Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Efisiensi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
ii
RINGKASAN
Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peran penting
dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan dalam bidang peternakan dapat
meningkatkan peran peternakan dalam tata ekonomi nasional, meningkatkan
pendapatan peternak dan menyediakan pangan bagi masyarakat.
Industri perunggasan di Indonesia diperkirakan memiliki prospek yang
baik. Ternak unggas memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi daging
nasional yaitu sebesar 60.73 persen (Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Salah
satu komoditas perunggasan yang prospektif untuk dikembangkan adalah ayam
ras pedaging atau broiler. Berdasarkan Direktorat Jendral Peternakan tahun 2008,
ayam ras pedaging memiliki kontribusi terbesar terhadap total daging unggas
nasional yaitu sebesar 67 persen, sedangkan 23 persen dari ayam bukan ras dan
sisanya dari ternak unggas lainnya. Berkembangnya industri ayam ras pedaging di
Indonesia, didukung oleh pertambahan penduduk, peningkatan pendidikan dan
pendapatan, serta kesadaran akan gizi seimbang.
Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi terbesar usahaternak ayam
ras pedaging di provinsi Jawa Barat dengan proporsi sebesar 19.01 persen
terhadap total produksi ayam ras pedaging di provinsi Jawa Barat (Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011). Kecamatan Gunung Sindur merupakan
daerah sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor, yang ditunjukan
oleh persentase populasi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur pada
tahun 2010 mencapai 9.65 persen dari total populasi ayam ras pedaging di
Kabupaten Bogor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011).
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur dapat
dikelompokan menjadi dua pola, yaitu pola kemitraan dan pola mandiri. Dalam
pelaksanaannya, terdapat perbedaan sistem produksi antara peternak kemitraan
dan peternak mandiri. Peternak kemitraan mendapat jaminan pasokan sarana
produksi dan pemasaran hasil produksi dari pihak inti, sehingga peternak plasma
memiliki resiko harga yang lebih rendah. Namun sebaliknya, peternak mandiri
dengan modal sendiri memiliki keleluasaan dalam memperoleh sarana produksi
dan pemasaran hasil produksi.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging dan menganalisis efisiensi produksi
ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan peternak kemitraan. Responden
dipilih dari tiga lokasi, yaitu Desa Padurenan, Desa Pabuaran, dan Desa
Pangasinan. Ketiga lokasi tersebut dipilih secara purposive karena ketiga desa
tersebut memiliki jumlah peternak kemitraan terbanyak dari desa lain yang ada di
Kecamatan Gunung Sindur. Responden peternak kemitraan diambil secara
purposive sejumlah 30 peternak dari data peternak kemitraan yang dipublikasikan
oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor tahun 2009. Peternak
mandiri diambil sebanyak 30 peternak dengan teknik snowball sampling. Model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb
Douglas dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan software
iii
Eviews 7. Analisis efisiensi ekonomi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM).
Hasil analisis menunjukan, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
ayam ras pedaging pada kedua pola peternak adalah pakan dan pemanas. Faktor-
faktor produksi yang berpengaruh nyata pada peternak kemitraan selain pakan dan
pemanas adalah sekam, kepadatan kandang, dan mortalitas. Pada peternak mandiri
faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata hanya pakan dan pemanas. Pada
peternak mandiri, penggunaan pakan lebih responsif dari peternak kemitraan,
sedangkan pada peternak kemitraan penggunaan pemanas lebih responsif dari
peternak mandiri.
Hasil analisis efisiensi ekonomi, menunjukan bahwa pada kedua pola
peternak belum mencapai efisiensi secara ekonomi. Hal ini ditunjukan dari rasio
Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) tidak
sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. Untuk mencapai efisiensi
ekonomi, faktor produksi yang perlu ditambah pada peternak mandiri adalah
pakan dan pemanas, sedangkan pada peternak kemitraan adalah pakan, pemanas,
dan sekam.
Kata kunci: Usahaternak ayam ras pedaging, fungsi produksi Cobb Douglas,
efisiensi ekonomi.
iv
ANALISIS EFISIENSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN
DAN MANDIRI DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ayahanda Drs. Suwondo dan Ibunda Dra. Dwi Sri Hardiningsih atas segala
doa, kasih sayang, dan dukungan baik moral maupun spiritual yang telah
diberikan selama ini, serta kepada kakak tercinta Prayogo, Ika Cahya H, Dwi
penulis.
2. Ir. Ujang Sehabudin yang senantiasa dengan penuh ketekunan dan kesabaran
3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi atas
dosen serta staff pengajar Departemen ESL yang selalu memberikan saran dan
5. Peternak responden dan seluruh staf di Kecamatan Gunung Sindur yang telah
skripsi serta kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi besar
selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
vii
KATA PENGANTAR
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan peternak mandiri, serta
ini masih memiliki kekurangan. Akan tetapi, penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung termasuk penulis pribadi. Selain itu, penulis juga mengharapkan adanya
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
4.4.3. Definisi Operasional ............................................................ 46
V. GAMBARAN UMUM ............................................................................ 47
5.1. Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur................................ 47
5.1.1. Letak Geografis ................................................................... 47
5.1.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................... 48
5.2. Karakteristik Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur ................................................................................ 49
5.3. Manajemen Budidaya Ayam Ras Pedaging .................................... 53
5.4. Karakteristik Responden ................................................................. 56
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 61
6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam
Ras Pedaging ................................................................................... 61
6.1.1. Analisis Model Fungsi Produksi ........................................... 61
6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap
Produksi Ayam Ras Pedaging............................................... 68
6.2. Analisis Efisiensi Ekonomi ............................................................. 79
VII. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 92
7.1. Simpulan.......................................................................................... 92
7.2. Saran . .............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94
LAMPIRAN ...................................................................................................... 97
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 130
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nil
11. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Nila
Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012…...……………………..……… 65
xi
13. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan
Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor Tahun 2012……….………………………...………........ 67
18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012………………………………….. 86
19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……. 87
20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012….… 88
xii
23. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam
Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor Tahun 2012…….…………..……………...… 90
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Fungsi Produksi Neoklasik……………………………………… 25
2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional………………………….. 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. PDB Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2004-2011 (Miliar
Rupiah)…………………………………………………………..….. 98
xv
14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 …...…………... 109
15. Uji Multikolinearitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2012 .……………………………………….. 109
xvi
26. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012….…………….. 115
xvii
38. Analysis of Variance Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi dan Tidak Terestriksi pada Peternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan, Peternak Mandiri, dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012……….... 124
39. Perhitungan NPM dan BKM Produksi Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…..………………………... 125
40. Perhitungan Input Optimal Produksi Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012…...……………………….. 126
xviii
I. PENDAHULUAN
Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peran penting
dalam pembangunan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya kontribusi
(2011), sub sektor ini penyumbang ke-4 PDB pada sektor pertanian yaitu dengan
nilai rata-rata 11.51 persen dari tahun 2004 sampai tahun 2011 (Lampiran 1).
pendapatan peternak dan penyediaan pangan bagi masyarakat dalam jumlah yang
yaitu 60.73 persen, kemudian daging sapi sebesar 21.94 persen. Kontribusi daging
ayam ras, 23 persen dari ayam bukan ras dan sisanya dari ternak unggas lainnya
diantaranya adalah tingginya harga pakan, hal tersebut dikarenakan bahan baku
1
penduduk, peningkatan pendidikan dan pendapatan, serta kesadaran akan gizi
seimbang.
Indonesia dari 12.46 gram/hari di tahun 2009 sampai 14.02 gram/hari di tahun
2011. Pendapatan perkapita nasional pada tahun 2009 yaitu Rp 8.9 juta, kemudian
meningkat menjadi Rp 9.8 juta di tahun 2011. Di sisi lain, antara tahun 2009
sampai tahun 2011, jumlah penduduk meningkat dari 227 juta jiwa menjadi 238
adalah peternakan ayam ras pedaging atau broiler. Hal tersebut didukung oleh
kandungan gizi dan vitamin yang cukup tinggi serta harganya yang relatif rendah
jika dibandingkan dengan daging lainnya. Selain itu, peternakan ayam ras
yang dikelola secara mandiri dengan skala kecil yang tujuannya hanya digunakan
dan tuntutan ekonomi, usahaternak ayam ras pedaging mulai dikembangkan dari
skala menengah sampai skala besar. Usahaternak ayam ras pedaging berkembang
pesat di Indonesia dan salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun
2004-2009, Jawa Barat memiliki persentase produksi rata-rata terbesar yaitu 32.16
2
persen terhadap total produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia (Lampiran
2). Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi terbesar usahaternak ayam ras
pedaging di Jawa Barat. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada persentase populasi
ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 yang besarnya mencapai
usahaternak ayam ras pedaging, khususnya bagi daerah sentra produksi seperti
dari 18 unit usaha menjadi 25 unit usaha dari tahun 2009 sampai tahun 20111.
dari tahun 2009 sampai tahun 2011 sebesar 30.35 persen. Pertumbuhan rata-rata
daging ayam buras yaitu sebesar 21.17 persen dan pertumbuhan rata-rata produksi
daging itik sebesar 15.90 persen (Lampiran 4). Hal tersebut mengindikasikan
pedaging.
persentase populasi ayam ras pedaging yang mencapai 9.65 persen dari total
populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor (Lampiran 5). Peternakan ayam
dengan dua pola, yaitu pola kemitraan dan pola mandiri. Kemitraan yang
1
IPB Convention Center. 2012. Prospek Industri Pangan di Indonesia 2012.
http://www.foodreview.biz [diakses pada tanggal 26 September 2012]
3
terbentuk merupakan kerjasama yang terjalin antara peternak rakyat dengan
bahwa perusahaan inti memiliki kewajiban dalam (1) penyediaan dan penyiapan
usaha dan produksi, (3) perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang
diperlukan, (4) pembiayaan, dan (5) pemberian bantuan lainnya yang diperlukan
2000). Peternak mandiri adalah peternak rakyat dimana modal yang digunakan
distribusi DOC dan pakan yang kurang lancar, hal tersebut akan mempengaruhi
waktu dan masa berproduksi ayam ras pedaging atau tidak tepat waktu dalam
berproduksi dan menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih besar.
Selain itu, kepemilikan modal yang kecil dan pemasaran hasil yang kurang lancar
Menurut Hafsah (2000), bagi perusahaan inti masalah yang sering terjadi terkait
produksi yang dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu dengan bermitra, peternak
4
kerja. Namun, ada juga alasan peternak masih melakukan usahaternak secara
yang diperoleh dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang
produksi atau modal usaha, namun peternak mandiri dengan modal sendiri akan
Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai bagaimana baik peternak mandiri
usahaternak, namun bagi sebagian peternak rakyat modal menjadi sebuah kendala
Peternakan besar memiliki modal yang besar dan mampu memasok pakan dan
DOC dalam jumlah banyak dari industri sapronak dengan harga yang lebih murah,
sehingga dengan biaya produksi yang lebih rendah peternakan besar mampu
5
Kemitraan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan peran peternak
peternak rakyat. Menurut Hafsah (2000), tujuan yang ingin dicapai dalam
usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku
nasional.
kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti
yang bermitra. Menurut Hafsah (2000), melalui model inti plasma akan tercipta
baku dapat lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas sesuai standar yang
diperlukan, serta beberapa peternak rakyat yang dibimbing oleh inti mampu
menyediakan tenaga kerja dan kandang sedangkan sarana produksi seperti DOC,
pakan, obat-obatan disediakan oleh pihak inti dan semua biaya sarana produksi
beberapa peternak yang mengusahakan ayam ras pedaging secara mandiri dan
6
beberapa peternak keluar dari kemitraan dan kembali sebagai peternak mandiri.
Hal tersebut dikarenakan kemitraan yang dilakukan tidak sesuai perjanjian yang
ditanggung oleh peternak selain itu harga sarana produksi dan harga jual ayam
berupa suatu paket sarana produksi dari pihak inti sehingga mampu memenuhi
dimilikinya. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana efisiensi usaha
peternakan ayam ras pedaging pada pola kemitraan dan pola mandiri. Berdasarkan
7
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahaternak ayam ras
ayam ras pedaging pola kemitraan dan pola mandiri di Kecamatan Gunung
Sindur?
Gungung Sindur.
Gunung Sindur.
mengenai faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging
penelitian selanjutnya.
8
3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Dinas Peternakan
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ayam ras pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil
budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas sebagai
penghasil daging. Pertumbuhannya cepat dengan konversi makanan yang irit, dan
siap dipotong pada usia yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu sudah dapat
dipanen, dengan berat badan antara 1.2-1.9 kg/ekor. Ayam ras pedaging yang baik
yaitu ayam yang sehat, berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan antara tulang,
ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam ras
CP 707, Hyline, Hubbard, Missouri, Hybro, Shaver Starbo, Super 77, Arbor
Acress, Tegel 70, Cornish, ISA brown, Hypeco, Sussex, Cobb, Bromo, Kim
Cross, Wonokoyo, Ross Marshall, Lohman, dan Euribird. Ayam ras pedaging
baru dikenal di Indonesia sejak tahun 1980-an, dan telah dikembangkan dengan
pesat dibeberapa negara. Adapun manfaat memelihara ayam ras pedaging adalah:
(1) menyediakan kebutuhan protein hewani, (2) menyediakan tenaga kerja, (3)
investasi, (4) mencakupi kebutuhan keluarga, dan (5) sebagai hasil tambahan dari
usahaternak ayam ras pedaging berupa tinja yang dapat dimanfaatkan untuk
pupuk kandang.
