerah

rasional II, dimana elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1. Skala usaha

masing-masing peternak dapat diketahui dari penjumlahan total elastisitas

produksinya. Peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan diperoleh nilai

elastisitas produksi sebesar 1.13, adapun peternak mandiri dan kemitraan masing-

masing sebesar 1.10 dan 1.30. Agar syarat kecukupan terpenuhi, maka dilakukan

uji skala usaha terhadap model Cobb Douglas baik yang tidak terestriksi maupun

terestriksi. Restriksi dilakukan dengan membatasi jumlah elastisitas produksi

sama dengan satu (constant return to scale). Pengujian dilakukan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kondisi skala usaha pada model

peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak

kemitraan dengan kondisi skala usaha constant return to scale.

Berdasarkan hasil uji beda skala, diperoleh nilai F hitung pada model

regresi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.99 yang nilainya

lebih kecil dari F tabel sebesar 7.08, sedangkan pada peternak mandiri dan

peternak kemitraan diperoleh nilai F hitung sebesar 0.92 dan 1.30 yang nilainya

lebih kecil dari F tabel sebesar 7.88. Hal tersebut menunjukan bahwa model Cobb

Douglas tidak terestriksi pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan,

peternak mandiri dan peternak kemitraan tidak berbeda nyata dengan model

produksi Cobb Douglas terestriksinya, artinya skala usaha pada peternak ayam ras

pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peterak kemitraan dapat

81
dikatakan berada pada kondisi skala usaha constant return to scale. Pada kondisi

tersebut, tingkat input produksi optimal pada ketiga model fungsi produksi

tersebut dapat diperoleh (Lampiran 38). Model fungsi produksi Cobb Douglas

terestriksi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi
Cobb Douglas Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak
Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Peternak secara Peternak Pteternak
Variabel keseluruhan Mandiri Kemitraan
Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value
Intercep 1.002 0.0003 0.212 0.3908 1.355 0.0070
Pakan (X1) 0.557 0.0001* 0.895 0.0001* 0.408 0.0062*
Tenaga Kerja (X2) -0.039 0.5649 -0.052 0.3519 -0.042 0.7560
Vaksin (X3) 0.016 0.6095 0.021 0.2783 0.024 0.8037
Pemanas (X4) 0.278 0.0001* 0.151 0.0079* 0.311 0.0232**
Sekam (X5) 0.189 0.0039* -0.015 0.8008 0.298 0.0173**
Dummy 0.030 0.8306 - - - -
Restrict 0.573 0.3266 0.224 0.3630 0.457 0.2756
R-sq (Adj) 82.59 94.00 72.58
F hitung 56.96 114.56 20.19
P-value Uji F 0.0001 0.0001 0.0001
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = nyata pada taraf α = 1 persen
** = nyata pada taraf α = 5 persen

Berdasarkan Tabel 17, hasil fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi,

diperoleh nilai koefisien determinasi terkoreksi (Radj) masing-masing sebesar

82.59, 94.00 dan 72.58. Artinya pada peternak ayam ras pedaging secara

keseluruhan, sebesar 82.59 persen faktor-faktor produksi pakan, tenaga kerja,

vaksin, pemanas, dan sekam dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam ras

pedaging dan 17.41 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai

koefisien determinasi pada peternak mandiri sebesar 94.00 persen, artinya sebesar

94.00 persen faktor-faktor produksi dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam

82
ras pedaging dan 6.00 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Nilai koefisien determinasi terkoreksi pada peternak kemitraan sebesar 72.58

persen, artinya sebesar 72.58 persen keragaman produksi ayam ras pedaging dapat

dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya dan 27.42 persen lagi dijelaskan oleh

variabel lain di luar model. Guna mengetahui pengaruh faktor produksi secara

bersama-sama, dapat dilakukan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan Tabel

17, nilai masing-masing probabilitas uji statistika F pada ketiga model tersebut

bernilai kurang dari taraf α satu persen, artinya faktor-faktor produksi seperti

pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan sekam secara bersama-sama dapat

menjelaskan faktor produksi ayam ras pedaging.

Pengaruh masing-masing faktor produksi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji t dengan melihat masing-masing nilai probabilitasnya.

Berdasarkan Tabel 17, pakan berpengaruh positif dan nyata pada taraf α sebesar

satu persen terhadap produksi baik pada peternak ayam ras pedaging secara

keseluruhan, peternak mandiri maupun peternak kemitraan. Besar pengaruh pakan

terhadap produksi pada masing-masing produksi adalah sebesar 0.557, 0.895 dan

0.408, artinya setiap peningkatan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan

produksi ayam ras pedaging masing-masing sebesar 0.557 persen, 0.895 persen

dan 0.408 persen (ceteris paribus).

Tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi ayam

ras pedaging pada ketiga fungsi produksi. Hal tersebut menunjukan bahwa

penggunaan tenaga kerja telah berlebih, sehingga peningkatan penggunaan tenaga

kerja justru akan menurunkan produksi. Besar pengaruh tenaga kerja masing-

masing sebesar -0.039, -0.052 dan -0.042, artinya setiap peningkatan tenaga kerja

83
sebesar satu persen akan menurunkan produksi masing-masing sebesar 0.039

persen, 0.052 persen dan 0.042 persen (ceteris paribus).

Berdasarkan ketiga fungsi produksi, vaksin berpengaruh positif dan tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi. Besar pengaruh vaksin terhadap produksi

masing-masing fungsi produksi sebesar 0.016, 0.021 dan 0.024, artinya setiap

peningkatan penggunaan vaksin sebesar satu persen akan meningkatkan produksi

masing-masing sebesar 0.016 persen, 0.021 persen dan 0.024 persen (ceteris

paribus). Pemanas berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi peternak

ayam ras pedaging secara keseluruhan dan peternak mandiri pada taraf α sebesar

satu persen, serta berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging

peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh pemanas

pada masing-masing fungsi produksi sebesar 0.278, 0.151 dan 0.311, artinya

setiap peningkatan penggunaan pemanas sebesar satu persen akan meningkatkan

produksi masing-masing sebesar 0.278 persen, 0.151 persen dan 0.311 persen

(ceteris paribus).

Sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging

peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh penggunaan

sekam terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan adalah 0.298.

Artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan

mengkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus).

Sedangkan pada peternak mandiri, sekam berpengaruh negatif dan tidak nyata

terhadap produksi. Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian peternak mandiri

masih menggunakan sekam basah, selain itu manajemen budidaya yang tidak

tepat menyebabkan ayam menjadi tidak sehat dan berdampak pada berkurangnya

84
produksi daging yang dihasilkan. Besar pengaruh sekam terhadap produksi

peternak mandiri adalah -0.015, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam

sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.015

persen (ceteris paribus). Secara keseluruhan, sekam berpengaruh nyata dan positif

terhadap produksi ayam ras pedaging pada seluruh peternak di Kecamatan

Gunung Sindur pada taraf α satu persen. Besar pengaruh sekam terhadap produksi

ayam ras pedaging adalah 0.198, artinya setiap peningkatan penggunaan pakan

sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.198

persen.

Model fungsi produksi yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya

adalah model fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi baik pada peternak ayam

ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan. Model

fungsi produksi tersebut akan digunakan untuk menghitunng nilai rasio NPM-

BKM dan nilai input optimal dalam efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi

merupakan kondisi dimana peternak mampu meningkatkan produksinya dengan

harga faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksinya dengan harga

yang tinggi (mencapai efisiensi teknik dan efisiensi harga secara bersama-sama).

Berdasarkan syarat kecukupan, efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor

produksi dapat dilihat dari rasio antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dengan

BKM (Biaya Korbanan Marjinal) per periode produksi sama dengan satu. BKM

adalah biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan produksi setiap satu satuan.

Nilai BKM sama dengan nilai harga dari masing-masing faktor produksi itu

sendiri (Px). NPM dapat dihutung dari perkalian antara harga produk (Py) dengan

Produk Marjinal (PM).

85
Rata-rata produksi ayam ras pedaging peternak secara keseluruhan

(peternak kemitraan dan mandiri) adalah 1 679.21 kg. Produksi rata-rata peternak

mandiri adalah sebesar 1 454.49 kg dan produksi rata-rata ayam ras pedaging

peternak kemitraan sebesar 1 903.56 kg. Rata-rata harga berlaku ayam ras

pedaging secara keseluruhan adalah Rp 16 316, rata-rata harga ayam ras pedaging

pada peternak mandiri adalah Rp 16 407 dan peternak kemitraan sebesar Rp 16

225. Kondisi efisiensi ekonomi produksi usahaternak ayam ras pedaging di

Kecamatan Gunung Sindur Tabel 18, Tabel 19, dan Tabel 20.

Tabel 18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012
Faktor
Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM/BKM
Produksi
Pakan (kg) 1 672 0.557 9 127 5 315 1.72
Pemanas (kg) 113 0.278 67 403 5 000 13.48
Sekam (kg) 237 0.189 21 849 1 357 16.10
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor

produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan

belum optimal. Rasio antara NPM-BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi

pakan, pemanas dan sekam bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 9

127, artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan

sebesar Rp 9 127. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut

adalah Rp 5 315, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar

1.72. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging

sebaiknya ditingkatkan agar mencapai tingkat efisiensi ekonomi.