10
2.2. Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging
tenaga kerja, bibit ayam (DOC), kandang, dan penanggulangan penyakit. Faktor-
peternak (Rahardi dan Hartono, 2003). Menurut penelitian Yunus (2009), faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging antara lain DOC, pakan,
OVAC, tenaga kerja, listrik, bahan bakar dan luas kandang. Adapun menurut
pedaging antara lain tenaga kerja, DOC, kandang, pakan, obat-obatan, dan vaksin.
maupun mutu produk. Ketersediaan bibit harus senantiasa ada untuk menjamin
kelangsungan produksi. Tidak hanya itu, kontinuitas pasokan bibit juga harus
usaha peternakan memiliki pemasok bibit ternak tetap. Seperti usaha peternakan
ayam ras pedaging, diperlukan pasokan DOC secara kontinu untuk setiap periode
Menurut Rahardi dan Hartono (2003), selain kontinuitas kualitas bibit juga
harus menjadi perhatian bagi para peternak. Kontribusi bibit dalam penampilan
produksi ternak yang bermutu baik sebesar 30 persen. Bibit yang berkualitas baik
dapat diketahui dari catatan produknya dan secara langsung dapat dilihat dari
berikut: (1) bebas dari penyakit (free diseases), (2) berasal dari induk yang matang
11
umur dan dari pembibit yang berpengalaman, (3) DOC terlihat aktif, (4) DOC
memiliki kekebalan tubuh yang tinggi, (5) kaki besar dan basah seperti
berminyak, (6) bulu cerah, tidak kusam, dan penuh, (7) anus bersih, tidak ada
kotoran atau pasta putih, (8) keadaan tubuh ayam normal, dan (9) berat badan
2.2.2. Pakan
yang lengkap dan disusun dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan zat
Diperkirakan biaya pakan dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi.
dan konsentrasi pakan yang diberikan ternak. Hal yang perlu diperhatikan dalam
vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat tersebut bagi ternak sangat dibutuhkan untuk
dilakukan secara teratur dengan jumlah yang sesuai kebutuhan ternak. Kelebihan
atau kekurangan akan berdampak kurang baik pada ternak dan berdampak pada
Pemberian pakan ayam ras pedaging terdapat dua fase yaitu, fase starter
(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Namun, beberapa
perusahaan juga menggolongkan pakan ras pedaging dalam tiga fase, yaitu pakan
starter ayam dari umur 1-18 hari, pakan grower 19-30 hari dan pakan finisher
(Mulyantini, 2011). Pada penelitian Kusuma (2005), peternak ayam ras pedaging
12
tidak menggunakan tiga jenis pakan (pakan starter, grower dan pakan finisher),
namun hanya menggunakan satu jenis pakan starter dari umur satu hari hingga 35
hari. Rata-rata pakan yang habis digunakan untuk setiap 1 000 ekor ayam non
peternakan dapat berasal dari tenaga kerja sendiri dan tenaga kerja dari luar.
Tenaga kerja sendiri, terdiri dari tenaga kerja diri sendiri (peternak) dan keluarga,
seperti istri dan anak atau anggota keluarga lainnya. Tenaga kerja dari luar
merupakan tenaga kerja yang secara sengaja diambil dari luar dengan memberikan
kompensasi upah atau gaji. Tenaga kerja luar diukur dengan tingkat upah yang
berlaku dalam satu hari dengan jam kerja 8 jam sehari dengan konversi: (1) tenaga
kerja pria=1 HKP, (2) tenaga kerja wanita=0.8 HKP dan (3) tenaga kerja anak-
menggunakan tenaga kerja luar (tenaga kerja upah). Sebaliknya, untuk usaha
industri yang memiliki orientasi usaha komersial keseluruhan tenaga kerja yang
sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena akan berdampak pada biaya
diperhatikan terutama pada skala usaha menengah dan besar untuk menciptakan
efisiensi kerja. Menurut hasil penelitian Dewiyanti (2007), rata-rata HKP dari
seluruh kegiatan tenaga kerja pada usahaternak ayam ras pedaging adalah 127.236
HKP, rata-rata HKP paling besar yaitu pada kegiatan pengelolaan ternak karena
13
kegiatan yang dilakukan secara penuh dalam 35 hari. Rata-rata HKP yang
dibutuhkan (jam) untuk persiapan kandang yaitu 4 jam 22 menit, rata-rata HKP
yang dibutuhkan untuk kegiatan pengelolaan ternak yaitu 7 jam 33 menit dan rata-
rata HKP yang dibutuhkan untuk kegiatan panen dan pembersihan kandang
setelah panen yaitu 44 jam. Menurut Rahardi dan Hartono (2003), peternakan
ayam ras pedaging diperlukan tenaga kerja sekitar 1-2 orang untuk 1000-1500
ekor ayam.
merupakan salah satu manajemen yang sangat penting dalam pemeliharaan ternak
kerugian karena peternak harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan wabah
penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya dapat dicegah. Selain
vaksin, vitamin juga perlu diberikan pada ayam ras pedaging. Seringkali terlihat
14
tanda-tanda kekurangan vitamin pada ayam ras pedaging akibat
dan vitamin E karena terjadi reaksi dengan antibiotik sebagai akibat dari
penyimpanan pakan yang terlalu lama. Akibatnya ayam tidak dapat tumbuh dan
bergantung pada program yang diterapkan dalam usaha peternakan ayam ras
pedaging tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam sangat
2.2.5. Pemanas
baru menetas tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Ayam tidak
dapat mempertahankan suhu tubuh yang konstan sampai umur antara 1-2 minggu.
Ketika umur 2 minggu sampai dipasarkan, ayam tidak membutuhkan lagi alat
pemanas buatan namun tetap digunakan pada keadaan dingin khususnya saat
musim penghujan serta suhu lingkungan diusahakan tetap 21 oC. Alat pemanas
bisa dari lampu pijar, petromaks atau lampu kap (Mulyantini, 2010)
2.2.6. Kandang
mulai dari awal, masa produksi hingga dipasarkan (Mulyantini, 2011). Menurut
Rahardi dan Hartono (2003), dalam usaha peternakan komersial, kandang menjadi
salah satu faktor produksi yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada
15
dasarnya berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan
Bentuk kandang yang ideal untuk ayam ras pedaging adalah kandang
postal. Menurut Mulyantini (2011), kandang postal adalah kandang yang berlantai
rapat dan biasanya menggunakan alas litter, kandang dapat bertingkat atau tidak
dan pada suhu tinggi dindingnya sebagian besar terbuka. Guna mengatasi udara
yang panas khususnya di daerah tropis seperti Indonesia, kandang panggung lebih
baik untuk digunakan, namun biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang
cm, udara datang dari sela-sela lantai dan samping kandang, sehingga udara dalam
berat bobot badan ayam atau semakin panas, kepadatan harus dikurangi. Selain
Rasyaf (1995) dalam Yunus (2009), dataran rendah atau dataran pantai, kepadatan
yang baik adalah 8-9 ekor/m2 atau 0.12 m2/ekor dan untuk daerah pegunungan,
kepadatannya sekitar 11-12 ekor/m2 dengan rata-rata 10 ekor/m2 atau 0.1 m2/ekor.
16
2.3. Konsep Kemitraan
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan, maka semakin kuat pula fondasi
kemitraan itu sendiri. Adapun enam dasar etika berbisnis tersebut adalah: (1)
karakter, integritas dan kejujuran, (2) kepercayaan, (3) komunikasi yang terbuka,
(4) adil, (5) keinginan pribadi dari pihak yang bermitra, dan (6) keseimbangan
Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam
kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi
yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar. Tujuan yang ingin dicapai
kecil, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3)
menyatakan manfaat dari kemitraan adalah sebagai berikut: (1) kemitraan dapat
(2) efisiensi waktu dan tenaga kerja, (3) Jaminan Kualitas, Kuantitas dan
17
Kontinuitas, (4) meningkatkan peran peternak kecil dan menengah, sehingga
Tahun 1990 (Hafsah, 2000). Menurut Soehadji (1995) dalam Hafsah (2000),
Model ini mengacu pada usaha peternakan rakyat yang telah ada. Dalam
model ini, peternak sebagai plasma menjalin kemitraan dengan perusahaan yang
bertindak sebagai penghela yang menjamin plasma untuk suplai sarana produksi
dan pemasaran hasil. Kemitraan dalam model ini belum begitu sempurna karena
Model kemitraan ini lebih maju dari model yang sebelumnya, karena telah
ada keterkaitan antara hulu dan hilir. Peternak sebagai plasma melaksanakan
plasma dalam hal sarana produksi budidaya, pemasaran hasil, bimbingan teknik
dan permodalan.
18
3. Kawasan industri peternakan-sentra usaha peternakan ekspor
inti dapat melakukan budidaya untuk keperluan ekspor, namun sebagian besar
ekspor.
dilakukan oleh Yunus (2009), Kusuma (2005), Purmiyanti (2002). Yunus (2009)
Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi
dan efisiensi ekonomi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan
mandiri.
Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model. Hasil analisis
menyatakan bahwa, variabel bibit ayam (DOC) dan pakan berpengaruh nyata pada
taraf α satu persen dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai
koefisien yang cukup besar, artinya bahwa pertambahan bibit ayam (DOC) atau
pakan akan meningkatkan produksi, sedangkan vaksin, obat dan vitamin juga
19
artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin
terhadap produksi agar produksi bisa optimal. Selain itu, yang juga berpengaruh
nyata pada taraf α lima persen dan berhubungan positif dengan produksi adalah
ekonomi pola kemitraan sebesar 1.82 dan 1.59, sedangkan efisiensi alokatif, harga
dan efisiensi ekonomis peternak mandiri adalah sebesar 1.84 dan 1.59. Secara
pada usahaternak ayam ras pedaging. Model analisis yang digunakan adalah
model fungsi produksi Cobb Douglas dengan analisis model komponen utama.
ras pedaging peternak probiotik adalah bibit, pakan, pemanas dan obat-obatan,
sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras
pedaging peternak non probiotik adalah bibit, pakan, tenaga kerja, dan obat-
Analisis efisiensi teknis yang dicapai peternak probiotik dan non probiotik
pada input produksi bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas diperoleh
input produksi berada pada daerah rasional (daerah II). Penjumlahan seluruh
20
elastisitas produksi peternak probiotik diperoleh nilai 1.04, nilai penjumlahan
elastisitas produksi peternak non probiotik adalah 1.01. Hal tersebut menunjukan
bahwa skala usaha pada peternak probiotik dan non probiotik berada pada daerah
increasing return to scale. Setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor
peternak probiotik sebesar 1.04 dan peternak non probiotik sebesar 1.01. Nilai
FCR peternak probiotik sebesar 1.62, adapun peternak non probiotik sebesar 1.68.
Nilai FCR probiotik lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak non probiotik,
pakan dan menekan biaya produksi. Hasil analisis efisiensi ekonomi kedua
daya saing bawang merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Salah satu tujuan
bawang merah. Model fungsi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb
produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit bawang merah, pupuk P (TSP dan
DAP), pupuk K (KCL dan kamas), peubah dummy status garapan, dan peubah
bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Barat belum mencapai tingkat efisiensi
ekomoninya. Hal ini ditunjukan dari rasio NPM/BKM tidak sama denga satu.
21
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
Kusuma (2005) adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah model
fungsi produksi Cobb Douglas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yunus
(2009) adalah model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi
Stochastic Frontier Cobb Douglas dengan opsi Technical Efficiency Effect Model,
Penjelasan lebih rinci mengenai persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan
22
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Teori dan konsep yang akan digunakan dalam
Faktor Produksi.
Sumberdaya peternakan terdiri dari peternak, modal, lahan dan lingkungan, serta
skala usaha, yaitu usahaternak skala kecil dan menengah (usaha peternakan
rakyat) atau usaha besar dalam bentuk peternakan. Usaha peternakan skala kecil
dan menengah dapat dikelola secara sendiri tanpa badan hukum. Namun, untuk
usaha skala besar biasanya berbadan hukum karena melibatkan banyak pihak yang
terdiri dari modal dan pekerja. Beberapa bentuk badan hukum yang dapat dipilih
antara lain yayasan, koperasi, CV, atau perseroan terbatas (Hartono dan Rahardi,
2003).
rakyat terutama skala kecil dan menengah masih menghadapi berbagai tantangan
modal, usaha belum mencapai skala ekonomis, dan masih bersifat tradisional.
23
Selain itu, produktivitas ternak masih rendah, teknologi belum dapat dilaksanakan
sejenis dari negara lain. Meskipun terdapat beberapa kendala, sektor peternakan
sebagai berikut:
Y = f(X1 , X 2 , … … … … … Xn ) ..…………………..…………………….(3.1)
dimana:
Y = Hasil produk fisik (output)
Xi = Faktor-faktor produksi ke-i
i = 1,2,3,…..n
vektor input. Input tersebut meliputi input tetap dan input variabel. Dalam
keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam
24
Y
C
B
TPP
I II III
0
X1 X2 X3 Input (X)
APP/MPP
APP
0 X1 X2 Input (X)
X3 MPP
DP I DP II DP III
Keterangan:
Titik A = Titik balik (inflection point)
Titik B = Perpotongan antara MPP dan APP dimana APP mencapai maksimum
Titik C = Tingkat produksi total maksimum dimana MPP sama dengan nol
DP = Daerah produksi
peningkatan lebih besar dari pada penambahan inputnya. Seorang pengusaha tidak
rasional apabila berhenti pada daerah ini, karena pendapatan masih dapat
25
daerah rasional, karena dalam daerah ini peningkatan input akan meningkatkan
rasional akan memanfaatkan daerah ini dan masih memanfaatkan daerah ini untuk
berbisnis. Daerah III adalah daerah tidak rasional, karena peningkatan input akan
faktor-faktor produksi tersebut tidak efisien. Daerah III merupakan daerah yang
perubahan produksi dan perubahan input secara relatif. Dalam fungsi produksi,
elastisitas biasanya dibagi dalam tiga daerah, yaitu daerah I di sebelah kiri titik
APP maximum. Pada daerah II yang berada di antara APP maximum dan MPP=0,
elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1 (0≤εp ≤1). Daerah III berada
disebelah kanan MPP=0 (MPP<0) dan memiliki elastisitas produksi kurang dari
satu (𝜀𝑝 <1). Elastisitas produksi dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
dy/y dy x MPP
εp = = . = …………………………………………….….……………(3.2)
dx/x dx y APP
Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
produksi Cobb Douglas adalah model yang umum digunakan dalam penelitian
ekonomi, sehingga dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb Douglas.
Terdapat lima alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb Douglas banyak
26
1. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif mudah dibandingkan dengan
perbaikan dari proses produksi atau efisiensi dan juga untuk meramalkan
to scale.
produksi.
5. Bagian dari input dapat dihitung dengan jelas, hal ini sangat penting
bagian-bagian dari input, juga dapat diketahui sejauh mana suatu proses
suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan komoditas
(output). Hubungan antara input dan output disebut dengan Factor Relationship
27
(FR). Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi
β β
Y=β0X11 ……………….Xi i eu …...……...…………….………………(3.3)
produksi Cobb Douglas ke dalam bentuk double logaritme natural (ln), sehingga
Keterangan:
digunakan model Ordinary Least Square (OLS). OLS merupakan salah satu cara
terbaik untuk mendapatkan garis penduga yang baik. Suatu persamaaan dikatakan
baik, jika persyaratan dan asumsi yang membentuk persamaan tersebut dapat
28
6. Varian kesalahan pengganggu tetap atau homoskedastisitas (tidak terjadi
heteroskedastisitas.
dapat memperoleh hasil yang maksimal (Daniel, 2002). Efisiensi adalah rasio
yang mengukur produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit input (Rahim
dan Hastuti, 2008). Menurut Daniel (2002), peningkatan keuntungan dapat dicapai
oleh petani dengan melakukan usahataninya secara efisien. Konsep efisiensi ini
dikenal dengan konsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price
produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Bila petani
mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya karena pengaruh harga,
menekan harga faktor produksi dan menjual hasil pada harga yang relatif tinggi,
maka petani tersebut telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara
Menurut Doll dan Orazem (1984), efisiensi ekonomi akan tercapai bila
dipenuhi dua syarat, yaitu: (1) syarat keperluan yang menunjukan hubungan fisik
antara input dengan output bahwa proses produksi harus berada pada daerah
rasional II, dimana nilai elastisitas berada pada kisaran 0 sampai 1 (0 ≤ εp ≤ 1) dan
(2) syarat kecukupan yang berhubungan dengan tujuan bahwa seorang produsen
29
diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungannya. Menurut Rahim dan Hastuti
(2008), keuntungan maksimum akan tercapai bila Nilai Produk Marjinal (NPM)
untuk suatu input sama dengan harga input (Px) atau Biaya Korbanan Marjinal
π= PY . f X - PX . X - TFC ………………………..………...………………..(3.5)
dπ dY
= PY . - Px =0………………………...…..………………………………(3.6)
dx dx
dπ
= PY . MPP - Px =0 ……………………...……………………………..……(3.7)
dx
atau
PY . MPP= x ………….…………………………………..…………………...(3.8)
NPMx = Px ………………………………...…………………………………..(3.9)
NPMx
= 1 …………….………………………………………………………..(3.10)
Px
MPPxi= βi . PRxi……........................................................................................(3.13)
Y Xi . βi . Py = Pxi ..……..…………………………………………………....(3.16)
βi .Y. Py
Xi = ……………………………………………………………..….(3.17)
Pxi
dimana:
yang jumlah maksimum 15 000 ekor per siklus disebut peternak rakyat,
sedangkan usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu
tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang untuk tiap
jenis ternak jumlahnya lebih dari 15 000 ekor per siklus disebut sebagai
kontinu, keterbatasan modal, dan risiko pemasaran cukup besar. Hal tersebut
perusahaan inti.
2
Keputusan Menteri Pertanian, 2002
www.scribd.com [diakses pada tanggal 9 Maret 2012]
31
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur umumnya
Kemitraan yang terbentuk meliputi kemitraan inti plasma, yaitu bentuk kerjasama
yang terjalin antara pihak inti dan peternak sebagai plasma. Prinsipnya,
vaksin dan vitamin serta memasarkan hasil ternak. Adapun peternak plasma hanya
baik. Hasil kerjasama dari kemitraan tersebut yaitu, perusahaan inti memperoleh
keuntungan dari hasil penjualan sarana produksi dan selisih harga jual ternak
peternak. Ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha
apa saja yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging baik pola kemitraan
maupun pola mandiri dan untuk menganalisis efisiensi ekonomi usahaternak baik
pola kemitraan dan pola mandiri. Analisis yang digunakan adalah analisis faktor
produksi Cobb Douglas dan analisis efisiensi ekonomi. Analisis faktor produksi
Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging yaitu pakan, tenaga kerja, vaksin,
32
pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah semua variabel independen
dependen. Guna memperoleh model yang baik, fungsi produksi tersebut dianalisis
Analisis efisiensi ekonomi dapat diketauhi apabila syarat kecukupan dan syarat
keharusan terpenuhi, yaitu ketika fungsi produksi berada pada elastisitas produksi
antara 0 sampa 1 atau berada pada daerah rasional dan ketika produk marjinalnya
Faktor-faktor Produksi:
- Pakan
- Tenaga kerja
Fungsi produksi
- Vaksin
Cobb Douglas
- Elastisitas - Pemanas
- Sekam
produksi
𝑁𝑃𝑀𝑥
- Mortalitas Pendugaan dan
- =1 - Kepadatan kandang Pengujian Model
𝐵𝐾𝑀𝑥
Fungsi Produksi:
- Uji Statistik F
Efisiensi ekonomi penggunaan - Uji t
-Koefisien
faktor-faktor produksi
Determinasi
33
BAB IV. METODE PENELITIAN
9.65% dari total populasi di Jawa Barat pada tahun 2011 (Lampiran 5).
Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April 2012 sampai Mei 2012.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh
lain yang terkait dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi
yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Bogor, serta studi pustaka lainnya baik media cetak seperti buku,
30 peternak kemitraan. Responden dipilih dari tiga lokasi, yaitu Desa Padurenan,
Desa Pabuaran, dan Desa Pangasinan. Ketiga lokasi tersebut dipilih secara
terbanyak dari desa lain yang ada di Kecamatan Gunung Sindur. Responden
34
peternak kemitraan yang dipublikasikan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan
Padurenan, karena banyak warga yang memulai melakukan usahaternak ayam ras
30 peternak.
Data yang diperoleh yaitu berupa data primer dan data sekunder yang
kemudian akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis
dengan metode OLS dan analisis efisiensi ekonomi. Proses menganalisis data
35
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas
usahaternak ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb Douglas,
model yang umum digunakan dalam penelitian ekonomi (Tasman, 2006). Model
fungsi produksi Cobb Douglas untuk usahaternak ayam ras pedaging yang
β β β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eu …………………………………...…(4.1)
β β β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eu ………………………………...……(4.2)
Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
β β β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 X66 X77 eβ8D+U…………….…………..…....…(4.3)
Dimana:
untuk dummy:
1= peternak kemitraan
0= peternak mandiri
+β7 Ln X7 +u …………………………………..….…..….……………(4.4)
36
Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri:
Keterangan:
menggunakan metode OLS, untuk memperoleh dugaan yang bersifat BLUE (Best,
Linier, Unbiased, dan Estimator). Hasil pendugaan akan diuji secara statistik
dengan menggunakan uji F, uji t dan uji determinasi (R 2), kemudian untuk
memenuhi kriteria ekonometrika dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji
Cobb Douglas yang diperoleh dari pengolahan data. Terdapat dua pengujian yang
37
harus dilakukan untuk mengetahui nyatasi dari variabel independen, yaitu uji F
dan uji t. Adapun untuk mendapatkan model yang ‟best fit’, maka dilakukan uji
koefisien determinasi:
1. Uji F
H0 : β1=β2=................=βi=0
R2 (k-1)
Fhitung = ............................................................................................. (4.7)
(1-R2 ) (n-k)
dimana:
R2 = Koefisien determinan
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah pengamatan
Kriteria keputusan:
derajat bebas db1= n-k dan db2= n-k-1, dengan tingkat nyatasi α. Jika Fhitung >
Fα(db1,db2), maka Ho akan ditolak. Artinya, seluruh variabel independen dalam satu
38
H0 : βi = 0
bi-βi
thitung = ………………………….……………………………………….….(4.8)
Sbi
dimana:
Kriteria keputusan:
Nilai thitung yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t(α/2,n-k), dengan keputusan:
1. Jika nilai thitung > t(α/2,n-k), maka Ho akan ditolak. Artinya, variabel
dependen.
2. Jika nilai thitung < t(α/2,n-k), maka Ho akan ditolak. Artinya, variabel
variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi
maka akan semakin baik model karena semakin besar keragaman yang dapat
39
jumlah kuadrat regresi
R2 = ……………………………………………….. (4.9)
jumlah kuadrat total
serangkaian asumsi-asumsi dasar yang dibutuhkan untuk menjaga agar OLS dapat
2005). Uji asumsi klasik yang akan dilakukan meliputi uji normalitas, uji
1. Uji Normalitas
secara normal atau tidak. Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat
dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Pengujian ini
dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera (JB) dengan
nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari taraf α, maka
residual terdistribusi normal. Jila nilai probabilitas JB lebih kecil dari taraf α,
S2 (K-3)2
JB= n + ………………………………………………………….(4.10)
6 24
dimana:
n = Jumlah pengamatan
S = Koefisien skewness
K = Koefisien kurtosis
40
Kriteria keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut:
2. Uji Multikoliniearitas
atau hubungan yang kuat antar variabel independen. Uji multikolinier dapat
diduga dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor). Bila nilai
VIF lebih besar dari 10 maka terdapat hubungan antar variabel independen.
Multikolinier yang serius tidak dapat diabaikan, karena akan mengakibatkan bias
H1 = Ada multikolinearitas
1
VIF= ………………………………………………………………..(4.11)
(1-R2 )
linier kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu
data cross section. Guna mendeteksi adanya heteroskedastisitas, salah satu uji
yang dapat digunakan adalah uji glejser. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari
41
nilai Chi-square, jika nilai P-value Chi-square lebih besar dari α, maka dapat
H1 = Ada heterokedastisitas
dimana:
Menurut Doll dan Orazem (1984), dalam efisiensi ekonomi terdapat dua
syarat yang harus dipenuhi, yaitu syarat keperluan dan syarat kecukupan. Syarat
keperluan yaitu produksi harus berada pada daerah rasional yaitu daerah produksi
yang memiliki elastisitas produksi antara 0 sampai 1. Dalam fungsi produksi Cobb
Douglas satuan fisik, koefisien regresi telah menunjukan besaran dari elastisitas
produksi. Fungsi produksi Cobb Douglas yang digunakan untuk mengukur tingkat
Kemitraan:
β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………………….…...…(4.13)
42
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Mandiri:
β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………….……..………(4.14)
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras
β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eβ6 D+U ………………..........…………......…(4.15)
dimana:
untuk dummy:
1= peternak kemitraan
0= peternak mandiri
1. Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) < 1, maka fungsi produksi pada kondisi decreasing
return to scale.
return to scale.
3. Jika (β1 +β2+β3+β4+β5) > 1, maka fungsi produksi pada kondisi increasing
return to scale.
pengujian ini, digunakan model yang tidak terestriksi dan model terestriksi
β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu …………………………………….…...…(4.16)
43
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Mandiri:
β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eu ……………………………..……….……(4.17)
Fungsi Produksi Cobb Douglas Satuan Fisik Terestriksi Peternak Ayam Ras
β β β β β
Y=β0 X11 X22 X33 X44 X55 eβ6 Deu …………………...……………....…(4.18)
dimana:
untuk dummy:
1= peternak kemitraan
0= peternak mandiri
Kriteria pengujian:
(JKSR- JKSUR )q
F hitung = .....................................................................................(4.19)
JKSUR (n-k)
Keterangan:
Kriteria keputusan:
F hitung < Fα(db1,db2), terima Ho artinya skala usahaternak ayam ras pedaging
44
F hitung > Fα(db1,db2), tolak Ho artinya skala usahaternak ayam ras pedaging berada
Syarat kecukupan tercapai jika Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan
harga input (Px) atau biaya korbanan marjinalnya (Doll dan Orazem, 1984).
NPMXi
PXi
= 1 ..........................................................................................................(4.23)
Dalam prakteknya, nilai produk marjinal tidak selalu sama dengan harga
input atau biaya korbananya (Rahim dan Hastuti, 2008). Adapun kondisi yang
45
4.4.3. Definisi Operasional
1. Ayam ras pedaging adalah ayam yang pertumbuhan badan sangat cepat
dengan masa panen yang relatif pendek yaitu 5-6 minggu dengan bobot
sekitar 1.6 kg
4. Kemitraan inti plasma adalah salah satu bentuk pola kemitraan dimana
skala kecil.
8. DOC atau Day Old Chick adalah anak ayam umur sehari.
46
V. GAMBARAN UMUM
Kondisi umum Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari letak geografis serta
kondisi sosial dan ekonomi Kecamatan Gunung Sindur. Bagian ini juga akan
Sawangan Kota Depok di sebelah barat serta Kecamatan Parung dan Kecamatan
Ciseeng di sebelah selatan. Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari 10 desa, yaitu
Desa Padurenan, Desa Curug, Desa Rawakalong, Desa Pengasinan, Desa Gunung
rata-rata daerahnya 125 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Gunung Sindur
terletak diantara Ibu Kota Propinsi Jawa Barat dengan jarak 180 km, dengan Ibu
Kota Negara RI berjarak 30 km dan Ibu Kota Kabupaten Bogor dengan jarak 30
km. Dilihat dari letak geografisnya, kecamatan tersebut memiliki daerah yang
relatif datar dan tidak berbukit-bukit dengan curah hujan rata-rata 2 044 mm yang
dipengaruhi oleh iklim dan angin musim yang umumnya basah dengan suhu
minimum/maximum 26-27oC.
47
sebagian besar pekarangan digunakan untuk peternakan terutama peternakan
ayam ras pedaging. Adapun pola penggunaan tanah secara secara garis besar
jiwa yang terdiri dari 43 674 laki-laki dan 41 358 perempuan. Kecamatan ini
pertanian. Sektor industri terdiri dari jenis: olahan pangan, serta makanan ringan
ayam, tanaman hias dan perikanan (ikan konsumsi dan ikan hias). Sektor lain
yang juga sebagai mata pencaharian penduduk di kecamatan ini adalah sektor
jasa, yaitu yang meliputi jasa perbankan/keuangan, jasa angkutan, pariwisata dan
pada Tabel 4.
48
Tabel 4. Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2010
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Rumah Tangga Persentase (%)
1. Pertanian 5 001 11.32
2. Pertambangan dan penggalian 31 0.07
3. Industri 6 124 13.86
4. Listrik, gas, air 12 0.03
5. Konstruksi 568 1.29
6. Perdagangan, 3 982 9.01
Hotel dan restoran 1 863 4.22
7. Angkutan 67 0.15
8. Lembaga keuangan lainnya 2 143 4.85
9. Jasa-jasa 2 301 5.21
10. Lainnya 22 092 50.00
Total 44 184 100.00
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Gunung Sindur, 2010
perguruan tinggi, yaitu sebanyak 17 023 orang dengan persentase sebesar 37.72
persen. Tingkat pendidikan SD dan SLTP sebesar 26.71 persen dan 19.81 persen.
Tingkat pendidikan terkecil ada pada SMA, yaitu hanya sebesar 15.77 persen.