NPM untuk pemanas sebesar 67 403, artinya setiap penambahan satu kg

pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 67 403. Biaya yang harus

86
dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga

diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 13.48. NPM untuk sekam

sebesar 21 849, artinya setiap penambahan satu kg sekam akan meningkatkan

penerimaan sebesar Rp 21 849. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh

input tersebut adalah Rp 1 357/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari

sekam sebesar 16.10. Berdasarkan nilai rasio NPM/BKM yang lebih dari satu,

dapat dis impulkan bahwa penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam

usahaternak ayam ras pedaging sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi

ekonomi.

Tabel 19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Faktor
Rata-rata input Koefisien NPM BKM NPM/BKM
Produksi
Pakan (kg) 1 485 0.895 14 382 5 322 2.70
Pemanas (kg) 99 0.151 36 398 5 000 7.28
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor

produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak mandiri

belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk faktor produksi pakan dan

pemanas bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 14 382 artinya setiap

penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 14 382.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5

322/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 2.70. NPM

untuk pemanas sebesar 36 398, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan

meningkatkan penerimaan sebesar Rp 36 398. Biaya yang harus dikeluarkan

untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai

rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 7.28. Penggunaan input produksi pakan

87
dan pemanas dalam usahaternak ayam ras pedaging pada peternak mandiri

sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi.

Tabel 20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Faktor
Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM/BKM
Produksi
Pakan (kg) 1 858 0.408 6 782 5 307 1.28
Pemanas (kg) 127 0.311 75 632 5 000 15.13
Sekam (kg) 258 0.298 35 663 1 443 24.71
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor

produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak kemitraan

belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk semua faktor produksi tidak sama

dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. NPM untuk pakan sebesar 6

782, artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan

sebesar Rp 6 782. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut

adalah Rp 5 307/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar

1.28. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging

pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan agar tercapai tingkat efisiensi

ekonomi.

NPM untuk pemanas sebesar 75 632, artinya setiap penambahan satu kg

pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 75 632. Biaya yang harus

dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga

diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 15.13. NPM untuk sekam

sebesar 35 663 artinya setiap penambahan satu kg sekam akan meningkatkan

penerimaan sebesar Rp 35 663. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh

input tersebut adalah Rp 1 443/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari

sekam sebesar 24.71. Penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam
88
usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan

agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi.

Guna mencapai penggunaan faktor produksi pada tingkat efisien, sehingga

diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi, nilai NPM harus

sama dengan BKM atau rasio NPM dan BKM sama dengan satu. Penggunaan

faktor-faktor produksi dalam kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 21, Tabel

22, dan Tabel 23.

Tabel 21. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam


Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Faktor Rata-rata NPM Penggunaan
Koefisien NPM BKM
Produksi Input /BKM Optimal
Pakan (kg) 1 672 0.557 9 127 5 315 1.72 2 871
Pemanas (kg) 113 0.278 67 403 5 000 13.48 1 523
Sekam (kg) 237 0.189 21 849 1 357 16.10 3 816
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada

usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan

dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 672 kg menjadi 2 871

kg. Pemanas penggunaanya ditingkatkan dari 113 kg menjadi 1 523 kg, dan

sekam ditingkatkan penggunaanya dari 237 kg menjadi 3 816 kg agar tingkat

efisiensi ekonomi dapat dicapai.

Tabel 22. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam


Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Faktor Rata-rata NPM Penggunaan
NPM BKM
Produksi input /BKM Optimal
Pakan (kg) 1 485 14 727 5 322 2.77 4 013
Pemanas (kg) 99 23 363 5 000 4.67 721
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada

usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak mandiri

89
dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 485 kg menjadi 4 013

kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari penggunaan 99 kg menjadi

721 kg agar tingkat efesiensi ekonomi dapat tercapai.

Tabel 23. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam


Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gungung
Sindur Tahun 2012
Faktor Rata-rata NPM Penggunaan
NPM BKM
Produksi Input /BKM Optimal
Pakan (kg) 1 858 8 140 5 307 1.55 2 374
Pemanas (kg) 127 49 376 5 000 9.88 1 921
Sekam (kg) 256 36 591 1 443 25.86 6 378
Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada

usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak kemitraan

dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 858 kg menjadi 2 374

kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari 127 kg menjadi 1 921 kg, dan

sekam 256 kg menjadi 6 378 kg, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dapat dicapai.

Berdasarkan hasil analisis, sebaiknya penggunaan pemanas baik pada

peternak kemitraan maupun peternak mandiri ditingkatkan sesuai hasil analisis

karena kurangnya penggunaan pemanas baik pada awal pemeliharaan maupun

penggunaan pemanas secara keseluruhan. Penggunaan pemanas yang ideal untuk

usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 50 kg tabung LPG dengan jumlah

kurang lebih 5-7 tabung atau kurang lebih 250-350 kg per 1000 ekor selama masa

pemeliharaan 21 hari (Fadilah, 2004).

Hasil analisis untuk penggunaan sekam tidak sesuai dengan literatur

budidaya ayam ras pedaging yang ideal. Penggunaan sekam yang ideal untuk satu

masa produksi usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 35-50 karung atau senilai

kurang lebih 175-250 kg per 1000 ekor (Fadilah, 2004). Oleh karena itu, untuk

mencapai tingkat penggunaan optimum serta tercapai efisiensi ekonomi,


90
penggunaan sekam pada peternak mandiri dan kemitraan sebaiknya ditingkatkan

sesuai dengan literatur yang ideal.

91
VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini maka dapat diambil

beberapa kesimpulan, antara lain:.

1. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras

pedaging pada kedua tipe peternak adalah pakan dan pemanas. Faktor

produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging

peternak mandiri hanya pakan dan pemanas, sedangkan peternak

kemitraan selain pakan dan pemanas adalah sekam, mortalitas, dan

kepadatan kandang.

2. Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilakukan oleh kedua tipe

peternak belum mencapai efisiensi secara ekonomi. Hal tersebut dapat

dilihat dari Nilai Produk Marjinalnya tidak sama dengan Biaya Korbanan

Marjinalnya, sehingga faktor-faktor produksi perlu ditambah atau

dikurangi penggunaanya.

7.2. Saran

1. Guna meningkatkan produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan di

Kecamatan Gunung Sindur, perlu adanya perbaikan manajemen budidaya

agar tingkat mortalitas dapat ditekan sekecil mungkin. Hal tersebut dapat

dilakukan dari pihak inti dengan menberikan bimbingan teknis kepada

peternak sesuai dengan kewajiban inti dalam kemitraan.

2. Guna mencapai tingkat efisiensi ekonomi dan keuntungan optimal, faktor-

faktor produksi yang perlu ditambahkan baik pada peternak mandiri,

peternak kemitraan, dan peternak secara keseluruhan adalah pakan dan

92
pemanas. Pakan dan pemanas sebaiknya ditambah untuk masing-masing

peternak mandiri dan peternak kemitraan. Sedangkan penggunaan sekam

sebaiknya ditingkatkan sesuai dengan literatur yang ada.

93
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2011. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2004-
2011. http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 29 Maret 2012.

__________________. 2012. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi.


http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 26 September 2012.

__________________. 2012. Rata-rata Konsumsi Protein (gram) per Kapita


Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2011. http://www.bps.go.id
diakses pada tanggal 26 September 2012.

Cahyono, B. 1996. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Medan.

Dewiyanti, V. R. 2007. Analisis Penyerapan dan Produktivitas Tenaga Kerja pada


Peternakan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Dinas Perikanan dan Peternakan Jawa Barat. 2011. Populasi Ayam Ras Pedaging
di Jawa Barat. http://www.disnak.jabarprov.go.id diakses pada tanggal 29
Maret 2012.

Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2010. Populasi Ayam Ras
Pedaging di Kabupaten Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Bogor, Bogor.

Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2011. Produksi Daging di


Kabupaten Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor,
Bogor.

Direktorat Jendral Peternakan. 2010. Produksi Ayam Ras pedaging di Indonesia.


http://ditjennak.deptan.go.id diakses pada tanggal 29 Maret 2012.

Doll, J. P dan F. Orazem. 1984. Production Economics: Theory and Applications.


John Wiley and Sons. NewYork.

Fadilah R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis.


Agromedia Pustaka, Depok.

_______________. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.


Agromedia Pustaka, Depok.

Hafsah. M. J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Stratergi. Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta.

94
Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-


faktor Produksi Peternak Probiotik dan Non Probiotik pada Usahaternak
Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan


dan Sosial, Jakarta.

Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

_________. 2011. Produksi Ternak Unggas. IPB Press, Bogor.

Purmiyanti, S. 2002. Analisis Produksi dan Daya saing Bawang Merah di


Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Thesis. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Rahardi, F dan R. Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Rahim, A dan D. R. Hastuti. 2008. Ekonometrika Pertanian. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Soehadji. 1992. Alternatif Pengembangan Peternakan Rakyat yang Berwawasan


Pasar dalam Era Kebangkitan Nasional II. Direktorat Jendral Peternakan,
Malang, Oktober 1992 (seminar).