Adapun jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel
5.
peternak mandiri yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jumlah populasi
49
ayam ras pedaging, kapasitas kandang, luas kandang, bentuk kandang, arah
kandang, mortalitas, FCR, bobot badan ayam, dan hasil produksi. Karakteristik
usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur dapat dilihat pada
Tabel 6.
ras pedaging peternak kemitraan lebih besar dari peternak mandiri. Peternak
mandiri memilik rata-rata populasi sebesar 1 945 ekor dan peternak kemitraan
memiliki rata-rata sebesar 2 305 ekor. Rata-rata luas kandang pada peternak
mandiri adalah 164.48 m2 dengan kapasitas kandang 1 809 ekor. Peternak mandiri
sebesar 13 ekor/m2 dengan rata-rata berat badan ayam 0.84 kg. Umumnya,
50
kepadatan pada kandang sekitar antara 8-10 ekor/m2 dengan berat badan kurang
dan kandang litter. Bentuk kandang dan lokasi kandang sangat mempengaruhi
sistem sirkulasi dan ventilasi di dalam kandang. Bentuk kandang dan lokasi
kandang yang digunakan peternak mandiri dan petenak kemitraan, sebesar 66.67
dan 83.33 persen adalah bentuk kandang litter. Sebanyak 33.33 persen bentuk
kandang panggung yang digunakan peternak mandiri dan 16.67 persen yang
digunakan oleh peternak kemitraan. Bentuk kandang panggung lebih baik jika
dibandingkan dengan kandang litter, sirkulasi udara lebih lancar karena dapat
diperoleh dari celah-celah bawah lantai dan dinding, selain itu dapat
baik, namun biaya pembuatannya lebih mahal, oleh karena itu sebagian peternak
menghadap ke arah timur-barat agar terhindar dari panas matahari secara langsung
51
Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu
usahaternak ayam ras pedaging. Rata-rata tingkat kematian atau mortalitas ayam
budidaya ayam ras pedaging pada peternak mandiri lebih baik jika dibandingkan
dilihat dari besarnya tingkat kematian ayam, juga dapat diukur berdasarkan FCR
artinya berapa pakan yang dihabiskan setiap ekor ayam untuk menghasilkan satu
kilogram berat badan. Nilai FCR dapat dihitung dari total pakan yang diberikan
dibagi dengan total ayam yang dipanen (Fadilah, 2004). Semakin kecil nilai FCR,
Total rata-rata berat badan ayam pada peternak mandiri adalah 1 454 kg
dan total rata-rata berat badan ayam pada peternak kemitraan adalah 1 904 kg.
Total rata-rata pakan yang dihabiskan ayam dalam satu periode produksi pada
peternak mandiri adalah 1 485 kg dan total rata-rata pakan yang dihabiskan ayam
dalam satu periode produksi pada peternak kemitraan adalah 1 858 kg. Diperoleh
nilai FCR untuk peternak mandiri sebesar 0.85, artinya setiap kenaikan berat
badan ayam sebesar satu kilogram, dibutuhkan penggunaan pakan sebesar 0.85
kg. Nilai FCR untuk peternak kemitraan sebesar 1.00, artinya setiap kenaikan
berat badan ayam sebesar satu kilogram, dibutuhkan penggunaan pakan sebesar
satu kg. Berdasarkan penjelasan di atas, nilai FCR untuk peternak kemitraan lebih
52
disimpulkan bahwa peternak mandiri lebih mampu mengefisiensikan penggunaan
terdiri dari 1) masa kosong kandang atau persiapan kandang, 2) persiapan DOC
ketika tiba di kandang, 3) pemeliharaan ayam sampai dengan masa panen, dan 4)
masa panen.
1. Persiapan Kandang
bentuk kotoran. Kandang dicuci bersih dengan menggunakan air mulai dari lantai,
dinding hingga bagian atas kandang dengan menggunakan campuran air deterjen,
namun ada juga sebagian peternak tanpa menggunakan deterjen untuk menghemat
biaya. Setelah dibilas dengan air hingga bersih, selanjutnya disemprot dengan
menggunakan disenfektan atau formalin untuk membunuh kuman dan segala jenis
penyakit yang mungkin tertinggal dari ayam pada periode sebelumnya. Kemudian
seperti tempat pakan dan minum dicuci menggunakan air deterjen kemudian
sekam dan pemasangan tirai. Sebelum sekam disebar sebagai alas kandang,
53
sebagian peternak kemitraan menggunakan desinfektan untuk disemprotkan pada
sekam secara merata. Selama satu minggu pertama, di atas sekam diletakan koran
penyakit. Tirai dipasang pada bagian luar kandang, 3 hari sebelum DOC datang.
Sekat dipasang bersama dengan tempat minum dan tempat makan/baki yang telah
bersih. Pemanas sudah terpasang 3-4 jam sebelum DOC datang. Penggunaan
pemanas dilakukan selama 24 jam, pemanas hanya diberikan ketika cuaca dingin
dilakukan perhitungan terhadap jumlah DOC yang datang dari poultry. Kemudian
dilakukan penanganan terhadap DOC yang mati atau dalam keadaan lemah,
kerdil, cacat dan tidak lincah agar diberikan perlakuan khusus. Strain DOC yang
digunakan merupakan jenis Cobb dimana jenis ini memiliki karakteristik lebih
banyak berproduksi daging dan memiliki sedikit bulu. Sebelum DOC datang,
peralatan seperti tempat makan dan tempat minum dalam keadaan bersih dan siap
pakai, sekat terpasang secara mengeliling. Setelah semua peralatan sudah siap,
DOC disebar ke dalam penyekat induk buatan atau sekat yang dapat terbuat dari
seng atau bambu yang ditutupi dengan karung atau terpal. Setelah DOC disebar,
pakan dan minum diberikan untuk mengenalkan pakan dan melatih ayam untuk
54
3. Pemeliharaan Ayam sampai Menjelang Panen
DOC sampai masa panen ayam. Minggu pertama, pemanas dan lampu selama 23-
24 jam dipasang, tirai dalam keadaan tertutup. Pelebaran sekat disesuaikan dengan
penambahan berat badan atau kepadatan serta diiringi dengan penambahan tempat
makan dan minum. Pakan yang diberikan pada ayam merupakan jenis starter
dimana strukturnya lebih halus dan memiliki kandungan atau komposisi yang
bagus untuk pertumbuhan DOC. Pada hari pertama DOC, diberikan air gula untuk
mengurangi stres yang sering terjadi pada DOC setelah masa pengangkutan. Hari
selanjutnya, diberikan air minum yang dicampur dengan vitamin. Hari keempat
penyakit tetelo/ND. Umumnya vaksin NDLS diberikan sebanyak dua kali dalam
satu periode produksi yaitu pada hari keempat dan minggu kedua, namun sebagian
besar peternak hanya melakukan vaksinasi sekali selama periode produksi karena
dinyalakan pada saat malam hari atau dalam kondisi dingin/hujan. Pakan
diberikan sedikit demi sedikit namun sesering mungkin. Hal ini dilakukan untuk
karena pakan yang diberikan selalu baru. Air minum diberikan secara tidak
terbatas. Air minum yang diberikan dicampur dengan vitamin seperti electrovit
atau vitachick selama tiga hari pada sore hari, pagi hari diberikan antibiotik seperti
colamox atau therapy. Pada umur ayam antara 9-12 hari dilakukan vaksin IBD-
55
Minggu ketiga dan keempat, tidak jauh berbeda dengan minggu kedua,
tirai sudah dibuka semua dan penerangan hanya dilakukan pada malam dan
pemanas dinyalakan hanya pada cuaca dingin. Ketika sekam dirasa sudah cukup
lembab, basah serta menimbulkan bau yang tidak sedap maka dilakukan
sekam. Pemantauan ayam dilakukan secara intensif dari minggu pertama hingga
pasca panen. Ketika ditemukan ayam yang sakit, ayam dipisahkan untuk diberikan
melihat bobot ayam yang telah siap dipanen dan pemberian pakan, obat dan
vitamin dihentikan.
4. Masa Panen
Panen ayam biasanya dilakukan pada malam dan siang hari pada usia
sekitar 25-30 hari (ukuran ayam kecil) dengan bobot ayam 0.8-1.2 kg. Sebelum
ayam dipanen, 3-4 hari pemberian obat-obatan dihentikan tetapi air minum tetap
penampungan dapat diberikan obat untuk mengatasi stres berlebihan, namun ada
juga sebagian peternak yang tidak memberikan obat selama 3-4 hari sebelum
panen dengan alasan ayam yang akan dikonsumsi tidak mengandung obat-obatan.
peternak mandiri yang dipilih dari tiga desa, yaitu Desa Padurenan, Desa
Pabuaran dan Desa Pangasinan. Ketiga desa tersebut dipilih secara purposive
karena desa tersebut memiliki peternak plasma terbanyak dari sepuluh desa yang
56
Tabel 7. Karakteristik Responden Peternak di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Karakterstik Jenis Peternak
No Responden Mandiri Kemitraan
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 28 93.33 23 76.67
b. Perempuan 2 6.67 7 23.33
2 Usia
a. < 15 0 0.00 0 0.00
b. 15-64 29 96.67 29 96.67
c. > 64 1 3.33 1 3.33
3 Tingkat Pendidikan
a. SD 12 40.00 10 33.33
b. SLTP 10 33.33 10 33.33
c. SLTA 5 16.67 6 20.00
d. PT 3 10.00 4 13.33
4 Lama Usahaternak
a. ≤ 5 tahun 19 63.33 17 56.67
b. 6-15 tahun 8 26.67 11 36.67
c. >15 tahun 3 10.00 2 6.67
5 Status Usaha
a. Pekerjaan Utama 25 83.33 27 90.00
b. Pekerjaan Sampingan 5 16.67 3 10.00
Sumber: Data Primer, diolah (2012)
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 93.33 persen dan 76.67
persen, sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 6.67 persen dan
23.33 persen. Hal ini menunjukan bahwa, baik pada peternak mandiri dan
yang dilakukan di Kecamatan Gunung Sindur, jika suami bekerja sebagai peternak
57
maka bersama-sama dengan istri mereka melaksanakan pekerjaan dibidang
peternakan dari sejak awal proses hingga pasca panen. Hal ini bertujuan
usia responden dibagi ke dalam tiga interval, yaitu usia antara kurang dari 15
tahun, 15-64 tahun dan lebih dari 64 tahun. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat
bahwa peternak mandiri dan plasma sebagian besar berada pada usia produktif
yaitu dengan rentan usia antara 15-45 tahun sebesar 96.67 persen. Hanya terdapat
3.33 persen peternak mandiri dan peternak plasma yang berada pada usia tidak
produktif, biasanya pada responden dengan usia tersebut dibantu oleh keluarga
2. Tingkat Pendidikan
yang pernah diikuti oleh peternak. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara
secara turun temurun atau sekedar mendapat informasi dari orang lain.
58
pendidikan formal terakhir peternak mandiri adalah SD. Berdasarkan Tabel 6,
dapat dilihat bahwa peternak mandiri yang memiliki tingkat pendidikan formal
SD sebesar 40.00 persen, SLTP sebesar 33.33 persen, SLTA sebesar 16.67 persen
dan PT 10.00 persen. Peternak plasma sebagian besar memiliki tingkat pendidikan
formal SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 33.33 persen, peternak plasma
dengan tingkat pendidikan SLTA 20.00 persen dan PT sebesar 13.33 persen.
Maka dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar peternak ayam ras pedaging di
3. Pengalaman Berusahaternak
63.33 persen peternak mandiri dan 56.67 persen peternak plasma. Artinya,
berpengalaman dengan lama berusahaternak antara 6-15 tahun yaitu sebesar 26.67
persen untuk peternak mandiri dan peternak plasma sebesar 36.67 persen.
Sedangkan responden yang paling berpengalaman, yaitu lebih dari 15 tahun dalam
usahaternak ayam ras pedaging, hanya terdapat sebesar 10.00 persen peternak
59
mandiri dan 6.67 persen peternak kemitraan. Rata-rata lama peternak responden
usahanya.
3. Status Usaha
sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 83.67 persen peternak mandiri dan sebesar
sampingan hanya sebesar 16.33 persen untuk peternak mandiri dan 10.00 persen
usahaternak responden. Ketika terjadi risiko harga, seperti anjloknya harga ayam
kembali stabil. Peternak dengan status usahaternak sebagai pekerjaan utama lebih
60
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging adalah model fungsi produksi Cobb
Douglas yang diaplikasikan untuk peternak mandiri dan peternak plasma dan
bebas yang dimasukan ke dalam model ini adalah pakan (X1), tenaga kerja (X2),
vaksin (X3), pemanas (X4), sekam (X5), mortalitas (X6), dan kepadatan kandang
61
tersebut menunjukan bahwa sebesar 83.71 persen dari variasi variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 16.29 persen dijelaskan oleh
pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas dan kepadatan kandang
keseluruhan pada taraf α satu persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor-faktor yang
berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pakan dan pemanas yaitu pada taraf α
satu persen. Sekam dan mortalitas nyatapada taraf α masing-masing sebesar lima
persen dan sepuluh persen. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi ayam ras pedaging adalah tenaga kerja, vaksin, kepadatan kandang, dan
Berdasarkan hasil model fungsi produksi Cobb Douglas peternak ayam ras
62
peternak kemitraan dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan secara nyata.
Hal tersebut menunjukan bahwa pada peternak mandiri, sebesar 93.40 persen dari
variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan 6.60
persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan uji F diperoleh
tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas, dan kepadatan kandang secara
yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah pakan dan pemanas pada taraf α
sebesar satu persen, sedangkan tenaga kerja, vaksin, sekam, mortalitas, dan
63
kepadatan kandang tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras
Tabel 10. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi
Cobb Douglas Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Variabel Koefisien Regresi Nilai t-hitung P-value
Koefisien 0.686 0.686 0.504
Pakan (X1) 0.298 0.298 0.022**
Tenaga kerja (X2) 0.190 0.190 0.251
Vaksin (X3) 0.055 0.055 0.518
Pemanas (X4) 0.194 0.194 0.084***
Sekam (X5) 0.262 0.262 0.015**
Mortalitas (X6) -0.218 -0.218 0.036**
Kepadata kandang (X7) 0.696 0.696 0.011*
R-sq (Adj) 83.658
F-hitung 22.208
P-value Uji F 0.000
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = Nyata pada α = 1 persen
** = Nyata pada α = 5 persen
*** = Nyata pada α = 10 persen
model fungsi produksi peternak kemitraan sebesar 83.66 persen, artinya sebesar
83.66 persen dari variasi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan 16.34 persen dijelaskan oleh variabel lain
di luar model. Nilai probabilitas pada uji F sebesar 0.000 dimana nilainya kurang
dari taraf α lima persen, hal ini menunjukan bahwa semua faktor produksi yang
ras pedaging. Hasil uji t pada model fungsi produksi peternak kemitraan,
pada taraf α sebesar satu persen, pakan dan mortalitas nyata pada taraf α sebesar
lima persen, serta pemanas berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras
pedaging pada taraf α sebesar sepuluh persen. Tenaga kerja dan vaksin tidak
64
berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak
kemitraan.
Cobb Douglas peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan (peternak mandiri
dan kemitraan), residual tidak terdistribusi secara normal, namun tidak ditemukan
Tabel 11. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Nilai
Jarque-Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak
Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variabel VIF
(Constanta) -
Pakan (X1) 2.568
Tenaga kerja (X2) 1.192
Vaksin (X3) 1.268
Pemanas (X4) 1.800
Sekam (X5) 1.930
Mortalitas (X6) 1.575
Kepadatan kandang (X7) 1.880
Dummy 1.219
Jarque-Bera 18.829
P-value JB 0.000
Chi-Square 0.028
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
0.000 yang nilainya lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat
dapat dilihat dari VIF pada masing-masing variabel bernilai kurang dari sepuluh,
dari taraf α satu persen, hal tersebut menunjukan bahwa model fungsi produksi
65
Cobb Douglas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur tidak
kerja, vaksin, pemanas, sekam, mortalitas dan kepadatan kandang) yang terdapat
dalam model tidak ada yang berpengaruh secara nyata terhadap residualnya.
Tabel 12. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-
Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Mandiri
di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variabel VIF
(Constanta) -
Pakan (X1) 3.561
Tenaga kerja (X2) 1.490
Vaksin (X3) 1.493
Pemanas (X4) 1.829
Sekam (X5) 3.043
Mortalitas (X6) 1.887
Kepadatan kandang (X7) 1.870
Jarque-Bera 5.539
P-value JB 0.063
Chi-Square 0.205
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 12, pada model fungsi produksi ayam ras pedaging
tersebut lebih besar dari taraf α satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual menyebar normal. Hasil uji mulikolinearitas, diperoleh nilai VIF pada
heterokedastisitas, hal ini dapat ditunjukan dari nilai Chi-Square sebesar 0.205
66
Tabel 13. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-
Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Variabel VIF
(Constanta) -
Pakan (X1) 2.350
Tenaga kerja (X2) 1.078
Vaksin (X3) 1.057
Pemanas (X4) 2.300
Sekam (X5) 1.546
Mortalitas (X6) 1.454
Kepadatan kandang (X7) 1.999
Jarque-Bera 0.099
P-value JB 0.951
Chi-Square 0.172
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
kenormalitasan sebesar 0.951, nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu persen.
Hal tersebut menunjukan bahwa pada model fungsi Cobb Douglas peternak
bahwa tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel dependen (pakan, luas
besar dari taraf α 15 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi masalah
67
6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produksi Ayam
Ras Pedaging
Douglas, dapat diketahui dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas
ayam ras pedaging peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur
secara keseluruhan dan peternak kemitraan, yang bernilai positif adalah pakan,
tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan kepadatan kandang, adapun peternak mandiri
adalah pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, dan mortalitas. Koefisien
regresi yang bernilai negatif pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan
dan peternak kemitraan adalah tingkat kematian atau mortalitas. Koefisien regresi
yang bernilai negatif pada peternak mandiri adalah kepadatan kandang. Nilai yang
Tabel 14. Nilai Koefisien Produksi Pada Peternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan (Peternak Mandiri
dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Peternak secara Peternak Peternak
Faktor Produksi
Keseluruhan Mandiri Kemitraan
Koeisien 1.012 -0.102 0.686
Pakan (X1) 0.517* 0.895* 0.298**
Tenaga Kerja (X2) 0.108 0.023 0.190
Vaksin (X3) 0.011 0.019 0.055
Pemanas (X4) 0.261* 0.168* 0.194***
Sekam (X5) 0.139** 0.001 0.262**
Mortalitas (X6) -0.127*** 0.005 -0.218**
Kepadatan Kandang (X7) 0.145 -0.037 0.696*
Dummy 0.070 - -
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = Nyata pada α = 1 persen
** = Nyata pada α = 5 persen
*** = Nyata pada α = 10 persen
68
1. Pakan
sehingga produksi ayam ras pedaging juga akan semakin meningkat. Rata-rata
penggunaan pakan dalam satu periode produksi peternak mandiri adalah 1 485 kg
dan peternak kemitraan rata-rata penggunaan pakan sebesar 1 858 kg. Rata-rata
Kecamatan Gunung Sindur adalah 1 672 kg. Biaya pakan merupakan biaya
terbesar dalam usahaternak yaitu sebesar 46.65 persen dari total biaya variabel.
terhadap produksi dan nyata pada taraf α sebesar satu persen pada peternak ayam
ras pedaging peternak mandiri dan peternak secara keseluruhan (peternak mandiri
dan kemitraan), serta pakan berpengaruh nyata pada taraf α sebesar lima persen
pada peternak kemitraan. Nilai elastisitas produksi pakan yang bernilai positif
Nilai elastisitas pakan pada peternak mandiri sebesar 0.895, artinya setiap
penambahan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah produksi ayam
ras pedaging sebesar 0.895 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan pada
fungsi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan sebesar 0.298, artinya
setiap penambahan satu persen pakan akan meningkatkan produksi ayam ras
pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan dalam
keseluruhan sebesar 0.507, artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen
69
akan meningkatkan jumlah produksi ayam ras pedaging sebesar 0.507 persen
dengan baik, maka pertumbuhan ternak yang dipelihara akan optimal. Jenis strain
yang dikembangkan baik pada peternak mandiri ataupun kemitraan adalah Cobb.
Hal tersebut menunjukan tidak ada perbedaan pada strain ayam antara peternak
pakan yang diberikan. Pakan yang diperoleh dari inti digunakan untuk awal
pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada kualitas pakan yang
memiliki suhu dan kelembaban yang relatif tinggi dan sangat mempengaruhi daya
2. Tenaga Kerja
permodalan, sehingga peran tenaga kerja dalam keluarga sangat diperlukan. Jika
70
masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri tidak perlu mengupah
tenaga kerja dari luar, yang berarti dapat menghemat biaya produksi. Secara
ayam ras pedaging. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien regresi tenaga kerja
yang bertanda positif, artinya setiap penambahan tenaga kerja akan meningkatkan
tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini
disebabkan tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak ayam ras pedaging,
baik peternak mandiri maupun kemitraan merupakan tenaga kerja dalam keluarga,
usahaternak biasanya dilakukan oleh suami yang dibantu oleh istri dan atau anak
yang tidak memiliki pengalaman dalam usahaternak, selain itu tenaga kerja pada
peternak kemitraan 63.33 persen dan peternak kemitraan sebesar 56.67 persen
Nilai elastisitas tenaga kerja peternak mandiri sebesar 0.023, artinya setiap
peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam sebesar
0.023 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas tenaga kerja peternak kemitraan
sebesar 0.190, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan
71
Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.108, artinya setiap peningkatan satu
persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.108
persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi tenaga kerja positif antara 0
3. Vaksin
harus dilaksanakan dengan baik. Ketika unggas terserang penyakit atau terinfeksi
ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur. Biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan vaksin tersebut sebesar 17.16 persen dari total biaya OVAC.
vaksin tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal
ini disebabkan vaksin NDLS pada dasarnya hanya digunakan sebagai pencegah
penyakit ND pada awal masa pertumbuhan ayam, namun bila vaksinasi ini tidak
dilakukan, dan ayam telah terjangkit serta menyebar maka akan menyebabkan
kematian masal karena penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya
72
dapat dicegah. Kerugian ekonomi akibat ND sangat besar karena angka kematian
setiap peningkatan satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam sebesar
sebesar 0.055, artinya peningkatan sebesar satu persen vaksin akan meningkatkan
produksi ayam sebesar 0.055 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi
vaksin pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara
keseluruhan sebesar 0.011, artinya setiap peningkatan satu persen vaksin akan
meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.011 persen (cateris paribus).
4. Pemanas
ayam ras pedaging, terutama pada masa ayam umur 1-2 minggu karena pada umur
tersebut ayam belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Secara
pedaging. Hal tersebut dikarenakan pemanas dapat membuat DOC tumbuh dan
terhadap produksi ayam ras pedaging dan berpengaruh secara nyata pada peternak
mandiri dan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara
pemanas berpengaruh secara nyata pada taraf α sebesar sepuluh persen. Nilai
73
elastisitas produksi pemanas bernilai positif yaitu antara 0 sampai 1. Nilai
ayam ras pedaging sebesar 0.168 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas
pemanas pada peternak kemitraan sebesar 0.194, artinya setiap peningkatan satu
sebesar 0.194 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pemanas pada peternak
ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.261, artinya setiap peningkatan
sebesar satu persen pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging
pemanas peternak kemitraan lebih responsif terhadap produksi dari pada peternak
ayam seharusnya dilakukan selama 18-21 hari (Fadilah, 2006). Menurut Fadilah
berat badan menjadi tidak merata dan proses pembentukan kekebalan menjadi
terganggu, akibatnya ayam banyak yang kerdil dan mudah terserang penyakit.
5. Sekam
pemeliharaan ayam. Selain berfungsi sebagai tempat tidur ayam, sekam berfungsi
Sekam merupakan faktor penting karena sebagian besar peternak, baik pada
74
peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Gunung Sindur sebesar
ras pedaging. Sekam berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging
peternak kemitraan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan pada peternak
tidak sesuai dengan aturan yang ada. Sekam hanya ditebar dengan ketebalan
kurang lebih 3-4 cm, menurut Fadilah (2004) umumnya sekam ditebar dengan
kandang menjadi lembab, apalagi jika sekam yang digunakan sebagian peternak
menjadi tinggi, sistem pernafasan pada ayam dapat terganggu dan menyebabkan
sekam harus dikontrol setiap hari, dan diusahkan dalam keadaan kering. Secara
keseluruhan, sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras
Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak ayam ras pedaging secara
satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.139 persen
75
(ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak mandiri sebesar
0.001, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan
meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.001 persen. Nilai elastisitas
penggunan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras
pedaging sebesar 0.262 persen. Nilai elastisitas produksi sekam bernilai positif
6. Mortalitas
usahaternak ayam ras pedaging. Tingkat kematian banyak terjadi pada minggu-
minggu pertama pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak umur 1-3 hari.
Tingkat kematian dapat dipengaruhi oleh iklim, bobot badan ayam, sanitasi
peralatan dan kandang, penyakit dan kebersihan lingkungan (Fadilah, 2004). Rata-
rata tingkat kematian atau mortalitas ayam peternak mandiri sebesar 5.94 persen,
maksimum yang tidak merugikan adalah sebesar lima persen (North dalam
produksi ayam ras pedaging artinya setiap ayam mati akan mengurangi produksi.
tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging, hal tersebut
tidak sesuai dengan hipotesis karena pada kondisi lapang diperkirakan dengan
persaingan makanan berkurang dan ayam dapat tumbuh dan berkembang dengan
76
baik. Besar pengaruh mortalitas terhadap produksi pada peternak mandiri adalah
sebesar 0.005, artinya setiap peningkatan mortalitas sebesar satu persen akan
nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan pada taraf α
lima persen. Namun, secara keseluruhan mortalitas berpengaruh negatif dan nyata
kematian ayam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging
kemitraan sebesar -0.218, artinya setiap peningkatan mortalitas ayam sebesar satu
persen akan menurunkan produksi ayam sebesar 0.218 persen (ceteris paribus).
7. Kepadatan Kandang
penggunaannya sebanyak 8-10 ekor/m2 untuk rata-rata berat badan ayam satu kg
yang baik dengan ventilasi udara dan pendingin, kepadatan dapat ditingkatkan.
77
Sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur
karena itu, diperlukan manajemen kandang yang baik sehingga sirkulasi udara
tetap lancar.
negatif namun tidak nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri,
hal ini menunjukan bahwa kepadatan kandang pada peternak mandiri telah
kepadatan kandang berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi pada taraf α
sebesar lima persen. Nilai koefisien yang bernilai positif pada model fungsi
pada peternak kemitraan memiliki ventilasi yang lebih baik dengan dilengkapi
kipas angin serta 73.33 persen kandang menghadap ke arah Barat-Timur sehingga
panas matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, oleh karena itu dengan
namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada
sebesar satu persen akan menurunkan produksi sebesar 0.037 persen (ceteris
78
kandang satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.696 persen (ceteris
paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang pada peternak ayam ras pedaging
kepadatan kandang sebesar satu persen akan meningkat produksi ayam ras
Cobb Douglas dengan input-input satuan fisik (pakan, tenaga kerja, vaksin,
pemanas dan sekam) baik pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan
produksi satuan fisik pada fungsi produksi Cobb Douglas adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi
Cobb Douglas Tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak
Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Peternak secara Peternak Pteternak
Variabel Keseluruhan Mandiri Kemitraan
Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value
Intercep 0.551 0.300 -0.121 0.785 0.147 0.903
Pakan (X1) 0.555 0.000* 0.889 0.000* 0.428 0.004*
Tenaga Kerja (X2) 0.066 0.600 0.038 0.742 0.131 0.527
Vaksin (X3) 0.014 0.647 0.017 0.411 0.078 0.476
Pemanas (X4) 0.294 0.000* 0.166 0.006* 0.316 0.021**
Sekam (X5) 0.200 0.003* -0.009 0.873 0.347 0.010*
Dummy 0.023 0.758 - - - -
R-sq (Adj) 82.66 93.91 72.95
F hitung 47.88 90.50 16.64
P-value Uji F 0.00 0.00 0.00
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = nyata pada taraf α = 1 persen
** = nyata pada teraf α = 5 persen
79
kenormalitasan, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Hasil uji
Tabel 16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque-
Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam
Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan), Peternak mandiri, dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Peternak Peternak Peternak
Faktor Produksi Keseluruhan Mandiri Kemitraan
VIF VIF VIF
(Constanta) - - -
Pakan (X1) 2.319 3.425 1.801
Tenaga kerja (X2) 1.134 1.303 1.048
Vaksin (X3) 1.110 1.225 1.046
Pemanas (X4) 1.691 1.763 1.973
Sekam (X5) 1.618 2.314 1.473
Dummy 1.061 - -
Jarque-Bera 42.128 5.032 0.182
P-value JB 0.000 0.081 0.913
Chi-Square 0.016 0.095 0.088
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
fungsi produksi bernilai kurang dari sepuluh, hal tersebut mengindikasikan bahwa
sebesar 0.016, 0.095 dan 0.088 dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu
persen sehingga dapat disimpulkan pada ketiga fungsi tersebut tidak ditemukan
peternak ayam ras pedaging peternak kemitraan dan peternak mandiri, ditemukan
bahwa distribusi data menyebar normal. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf α satu persen. Adapun pada
80
lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat dikatakan residual tidak
menyebar normal.