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


Fungsi Produksi Cobb Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_________. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


Fungsi Cobb Douglas. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumodiningrat, G. 1994. Pengantar Ekonometrika. BPFE-Yogyakarta,


Yogyakarta.

Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

95
Tasman, A. 2006. Ekonomi Produksi. Chandra Pratama, Jambi.

Unit Pengelola Teknik Ciseeng. 2009. Data Peternak Kemitraan dan Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur. Unit Pengelola Teknik Ciseeng,
Bogor.

Yunus, R. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras


Pedaging Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah. Thesis. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Widarjono, A. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan


Bisnis. Ekonisia, Yogyakarta.

96
LAMPIRAN

97
Lampiran 1. PDB Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2004-2011 (Miliar Rupiah)
Tahun (atas dasar harga konstan 2000)
Sektor
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
No.
pertanian, peternakan, 247 164 253 882 262 403 271 509 284 619 295 884 304 737 313 728
kehutanan dan perikanan
1. Tanaman bahan makanan 122 612 125 802 129 549 133 889 142 000 149 058 151 501 153 409
LP (%) 0 2.60 2.98 3.35 6.06 4.97 1.64 1.26
KS (%) 49.61 49.55 49.37 49.31 49.89 50.38 49.72 48.90
2. Tanaman perkebunan 38 849 39 811 41 318 43 199 44 784 45 558 47 110 48 964
LP (%) 0 2.48 3.79 4.55 3.67 1.73 3.41 3.94
KS (%) 15.72 15.68 3.79 15.91 15.73 15.40 15.46 15.61
3. Peternakan 31 673 32 347 33 430 34 221 35 425 36 649 38 214 39 929
LP (%) 0 2.13 3.35 2.36 3.52 3.45 4.27 4.49
KS (%) 12.81 12.74 3.79 12.60 12.45 12.39 12.54 12.73
4. Kehutanan 17 434 17 177 16 687 16 548 16 543 16 844 17 249 17 362
LP (%) 0 -1.47 -2.85 -0.83 -0.03 1.82 2.41 0.65
KS (%) 7.05 6.77 3.79 6.09 5.81 5.69 5.66 5.53
5. Perikanan 36 596 38 746 41 419 43 653 45 866 47 775 50 662 54 064
LP (%) 0 5.87 6.90 5.39 5.07 4.16 6.04 6.72
KS (%) 14.81 15.26 3.79 16.08 16.11 16.15 16.62 17.23
PDB 1 656 517 1 750 815 1 847 127 1 964 327 2 082 456 2 178 850 2 313 838 2 463 242
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2011 (diolah)
Catatan: LP (%): Laju Pertumbuhan PDB sektoral yang diukur dalam persentase
KS (%): Kontribusi pada sektor yang diukur dalam persentase
98

98
Lampiran 2. Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun 2004-2009
Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia (ton) Persentase
No. Provinsi Tahun Produksi
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata (%)
1. Aceh 1 081 1 533 1 395 1 581 3 629 4 746 0.25
2. Sumatera Utara 44 688 41 778 39 055 35 098 35 283 50 632 4.45
3. Sumatra Barat 13 662 12 119 11 602 12 439 13 275 16 145 1.43
4. Riau 27 517 21 004 19 015 23 059 28 082 28 326 2.66
5. Jambi 10 092 9 909 9 290 14 536 12 459 14 129 1.27
6. Sumaterna Selatan 11 706 11 708 13 532 21 176 22 185 22 116 1.85
7. Bengkulu 2 165 2 268 1 642 1 577 2 132 3 839 0.25
8. Lampung 18 816 19 170 19 724 12 937 10 542 22 107 1.87
9. DKI Jakarta 88 089 67 054 83 768 128 480 128 480 102 399 10.81
10. Jawa Barat 263 397 259 749 276 195 279 851 335 151 365 573 32.16
11. Jawa Tengah 63 592 61 683 81 203 65 026 73 191 90 740 7.87
12. DI Yogyakarta 18 561 14 997 23 000 22 203 23 117 20 798 2.22
13. Jawa Timur 162 781 128 342 143 643 148 855 115 193 140 110 15.16
14. Bali 24 623 20 530 20 354 18 553 19 046 20 140 2.23
15. Nusa Tenggara Barat 0 236 15 303 20 037 2 001 12 228 0.90
16. Nusa Tenggara Timur 273 6 30 6 139 224 0.01
17. Kalimantan Barat 20 790 21 286 21 541 22 138 26 121 24 062 2.46
18. Kalimantan Tengah 2 934 3 000 4 357 5 125 5 330 7 388 0.51
19. Kalimantan Selatan 18 699 20 349 18 705 26 690 34 562 34 230 2.77
20. Kalimantan Timur 16 507 19 294 20 945 18 337 20 620 30 220 2.28
21. Sulawesi Utara 1 623 5 606 1 324 5 714 6 775 2 549 0.43
99

99
Lampiran 2. Lanjutan
Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia (ton) Persentase
No. Provinsi Tahun Produksi
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata (%)
22. Sulawesi Tengah 2 189 2 005 2 820 7 109 5 553 6 477 0.47
23. Sulawesi Selatan 4 255 10 215 10 538 5 445 9 768 10 710 0.92
24. Sulawesi Tenggara 558 579 887 968 1 101 822 0.09
25. Maluku 69 67 73 107 102 111 0.01
26. Papua 794 416 765 1 375 1 370 2 656 0.13
27. Bangka Belitung 2 195 5 052 765 6 007 5 292 6 492 0.47
28. Banten 23 431 16 542 765 29 751 69 333 53 089 3.49
29. Gorontalo 378 405 765 1 805 1 221 1 221 0.10
30. Maluku Utara 632 540 765 122 828 334 0.06
31. Kepulauan Riau 0 376 765 5 858 5 975 5 752 0.34
32. Papua Barat 0 614 765 758 809 415 0.06
33. Sulawesi Barat 0 677 765 61 69 987 0.05
Total 846 097 779 109 846 061 942 784 1 018 734 1 101 767 100.00
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Perikanan , 2010
100

100
Lampiran 3. Populasi Ayam Ras Pedaging Provinsi Jawa Barat Tahun 2010
No. Kabupaten Populasi (ekor) Persentase (%)
1. Kab. Bogor 15 771 780 19.01
2. Kab. Sukabumi 6 164 511 7.43
3. Kab. Cianjur 5 565 825 6.71
4. Kab. Bandung 4 089 900 4.93
5. Kab. Garut 531 005 0.64
6. Kab. Tasikmalaya 5 221 400 6.29
7. Kab. Ciamis 13 855 287 16.70
8. Kab. Kuningan 2 185 515 2.63
9. Kab. Cirebon 795 641 0.96
10. Kab. Majalengka 1 331 378 1.60
11. Kab. Sumedang 1 713 874 2.07
12. Kab. Indramayu 2 146 740 2.59
13. Kab. Subang 6 589 270 7.94
14. Kab. Purwarkata 1 914 532 2.31
15. Kab. Karawang 6 118 393 7.37
16. Kab. Bekasi 2 142 744 2.58
17. Kab. Bandung Barat 3 422 142 4.12
18. Kota Bogor 165 000 0.20
19. Kota Sukabumi 559 244 0.67
20. Kota Bandung 96 913 0.12
21. Kota Cirebon 11 958 0.01
22. Kota Bekasi 889 530 1.07
23. Kota Depok 634 000 0.76
24. Kota Cimahi 85 437 0.10
25. Kota Tasikmalaya 764 400 0.92
26. Kota Banjar 202 607 0.24
Total 82 969 026 100
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011

Lampiran 4. Pertumbuhan Rata-Rata Produksi Daging Unggas di


Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011
Tahun Pertumbuhan
No Ternak
2009 2010 2011 Rata-rata
1. Ayam Buras 934 193 1 318 299 1 329 781 21.17
2. Ayam Pedaging 71 540 084 16 000 000 82 750 605 30.35
3. Itik 83 721 137 009 110 345 15.9
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011

101
Lampiran 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging Kabupaten Bogor Tahun
2010
No. Kecamatan Ayam Ras Pedaging (ekor) Persentase (%)
1. Dramaga 449 000 2.85
2. Ciomas 0 0.00
3. Tamansari 342 000 2.17
4. Rancabungur 86 600 0.55
5. Ciampea 370 000 2.35
6. Tenjolaya 56 000 0.36
7. Pamijahan 1 498 000 9.50
8. Cibungbulang 581 000 3.68
9. Leuwiliang 577 000 3.66
10. Leuwisadeng 390 359 2.48
11. Nanggung 753 000 4.77
12. Sukajaya 310 853 1.97
13. Parung 704 900 4.47
14. Gunung Sindur 1 522 700 9.65
15. Ciseeng 702 400 4.45
16. Kemang 319 000 2.02
17. Rumpin 618 500 3.92
18. Cisarua 65 000 0.41
19. Megamendung 340 000 2.16
20. Ciawi 161 500 1.02
21. Caringan 622 000 3.94
22. Cigombong 420 000 2.66
23. Cijeruk 405 000 2.57
24. Cibinong 371 350 2.35
25. Bojong Gede 128 000 0.81
26. Tajur halang 0 0.00
27. Babakan Madang 53 424 0.34
28. Sukaraja 127 500 0.81
29. Jonggol 229 000 1.45
30. Sukamakmur 88 000 0.56
31. Cariu 515 000 3.27
32. Tanjungsari 686 000 4.35
33. Jasinga 364 000 2.31
34. Tenjo 341 694 2.17
35. Parung Panjang 863 000 5.47
36. Cigudeg 548 000 3.47
37. Gunung Putri 0 0.00
38. Cileungsi 30 000 0.19
39. Citeurup 0 0.00
40. Klapa Nunggal 132 000 0.84
TOTAL 15 771 780 100.00
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011

102
Lampiran 6. Populasi Peternak Plasma Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2009
Kapasitas Kandang
No. Nama Peternak Desa Populasi (Ekor)
(Ekor)
1. Asep NS Cibadung 2 000 2 000
2. Anda NS Cibadung 2 000 2 000
3. Misnan Cibadung 2 000 2 000
4. Boan Cibadung 4 000 4 000
5. Emad Cibadung 1 500 1 500
6. Hamid Cibadung 1 700 1 700
7. H. Hamidin Cibadung 2 000 2 000
8. Mamat Cibadung 1 000 1 000
9. Maan Cibadung 2 000 2 000
10. Rudi Cibadung 1 500 1 500
11. Said Cibadung 1 500 1 500
12. Safri Cibadung 4 000 4 000
13. Saran Cibadung 1 500 1 500
14. Deden Cibadung 1 000 1 000
15. Ujang Cibadung 1 000 1 000
16. Udi Cibadung 2 000 2 000
17. Enek Cibadung 2 500 2 500
18. Asri Cibadung 1 500 1 500
19. Jejen Cibadung 1 500 1 500
20. Entong Cibadung 3 000 3 000
21. Beng Yan Cibadung 5 500 5 000
22. Wira Cibadung 5 500 5 000
23. Mali Cibadung 6 200 6 000
24. H. Juhri Cibadung 2 000 2 000
25. M. Edih Cibadung 3 000 2 000
26. Jamsari Cibadung 2 000 2.000
27. Dimyati Cibadung 4 500 4 500
28. Uki Cibadung 3 500 3 500
29. Lusi Cibadung 9 000 7 000
30. Metih Cibadung 7 000 4 000
31. Usin S Cibadung 2 500 2 500
32. Aok Cibadung 3 500 3 500
33. Endeng Radi Cibadung 1 500 1 500
34. Cun Eng Pabuaran 6 000 6 000
35. Tesan Pabuaran 7 000 6 000
36. Isam Pabuaran 5 000 4 000
37. Repay Pabuaran 5 000 4 000
38. Irwan Pabuaran 3 000 2 700
39. Dedi Pabuaran 3 500 3 500
40. Basir Pabuaran 5 000 3 000
41. Mislan Pabuaran 3 000 2 000
42. Kim Eng Pabuaran 3 000 2 000
43. Saan Pabuaran 4 000 3 000
44. Ciling Pabuaran 6 000 6 000
45. Asmin Pabuaran 6 000 6 000
46. Agus Pabuaran 3 000 2 500
47. Aseng Pabuaran 4 000 4 000
48. Samad Pabuaran 6 000 5 000

103
Lampiran 6. Lanjutan

Kapasitas Kandang
No. Nama Peternak Desa Populasi (Ekor)
(Ekor)
50. Markam Pabuaran 4 500 4 000
51. Hendra Pabuaran 3 500 3 500
52. Sedih Pabuaran 3 000 2 500
53. Deden Pabuaran 3 500 3 000
54. Niun Pabuaran 3 500 3 000
55. Niat Pabuaran 3 500 3 000
56. Sanin Pabuaran 2 500 2 000
57. Sami Pabuaran 4 000 4 000
58. Ceng Ay Pabuaran 4 000 4 000
59. Ibro Pabuaran 1 000 1 000
60. Jamal Pabuaran 3 000 3 000
61. Edwin Pabuaran 2 000 2 000
62. Damin Pengasinan 4 000 4 000
63. Bean Pengasinan 4 000 4 500
64. Macung/Radus Pengasinan 3 500 2 500
65. Ramli Pengasinan 3 500 2 500
66. H. Rasman Pengasinan 2 000 5 000
67. Yatna Pengasinan 2 000 2 500
68. Budi Pengasinan 2 500 2 000
69. Dadik Pengasinan 2 000 3 500
70. Nada Pengasinan 3 000 2 500
71. Eeng Pengasinan 3 000 5 000
72. Endang Pengasinan 5 000 3 000
73. H. Marjuki Pengasinan 5 000 3 000
74. Pardja Pengasinan 3 000 2 500
75. Arsim Pengasinan 3 000 2 500
76. Asan Pengasinan 2 000 5 000
77. Arif Pengasinan 2 500 2 500
78. H. Suwadi Cibinong 8 000 8 000
79. Santoso Arifin Cibinong 50 000 48 000
80. Handi Yono Cibinong 26 000 26 000
81. Dadang Dede Gunung Sindur 7 200 7 200
82. Ahan Gunung Sindur 8 000 8 000
83. H. Murtani Curug 90 000 90 000
84. Dadang Dede Curug 13 000 10 000
85. P. Kurnianto Curug 13 000 10 000
Sumber : Unit Pelaksana Teknis Daerah Ciseeng, 2009

104
Lampiran 7. Data Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012
Produksi
Tenaga Kepadatan
Ayam Pakan Vaksin Pemanas Sekam Mortalitas
No. Kerja Kandang
Ras Pedaging (Kg) (ml) (Kg) (Kg) (%)
(HKP) (m2/ekor)
(Kg)
1. 1 750 1 626 36 75 60 2 000 2 19
2. 2 450 2 411 36 45 180 1 500 2 7
3. 1 050 981 38 105 12 2 000 8 9
4. 600 714 17 30 70 250 3 5
5. 1 650 1 582 17 30 140 375 5 15
6. 1 000 753 41 180 128 625 8 9
7. 3 200 3 168 29 45 180 2 500 3 10
8. 1 550 1 552 41 60 75 1 750 5 14
9. 800 766 18 90 60 625 6 13
10. 1 100 1 021 34 45 70 1 250 4 9
11. 950 547 25 30 24 500 4 10
12. 1 400 1 178 16 60 60 1 250 4 12
13. 700 742 16 30 60 875 9 9
14. 3 900 3 975 29 120 256 1 500 3 12
15. 1 950 1 923 25 60 120 1 000 2 10
16. 350 370 29 30 70 250 9 9
17. 3 350 3 292 29 60 192 2 450 4 15
18. 3 550 3 557 32 30 240 3 075 3 19
19. 1 050 736 25 45 27 925 4 19
20. 1 350 1 446 29 30 120 1 250 1 15
21. 400 418 29 15 60 200 15 7
22. 750 755 18 75 112 625 7 13
23. 1 000 771 16 0 60 375 5 5
24. 700 772 31 120 60 450 21 9
25. 950 863 31 135 21 550 12 7
26. 700 762 29 30 60 350 7 8
27. 900 716 29 60 54 250 12 5
28. 3 350 3 511 29 120 180 575 4 19
29. 1 200 1 925 29 30 160 250 6 9
30. 900 800 17 30 60 1 000 2 15
31. 3 200 5 502 30 45 280 1 125 4 15
32. 900 947 32 45 60 625 5 8
33. 800 752 16 45 60 500 8 13
34. 1 400 1 013 39 30 74 875 5 11
35. 1 050 1 178 29 30 60 1 250 4 10
36. 1 000 981 16 90 60 1 000 8 10
37. 900 907 31 30 80 800 7 9
38. 700 645 37 60 60 800 21 7
39. 2 300 2 066 32 60 210 1 675 4 7
40. 700 624 29 15 60 250 8 8
41. 2 300 1 983 16 90 140 700 3 14
42. 1 300 1 232 29 60 120 1 500 25 10
43. 3 400 2 864 29 60 180 1 500 12 15
44. 1 950 2 346 37 60 33 1 625 4 15
45. 1 150 2 351 30 150 120 875 4 18
46. 1 300 1 552 38 60 140 750 5 13
47. 5 100 739 32 30 60 450 20 11
48. 3 800 3 962 33 120 360 1 950 3 17
49. 1 250 1 416 28 150 27 1 125 13 12
50. 700 760 36 60 60 525 7 8
51. 3 000 3 069 16 15 180 2 150 6 16

105
Lampiran 7. Lanjutan
52. 4 050 3 961 29 30 210 800 3 15
53. 1 300 1 556 25 60 120 625 5 14
54. 1 750 2 653 16 30 160 2 225 5 13
55. 1 500 1 872 32 30 60 1 250 6 12
56. 1 400 2 778 32 30 210 3 700 3 16
57. 1 150 850 23 30 70 950 7 13
58. 700 685 16 15 70 1 000 7 9
59. 4 700 4 728 24 75 420 4 250 3 19
60. 1 000 1 136 16 30 76 1 100 7 11
Sumber : Data Primer (diolah), 2012