rasional II, dimana elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1. Skala usaha
elastisitas produksi sebesar 1.13, adapun peternak mandiri dan kemitraan masing-
masing sebesar 1.10 dan 1.30. Agar syarat kecukupan terpenuhi, maka dilakukan
uji skala usaha terhadap model Cobb Douglas baik yang tidak terestriksi maupun
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kondisi skala usaha pada model
peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak
Berdasarkan hasil uji beda skala, diperoleh nilai F hitung pada model
regresi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.99 yang nilainya
lebih kecil dari F tabel sebesar 7.08, sedangkan pada peternak mandiri dan
peternak kemitraan diperoleh nilai F hitung sebesar 0.92 dan 1.30 yang nilainya
lebih kecil dari F tabel sebesar 7.88. Hal tersebut menunjukan bahwa model Cobb
Douglas tidak terestriksi pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan,
peternak mandiri dan peternak kemitraan tidak berbeda nyata dengan model
produksi Cobb Douglas terestriksinya, artinya skala usaha pada peternak ayam ras
81
dikatakan berada pada kondisi skala usaha constant return to scale. Pada kondisi
tersebut, tingkat input produksi optimal pada ketiga model fungsi produksi
tersebut dapat diperoleh (Lampiran 38). Model fungsi produksi Cobb Douglas
Tabel 17. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi
Cobb Douglas Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara
Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak
Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
Peternak secara Peternak Pteternak
Variabel keseluruhan Mandiri Kemitraan
Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value
Intercep 1.002 0.0003 0.212 0.3908 1.355 0.0070
Pakan (X1) 0.557 0.0001* 0.895 0.0001* 0.408 0.0062*
Tenaga Kerja (X2) -0.039 0.5649 -0.052 0.3519 -0.042 0.7560
Vaksin (X3) 0.016 0.6095 0.021 0.2783 0.024 0.8037
Pemanas (X4) 0.278 0.0001* 0.151 0.0079* 0.311 0.0232**
Sekam (X5) 0.189 0.0039* -0.015 0.8008 0.298 0.0173**
Dummy 0.030 0.8306 - - - -
Restrict 0.573 0.3266 0.224 0.3630 0.457 0.2756
R-sq (Adj) 82.59 94.00 72.58
F hitung 56.96 114.56 20.19
P-value Uji F 0.0001 0.0001 0.0001
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
Keterangan:
* = nyata pada taraf α = 1 persen
** = nyata pada taraf α = 5 persen
82.59, 94.00 dan 72.58. Artinya pada peternak ayam ras pedaging secara
vaksin, pemanas, dan sekam dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam ras
pedaging dan 17.41 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai
koefisien determinasi pada peternak mandiri sebesar 94.00 persen, artinya sebesar
94.00 persen faktor-faktor produksi dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam
82
ras pedaging dan 6.00 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
persen, artinya sebesar 72.58 persen keragaman produksi ayam ras pedaging dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya dan 27.42 persen lagi dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Guna mengetahui pengaruh faktor produksi secara
17, nilai masing-masing probabilitas uji statistika F pada ketiga model tersebut
bernilai kurang dari taraf α satu persen, artinya faktor-faktor produksi seperti
pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan sekam secara bersama-sama dapat
Berdasarkan Tabel 17, pakan berpengaruh positif dan nyata pada taraf α sebesar
satu persen terhadap produksi baik pada peternak ayam ras pedaging secara
terhadap produksi pada masing-masing produksi adalah sebesar 0.557, 0.895 dan
0.408, artinya setiap peningkatan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan
produksi ayam ras pedaging masing-masing sebesar 0.557 persen, 0.895 persen
Tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi ayam
ras pedaging pada ketiga fungsi produksi. Hal tersebut menunjukan bahwa
kerja justru akan menurunkan produksi. Besar pengaruh tenaga kerja masing-
masing sebesar -0.039, -0.052 dan -0.042, artinya setiap peningkatan tenaga kerja
83
sebesar satu persen akan menurunkan produksi masing-masing sebesar 0.039
masing-masing fungsi produksi sebesar 0.016, 0.021 dan 0.024, artinya setiap
masing-masing sebesar 0.016 persen, 0.021 persen dan 0.024 persen (ceteris
ayam ras pedaging secara keseluruhan dan peternak mandiri pada taraf α sebesar
satu persen, serta berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging
peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh pemanas
pada masing-masing fungsi produksi sebesar 0.278, 0.151 dan 0.311, artinya
produksi masing-masing sebesar 0.278 persen, 0.151 persen dan 0.311 persen
(ceteris paribus).
Sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging
peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh penggunaan
sekam terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan adalah 0.298.
mengkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus).
Sedangkan pada peternak mandiri, sekam berpengaruh negatif dan tidak nyata
masih menggunakan sekam basah, selain itu manajemen budidaya yang tidak
tepat menyebabkan ayam menjadi tidak sehat dan berdampak pada berkurangnya
84
produksi daging yang dihasilkan. Besar pengaruh sekam terhadap produksi
sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.015
persen (ceteris paribus). Secara keseluruhan, sekam berpengaruh nyata dan positif
Gunung Sindur pada taraf α satu persen. Besar pengaruh sekam terhadap produksi
ayam ras pedaging adalah 0.198, artinya setiap peningkatan penggunaan pakan
sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.198
persen.
adalah model fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi baik pada peternak ayam
ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan. Model
fungsi produksi tersebut akan digunakan untuk menghitunng nilai rasio NPM-
BKM dan nilai input optimal dalam efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi
harga faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksinya dengan harga
yang tinggi (mencapai efisiensi teknik dan efisiensi harga secara bersama-sama).
produksi dapat dilihat dari rasio antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dengan
BKM (Biaya Korbanan Marjinal) per periode produksi sama dengan satu. BKM
adalah biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan produksi setiap satu satuan.
Nilai BKM sama dengan nilai harga dari masing-masing faktor produksi itu
sendiri (Px). NPM dapat dihutung dari perkalian antara harga produk (Py) dengan
85
Rata-rata produksi ayam ras pedaging peternak secara keseluruhan
(peternak kemitraan dan mandiri) adalah 1 679.21 kg. Produksi rata-rata peternak
mandiri adalah sebesar 1 454.49 kg dan produksi rata-rata ayam ras pedaging
peternak kemitraan sebesar 1 903.56 kg. Rata-rata harga berlaku ayam ras
pedaging secara keseluruhan adalah Rp 16 316, rata-rata harga ayam ras pedaging
Kecamatan Gunung Sindur Tabel 18, Tabel 19, dan Tabel 20.
Tabel 18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak
Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012
Faktor
Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM/BKM
Produksi
Pakan (kg) 1 672 0.557 9 127 5 315 1.72
Pemanas (kg) 113 0.278 67 403 5 000 13.48
Sekam (kg) 237 0.189 21 849 1 357 16.10
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
belum optimal. Rasio antara NPM-BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi
pakan, pemanas dan sekam bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 9
sebesar Rp 9 127. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut
adalah Rp 5 315, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar
1.72. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging
86
dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga
diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 13.48. NPM untuk sekam
input tersebut adalah Rp 1 357/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari
sekam sebesar 16.10. Berdasarkan nilai rasio NPM/BKM yang lebih dari satu,
dapat dis impulkan bahwa penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam
usahaternak ayam ras pedaging sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi
ekonomi.
Tabel 19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Faktor
Rata-rata input Koefisien NPM BKM NPM/BKM
Produksi
Pakan (kg) 1 485 0.895 14 382 5 322 2.70
Pemanas (kg) 99 0.151 36 398 5 000 7.28
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk faktor produksi pakan dan
pemanas bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 14 382 artinya setiap
322/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 2.70. NPM
untuk pemanas sebesar 36 398, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan
rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 7.28. Penggunaan input produksi pakan
87
dan pemanas dalam usahaternak ayam ras pedaging pada peternak mandiri
Tabel 20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Faktor
Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM/BKM
Produksi
Pakan (kg) 1 858 0.408 6 782 5 307 1.28
Pemanas (kg) 127 0.311 75 632 5 000 15.13
Sekam (kg) 258 0.298 35 663 1 443 24.71
Sumber : Data Primer, diolah (2012)
belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk semua faktor produksi tidak sama
dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. NPM untuk pakan sebesar 6
sebesar Rp 6 782. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut
adalah Rp 5 307/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar
1.28. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging
ekonomi.
diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 15.13. NPM untuk sekam
input tersebut adalah Rp 1 443/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari
sekam sebesar 24.71. Penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam
88
usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan
sama dengan BKM atau rasio NPM dan BKM sama dengan satu. Penggunaan
faktor-faktor produksi dalam kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 21, Tabel
dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 672 kg menjadi 2 871
kg. Pemanas penggunaanya ditingkatkan dari 113 kg menjadi 1 523 kg, dan
89
dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 485 kg menjadi 4 013
dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 858 kg menjadi 2 374
kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari 127 kg menjadi 1 921 kg, dan
sekam 256 kg menjadi 6 378 kg, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dapat dicapai.
kurang lebih 5-7 tabung atau kurang lebih 250-350 kg per 1000 ekor selama masa
budidaya ayam ras pedaging yang ideal. Penggunaan sekam yang ideal untuk satu
masa produksi usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 35-50 karung atau senilai
kurang lebih 175-250 kg per 1000 ekor (Fadilah, 2004). Oleh karena itu, untuk
91
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini maka dapat diambil
pedaging pada kedua tipe peternak adalah pakan dan pemanas. Faktor
kepadatan kandang.
2. Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilakukan oleh kedua tipe
dilihat dari Nilai Produk Marjinalnya tidak sama dengan Biaya Korbanan
dikurangi penggunaanya.
7.2. Saran
agar tingkat mortalitas dapat ditekan sekecil mungkin. Hal tersebut dapat
92
pemanas. Pakan dan pemanas sebaiknya ditambah untuk masing-masing
93
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2011. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2004-
2011. http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 29 Maret 2012.
Dinas Perikanan dan Peternakan Jawa Barat. 2011. Populasi Ayam Ras Pedaging
di Jawa Barat. http://www.disnak.jabarprov.go.id diakses pada tanggal 29
Maret 2012.
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2010. Populasi Ayam Ras
Pedaging di Kabupaten Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Bogor, Bogor.
94
Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.
95
Tasman, A. 2006. Ekonomi Produksi. Chandra Pratama, Jambi.
Unit Pengelola Teknik Ciseeng. 2009. Data Peternak Kemitraan dan Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur. Unit Pengelola Teknik Ciseeng,
Bogor.
96
LAMPIRAN
97
Lampiran 1. PDB Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2004-2011 (Miliar Rupiah)
Tahun (atas dasar harga konstan 2000)
Sektor
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
No.
pertanian, peternakan, 247 164 253 882 262 403 271 509 284 619 295 884 304 737 313 728
kehutanan dan perikanan
1. Tanaman bahan makanan 122 612 125 802 129 549 133 889 142 000 149 058 151 501 153 409
LP (%) 0 2.60 2.98 3.35 6.06 4.97 1.64 1.26
KS (%) 49.61 49.55 49.37 49.31 49.89 50.38 49.72 48.90
2. Tanaman perkebunan 38 849 39 811 41 318 43 199 44 784 45 558 47 110 48 964
LP (%) 0 2.48 3.79 4.55 3.67 1.73 3.41 3.94
KS (%) 15.72 15.68 3.79 15.91 15.73 15.40 15.46 15.61
3. Peternakan 31 673 32 347 33 430 34 221 35 425 36 649 38 214 39 929
LP (%) 0 2.13 3.35 2.36 3.52 3.45 4.27 4.49
KS (%) 12.81 12.74 3.79 12.60 12.45 12.39 12.54 12.73
4. Kehutanan 17 434 17 177 16 687 16 548 16 543 16 844 17 249 17 362
LP (%) 0 -1.47 -2.85 -0.83 -0.03 1.82 2.41 0.65
KS (%) 7.05 6.77 3.79 6.09 5.81 5.69 5.66 5.53
5. Perikanan 36 596 38 746 41 419 43 653 45 866 47 775 50 662 54 064
LP (%) 0 5.87 6.90 5.39 5.07 4.16 6.04 6.72
KS (%) 14.81 15.26 3.79 16.08 16.11 16.15 16.62 17.23
PDB 1 656 517 1 750 815 1 847 127 1 964 327 2 082 456 2 178 850 2 313 838 2 463 242
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2011 (diolah)
Catatan: LP (%): Laju Pertumbuhan PDB sektoral yang diukur dalam persentase
KS (%): Kontribusi pada sektor yang diukur dalam persentase
98
98
Lampiran 2. Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun 2004-2009
Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia (ton) Persentase
No. Provinsi Tahun Produksi
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata (%)
1. Aceh 1 081 1 533 1 395 1 581 3 629 4 746 0.25
2. Sumatera Utara 44 688 41 778 39 055 35 098 35 283 50 632 4.45
3. Sumatra Barat 13 662 12 119 11 602 12 439 13 275 16 145 1.43
4. Riau 27 517 21 004 19 015 23 059 28 082 28 326 2.66
5. Jambi 10 092 9 909 9 290 14 536 12 459 14 129 1.27
6. Sumaterna Selatan 11 706 11 708 13 532 21 176 22 185 22 116 1.85
7. Bengkulu 2 165 2 268 1 642 1 577 2 132 3 839 0.25
8. Lampung 18 816 19 170 19 724 12 937 10 542 22 107 1.87
9. DKI Jakarta 88 089 67 054 83 768 128 480 128 480 102 399 10.81
10. Jawa Barat 263 397 259 749 276 195 279 851 335 151 365 573 32.16
11. Jawa Tengah 63 592 61 683 81 203 65 026 73 191 90 740 7.87
12. DI Yogyakarta 18 561 14 997 23 000 22 203 23 117 20 798 2.22
13. Jawa Timur 162 781 128 342 143 643 148 855 115 193 140 110 15.16
14. Bali 24 623 20 530 20 354 18 553 19 046 20 140 2.23
15. Nusa Tenggara Barat 0 236 15 303 20 037 2 001 12 228 0.90
16. Nusa Tenggara Timur 273 6 30 6 139 224 0.01
17. Kalimantan Barat 20 790 21 286 21 541 22 138 26 121 24 062 2.46
18. Kalimantan Tengah 2 934 3 000 4 357 5 125 5 330 7 388 0.51
19. Kalimantan Selatan 18 699 20 349 18 705 26 690 34 562 34 230 2.77
20. Kalimantan Timur 16 507 19 294 20 945 18 337 20 620 30 220 2.28
21. Sulawesi Utara 1 623 5 606 1 324 5 714 6 775 2 549 0.43
99
99
Lampiran 2. Lanjutan
Produksi Ayam Ras Pedaging di Indonesia (ton) Persentase
No. Provinsi Tahun Produksi
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata (%)
22. Sulawesi Tengah 2 189 2 005 2 820 7 109 5 553 6 477 0.47
23. Sulawesi Selatan 4 255 10 215 10 538 5 445 9 768 10 710 0.92
24. Sulawesi Tenggara 558 579 887 968 1 101 822 0.09
25. Maluku 69 67 73 107 102 111 0.01
26. Papua 794 416 765 1 375 1 370 2 656 0.13
27. Bangka Belitung 2 195 5 052 765 6 007 5 292 6 492 0.47
28. Banten 23 431 16 542 765 29 751 69 333 53 089 3.49
29. Gorontalo 378 405 765 1 805 1 221 1 221 0.10
30. Maluku Utara 632 540 765 122 828 334 0.06
31. Kepulauan Riau 0 376 765 5 858 5 975 5 752 0.34
32. Papua Barat 0 614 765 758 809 415 0.06
33. Sulawesi Barat 0 677 765 61 69 987 0.05
Total 846 097 779 109 846 061 942 784 1 018 734 1 101 767 100.00
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Perikanan , 2010
100
100
Lampiran 3. Populasi Ayam Ras Pedaging Provinsi Jawa Barat Tahun 2010
No. Kabupaten Populasi (ekor) Persentase (%)
1. Kab. Bogor 15 771 780 19.01
2. Kab. Sukabumi 6 164 511 7.43
3. Kab. Cianjur 5 565 825 6.71
4. Kab. Bandung 4 089 900 4.93
5. Kab. Garut 531 005 0.64
6. Kab. Tasikmalaya 5 221 400 6.29
7. Kab. Ciamis 13 855 287 16.70
8. Kab. Kuningan 2 185 515 2.63
9. Kab. Cirebon 795 641 0.96
10. Kab. Majalengka 1 331 378 1.60
11. Kab. Sumedang 1 713 874 2.07
12. Kab. Indramayu 2 146 740 2.59
13. Kab. Subang 6 589 270 7.94
14. Kab. Purwarkata 1 914 532 2.31
15. Kab. Karawang 6 118 393 7.37
16. Kab. Bekasi 2 142 744 2.58
17. Kab. Bandung Barat 3 422 142 4.12
18. Kota Bogor 165 000 0.20
19. Kota Sukabumi 559 244 0.67
20. Kota Bandung 96 913 0.12
21. Kota Cirebon 11 958 0.01
22. Kota Bekasi 889 530 1.07
23. Kota Depok 634 000 0.76
24. Kota Cimahi 85 437 0.10
25. Kota Tasikmalaya 764 400 0.92
26. Kota Banjar 202 607 0.24
Total 82 969 026 100
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2011
101
Lampiran 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging Kabupaten Bogor Tahun
2010
No. Kecamatan Ayam Ras Pedaging (ekor) Persentase (%)
1. Dramaga 449 000 2.85
2. Ciomas 0 0.00
3. Tamansari 342 000 2.17
4. Rancabungur 86 600 0.55
5. Ciampea 370 000 2.35
6. Tenjolaya 56 000 0.36
7. Pamijahan 1 498 000 9.50
8. Cibungbulang 581 000 3.68
9. Leuwiliang 577 000 3.66
10. Leuwisadeng 390 359 2.48
11. Nanggung 753 000 4.77
12. Sukajaya 310 853 1.97
13. Parung 704 900 4.47
14. Gunung Sindur 1 522 700 9.65
15. Ciseeng 702 400 4.45
16. Kemang 319 000 2.02
17. Rumpin 618 500 3.92
18. Cisarua 65 000 0.41
19. Megamendung 340 000 2.16
20. Ciawi 161 500 1.02
21. Caringan 622 000 3.94
22. Cigombong 420 000 2.66
23. Cijeruk 405 000 2.57
24. Cibinong 371 350 2.35
25. Bojong Gede 128 000 0.81
26. Tajur halang 0 0.00
27. Babakan Madang 53 424 0.34
28. Sukaraja 127 500 0.81
29. Jonggol 229 000 1.45
30. Sukamakmur 88 000 0.56
31. Cariu 515 000 3.27
32. Tanjungsari 686 000 4.35
33. Jasinga 364 000 2.31
34. Tenjo 341 694 2.17
35. Parung Panjang 863 000 5.47
36. Cigudeg 548 000 3.47
37. Gunung Putri 0 0.00
38. Cileungsi 30 000 0.19
39. Citeurup 0 0.00
40. Klapa Nunggal 132 000 0.84
TOTAL 15 771 780 100.00
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2011
102
Lampiran 6. Populasi Peternak Plasma Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur Tahun 2009
Kapasitas Kandang
No. Nama Peternak Desa Populasi (Ekor)
(Ekor)
1. Asep NS Cibadung 2 000 2 000
2. Anda NS Cibadung 2 000 2 000
3. Misnan Cibadung 2 000 2 000
4. Boan Cibadung 4 000 4 000
5. Emad Cibadung 1 500 1 500
6. Hamid Cibadung 1 700 1 700
7. H. Hamidin Cibadung 2 000 2 000
8. Mamat Cibadung 1 000 1 000
9. Maan Cibadung 2 000 2 000
10. Rudi Cibadung 1 500 1 500
11. Said Cibadung 1 500 1 500
12. Safri Cibadung 4 000 4 000
13. Saran Cibadung 1 500 1 500
14. Deden Cibadung 1 000 1 000
15. Ujang Cibadung 1 000 1 000
16. Udi Cibadung 2 000 2 000
17. Enek Cibadung 2 500 2 500
18. Asri Cibadung 1 500 1 500
19. Jejen Cibadung 1 500 1 500
20. Entong Cibadung 3 000 3 000
21. Beng Yan Cibadung 5 500 5 000
22. Wira Cibadung 5 500 5 000
23. Mali Cibadung 6 200 6 000
24. H. Juhri Cibadung 2 000 2 000
25. M. Edih Cibadung 3 000 2 000
26. Jamsari Cibadung 2 000 2.000
27. Dimyati Cibadung 4 500 4 500
28. Uki Cibadung 3 500 3 500
29. Lusi Cibadung 9 000 7 000
30. Metih Cibadung 7 000 4 000
31. Usin S Cibadung 2 500 2 500
32. Aok Cibadung 3 500 3 500
33. Endeng Radi Cibadung 1 500 1 500
34. Cun Eng Pabuaran 6 000 6 000
35. Tesan Pabuaran 7 000 6 000
36. Isam Pabuaran 5 000 4 000
37. Repay Pabuaran 5 000 4 000
38. Irwan Pabuaran 3 000 2 700
39. Dedi Pabuaran 3 500 3 500
40. Basir Pabuaran 5 000 3 000
41. Mislan Pabuaran 3 000 2 000
42. Kim Eng Pabuaran 3 000 2 000
43. Saan Pabuaran 4 000 3 000
44. Ciling Pabuaran 6 000 6 000
45. Asmin Pabuaran 6 000 6 000
46. Agus Pabuaran 3 000 2 500
47. Aseng Pabuaran 4 000 4 000
48. Samad Pabuaran 6 000 5 000
103
Lampiran 6. Lanjutan
Kapasitas Kandang
No. Nama Peternak Desa Populasi (Ekor)
(Ekor)
50. Markam Pabuaran 4 500 4 000
51. Hendra Pabuaran 3 500 3 500
52. Sedih Pabuaran 3 000 2 500
53. Deden Pabuaran 3 500 3 000
54. Niun Pabuaran 3 500 3 000
55. Niat Pabuaran 3 500 3 000
56. Sanin Pabuaran 2 500 2 000
57. Sami Pabuaran 4 000 4 000
58. Ceng Ay Pabuaran 4 000 4 000
59. Ibro Pabuaran 1 000 1 000
60. Jamal Pabuaran 3 000 3 000
61. Edwin Pabuaran 2 000 2 000
62. Damin Pengasinan 4 000 4 000
63. Bean Pengasinan 4 000 4 500
64. Macung/Radus Pengasinan 3 500 2 500
65. Ramli Pengasinan 3 500 2 500
66. H. Rasman Pengasinan 2 000 5 000
67. Yatna Pengasinan 2 000 2 500
68. Budi Pengasinan 2 500 2 000
69. Dadik Pengasinan 2 000 3 500
70. Nada Pengasinan 3 000 2 500
71. Eeng Pengasinan 3 000 5 000
72. Endang Pengasinan 5 000 3 000
73. H. Marjuki Pengasinan 5 000 3 000
74. Pardja Pengasinan 3 000 2 500
75. Arsim Pengasinan 3 000 2 500
76. Asan Pengasinan 2 000 5 000
77. Arif Pengasinan 2 500 2 500
78. H. Suwadi Cibinong 8 000 8 000
79. Santoso Arifin Cibinong 50 000 48 000
80. Handi Yono Cibinong 26 000 26 000
81. Dadang Dede Gunung Sindur 7 200 7 200
82. Ahan Gunung Sindur 8 000 8 000
83. H. Murtani Curug 90 000 90 000
84. Dadang Dede Curug 13 000 10 000
85. P. Kurnianto Curug 13 000 10 000
Sumber : Unit Pelaksana Teknis Daerah Ciseeng, 2009
104
Lampiran 7. Data Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor Tahun 2012
Produksi
Tenaga Kepadatan
Ayam Pakan Vaksin Pemanas Sekam Mortalitas
No. Kerja Kandang
Ras Pedaging (Kg) (ml) (Kg) (Kg) (%)
(HKP) (m2/ekor)
(Kg)
1. 1 750 1 626 36 75 60 2 000 2 19
2. 2 450 2 411 36 45 180 1 500 2 7
3. 1 050 981 38 105 12 2 000 8 9
4. 600 714 17 30 70 250 3 5
5. 1 650 1 582 17 30 140 375 5 15
6. 1 000 753 41 180 128 625 8 9
7. 3 200 3 168 29 45 180 2 500 3 10
8. 1 550 1 552 41 60 75 1 750 5 14
9. 800 766 18 90 60 625 6 13
10. 1 100 1 021 34 45 70 1 250 4 9
11. 950 547 25 30 24 500 4 10
12. 1 400 1 178 16 60 60 1 250 4 12
13. 700 742 16 30 60 875 9 9
14. 3 900 3 975 29 120 256 1 500 3 12
15. 1 950 1 923 25 60 120 1 000 2 10
16. 350 370 29 30 70 250 9 9
17. 3 350 3 292 29 60 192 2 450 4 15
18. 3 550 3 557 32 30 240 3 075 3 19
19. 1 050 736 25 45 27 925 4 19
20. 1 350 1 446 29 30 120 1 250 1 15
21. 400 418 29 15 60 200 15 7
22. 750 755 18 75 112 625 7 13
23. 1 000 771 16 0 60 375 5 5
24. 700 772 31 120 60 450 21 9
25. 950 863 31 135 21 550 12 7
26. 700 762 29 30 60 350 7 8
27. 900 716 29 60 54 250 12 5
28. 3 350 3 511 29 120 180 575 4 19
29. 1 200 1 925 29 30 160 250 6 9
30. 900 800 17 30 60 1 000 2 15
31. 3 200 5 502 30 45 280 1 125 4 15
32. 900 947 32 45 60 625 5 8
33. 800 752 16 45 60 500 8 13
34. 1 400 1 013 39 30 74 875 5 11
35. 1 050 1 178 29 30 60 1 250 4 10
36. 1 000 981 16 90 60 1 000 8 10
37. 900 907 31 30 80 800 7 9
38. 700 645 37 60 60 800 21 7
39. 2 300 2 066 32 60 210 1 675 4 7
40. 700 624 29 15 60 250 8 8
41. 2 300 1 983 16 90 140 700 3 14
42. 1 300 1 232 29 60 120 1 500 25 10
43. 3 400 2 864 29 60 180 1 500 12 15
44. 1 950 2 346 37 60 33 1 625 4 15
45. 1 150 2 351 30 150 120 875 4 18
46. 1 300 1 552 38 60 140 750 5 13
47. 5 100 739 32 30 60 450 20 11
48. 3 800 3 962 33 120 360 1 950 3 17
49. 1 250 1 416 28 150 27 1 125 13 12
50. 700 760 36 60 60 525 7 8
51. 3 000 3 069 16 15 180 2 150 6 16
105
Lampiran 7. Lanjutan
52. 4 050 3 961 29 30 210 800 3 15
53. 1 300 1 556 25 60 120 625 5 14
54. 1 750 2 653 16 30 160 2 225 5 13
55. 1 500 1 872 32 30 60 1 250 6 12
56. 1 400 2 778 32 30 210 3 700 3 16
57. 1 150 850 23 30 70 950 7 13
58. 700 685 16 15 70 1 000 7 9
59. 4 700 4 728 24 75 420 4 250 3 19
60. 1 000 1 136 16 30 76 1 100 7 11
Sumber : Data Primer (diolah), 2012
Jarque-Bera 18.82933
2
Probability 0.000082
0
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
106
Lampiran 10. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 21:48
Sample: 1 60
Included observations: 60
107
Lampiran 12. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam
Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur
Tahun 2012
8 Mean 7.67e-16
Median -0.011597
Maximum 0.391298
6 Minimum -0.395274
Std. Dev. 0.147702
Skewness -0.305097
4
Kurtosis 5.014581
2 Jarque-Bera 5.538590
Probability 0.062706
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
108
Lampiran 14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Cobb Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 22:02
Sample: 1 30
Included observations: 30
C 0.298410 311.3043 NA
Pakan (X1) 0.008849 469.5933 3.560982
Tenaga Kerja (X2) 0.016168 180.8853 1.490388
Vaksin (X3) 0.000524 9.154378 1.492801
Pemanas (X4) 0.003336 68.07898 1.828608
Sekam (X5) 0.004707 130.0026 3.042836
Mortalitas(X6) 0.003910 11.71285 1.887221
Kepadatan Kandang (X7) 0.012042 71.40547 1.870332
109
Lampiran 16. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Usahaternak Ayam
Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012
Mean -1.80e-15
6 Median 0.054735
Maximum 0.529049
Minimum -0.483401
Std. Dev. 0.225788
4
Skewness -0.118096
Kurtosis 2.845813
2
Jarque-Bera 0.099450
Probability 0.951491
0
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
110
Lampiran 18. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Coob Douglas Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/13 Time: 21:59
Sample: 1 30
Included observations: 30
C 1.021997 456.2395 NA
Pakan (X1) 0.014632 353.8843 2.350340
Tenaga Kerja (X2) 0.026125 125.9910 1.078107
Vaksin (X3) 0.007032 50.19333 1.056749
Pemanas (X4) 0.011500 111.6219 2.300372