Lampiran 8. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam


Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 21:47
Sample: 1 60
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.011523 0.594179 1.702389 0.0948


Pakan (X1) 0.516500 0.088836 5.814096 0.0000
Tenaga Kerja (X2) 0.107756 0.125074 0.861538 0.3930
Vaksin (X3) 0.010566 0.031201 0.338646 0.7363
Pemanas (X4) 0.261106 0.065185 4.005590 0.0002
Sekam (X5) 0.138692 0.067245 2.062474 0.0443
Mortalitas(X6) -0.126997 0.067013 -1.895124 0.0638
Kepadatan Kandang (X7) 0.145141 0.139838 1.037926 0.3042
Dummy 0.070362 0.076060 0.925085 0.3593

R-squared 0.859157 Mean dependent var 7.204000


Adjusted R-squared 0.837064 S.D. dependent var 0.661004
S.E. of regression 0.266817 Akaike info criterion 0.332972
Sum squared resid 3.630751 Schwarz criterion 0.647124
Log likelihood -0.989163 Hannan-Quinn criter. 0.455854
F-statistic 38.88804 Durbin-Watson stat 1.591494
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 9. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas


Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gungung
Sindur Tahun 2012
14
Series: Residuals
12 Sample 1 60
Observations 60
10
Mean -7.36e-16
Median -0.003662
8 Maximum 0.518749
Minimum -0.960179
6 Std. Dev. 0.248069
Skewness -0.567897
4 Kurtosis 5.498340

Jarque-Bera 18.82933
2
Probability 0.000082
0
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
106
Lampiran 10. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 2.565401 Prob. F(8,51) 0.0196


Obs*R-squared 17.21668 Prob. Chi-Square(8) 0.0279
Scaled explained SS 18.58211 Prob. Chi-Square(8) 0.0173

Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 21:48
Sample: 1 60
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.493810 0.340818 -1.448896 0.1535


Pakan (X1) 0.151459 0.050956 2.972360 0.0045
Tenaga Kerja (X2) 0.075344 0.071742 1.050209 0.2986
Vaksin (X3) -0.004923 0.017897 -0.275051 0.7844
Pemanas (X4) -0.099651 0.037390 -2.665180 0.0103
Sekam (X5) -0.096885 0.038572 -2.511816 0.0152
Mortalitas(X6) 0.026188 0.038438 0.681290 0.4988
Kepadatan Kandang (X7) 0.103896 0.080210 1.295292 0.2011
Dummy 0.025264 0.043628 0.579079 0.5651

R-squared 0.286945 Mean dependent var 0.180531


Adjusted R-squared 0.175093 S.D. dependent var 0.168506
S.E. of regression 0.153045 Akaike info criterion -0.778690
Sum squared resid 1.194559 Schwarz criterion -0.464539
Log likelihood 32.36071 Hannan-Quinn criter. -0.655808
F-statistic 2.565401 Durbin-Watson stat 2.157492
Prob(F-statistic) 0.019648

Lampiran 11. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb


Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Sample: 1 60
Included observations: 60

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF


C 0.353048 297.5493 NA
Pakan (X1) 0.007892 349.3494 2.567988
Tenaga Kerja (X2) 0.015643 141.9125 1.192316
Vaksin (X3) 0.000974 13.43392 1.268296
Pemanas (X4) 0.004249 73.96430 1.799853
Sekam (X5) 0.004522 106.0814 1.930092
Mortalitas(X6) 0.004491 12.17242 1.574901
Kepadatan Kandang (X7) 0.019555 97.97244 1.879814
Dummy 0.005785 2.437881 1.218940

107
Lampiran 12. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam
Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012

Dependent Variable: SER01


Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 22:01
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.101830 0.546269 -0.186410 0.8538


Pakan (X1) 0.894848 0.094067 9.512861 0.0000
Tenaga Kerja (X2) 0.022814 0.127152 0.179425 0.8592
Vaksin (X3) 0.019422 0.022883 0.848733 0.4052
Pemanas (X4) 0.167910 0.057755 2.907285 0.0082
Sekam (X5) 0.000906 0.068605 0.013212 0.9896
Mortalitas(X6) 0.005334 0.062532 0.085307 0.9328
Kepadatan Kandang (X7) -0.037279 0.109738 -0.339707 0.7373

R-squared 0.949917 Mean dependent var 7.061333


Adjusted R-squared 0.933982 S.D. dependent var 0.659999
S.E. of regression 0.169580 Akaike info criterion -0.487804
Sum squared resid 0.632663 Schwarz criterion -0.114151
Log likelihood 15.31706 Hannan-Quinn criter. -0.368269
F-statistic 59.61035 Durbin-Watson stat 1.874153
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 13. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb


Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
12
Series: Residuals
Sample 1 30
10 Observations 30

8 Mean 7.67e-16
Median -0.011597
Maximum 0.391298
6 Minimum -0.395274
Std. Dev. 0.147702
Skewness -0.305097
4
Kurtosis 5.014581

2 Jarque-Bera 5.538590
Probability 0.062706
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

108
Lampiran 14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.507873 Prob. F(7,22) 0.2162


Obs*R-squared 9.726686 Prob. Chi-Square(7) 0.2046
Scaled explained SS 10.84349 Prob. Chi-Square(7) 0.1456

Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 22:02
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.092794 0.333765 0.278021 0.7836


Pakan (X1) 0.042985 0.057474 0.747902 0.4624
Tenaga Kerja (X2) 0.117833 0.077689 1.516733 0.1436
Vaksin (X3) 0.005733 0.013982 0.410010 0.6858
Pemanas (X4) -0.051282 0.035288 -1.453243 0.1603
Sekam (X5) -0.080167 0.041917 -1.912527 0.0689
Mortalitas(X6) -0.019137 0.038206 -0.500890 0.6214
Kepadatan Kandang (X7) -0.019430 0.067049 -0.289783 0.7747

R-squared 0.324223 Mean dependent var 0.097155


Adjusted R-squared 0.109203 S.D. dependent var 0.109779
S.E. of regression 0.103612 Akaike info criterion -1.473154
Sum squared resid 0.236178 Schwarz criterion -1.099502
Log likelihood 30.09732 Hannan-Quinn criter. -1.353620
F-statistic 1.507873 Durbin-Watson stat 2.109226
Prob(F-statistic) 0.216215

Lampiran 15. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb


Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variance Inflation Factors
Date: 01/15/13 Time: 22:02
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 0.298410 311.3043 NA
Pakan (X1) 0.008849 469.5933 3.560982
Tenaga Kerja (X2) 0.016168 180.8853 1.490388
Vaksin (X3) 0.000524 9.154378 1.492801
Pemanas (X4) 0.003336 68.07898 1.828608
Sekam (X5) 0.004707 130.0026 3.042836
Mortalitas(X6) 0.003910 11.71285 1.887221
Kepadatan Kandang (X7) 0.012042 71.40547 1.870332

109
Lampiran 16. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam
Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012

Dependent Variable: SER01


Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 21:58
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.686297 1.010939 0.678871 0.5043


Pakan (X1) 0.297806 0.120963 2.461956 0.0221
Tenaga Kerja (X2) 0.190455 0.161633 1.178317 0.2513
Vaksin (X3) 0.055148 0.083857 0.657649 0.5176
Pemanas (X4) 0.194187 0.107236 1.810833 0.0838
Sekam (X5) 0.261791 0.099118 2.641207 0.0149
Mortalitas(X6) -0.218249 0.097853 -2.230373 0.0362
Kepadatan Kandang (X7) 0.696041 0.250128 2.782733 0.0109

R-squared 0.876023 Mean dependent var 7.346667


Adjusted R-squared 0.836576 S.D. dependent var 0.641256
S.E. of regression 0.259232 Akaike info criterion 0.360994
Sum squared resid 1.478430 Schwarz criterion 0.734647
Log likelihood 2.585092 Hannan-Quinn criter. 0.480529
F-statistic 22.20753 Durbin-Watson stat 1.042572
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 17. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Cobb


Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
10
Series: Residuals
Sample 1 30
8 Observations 30

Mean -1.80e-15
6 Median 0.054735
Maximum 0.529049
Minimum -0.483401
Std. Dev. 0.225788
4
Skewness -0.118096
Kurtosis 2.845813
2
Jarque-Bera 0.099450
Probability 0.951491
0
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

110
Lampiran 18. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Coob Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.642358 Prob. F(7,22) 0.1759


Obs*R-squared 10.29645 Prob. Chi-Square(7) 0.1724
Scaled explained SS 7.502570 Prob. Chi-Square(7) 0.3785

Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 21:59
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.780048 0.492297 -1.584506 0.1273


Pakan (X1) 0.134358 0.058905 2.280908 0.0326
Tenaga Kerja (X2) 0.015767 0.078711 0.200313 0.8431
Vaksin (X3) -0.020346 0.040836 -0.498233 0.6233
Pemanas (X4) -0.047648 0.052221 -0.912426 0.3714
Sekam (X5) 0.013440 0.048267 0.278441 0.7833
Mortalitas(X6) 0.014728 0.047652 0.309073 0.7602
Kepadatan Kandang (X7) 0.049265 0.121805 0.404454 0.6898

R-squared 0.343215 Mean dependent var 0.177447


Adjusted R-squared 0.134238 S.D. dependent var 0.135673
S.E. of regression 0.126238 Akaike info criterion -1.078109
Sum squared resid 0.350595 Schwarz criterion -0.704457
Log likelihood 24.17164 Hannan-Quinn criter. -0.958575
F-statistic 1.642358 Durbin-Watson stat 1.125643
Prob(F-statistic) 0.175868

Lampiran 19. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb


Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variance Inflation Factors
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 1.021997 456.2395 NA
Pakan (X1) 0.014632 353.8843 2.350340
Tenaga Kerja (X2) 0.026125 125.9910 1.078107
Vaksin (X3) 0.007032 50.19333 1.056749
Pemanas (X4) 0.011500 111.6219 2.300372
Sekam (X5) 0.009824 128.0337 1.545796
Mortalitas(X6) 0.009575 15.22168 1.453978
Kepadatan Kandang (X7) 0.062564 173.3171 1.998539

111
Lampiran 20. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01
Method: Least Squares
Date: 01/17/13 Time: 20:31
Sample: 1 60
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.551453 0.526838 1.046722 0.3000


Pakan (X1) 0.554574 0.087090 6.367811 0.0000
Tenaga Kerja (X2) 0.066348 0.125856 0.527178 0.6003
Vaksin (X3) 0.013860 0.030115 0.460231 0.6472
Pemanas (X4) 0.293878 0.065179 4.508818 0.0000
Sekam (X5) 0.200367 0.063508 3.155017 0.0026
Dummy 0.022698 0.073208 0.310044 0.7577

R-squared 0.844234 Mean dependent var 7.204000


Adjusted R-squared 0.826600 S.D. dependent var 0.661004
S.E. of regression 0.275251 Akaike info criterion 0.367010
Sum squared resid 4.015431 Schwarz criterion 0.611351
Log likelihood -4.010315 Hannan-Quinn criter. 0.462585
F-statistic 47.87573 Durbin-Watson stat 1.544857
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 21. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012

20
Series: Residuals
Sample 1 60
16 Observations 60

Mean -6.75e-16
12 Median -0.020619
Maximum 0.542183
Minimum -1.081182
Std. Dev. 0.260880
8
Skewness -0.721127
Kurtosis 6.843343
4
Jarque-Bera 42.12845
Probability 0.000000
0
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

112
Lampiran 22. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 3.116361 Prob. F(6,53) 0.0109


Obs*R-squared 15.64740 Prob. Chi-Square(6) 0.0158
Scaled explained SS 19.75926 Prob. Chi-Square(6) 0.0031

Dependent Variable: ARESID


Method: Least Squares
Sample: 1 60
Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.485866 0.326470 -1.488242 0.1426


Pakan (X1) 0.158670 0.053968 2.940083 0.0049
Tenaga Kerja (X2) 0.100943 0.077990 1.294312 0.2012
Vaksin (X3) 0.007030 0.018661 0.376732 0.7079
Pemanas (X4) -0.069970 0.040390 -1.732376 0.0890
Sekam (X5) -0.109013 0.039354 -2.770036 0.0077
Dummy 0.093229 0.045365 2.055068 0.0448

R-squared 0.260790 Mean dependent var 0.179328


Adjusted R-squared 0.177106 S.D. dependent var 0.188028
S.E. of regression 0.170567 Akaike info criterion -0.590098
Sum squared resid 1.541932 Schwarz criterion -0.345758
Log likelihood 24.70294 Hannan-Quinn criter. -0.494523
F-statistic 3.116361 Durbin-Watson stat 2.207086
Prob(F-statistic) 0.010884

Lampiran 23. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan


Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012
Variance Inflation Factors
Sample: 1 60
Included observations: 60

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 0.277558 219.8106 NA
Pakan (X1) 0.007585 315.4952 2.319134
Tenaga Kerja (X2) 0.015840 135.0213 1.134418
Vaksin (X3) 0.000907 11.75965 1.110228
Pemanas (X4) 0.004248 69.48680 1.690897
Sekam (X5) 0.004033 88.90707 1.617615
Dummy 0.005359 2.122171 1.061085

113
Lampiran 24. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Dependent Variable: SER01


Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:16
Sample: 1 30
Included observations: 30
/
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.120717 0.436492 -0.276561 0.7845


Pakan (X1) 0.889360 0.088578 10.04038 0.0000
Tenaga Kerja (X2) 0.038017 0.114145 0.333062 0.7420
Vaksin (X3) 0.016653 0.019906 0.836587 0.4111
Pemanas (X4) 0.165852 0.054457 3.045555 0.0056
Sekam (X5) -0.009276 0.057448 -0.161473 0.8731

R-squared 0.949632 Mean dependent var 7.061333


Adjusted R-squared 0.939139 S.D. dependent var 0.659999
S.E. of regression 0.162822 Akaike info criterion -0.615465
Sum squared resid 0.636262 Schwarz criterion -0.335226
Log likelihood 15.23198 Hannan-Quinn criter. -0.525814
F-statistic 90.49922 Durbin-Watson stat 1.872720
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 25. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
12
Series: Residuals
Sample 1 30
10 Observations 30

8 Mean -7.36e-16
Median -0.007644
Maximum 0.384538
6 Minimum -0.392193
Std. Dev. 0.148122
Skewness -0.304286
4
Kurtosis 4.909857

2 Jarque-Bera 5.022393
Probability 0.081171
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

114
Lampiran 26. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 2.178075 Prob. F(5,24) 0.0903


Obs*R-squared 9.363936 Prob. Chi-Square(5) 0.0954
Scaled explained SS 11.61551 Prob. Chi-Square(5) 0.0405

Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:16
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.058688 0.271741 0.215971 0.8308


Pakan (X1) 0.041709 0.055145 0.756345 0.4568
Tenaga Kerja (X2) 0.104502 0.071062 1.470574 0.1544
Vaksin (X3) 0.003837 0.012393 0.309610 0.7595
Pemanas (X4) -0.054006 0.033903 -1.592974 0.1243
Sekam (X5) -0.074407 0.035765 -2.080452 0.0483

R-squared 0.312131 Mean dependent var 0.096223


Adjusted R-squared 0.168825 S.D. dependent var 0.111185
S.E. of regression 0.101366 Akaike info criterion -1.563309
Sum squared resid 0.246600 Schwarz criterion -1.283070
Log likelihood 29.44963 Hannan-Quinn criter. -1.473658
F-statistic 2.178075 Durbin-Watson stat 2.047930
Prob(F-statistic) 0.090348

Lampiran 27. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan


Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variance Inflation Factors
Date: 01/16/13 Time: 00:16
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 0.190525 215.6003 NA
Pakan (X1) 0.007846 451.6757 3.425111
Tenaga Kerja (X2) 0.013029 158.1230 1.302840
Vaksin (X3) 0.000396 7.514279 1.225351
Pemanas (X4) 0.002966 65.65458 1.763488
Sekam (X5) 0.003300 98.88154 2.314418

115
Lampiran 28. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01
Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:18
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.146517 1.187711 0.123361 0.9028


Pakan (X1) 0.428003 0.136234 3.141683 0.0044
Tenaga Kerja (X2) 0.131483 0.204968 0.641478 0.5273
Vaksin (X3) 0.077680 0.107308 0.723899 0.4761
Pemanas (X4) 0.316141 0.127770 2.474289 0.0208
Sekam (X5) 0.347056 0.124486 2.787905 0.0102

R-squared 0.776161 Mean dependent var 7.346667


Adjusted R-squared 0.729528 S.D. dependent var 0.641256
S.E. of regression 0.333497 Akaike info criterion 0.818493
Sum squared resid 2.669293 Schwarz criterion 1.098733
Log likelihood -6.277399 Hannan-Quinn criter. 0.908144
F-statistic 16.64400 Durbin-Watson stat 1.184358
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 29. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
8
Series: Residuals
7 Sample 1 30
Observations 30
6
Mean -3.76e-16
5 Median 0.024484
Maximum 0.606893
4 Minimum -0.766790
Std. Dev. 0.303388
3 Skewness -0.188893
Kurtosis 3.050887
2
Jarque-Bera 0.181640
1 Probability 0.913182

0
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

116
Lampiran 30. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 2.244517 Prob. F(5,24) 0.0826


Obs*R-squared 9.558571 Prob. Chi-Square(5) 0.0888
Scaled explained SS 8.723481 Prob. Chi-Square(5) 0.1206

Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:18
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.308938 0.631233 -2.073620 0.0490


Pakan (X1) 0.222569 0.072404 3.073977 0.0052
Tenaga Kerja (X2) 0.085223 0.108935 0.782330 0.4417
Vaksin (X3) 0.048253 0.057031 0.846084 0.4059
Pemanas (X4) -0.119817 0.067906 -1.764453 0.0904
Sekam (X5) -0.002325 0.066161 -0.035137 0.9723