Sekam (X5) 0.009824 128.0337 1.545796
Mortalitas(X6) 0.009575 15.22168 1.453978
Kepadatan Kandang (X7) 0.062564 173.3171 1.998539
111
Lampiran 20. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01
Method: Least Squares
Date: 01/17/13 Time: 20:31
Sample: 1 60
Included observations: 60
Lampiran 21. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan
(Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung
Sindur Tahun 2012
20
Series: Residuals
Sample 1 60
16 Observations 60
Mean -6.75e-16
12 Median -0.020619
Maximum 0.542183
Minimum -1.081182
Std. Dev. 0.260880
8
Skewness -0.721127
Kurtosis 6.843343
4
Jarque-Bera 42.12845
Probability 0.000000
0
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
112
Lampiran 22. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging
secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Heteroskedasticity Test: Glejser
C 0.277558 219.8106 NA
Pakan (X1) 0.007585 315.4952 2.319134
Tenaga Kerja (X2) 0.015840 135.0213 1.134418
Vaksin (X3) 0.000907 11.75965 1.110228
Pemanas (X4) 0.004248 69.48680 1.690897
Sekam (X5) 0.004033 88.90707 1.617615
Dummy 0.005359 2.122171 1.061085
113
Lampiran 24. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Lampiran 25. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
12
Series: Residuals
Sample 1 30
10 Observations 30
8 Mean -7.36e-16
Median -0.007644
Maximum 0.384538
6 Minimum -0.392193
Std. Dev. 0.148122
Skewness -0.304286
4
Kurtosis 4.909857
2 Jarque-Bera 5.022393
Probability 0.081171
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
114
Lampiran 26. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:16
Sample: 1 30
Included observations: 30
C 0.190525 215.6003 NA
Pakan (X1) 0.007846 451.6757 3.425111
Tenaga Kerja (X2) 0.013029 158.1230 1.302840
Vaksin (X3) 0.000396 7.514279 1.225351
Pemanas (X4) 0.002966 65.65458 1.763488
Sekam (X5) 0.003300 98.88154 2.314418
115
Lampiran 28. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Dependent Variable: SER01
Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:18
Sample: 1 30
Included observations: 30
Lampiran 29. Uji Kenormalitasan pada Model Fungsi Produksi Satuan Fisik
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
8
Series: Residuals
7 Sample 1 30
Observations 30
6
Mean -3.76e-16
5 Median 0.024484
Maximum 0.606893
4 Minimum -0.766790
Std. Dev. 0.303388
3 Skewness -0.188893
Kurtosis 3.050887
2
Jarque-Bera 0.181640
1 Probability 0.913182
0
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
116
Lampiran 30. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi
Produksi Satuan Fisik Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun
2012
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/16/13 Time: 00:18
Sample: 1 30
Included observations: 30
C 1.410657 380.5027 NA
Pakan (X1) 0.018560 271.2179 1.801307
Tenaga Kerja (X2) 0.042012 122.4181 1.047533
Vaksin (X3) 0.011515 49.66210 1.045565
Pemanas (X4) 0.016325 95.74607 1.973194
Sekam (X5) 0.015497 122.0273 1.473278
117
Lampiran 32. Program Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb
Douglas Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Peternak secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
data olah;
input y x1 x2 x3 x4 x5 D;
lny=log(y);
lnx1=log(x1);
lnx2=log(x2);
lnx3=log(x3);
lnx4=log(x4);
lnx5=log(x5);
cards;
1626.40 1750.00 36.00 75.00 60.00 400.00 0
2411.20 2450.00 36.00 45.00 180.00 300.00 0
980.80 1050.00 37.95 105.00 12.00 400.00 0
714.40 600.00 17.00 30.00 70.00 50.00 0
1581.60 1650.00 17.00 30.00 140.00 105.00 0
752.80 1000.00 41.40 180.00 128.00 125.00 0
3168.00 3200.00 28.80 45.00 180.00 500.00 0
1552.00 1550.00 41.40 60.00 75.00 350.00 0
766.40 800.00 18.00 90.00 60.00 125.00 0
1020.80 1100.00 34.00 45.00 70.00 250.00 0
547.20 950.00 24.75 30.00 24.00 100.00 0
1177.60 1400.00 16.00 60.00 60.00 350.00 0
741.60 700.00 16.00 30.00 60.00 175.00 0
3975.20 3900.00 28.80 120.00 256.00 420.00 0
1923.20 1950.00 24.75 60.00 120.00 200.00 0
370.40 350.00 28.80 30.00 70.00 70.00 0
3292.00 3350.00 28.80 60.00 192.00 490.00 0
3556.80 3550.00 32.40 30.00 240.00 615.00 0
736.20 1050.00 24.75 45.00 27.00 185.00 0
1446.40 1350.00 28.80 30.00 120.00 350.00 0
417.60 400.00 28.80 150.00 60.00 40.00 0
755.20 750.00 17.50 75.00 112.00 125.00 0
771.20 1000.00 16.00 0.01 60.00 75.00 0
772.00 700.00 30.60 120.00 60.00 90.00 0
863.20 950.00 30.60 135.00 21.00 110.00 0
762.40 700.00 28.80 30.00 0.001 70.00 0
716.00 900.00 28.80 60.00 54.00 50.00 0
3511.20 3350.00 28.80 120.00 180.00 115.00 0
1924.80 1200.00 28.80 30.00 160.00 50.00 0
800.00 900.00 16.50 30.00 60.00 200.00 0
5502.00 3200.00 29.70 45.00 280.00 225.00 1
946.80 900.00 32.00 45.00 60.00 125.00 1
752.00 800.00 16.00 45.00 60.00 100.00 1
1012.80 1400.00 39.10 30.00 74.00 175.00 1
1177.60 1050.00 28.80 30.00 60.00 250.00 1
980.80 1000.00 15.50 90.00 60.00 200.00 1
907.20 900.00 30.60 30.00 80.00 160.00 1
644.80 700.00 36.80 60.00 60.00 160.00 1
2065.70 2300.00 32.00 60.00 210.00 335.00 1
623.70 700.00 28.80 120.00 60.00 50.00 1
118
Lampiran 32. Lanjutan
1983.00 300.00 16.00 90.00 140.00 196.00 1
1232.00 1300.00 28.80 60.00 120.00 300.00 1
2864.00 3400.00 28.80 60.00 180.00 300.00 1
2346.40 1950.00 36.80 60.00 33.00 325.00 1
2350.80 1150.00 29.70 150.00 120.00 175.00 1
1552.00 1300.00 37.95 60.00 140.00 150.00 1
738.90 5100.00 32.00 30.00 60.00 90.00 1
3962.40 3800.00 33.00 120.00 360.00 390.00 1
1416.00 1250.00 27.90 150.00 27.00 225.00 1
760.00 700.00 35.65 60.00 60.00 105.00 1
3068.80 3000.00 16.00 15.00 180.00 430.00 1
3960.80 4050.00 28.80 30.00 210.00 160.00 1
1556.00 1300.00 24.75 60.00 120.00 125.00 1
2653.20 1750.00 16.00 30.00 160.00 445.00 1
1872.00 1500.00 32.00 30.00 60.00 250.00 1
2778.40 1400.00 32.00 30.00 210.00 740.00 1
849.60 1150.00 23.25 30.00 70.00 190.00 1
685.00 700.00 16.00 135.00 70.00 280.00 1
4728.00 4700.00 24.00 75.00 420.00 850.00 1
1136.00 1000.00 16.00 30.00 76.00 220.00 1;
run;
proc reg data=olah;
model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5 D;
RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1;
run;
lny=log(y);
lnx1=log(x1);
lnx2=log(x2);
lnx3=log(x3);
lnx4=log(x4);
lnx5=log(x5);
cards;
1626.40 1750.00 36.00 75.00 60.00 400.00
2411.20 2450.00 36.00 45.00 180.00 300.00
980.80 1050.00 37.95 105.00 12.00 400.00
714.40 600.00 17.00 30.00 70.00 50.00
1581.60 1650.00 17.00 30.00 140.00 105.00
752.80 1000.00 41.40 180.00 128.00 125.00
3168.00 3200.00 28.80 45.00 180.00 500.00
1552.00 1550.00 41.40 60.00 75.00 350.00
766.40 800.00 18.00 90.00 60.00 125.00
1020.80 1100.00 34.00 45.00 70.00 250.00
547.20 950.00 24.75 30.00 24.00 100.00
1177.60 1400.00 16.00 60.00 60.00 350.00
741.60 700.00 16.00 30.00 60.00 175.00
3975.20 3900.00 28.80 120.00 256.00 420.00
119
Lampiran 33. Lanjutan
1923.20 1950.00 24.75 60.00 120.00 200.00
370.40 350.00 28.80 30.00 70.00 70.00
3292.00 3350.00 28.80 60.00 192.00 490.00
3556.80 3550.00 32.40 30.00 240.00 615.00
736.20 1050.00 24.75 45.00 27.00 185.00
1446.40 1350.00 28.80 30.00 120.00 350.00
417.60 400.00 28.80 150.00 60.00 40.00
755.20 750.00 17.50 75.00 112.00 125.00
771.20 1000.00 16.00 0.01 60.00 75.00
772.00 700.00 30.60 120.00 60.00 90.00
863.20 950.00 30.60 135.00 21.00 110.00
762.40 700.00 28.80 30.00 60.00 70.00
716.00 900.00 28.80 60.00 54.00 50.00
3511.20 3350.00 28.80 120.00 180.00 115.00
1924.80 1200.00 28.80 30.00 160.00 50.00
800.00 900.00 16.50 30.00 60.00 200.00;
run;
proc reg data=olah;
model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5;
RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1;
run;
lny=log(y);
lnx1=log(x1);
lnx2=log(x2);
lnx3=log(x3);
lnx4=log(x4);
lnx5=log(x5);
cards;
5502.00 3200.00 29.70 45.00 280.00 225.00
946.80 900.00 32.00 45.00 60.00 125.00
752.00 800.00 16.00 45.00 60.00 100.00
1012.80 1400.00 39.10 30.00 74.00 175.00
1177.60 1050.00 28.80 30.00 60.00 250.00
980.80 1000.00 15.50 90.00 60.00 200.00
907.20 900.00 30.60 30.00 80.00 160.00
644.80 700.00 36.80 60.00 60.00 160.00
2065.70 2300.00 32.00 60.00 210.00 335.00
623.70 700.00 28.80 120.00 60.00 50.00
1983.00 2300.00 16.00 90.00 140.00 196.00
1232.00 1300.00 28.80 60.00 120.00 300.00
2864.00 3400.00 28.80 60.00 180.00 300.00
2346.40 1950.00 36.80 60.00 33.00 325.00
2350.80 1150.00 29.70 150.00 120.00 175.00
1552.00 1300.00 37.95 60.00 140.00 150.00
738.90 5100.00 32.00 30.00 60.00 90.00
120
Lampiran 34. Lanjutan
3962.40 3800.00 33.00 120.00 360.00 390.00
1416.00 1250.00 27.90 150.00 27.00 225.00
760.00 700.00 35.65 60.00 60.00 105.00
3068.80 3000.00 16.00 15.00 180.00 430.00
3960.80 4050.00 28.80 30.00 210.00 160.00
1556.00 1300.00 24.75 60.00 120.00 125.00
2653.20 1750.00 16.00 30.00 160.00 445.00
1872.00 1500.00 32.00 30.00 60.00 250.00
2778.40 1400.00 32.00 30.00 210.00 740.00
849.60 1150.00 23.25 30.00 70.00 190.00
685.00 700.00 16.00 135.00 70.00 280.00
4728.00 4700.00 24.00 75.00 420.00 850.00
1136.00 1000.00 16.00 30.00 76.0 220.00
;
run;
proc reg data=olah;
model lny=lnx1 lnx2 lnx3 lnx4 lnx5;
RESTRICT lnx1+lnx2+lnx3+lnx4+lnx5=1;
run;
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Parameter Standard
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|
121
Lampiran 36. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Parameter Standard
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|
122
Lampiran 37. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak
Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Parameter Standard
Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t|
123
Lampiran 38. Analysis of Variance Model Fungsi Produksi Cobb Douglas
Terestriksi dan Tidak Terestriksi pada Peternak Ayam Ras
Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan
Kemitraan), Peternak Mandiri, dan Peternak Kemitraan di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
124
Lampiran 39. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Ayam Ras
Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Pakan (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 16 407 16 225 16 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.90 0.41 0.56 -
Penggunaan input (kg)
1 485 1 858 1 672
rata-rata di lokasi
Rumus NPM (βi*Y*Py)/Xi βi*Y*Py)/Xi βi*Y*Py)/Xi -
Nilai NPM input 14 382 6 782 9 127 -
BKM input 5 322 5 307 5 315 Rp/kg
NPM/BKM 2.70 1.28 1.72 -
Pemanas (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 16 407 16 225 16 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.15 0.31 0.28 -
Penggunaan input (kg)
99 127 113
rata-rata di lokasi
Rumus NPM (βi*Y*Py)/Xi (βi*Y*Py)/Xi (βi*Y*Py)/Xi -
Nilai NPM input 36 398 75 632 67 403 -
BKM input 5 000 5 000 5 000 Rp/kg
NPM/BKM 7.28 15.13 13.48 -
Sekam (kg)
No Peternak Peternak Satuan
Kemitraan Keseluruhan
Py 16 225 1 6 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.3 0.19 -
Penggunaan input 258 237 (kg)
rata-rata di lokasi
Rumus NPM (βi*Y*Py)/Xi (βi*Y*Py)/Xi -
Nilai NPM input 35 663 21 849 -
BKM input 1 443 1 357 Rp/kg
NPM/BKM 24.71 16.10 -
125
Lampiran 40. Perhitungan Input Optimal Produksi Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Pakan (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 16 407 16 225 1 6316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.90 0.41 0.56 -
Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi -
BKM input 5 322 5 307 5 315 Rp/kg
Input optimal 4 013 2 374 2 871 kg
Pemanas (kg)
No Peternak Peternak Peternak Satuan
Mandiri Kemitraan Keseluruhan
Py 1 6407 16 225 1 6316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 454.49 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.15 0.31 0.28 -
Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi -
BKM input 5 000 5 000 5 000 Rp/kg
Input optimal 721 1 921 1 523 kg
Sekam (kg)
No Peternak Peternak Satuan
Kemitraan Keseluruhan
Py 16 225 1 6 316 (Rp/kg)
Y rata-rata 1 903.56 1 679.21 (kg)
Koefisien input 0.3 0.19 -
Rumus (βi*Y*Py)/BKMxi (βi*Y*Py)/BKMxi -
BKM input 1 443 1 357 Rp/kg
Input optimal 6 378 3 816 kg
126
Lampiran 41. Dokumentasi Penelitian Usahaternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012
Gambar 1. Anak Ayam Umur 1 Hari Gambar 1. Anak Ayam Umur 5 Hari
Gambar 5. Bahan Bakar Kayu untuk Gambar 6. Bahan Bakar Gas untuk Pemanas
Pemanas
127
Lampiran 41. Lanjutan
Gambar 11. Vita Chick Obat untuk Mencegah Gambar 12. Therapy Obat untuk
Kekurangan Vitamin Mengobati Korela
128
Lampiran 41. Lanjutan
129
RIWAYAT HIDUP
adalah anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Suwondo dan
Ibu Dra. Dwi Sri Hardiningsih. Penulis memulai pendidikan dasarnya pada tahun
dan lulus tahun 2005. Kemudian, penulis diterima di SMA Negeri 2 Purworejo,
dan lulus tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
tahun 2008 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama kuliah
penulis aktif dalam organisasi Syariah Ecinomics Student Club (SES-C) pada
(PPA).
130