R-squared 0.318619 Mean dependent var 0.228237


Adjusted R-squared 0.176665 S.D. dependent var 0.195336
S.E. of regression 0.177244 Akaike info criterion -0.445722
Sum squared resid 0.753971 Schwarz criterion -0.165483
Log likelihood 12.68583 Hannan-Quinn criter. -0.356071
F-statistic 2.244517 Durbin-Watson stat 2.150073
Prob(F-statistic) 0.082602

Lampiran 31. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Satuan


Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan
di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variance Inflation Factors
Date: 01/16/13 Time: 00:18
Sample: 1 30
Included observations: 30

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 1.410657 380.5027 NA
Pakan (X1) 0.018560 271.2179 1.801307
Tenaga Kerja (X2) 0.042012 122.4181 1.047533
Vaksin (X3) 0.011515 49.66210 1.045565
Pemanas (X4) 0.016325 95.74607 1.973194
Sekam (X5) 0.015497 122.0273 1.473278

117
Lampiran 32. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb
Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
data olah;
input y x1 x2 x3 x4 x5 D;

/*D=dummy tipe peternak*/

lny=log(y);
lnx1=log(x1);
lnx2=log(x2);
lnx3=log(x3);
lnx4=log(x4);
lnx5=log(x5);

cards;
1626.40 1750.00 36.00 75.00 60.00 400.00 0
2411.20 2450.00 36.00 45.00 180.00 300.00 0
980.80 1050.00 37.95 105.00 12.00 400.00 0
714.40 600.00 17.00 30.00 70.00 50.00 0
1581.60 1650.00 17.00 30.00 140.00 105.00 0
752.80 1000.00 41.40 180.00 128.00 125.00 0
3168.00 3200.00 28.80 45.00 180.00 500.00 0
1552.00 1550.00 41.40 60.00 75.00 350.00 0
766.40 800.00 18.00 90.00 60.00 125.00 0
1020.80 1100.00 34.00 45.00 70.00 250.00 0
547.20 950.00 24.75 30.00 24.00 100.00 0
1177.60 1400.00 16.00 60.00 60.00 350.00 0
741.60 700.00 16.00 30.00 60.00 175.00 0
3975.20 3900.00 28.80 120.00 256.00 420.00 0
1923.20 1950.00 24.75 60.00 120.00 200.00 0
370.40 350.00 28.80 30.00 70.00 70.00 0
3292.00 3350.00 28.80 60.00 192.00 490.00 0
3556.80 3550.00 32.40 30.00 240.00 615.00 0
736.20 1050.00 24.75 45.00 27.00 185.00 0
1446.40 1350.00 28.80 30.00 120.00 350.00 0
417.60 400.00 28.80 150.00 60.00 40.00 0
755.20 750.00 17.50 75.00 112.00 125.00 0
771.20 1000.00 16.00 0.01 60.00 75.00 0
772.00 700.00 30.60 120.00 60.00 90.00 0
863.20 950.00 30.60 135.00 21.00 110.00 0
762.40 700.00 28.80 30.00 0.001 70.00 0
716.00 900.00 28.80 60.00 54.00 50.00 0
3511.20 3350.00 28.80 120.00 180.00 115.00 0
1924.80 1200.00 28.80 30.00 160.00 50.00 0
800.00 900.00 16.50 30.00 60.00 200.00 0
5502.00 3200.00 29.70 45.00 280.00 225.00 1
946.80 900.00 32.00 45.00 60.00 125.00 1
752.00 800.00 16.00 45.00 60.00 100.00 1
1012.80 1400.00 39.10 30.00 74.00 175.00 1
1177.60 1050.00 28.80 30.00 60.00 250.00 1
980.80 1000.00 15.50 90.00 60.00 200.00 1
907.20 900.00 30.60 30.00 80.00 160.00 1
644.80 700.00 36.80 60.00 60.00 160.00 1
2065.70 2300.00 32.00 60.00 210.00 335.00 1
623.70 700.00 28.80 120.00 60.00 50.00 1

118
Lampiran 32. Lanjutan
1983.00 300.00 16.00 90.00 140.00 196.00 1
1232.00 1300.00 28.80 60.00 120.00 300.00 1
2864.00 3400.00 28.80 60.00 180.00 300.00 1
2346.40 1950.00 36.80 60.00 33.00 325.00 1
2350.80 1150.00 29.70 150.00 120.00 175.00 1
1552.00 1300.00 37.95 60.00 140.00 150.00 1
738.90 5100.00 32.00 30.00 60.00 90.00 1
3962.40 3800.00 33.00 120.00 360.00 390.00 1
1416.00 1250.00 27.90 150.00 27.00 225.00 1
760.00 700.00 35.65 60.00 60.00 105.00 1
3068.80 3000.00 16.00 15.00 180.00 430.00 1
3960.80 4050.00 28.80 30.00 210.00 160.00 1
1556.00 1300.00 24.75 60.00 120.00 125.00 1
2653.20 1750.00 16.00 30.00 160.00 445.00 1
1872.00 1500.00 32.00 30.00 60.00 250.00 1
2778.40 1400.00 32.00 30.00 210.00 740.00 1
849.60 1150.00 23.25 30.00 70.00 190.00 1
685.00 700.00 16.00 135.00 70.00 280.00 1
4728.00 4700.00 24.00 75.00 420.00 850.00 1
1136.00 1000.00 16.00 30.00 76.00 220.00 1;
run;
proc reg data=olah;
model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5 D;
RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1;
run;

Lampiran 33. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb


Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
data olah;
input y x1 x2 x3 x4 x5;

lny=log(y);
lnx1=log(x1);
lnx2=log(x2);
lnx3=log(x3);
lnx4=log(x4);
lnx5=log(x5);

cards;
1626.40 1750.00 36.00 75.00 60.00 400.00
2411.20 2450.00 36.00 45.00 180.00 300.00
980.80 1050.00 37.95 105.00 12.00 400.00
714.40 600.00 17.00 30.00 70.00 50.00
1581.60 1650.00 17.00 30.00 140.00 105.00
752.80 1000.00 41.40 180.00 128.00 125.00
3168.00 3200.00 28.80 45.00 180.00 500.00
1552.00 1550.00 41.40 60.00 75.00 350.00
766.40 800.00 18.00 90.00 60.00 125.00
1020.80 1100.00 34.00 45.00 70.00 250.00
547.20 950.00 24.75 30.00 24.00 100.00
1177.60 1400.00 16.00 60.00 60.00 350.00
741.60 700.00 16.00 30.00 60.00 175.00
3975.20 3900.00 28.80 120.00 256.00 420.00

119
Lampiran 33. Lanjutan
1923.20 1950.00 24.75 60.00 120.00 200.00
370.40 350.00 28.80 30.00 70.00 70.00
3292.00 3350.00 28.80 60.00 192.00 490.00
3556.80 3550.00 32.40 30.00 240.00 615.00
736.20 1050.00 24.75 45.00 27.00 185.00
1446.40 1350.00 28.80 30.00 120.00 350.00
417.60 400.00 28.80 150.00 60.00 40.00
755.20 750.00 17.50 75.00 112.00 125.00
771.20 1000.00 16.00 0.01 60.00 75.00
772.00 700.00 30.60 120.00 60.00 90.00
863.20 950.00 30.60 135.00 21.00 110.00
762.40 700.00 28.80 30.00 60.00 70.00
716.00 900.00 28.80 60.00 54.00 50.00
3511.20 3350.00 28.80 120.00 180.00 115.00
1924.80 1200.00 28.80 30.00 160.00 50.00
800.00 900.00 16.50 30.00 60.00 200.00;
run;
proc reg data=olah;
model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5;
RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1;
run;

Lampiran 34. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb


Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012
data olah;
input y x1 x2 x3 x4 x5;

lny=log(y);
lnx1=log(x1);
lnx2=log(x2);
lnx3=log(x3);
lnx4=log(x4);
lnx5=log(x5);

cards;
5502.00 3200.00 29.70 45.00 280.00 225.00
946.80 900.00 32.00 45.00 60.00 125.00
752.00 800.00 16.00 45.00 60.00 100.00
1012.80 1400.00 39.10 30.00 74.00 175.00
1177.60 1050.00 28.80 30.00 60.00 250.00
980.80 1000.00 15.50 90.00 60.00 200.00
907.20 900.00 30.60 30.00 80.00 160.00
644.80 700.00 36.80 60.00 60.00 160.00
2065.70 2300.00 32.00 60.00 210.00 335.00
623.70 700.00 28.80 120.00 60.00 50.00
1983.00 2300.00 16.00 90.00 140.00 196.00
1232.00 1300.00 28.80 60.00 120.00 300.00
2864.00 3400.00 28.80 60.00 180.00 300.00
2346.40 1950.00 36.80 60.00 33.00 325.00
2350.80 1150.00 29.70 150.00 120.00 175.00
1552.00 1300.00 37.95 60.00 140.00 150.00
738.90 5100.00 32.00 30.00 60.00 90.00

120
Lampiran 34. Lanjutan
3962.40 3800.00 33.00 120.00 360.00 390.00
1416.00 1250.00 27.90 150.00 27.00 225.00
760.00 700.00 35.65 60.00 60.00 105.00
3068.80 3000.00 16.00 15.00 180.00 430.00
3960.80 4050.00 28.80 30.00 210.00 160.00
1556.00 1300.00 24.75 60.00 120.00 125.00
2653.20 1750.00 16.00 30.00 160.00 445.00
1872.00 1500.00 32.00 30.00 60.00 250.00
2778.40 1400.00 32.00 30.00 210.00 740.00
849.60 1150.00 23.25 30.00 70.00 190.00
685.00 700.00 16.00 135.00 70.00 280.00
4728.00 4700.00 24.00 75.00 420.00 850.00
1136.00 1000.00 16.00 30.00 76.0 220.00
;
run;
proc reg data=olah;
model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5;
RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1;
run;

Lampiran 35. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas


Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 21.67392 4.33478 56.96 <.0001


Error 54 4.10934 0.07610
Corrected Total 59 25.78326

Root MSE 0.27586 R-Square 0.8406


Dependent Mean 7.20450 Adj R-Sq 0.8259
Coeff Var 3.82900

Parameter Estimates

Parameter Standard
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 1.00211 0.26243 3.82 0.0003


lnx1 1 0.55662 0.08746 6.36 <.0001
lnx2 1 -0.03900 0.06733 -0.58 0.5649
lnx3 1 0.01550 0.03017 0.51 0.6095
lnx4 1 0.27753 0.06335 4.38 <.0001
lnx5 1 0.18934 0.06271 3.02 0.0039
D 1 0.03026 0.07298 0.41 0.6800
RESTRICT -1 0.57314 0.57877 0.99 0.3266*

* Probability computed using beta distribution.

121
Lampiran 36. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

The SAS System 22:39 Wednesday, January 20, 2013 7

The REG Procedure


Model: MODEL1
Dependent Variable: lny

NOTE: Restrictions have been applied to parameter estimates.

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 11.94296 2.98574 114.56 <.0001


Error 25 0.65154 0.02606
Corrected Total 29 12.59450

Root MSE 0.16144 R-Square 0.9483


Dependent Mean 7.06178 Adj R-Sq 0.9400
Coeff Var 2.28605

Parameter Estimates

Parameter Standard
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 0.21171 0.24243 0.87 0.3908


lnx1 1 0.89464 0.08804 10.16 <.0001
lnx2 1 -0.05228 0.05512 -0.95 0.3519
lnx3 1 0.02128 0.01920 1.11 0.2783
lnx4 1 0.15090 0.05230 2.88 0.0079
lnx5 1 -0.01453 0.05699 -0.25 0.8008
RESTRICT -1 0.22380 0.24068 0.93 0.3630*

* Probability computed using beta distribution.

122
Lampiran 37. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

The SAS System 22:39 Wednesday, January 20, 2013 6

The REG Procedure


Model: MODEL1
Dependent Variable: lny

NOTE: Restrictions have been applied to parameter estimates.

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 9.13805 2.28451 20.19 <.0001


Error 25 2.82857 0.11314
Corrected Total 29 11.96662

Root MSE 0.33637 R-Square 0.7636


Dependent Mean 7.34722 Adj R-Sq 0.7258
Coeff Var 4.57815

Parameter Estimates

Parameter Standard
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|

Intercept 1 1.35501 0.46112 2.94 0.0070


lnx1 1 0.40836 0.13647 2.99 0.0062
lnx2 1 -0.04236 0.13479 -0.31 0.7560
lnx3 1 0.02442 0.09721 0.25 0.8037
lnx4 1 0.31149 0.12878 2.42 0.0232
lnx5 1 0.29809 0.11690 2.55 0.0173
RESTRICT -1 0.45700 0.41158 1.11 0.2756*

* Probability computed using beta distribution.

123
Lampiran 38. Analysis of Variance Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi dan Tidak Terestriksi pada Peternak Ayam Ras
Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan), Peternak Mandiri, dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Uji Skala Usaha SS DF MS F hitung = 0.987


Salinan regresi
model Cobb Douglas 4.035 53 0.076
peternak ayam ras pedaging
secara keseluruhan tidak
terestriksi
Beda Slope 0.074 1 0.074 F 0.01(1,53) = 7.08
Salinan regresi
model Cobb Douglas 4.109 54 0.076
peternak ayam ras pedaging
secara keseluruhan terestriksi
Salinan regresi F hitung = 0.920
model Cobb Douglas
peternak ayam ras pedaging 0.629 24 0.026
peternak mandiri tidak terestriksi
Beda Slope 0.023 1 0.023 F 0.01(1,24) = 7.82
Salinan regresi
model Cobb Douglas
peternak ayam ras pedaging 0.652 25 0.026
peternak mandiri terestriksi
Salinan regresi F hitung = 1.296
model Cobb Douglas
peternak ayam ras pedaging 2.689 24 0.112
peternak kemitraan tidak
terestriksi
Beda Slope 0.14 1 0.14 F 0.01(1,24) = 7.82
Salinan regresi
model Cobb Douglas
peternak ayam ras pedaging 2.829 25 0.113
peternak kemitraan terestriksi

124
Lampiran 39. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Ayam Ras
Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Pakan (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 16 407 16 225 16 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.90 0.41 0.56 -
Penggunaan input (kg)
1 485 1 858 1 672
rata-rata di lokasi
Rumus NPM (βi*Y*Py)/Xi βi*Y*Py)/Xi βi*Y*Py)/Xi -
Nilai NPM input 14 382 6 782 9 127 -
BKM input 5 322 5 307 5 315 Rp/kg
NPM/BKM 2.70 1.28 1.72 -

Pemanas (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 16 407 16 225 16 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.15 0.31 0.28 -
Penggunaan input (kg)
99 127 113
rata-rata di lokasi
Rumus NPM (βi*Y*Py)/Xi (βi*Y*Py)/Xi (βi*Y*Py)/Xi -
Nilai NPM input 36 398 75 632 67 403 -
BKM input 5 000 5 000 5 000 Rp/kg
NPM/BKM 7.28 15.13 13.48 -

Sekam (kg)
No Peternak Peternak Satuan
Kemitraan Keseluruhan
Py 16 225 1 6 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.3 0.19 -
Penggunaan input 258 237 (kg)
rata-rata di lokasi
Rumus NPM (βi*Y*Py)/Xi (βi*Y*Py)/Xi -
Nilai NPM input 35 663 21 849 -
BKM input 1 443 1 357 Rp/kg
NPM/BKM 24.71 16.10 -

125
Lampiran 40. Perhitungan Input Optimal Produksi Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Pakan (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 16 407 16 225 1 6316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.90 0.41 0.56 -
Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi -
BKM input 5 322 5 307 5 315 Rp/kg
Input optimal 4 013 2 374 2 871 kg

Pemanas (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 1 6407 16 225 1 6316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.15 0.31 0.28 -
Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi -
BKM input 5 000 5 000 5 000 Rp/kg
Input optimal 721 1 921 1 523 kg

Sekam (kg)
No Peternak Peternak Satuan
Kemitraan Keseluruhan
Py 16 225 1 6 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.3 0.19 -
Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi -
BKM input 1 443 1 357 Rp/kg
Input optimal 6 378 3 816 kg

126
Lampiran 41. Dokumentasi Penelitian Usahaternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Gambar 1. Anak Ayam Umur 1 Hari Gambar 1. Anak Ayam Umur 5 Hari

Gambar 3. Kandang Bentuk Panggung Gambar 4. Kandang Bentuk Litter

Gambar 5. Bahan Bakar Kayu untuk Gambar 6. Bahan Bakar Gas untuk Pemanas
Pemanas

127
Lampiran 41. Lanjutan

Gambar 7. Sumber Air Gambar 8. Tempat Pakan dan Minum

Gambar 9. Vaksin Gumboro B Gambar 10. Vaksin NDLS

Gambar 11. Vita Chick Obat untuk Mencegah Gambar 12. Therapy Obat untuk
Kekurangan Vitamin Mengobati Korela

128
Lampiran 41. Lanjutan

Gambar 13. Heroben untuk Penggemukan


Gambar 14. Sekam
Ayam

Gambar 16. Nota Sarana Produksi dari


Gambar 15. Pakan Ayam Pihak Inti

Gambar 17. Penimbangan Ayam


sebelum Pemanenan Gambar 18. Proses Pengangkutan Ayam

129
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 24 Februari 1990. Penulis

adalah anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Suwondo dan

Ibu Dra. Dwi Sri Hardiningsih. Penulis memulai pendidikan dasarnya pada tahun

1996 di SD Negeri Bintoro IV Demak dan menyelesaikannya pada tahun 2002.

Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 20 Purworejo,

dan lulus tahun 2005. Kemudian, penulis diterima di SMA Negeri 2 Purworejo,

dan lulus tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, pada

tahun 2008 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama kuliah

penulis aktif dalam organisasi Syariah Ecinomics Student Club (SES-C) pada

tahun 2010-2011, serta menerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik

(PPA).

130

Anda mungkin juga menyukai